PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh AIDA SARI

Tujuan penelitian ini adalah 1) meningkatkan aktivitas belajar dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas IV semester 1 tahun 2013/2014 di SD Negeri 2 Palapa Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung, 2) meningkatkatkan hasil belajara dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas IV semester 1 tahun 2013/2014 SD Negeri 2 Palapa Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung. Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan 3 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi siswa serta tes hasil belajar disetiap siklusnya. Selanjutnya data dianalis dengan cara menganalisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa krlas IV SD Negeri 2 Palapa Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.


(2)

(3)

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

AIDA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

MOTO

Akal tanpa proses belajar bagaikan tanah yang tidak diolah, atau

seperti tubuuh manusia yang kekurangan makanan


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, penelitian tindakan kelas ini

kupersembahakan kepada :

1.

Ibu dan bapak yang selalu mendoakan dan membimbingku

untuk keberhasilan

2.

Suamiku dan buah hatiku tersayang yang selalu

memberiku dorongan semangat baik moril maupun

materil.


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 13 Juli 1965, sebagai anak pertama dari lima bersaudara pasangan Alm. Bapak Dadang Ali dan Ratu Asni.

Pendidikan yang pernah ditempuh mulai dari pendidikan Sekolah Dasar di SD Kartika Persit Bandar Lampung mulai dari tahun 1971 sampai 1977, kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Bandar Lampung mulai tahun 1978 sampai 1981, kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Bahkan penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Terbuka Bandar Lampung mengambil program di PGSD lulus tahun 2009.

Penulis memulai karirnya sebagai guru honor di SD Negeri 2 Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung mulai tahun 2003 sampai sekarang. Penulis melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas Lampung mengambil pogram studi S1 PGSD SKGJ pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Lampung.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN AWAL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan penelitian ... 5

1.6 Manfaat penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas ... 7

2.2 Hasil Belajar ... 11

2.3 Kinerja Guru ... 13

2.4 Metode Diskusi ... 14

2.5 Langkah-langkah Metode Diskusi ... 20

2.6 Jenis Diskusi ... 21

2.7 Penerapan Metode Diskusi ... 29

2.8 Kerangka Pikir ... 36

2.9 Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 38

3.2 Setting Penelitian ... 39

3.3 Prosedur Penelitian ... 40

3.5Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.5 Analisis Data ... 46


(11)

4.1.1.1 Rencana Tindakan ... 48

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 49

4.1.1.3 Hasil Observasi Dan Tes Tindakan Pembelajaran ... 50

4.1.1.4 Hasil Kriteria Ketuntasan Belajar ... 51

4.1.1.5 Lembar Observasi Guru dalam Pembelajaran ... 53

4.1.1.6 Observasi Tindakan ... 53

4.1.1.7 Refleksi Tindakan ... 54

4.1.2 Tahap Pelaksanaan Siklus II ... 54

4.1.2.1 Rencana Tindakan ... 54

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan ... 55

4.1.2.3 Hasil Observasi Dan Tes Tindakan Pembelajaran... 57

4.1.2.4 Hasil Kriteria Ketuntasan Belajar ... 58

4.1.2.5 Lembar Observasi Guru dalam Pembelajaran... 59

4.1.2.6 Observasi Tindakan ... 60

4.1.2.7 Refleksi Tindakan ... 60

4.1.3 Tahap Pelaksanaan Siklus III ... 61

4.1.3.1 Rencana Tindakan ... 61

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan ... 61

4.1.3.3 Hasil Observasi Dan Tes Tindakan Pembelajaran... 63

4.1.3.4 Hasil Kriteria Ketuntasan Belajar ... 64

4.1.3.5 Lembar Observasi Guru dalam Pembelajaran... 66

4.1.3.6 Observasi Tindakan ... 66

4.1.3.7 Refleksi Tindakan ... 67

4.2 Pembahasan ... 67

4.2.1 Deskripsi Aktivitas Siswa ... 67

4.2.2 Deskripsi Hasil Belajar Siswa ... 69

4.2.3 Pembahasan Hasil Wawancara dengan siswa ... 70

4.2.4 Pembahasan Hasil Wawancara Dengan Guru ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 38 4.1 Grafik peningkatan aktivitas belajar siswa tiap siklus ... 69 4.2 Grafik Peningkatan hasil belajar Siswa Tiap Siklus ... 70


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel hasil observasi aktivitas siswa siklus I ... 50

