83
h. Aspek Pencapaian
Semua subyek telah memiliki pencapaian masing-masing dalam kehidupannya. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Reivich dan Shatte
2002.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa resiliensi lebih dari sekedar bagaimana seorang individu memiliki kemampuan
untuk mengatasi kemalangan dan bangkit dari keterpurukan, namun lebih dari itu resiliensi juga merupakan kemampuan individu meraih
aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa Reivich dan Shatte 2002: 46.
3. Hasil Skala Resiliensi
Skala resiliensi dalam penelitian ini bersifat sebagai data pendukung. ZA dan IE memiliki resiliensi dengan kategori tinggi. Lalu ST dan APC
memiliki resiliensi dengan kategori sedang.
C. Implikasi pada Bimbingan dan Konseling
Penelitian ini memberikan implikasi pada bimbingan dan konseling, yaitu memberikan sumbangan ilmiah terhadap pengembangan keilmuan BK,
khususnya bidang bimbingan pribadi tentang resiliensi. Selain itu, penelitian ini memberikan gambaran pada konselor sejauh mana resiliensi mahasiswa
yang memiliki orangtua tunggal, baik karena meninggal dunia maupun bercerai.
Adanya gambaran tersebut dapat membantu untuk mengidentifikasi dan memberikan solusi bagi siswa dengan kondisi yang sama, terutama bagi
subyek IE yang masih memiliki suatu trauma. Subyek IE perlu diberikan
84 tindak lanjut untuk menghilangkan trauma dalam kehidupannya. Pada
penelitian ini juga telah membuktikan bahwa status dan peran ibu dalam keluarga sangatlah penting.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat mengikuti kegiatan subyek penelitian secara penuh, sehingga tidak dilakukan observasi.
Kemudian hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada subyek yang berbeda.
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Subyek ST telah memiliki aspek regulasi emosi, optimisme, kemampuan
menganalisis masalah, efikasi diri, dan pencapaian dalam kehidupannya. Sementara itu, ia belum mampu melakukan pengendalian gerak dan
hanya berempati pada orang-orang tertentu saja. 2.
Subyek ZA telah memiliki aspek pengendalian gerak, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan pencapaian dalam
kehidupannya. Sementara itu, ia belum mampu meregulasi emosi dalam dirinya dan belum memiliki efikasi diri.
3. Subyek IE telah memiliki aspek pengendalian gerak, optimisme, empati,
efikasi diri, dan pencapaian dalam kehidupannya. Sementara itu, ia belum mampu meregulasi emosi dalam dirinya dan belum memiliki
kemampuan menganalisis masalah. Subyek IE juga masih memiliki trauma jika mendengar mobil ambulans. Hal tersebut ia alami sejak
kematian ayahnya. Ia teringat jenazah almarhum ayahnya diangkut oleh kendaraan tersebut.
4. Subyek APC telah memiliki semua aspek resiliensi, yaitu regulasi emosi,
pengendalian gerak, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian. Di antara ketiga subyek yang lain,