2. Tabel hasil belajar ... 51

3. Tabel Distribusi Hasil Belajar ... 52

4. Tabel hasil observasi aktivitas siswa siklus II ... 57

5. Tabel hasil belajar ... 58

6. Tabel Distribusi Hasil Belajar ... 60

7. Tabel hasil observasi aktivitas siswa siklus III ... 63

8. Tabel hasil belajar ... 64


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen pada dirinya sebagai hasil pengalaman. Mengajar adalah hal yang kompleks dan karena siswa itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Banyak upaya yang harus dilakukan baik terhadap tenaga pendidikan ataupun kependidikan, maupun sarana dan prasarana.Salah satu upaya yang dapat ditempuh yaitu dengan meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, harus adakerjasama yang baik oleh guru kelas maupun guru bidang studi dalam suatu pendidikan.Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok, yang akan menentukan berhasil dan tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana cara belajar peserta didik baik pada saat ia belajar di sekolah maupun pada saat ia belajar di luar jam sekolah.


(15)

Dengan kedisiplinan belajar diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasinya.Pada proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode ceramah siswa cenderung pasif karena hanya mendengarkan, mengantuk, tidak ada kesempatan bertanya dan siswa tidak ada keinginan mengajukan pertanyaan, kurang ada semangat untuk ingin tahu. Kondisi ini menyebabkanmateri yang diberikan oleh guru tidak dapat mencapai prestasi yang baik.

Siswa umumnya menganggap bahwa setiap mata pelajaran merupakan bidang ilmu yang sulit dimengerti dan dipahami.Siswa kurang berminat mengikuti pe- lajaran, akibatnyahasil belajar siswa tidak optimal, untuk itu diperlukan media atau alat peraga guna mengatasi masalah di atas.

Kualitas proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh komponenkomponen di dalamnya yang saling berhubungan dan berkaitan satu dengan yang lain.Kom- ponen-komponen proses belajar mengajar tersebut meliputi siswa, guru, tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, metode, media dan evaluasi. Siswa adalah sese- orang yang bertindak pencari, penerima dan penyimpan bahan pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Semua kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa tidak terlepas dari peran guru sebagai pengelola proses belajar mengajar, fasilitator, maupun penyampai informasi.

Sebuah proses pembelajaran tidak terlepas dari tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkuaitas diperlukan menejemen pembe-lajaranyang terkait dengan menejemen siswa yang isinya merupakan pengelo-laan


(16)

3

dan pelaksanaan yang terkait dengan materi ataupun bahan pelajaran yang diperlukan. Penyampaian materi pembelajaran akan lebih dimengerti apabila didukung oleh metode pembelajaran. Selain dengan metode mengajar, sebuah permasalahan proses pembelajaran dapat dipecahkan dengan menggunakan media pembelajaran. Komponen terakhir yang memegang peran penting dalam pembelajaran adalah evaluasi. Dengan evaluasi, maka akan diperoleh umpan balik yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Selain komponenkomponen tersebut, hal yang tidak kalah penting dalam pembelajaran adalah model pembelajaran. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di dalam kelas. Model pembelajaranmerupakan aspek penting dalam keberhasilan pembelajaran. Trianto (2009:2) mengatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Hal ini dapat diartikan bahwa lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas akan sangat berpengaruh pada proses kemajuan berfikir siswa untuk menuju pada peningkatan aktivitas belajar. Tanpa adanya kreasi guru dalam menemukan model atau metode pembelajaran akan mengakibatkan rendahnya minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Siswa akan cenderung menjadi penurut, pendengar dan menerima begitu saja materi yang disajikan oleh guru.

Singkatnya, guru dan siswa sama-sama menjadi tidak aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang guru harus


(17)

mengerti, menghayati dan melaksanakan tuntutan dari tugas-tugas yang tersurat dalam proses pembelajaran Guru disekolah dasar mempunyai peranan penting dalam rangka memudahkan anak mengenal dan memahami konsep-konsep pengetahuan yang diajarkan. Selain mengajar, guru sebagai pendidik artinya guru berperan aktif dalam rangka membantu mendewasakan anak didik.Pada mata pelajaran IPS ditentukan KKMsebesar 65.Ketika guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah kemudian memberikan evaluasi yang berupa tes, hasilnya adalah sebagian besar nilai siswa kelas IV di bawah KKM dan belum mencapai ketuntasan belajarsebesar 75%.

Berdasarkan proses pembelajaran yang dilaksanakan diperoleh hasil belajar masih rendah dibawah nilai KKM yang telah ditentukan sebesar 65 dengan nilai rata-rata 59,29, guru selalu menggunakan metode ceramah anak banyak ngobrol disebabkan penyampaian materi yang kurang dipahami siswa serta kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung.

Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan metode diskusi untuk meningkatkan prestasi belajar IPS kelas IV SD, karena metode diskusi diharapkan siswa dapat aktif yang ditunjukkan oleh siswa banyak bertanya, saling bertukar pendapat antar teman, ada motivasi belajar yang lebih, ada unsur kerjasama. Hal ini diharapkan dapat memperbaiki prestasi hasil belajar IPS di kelas IV SD.


(18)

5

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Kurangnya minat siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 2 Palapa kecamatan Tanjung Karang PusatBandar Lampung.

2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDNegeri 2 Palapa kecamatan Tanjung Karang PusatBandar Lampung.

3. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan anak banyak yang mengobrol.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah yang muncul dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan masalah:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas IV SDN 2 PalapaKecamatan Tanjung Karang PusatBandar Lampung?

2. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan metode diskusi padasiswa kelas IV SDN 2 PalapaKecamatan Tanjung Karang PusatBandar Lampung?


(19)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan aktivitas belajar dengan menggunakan metode diskusi pada

siswa kelas IV semester 1 tahun 2013/2014 SD Negeri 2 PalapaKecamatan Tanjung Karang PusatBandar Lampung.

2. Meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan metode diskusi padasiswa kelas IV semester 1 tahun 2013/2014 SD Negeri 2 PalapaKecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat : 1. Bagi siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. 2. Bagi Guru

Dapat memperbaiki proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kemampuan berdasarkan tingkat kelas, dengan menggunakan metode diskusi.

3. Bagi sekolah

Memberikan sumbangsih dalam pendidikan melalui Penelitian Tindakan Kelas sebagai studi mengungkapkan proses pembelajaran di kelas sehingga prestasi hasil pembelajaran lebih baik.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas, dan mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan siswa.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas

Banyak pendapat tentang pengertian dari aktivitas. Dalam penelitian ini akan ditinjau beberapa pendapat tentang aktivitas. Aktivitas belajar anak akan mempengaruhi pada hasil belajar sehingga pada setiap pembelajaran siswa diharapkan selalu aktip untuk mengikutinya, hal itu menjadikan bahan pokok untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran (Hamalik, 2004:67).Secara garis besar aktivitas anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.

a) Kesehatan badan

Untuk menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.Keadaan fisik lemah dapat menjadi penghalang dalam menyelesaikan program studinya.


(21)

b) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik.Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran.

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah:

a) Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif (Syah Muhidin, 2003:26).

b) Sikap

Konsep tentang sikap telah berkembang dan melahirkan berbagai macam pengertian diantara ahli psikologi (Syah Muhidin, 2003:89). Sikap, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak. Sedangkan menurut Oxford Advanced Learner Dictionary (dalam Yosa Doantara 2008:76), sikap merupakan cara menempatkan atau membawa diri, merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.Sikap siswa yang positif


(22)

9

terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

c) Motivasi

Menurut Sagala Syaiful (2010:14) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.

Nana Sudjana (2005:54) secara garis besar belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal.Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:

1). Faktor lingkungan keluarga a). Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

b). Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah. c). Perhatian orang tua dan hubungan antara anggotakeluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang.Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau


(23)

nasihat, maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yangharmonis.

2). Faktor lingkungan sekolah a).Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.

b).Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c).Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.


(24)

11

3). Faktor lingkungan masyarakat a). Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar.

b). Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Jadi kesimpulannya faktor yang mempengatuhi belajar terdiri faktor eksternal dan internal, dimana metode mengajar merupakan salah satu hal yang diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2.2 Hasil Belajar 1. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari


(25)

puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 26) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan maknatentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentangbeberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan


(26)

13

penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

2.3 Kinerja guru

Guru merupakan berperan penting bagi perubahan perilaku siswa dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakanoleh siswa dalam setiappembelajaran. Guru memegang peran penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian siswa. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang pembelajaran, sehingga siswa mampu memahami bahwa aktivitas belajar memegang peranan penting dalam proses psikologi. Asri Budiningsih (2005:67) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut E. Slavin Robert (2001:56) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan semua oleh lainnya. Dari pendapat itu diperoleh unsur-unsur belajar yaitu perubahan kearah yang lebih positif.

Banyak pendapat tentang pengertian dari prestasi belajar. Dalam penelitian ini akan ditinjau beberapa pendapat diantaranya adalah: E. Slavin Robert (2001:98)berpendapat prestasi belajar adalah kemampuan yang berupa knowledge, understanding dan skills siswa dalam kurun waktu tertentu yang memprediksikan performance dan kompetensi siswa dalam materi pelajaran yang dipelajari siswa pada akhir pembelajaran dalam kurun waktu meliputi satu kurun waktu satu bulan, catur wulan semester atau satu tahun, berdasarkan tujuan tes prestasi belajar yang ditetapkan sekolah. Menurut pendapat Arikunto (2006:77) Prestasi


(27)

belajar diartikan sebagai prestasi yang mencerminkan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setiap jenjang studi. Trianto (2010:44) mengungkap prestasi belajar itu sebagai berikut dalam kegiatan pengajaran terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dimana guru memegang peranan yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar tersebut sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang terwujud dalam bentuk prestasi belajar siswa (kognitif) maupun konsep diri siswa (afektif). Prestasi belajar siswa merupakan pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran di sekolah.

Dari sudut pandang guru, prestasi belajar siswa adalah tingkat penguasaan materi dalam mencapai tujuan pembelajaran atau kurikulum dalam satu kurun waktu tertentu. Sedangkan salah satu cara untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru disekolah yaitu denganmengadakan tes atau evaluasi. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam nilai setelah siswa mengikuti pelajaran dalam kurun waktu tertentu.

2.4 Metode Diskusi 1. Pengertian

Menurut Tohirin (2007: 291) diskusi kelompok merupakan suatu cara dimanasiswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Usman (2008: 94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau


(28)

15

informasi,pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008:220) diskusi kelompok adalahsuatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya menghasilkan suatu keputusan bersama.Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan teknik diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatuketerikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.

Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam kehidupan modern ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia, sedemikian kompleksnya masalah tersebut sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban saja.Tetapi kita harusmenggunakan segala pengetahuan kita untuk memberi pemecahan yang terbaik.Ada kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban yang benar sehingga harus menemukan jawaban yang paling tepat di antara sekian banyak jawabantersebut.Kecakapan untuk memecahkan masalah dapat dipelajari.Untuk itu siswa harus dilatih sejak kecil.

Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat, karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama.Dalam hal ini diskusi merupakanjalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik.Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah,


(29)

juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama.Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat.

2. Tujuan Metode Diskusi

Gilstrap dan Martin (1975:44) dalam Modjiono (2002:60) tujuan pemakaian metodediskusi adalah :

1. Mengembangkan ketrampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.

2. Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan bidang studi yang dipelajari.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri (self- concepts) yang lebih positif.

4. Meningkatkan keberhasilan siswa dalam menentukan pendapat. 5. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversional.

Dari tujuan-tujuan pemakaian metode diskusi, maka dapat kiranya dikemukakan bahwa pemakaian metode diskusi tidak hanya sekedar untuk menyampaikan informasi kepada siswa.Hal yang penting dari penyampaian informasi adalahterbentuknya kondisi yang menguntungkan bagi siswa untuk perolehan belajarnya.

3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi

Metode diskusi dalam proses mengajar dan belajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian inti dari pengertian diskusi adalah meeting of minds.Didalam memecahkan masalah


(30)

17

diperlukan bermacam-macam jawaban.Dari jawaban tersebut dipilihkan satu jawaban yang lebih logis dan lebih tepat dan mempunyai argumentasi yang kuat, yang menolak jawaban yang mepunyai argumentasi lemah.Memang dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan pembahasan yang didukung oleh argumentasi, argumentasi kontra argumentasi.

1. Keunggulan Metode Diskusi

Gilstrap dan Martin (1975:126) dalam Modjiono (2002:223) metode diskusi mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan metode diskusi sebagai berikut :

a) Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun pertanyaan diskusi. Adanya partisipasi langsung ini memungkinkan terjadinya keterlibatan intelektual, sosial-emosional, dan mental para sisa dalam proses belajar.

b) Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami kebutuhan memberi dan menerima (take and give), sehingga siswa dapat mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai warga yang demokratis. c) Metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan

masalah oleh kelompok, biasanya lebih tepat daripada perorangan.

d) Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menguji, mengubah, dan mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan cermat dan pertimbangan kelompok.


(31)

e) Suasama kelas hidup, sebab murid-murid mengarahkan pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi murid dalam metode ini lebih baik.

f) Murid-murid berlatih kritis untuk mempertimbangkan pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak atau tidak berpendapat sama sekali.

g) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual seperti toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir sistematis dan sebagainya.

h) Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokrasi

2. Kelemahan Metode Diskusi

Gilstrap dan Martin (1975:125) dalam Modjiono (2002:88) metode diskusi mempunyai kelemahan. Kelemahan metode diskusi disebutkan sebagai berikut:

a) Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya, walaupun telah diatur secara hati-hati.

b) Metode ini kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan perangkat meja dan kursi yang mudah diatur.

c) Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau membuat kesepakatan pada akhir pertemuan, sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan.

d) Metode ini seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi, dan menyebabkan orang yang tak berminat hanya sebagai penonton.


(32)

19

e) Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta, agar dapat berpartisipasi secara akti dalam diskusi. Kemampuan berdiskusi ini hanya akan dapat dimiliki oleh seseorang bila dipelajari dan dilatih.

f) Sukar dapat digunakan di tingkat rendah pada sekolah dasar, tetapi bukan tidak mungkin.

3. Cara mengatasi kelemahan metode diskusi.

Ada beberapa cara yang dapat diupayakan untuk mengatasi kelemahan metode diskusi antara lain :

a) Taraf kemampuan murid.

b) Tingkat kesukuran yang memerlukan pemecahan yang serius agar dipimpin langsung oleh guru.

c) Kalau pimpinan diskusi diberikan kepada murid hendaknya diatur secara bergiliran.

d) Guru tidak boleh sepenuhnya mempercayakan pimpinan diskusi pada murid, perlu bimbingan dan control.

e) Guru mengusahakan seluruh murid ikut berpartisifasi dalam diskusi.

f) Diusahakan supaya murid mendapat giliran berbicara dan murid lain belajar bersabar mendengarkan pendapat temannya (Modjiono (2002:88)).

3 Perbedaan Metode Diskusi Kelompok dan Metode Konvensional Metode Diskusi Kelompok :

1. Ketergantungan positif satu sama lain disusun dan direncanakan.

2. Setiap individual dapat mengemukakan pendapatnya masing-masing dalam kelompok.


(33)

4. Adanya aktivitas dalam kelompok untuk membangun kepercayaan, komitmen, dan kohesi.

5. Setiap anggota kelompok dapat bertugas sebagai pemimpin yang bertanggung jawab secara bergantian.

6. Dibangun konsep demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.

7. Guru terus memonitor diskusi kelompok, mengarahkan dan menghidupkan suasana kelas

Metode Konvensional :

1) Ketergantungan positif satu sama lain tidak disusun.

2) Setiap individu bekerja untuk diri sendiri bukan untuk kelompok. 3) Terjadi komunikasi dan interaksi hanya pada individu tertentu. 4) Tidak ada aktivitas dalam kelompok.

5) Setiap anggota kelompok menjadi pemimpin tetap.

6) Siswa bersifat individualistis keterampilan social hanya diterima begitu saja. 7) Guru tidak memonitor tugas-tugas yang telah dibagikan.

a. Langkah-langkah metode diskusi

Secara lebih terperinci dalam Nana Sudjana (2005:46) langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam mempersiapkan penerapan metode diskusi, antara lain:

a. Para siswa dengan bimbingan guru mempersiapkan alat atau sarana untuk melaksanakan diskusi.

b. Salah satu teknik penerapan diskusi adalah dengan cara “panel”. Ditunjuk beberapa anak untuk menjadi panelis, memperagakan proses tukar pendapat di


(34)

21

depan sehingga anak-anak lain menyaksikan dan terpancing untuk mengemukakan pendapat mereka dan seterusnya.

c. Untuk lebih meningkatkan semangat para siswa, topik yang didiskusikan bisa saja ditentukan dengan cara diundi. Sebelum tampil para siswa yang memilih pertanyaan dalam kotak yang sama diminta berdiskusi sesama temannya. Walaupun demikian saat tampil di depan merupakan tanggung jawab masing-masing secara individual.

d. Pada akhir pertemuan guru dibantu para siswa memberi kesimpulan atas jawaban berbagai pertanyaan yang ada. Pada intinya kesimpulan juga mengakomodasi jawaban-jawaban dari siswa yang dianggap benar.

b. Jenis Diskusi

Jenis diskusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskusi kelompok. Menurut Tohirin (2007:123) diskusi kelompok adalah pembicaraan atau pertimbangan tentang suatu topik yang menjadi perhatian bersama diantara 3-6 orang peserta diskusi, di mana para peserta berinteraksi tatap muka secara dinamis dan mendapat bimbingan dari seorang peserta yang disebut ketua atau moderator. Diskusi kelompok ada dua macam yakni kelompok dadakan (buzz group) dan kelompok sindikat (syndicate group).

1. Kelompok dadakan (buzz group).

Kelompok dadakan adalah suatu jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang yang bertemu secara bersama-sama membicarakan suatu topik yang sebelumnya telah dibicarakan secara klasikal. Diskusi kelompok dadakan ini dapat dilaksanakan di tengah-tengah jam pelajaran atau di akhir jam pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka isi pelajaran


(35)

memperjelas isi pelajaran, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang isi pelajaran.Selain itu untuk membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu, sehingga dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, dan interpertasi. Keunggulan diskusi kelompok dadakan adalah dapat mendorong individu yang malu-malu untuk memberikan sumbangan pemikiran, menciptakan suasana yang menyenangkan, menghemat waktu memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan, memberikan variasi kegiatan belajar, dan dapat digunakan bersama metode lain. Kekurangan metode diskusi ini adalah tidak ada waktu persiapan yang cukup, tidak akan berhasil bila anggota kelompok terdiri dari individu-individu yang tidak tahu apa-apa. 2. Kelompok sindikat (syndicate group)

Kelompok sindikat merupakan salah satu jenis diskusi kelompok kecil (3-6 orang), di mana setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Setiap kelompok akan melaporkan hasil pekerjaannya di depan kelas dalam suatu diskusi pleno atau diskusi kelas. Dalam kelompok sindikat, guru berperan sebagai orang yang menjelaskan garis besar permasalahan kepada seluruh siswa (kelas). Guru menggambarkan aspek-aspek permasalahan, kemudian tiap-tiap sindikat (kelompok) diberi tugas untuk mempelajari aspek tertentu. Tujuan digunakannya kelompok sindikat adalah:


(36)

23

o Agar siswa mampu memanfaatkan bahan pustaka atau sumber belajar selain guru.

o Agar setiap anggota kelompok dapat menghargai pendapat atau gagasan

anggota kelompok yang lain, dan juga mampu memberikan hasil belajar secara kelompok serta menerima hasil belajar dari kelompok lain.

Keunggulan dari kelompok sindikat ini yakni siswa belajar memecahkan dan mempelajari suatu aspek permasalahan secara bersama, tiap kelompok saling membagikan pengalaman belajarnya, dan siswa belajar bertanggung jawab. Kekurangan dari diskusi kelompok kecil jenis kelompok sindikat adalah kemungkinan adanya kelompok yang tidak menyelesaikan tugas dengan baik, memerlukan banyak waktu, dan kurangnya sumber belajar yang menyimpan informasi yang diperlukan akan menghambat penyelesaian tugas. Formasi kelas untuk pelaksanaan kelompok sindikat dapat digambarkan seperti di bawah ini:

3. Fish Rowt

Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang dipimpin oleh seorang ketua.Tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosonu menghadap peserta, seolah-olah menjaring ikan dalam sebuah mangkuk (fish boxvli).Kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat duduk di kursi kosong tersebut.Ketua mempersilahkan berbicara dan setelah selesai kembali ketempat semula.

4. Whole Group

Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan jumlah anggota tidak lebih dari 15 anggota.


(37)

5. Brainstorming

Merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu.di bawah seorang ketua.Semua ide yang sudah masuk dicatat.Untuk kemudian diklasifikasikan menurut suatu urutan tertentu.Suatu saat mungkin ada diantara ide baru tersebut yang dirasa menarik untukdikembangkan.

6. Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk memperdebatkan suatu bahan yang problematis, tanpa memperhatikan peraturan diskusi panel.

7. Colloqinin

Merupakan suatu kegiatan dimana siswa dihadapkan pada nara sumber untuk mengajukan pertanyaan. Selanjutnya mengandung pertanyaan tambahan dari siswa. Pelajaran dengan maksud untuk memperjelas bahan pelajaran yangtelah diterima.Pemimpin diskusi dapat dipegang oleh guru sendiri, tetapi dapat juga diserahkan kepada siswa bila guru ingin memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memimpin.Kecakapan memimpin diskusi memang harus dilatih, bila kita menginginkan keberhasilan suatu diskusi.Seseorang yang belum berpengalaman memimpin diskusi, suatu saat dapat menjadi kebingungan apabila terjadi pembicaraan yang jauh menyimpang dari pokok persoalan, dapat pula terjadi. Seseorang yang senang berbicara akan menguasai seluruh pembicaraan sehingga tidak memberi kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan pendapat. Demikian pula diantara peserta diskusi saling bertentangan pendapatnya, bagi pemimpin yang belum terampil, tidak dapat


(38)

25

mencarikan jalan tengah sehingga seringkali diskusi berakhir tanpa adanya suatu kesimpulan yang jelas. Bila siswa belum pernah mengenal tata cara diskusi, rnereka akan berbicara secara serempak atau spontan menanggapi bila ada suatau pendapat yang menarik. Dan sering terjadi beberapa siswa belum memahami persoalan.sehingga memberikan komentar yang menyimpang dan berkepanjangan. Akibat suasana menjemukan dan tidak dapat melihat kemajuan-kemajuan apa yang telah dicapai.Pemimpin diskusi yang baik, akan sanggup dengan cepat mengambil tindakan menghadapi ketimpangan-ketimpangan tersebut diatas. Untuk itulah para siswa perlu dilatih untuk memperoleh ketrampilan pemimpin yang pada hakikatnya dapat dipelajari.Winarno Surakhmad dalam bukunya “Metodologi Guruan Nasional”. Mengemukakan tiga peranan pemimpin diskusi dalam Syaiful Sagala (2010:34) ialah :

1) Pengatur lalu lintas 2) Dinding penangkis. 3) Penunjukjalan

Pemimpin sebagai pengatur lalu lintas Sebagai seorang pemimpin berhak untuk :

1) Menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota 2) Menjaga agar tidak semua anggota bicara secara serempak.

3) Mencegah dikuasainya pembicaraan oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara.


(39)

4) Membuka kesempatan bagi anggota yang pemalu atau pendiam untuk menyumbangkan ide-ide mereka.

5) Mengatur sedemikian sehingga setiap pembicaraan dapat ditangkap dengan jelas oleh pendengar.

Dari peran tersebut, dapat kita lihat bahwa pemimpin akan belajar memahami sifat-sifat para peserta. la akan belajar bagaimana mendorong si pendiam untuk ikut serta dan bagaimana mencegah anggota yang senang berbicara dan membuka kesempatan bagi anggota lain secara merata. Untuk membatasi orang yang senang berbicara, misalnya dapat dikatakan : “Baik, saya rasa pendapat anda itu telah

dituangkan dengan jelas, coba mari kita lihat beberapa pendapat yang lain”. Atau kepada si pendiam : “Tina, kami belurn mendapat kesempatan mendengarkan

pemikiranmu tentang hal ini, bagaimana pendapatmu ?”. Di sini pemimpin harus dapat mengatur pembicaraan dengan bijaksana sehingga tidak menimbulkan rasa tertekan, marah, dan rendah diri.

Pemimpin sebagai dinding penangkis

Dalam peran ini di ibaratkan seorang pemain tenis yang berlatih memukul bola pada dinding, selalu memantul kembali.Demikian pula pemimpin diskusi senantiasa menerima pertanyaan-pertanyaan dari para peserta dan dipantulkan kembali ke dalarn kelompok.Dia sendiri tidak selalu menjawab langsung setiap pertanyaan yang penting. Bila ada pertanyaan yang muncul, pemimpin dapat mengatakan ya, ini pertanyaan yang baik, bagaimana pendapat anda sekalian

mengenai hal ini ?”.Kepada si pendiam :”Mungkin, Rini akan mengemukakan pendapat atau anggota yang lain?”. Bila sudah memperoleh jawaban, maka


(40)

27

jawaban tersebut dilontarkan kembali kepada para peserta untuk dimintakan pendapat mereka pada suatu saat mungkin diskusi mengalami jalan buntu, maka pada kesempatan itu pemimpin atau guru dapat bertindak sebagai penasihat dan memberi jawaban sehingga soal-soal pokok yang sedang didiskusikan dapat dilanjutkan.Dalam diskusi sering terjadi siswa tidak menyadari struktur pokok diskusi -mereka, atau tidak memahami pokok masalah yang didiskusikan sehingga mudah timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang dari garis pembicaraan.Mereka kehilangan pegangan dan tidak melihat hasil-hasil yang sudah dicapai.Atau tidak disadari bahwa telah tiba saatnya untuk menarik kesimpulan-dan menetapkan langkah-langkah. Kewajiban pemimpin diskusilah untuk memahami dengan seksama struktur diskusi yang baik sehingga ia dapat menunjukkan jalan lurus bila terjadi penyimpangan. Dengan demikian pemimpin mempunyai kewajiban menuntun anggota dalam menentukan langkah-langkah pemecahan masalah. Langkah-langkah yang perlu dipahami dan dipakai sebagai pedoman menuntun diskusi kelas adalah:

o Apakah masalah yang dihadapi?

Pemimpin perlu mengetahui dengan jelas permasalahan yang dihadapi.Bilaperlu ditulis di papan tulis sebelum diskusi dimulai sehingga peserta senantiasa melihat tujuan diskusi.

o Soal-soal penting mana yang terdapat dalam masalah itu?

Kalau dalam diskusi terdapat pandangan yang berbeda, ada baiknya pandangan-pandangan tersebut ditulis pula.Faedahnya, siswa dapat melihat kekurangan-kekurangannya dan mencoba memperbaikisebelum diskusi dilanjutkaan.Dapat terjadi seluruh peserta tidak tahu dengan pasti faktor


(41)

tertentu yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Faktor serupa ini terpaksa dicari dari sumber-sumber lain atau dari nara sumber yang mengetahui.

6. Prosedur Pemakaian Diskusi

Menurut Modjiono (2002:45) Prosedur pemakaian metode diskusi secara umum terbagi menjadi tiga tahapan, yakni tahapan sebelum pertemuan, selama pertemuan, dan setelah peremuan.Pada tiap-tiap tahapan pemakaian metode diskusi terdapat berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru.

1. Tahapan sebelum pertemuan

Kegiatan yang harus dilaksanakan pada tahapan ini adalah: a) Pemilihan topik diskusi.

Yakni suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk menentukan topik diskusi, untuk melakukannya guru dan/atau siswa menggunakan tujuan yang ingin dicapai serta minat dan latar belakang siswa sebagai kriteria:

o Membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan o Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan

o Mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas sesuai dengan jenis

diskusinya

b) Tahapan selama pertemuan

Selama pertemuan diskusi dilaksanakan, sejumlah kegiatan yang harus dilaksanakan oleh para guru dan siswa ialah:

o Guru memberikan penjelasan tentang tujuan diskusi, topik diskusi, dan


(42)

29

o Para siswa dan guru melaksanakan kegiatan diskusi;

o Pelaporan dan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru; o Pencatatan hasil diskusi oleh siswa.

2. Tahapan setelah pertemuan

o Membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum ditanggapi dan

kesulitan yang timbul selama diskusi;

o Mengevaluasi diskusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan evaluasi

dari para siswa.

c. Penerapan Metode Diskusi

Metode apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam suatu proses pembelajaran ?Hal itu jelas harus dikuasai oleh guru.Lebih jelasnya adalah bahwa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) guru harus mampu menguasai berbagai metode yang paling tepat sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.

Penguasaan terhadap metode, alat / media dan teknik pembelajaran ini harus diterapkan dan tercermin dalam program pembelajaran. Jadi pada intinya proses pembelajaran harus bervariatif, metode yang digunakan tidak monoton, sehingga potensi yang ada pada masing-masing anak dapat dikembangkan secara optimal. Berbagai tuntutan di atas akan dapat terlaksana dengan baik apabila guru yang bersangkutan memiliki kemampuan professional, artinya baik dalam motivasi untuk mengajar maupun kemampuan secara teknis instruksional, guru tersebut benar-benar dapat diandalkan. Salah satu bentuk profesionalitas seorang guru


(43)

adalah jika yang bersangkutan mampu menerapkan metode mengajar yang baik, salah satunya adalah metode diskusi dalam pembelajaran.

Nampak dalam proses diskusi bukan hanya faktor kecerdasan anak yang dapat mempengaruhi anak dalam berbicara. Tidak kalah pentingnya adalah

faktor mental anak (keberanian) anak dalam

mengemukakanpendapatnya.Tepatnya adalah faktor kejiwaan si anak. Kejiwaan ini banyak mempengaruhi anak untuk berani bergaul, berani mengemukakan pendapat, berani menyanggah pendapat orang lain, dan juga berani mengakui kebenaran pendapat orang lain jika memang benar.

Proses diskusi memang tidak lepas dari kebiasaan bergaul dengan sesama orang lain, anak yang biasa bergaul akan memiliki kepercayaan diri, karena itu guru hendaknya membentuk suasana sedemikian rupa agar anak tidak canggung-canggung bergaul dengan sesamanya.Persoalan kejiwaan anak memang merupakan persoalan yang prinsip, sebab masa kanak -kanak di dalam konteks psikologis merupakan masa yang penuh kepekaan. Keberhasilan mereka dalam mengatasi masalah psikologis akan membawa dampak besar di masa remaja dan masa dewasanya kelak.Kita sering melihat kenyataan bahwa seorang anak dapat menjadi baik atau buruk di masa depannya salah satunya adalah karena pengaruh kuat dari kondisi psikologisnya ketika mereka masih kecil.Dunia anak dengan berbagai tingkah polahnya memang menyimpan banyak keunikan.


(44)

31

1) Perlunya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa

Anak-anak memang unik, lucu, dan tentu saja menarik untuk disimak. Berbagai fenomena dapat kita amati dari pergaulan antar teman di sekolah (per group).Tidak terlepas dari persoalan kejiwaan itu adalah masalah sosial, atau konkritnya adalah hubungan/pergaulan antar anak baik di lingkungannya.

Hubungan harmonis antar teman atau sebaliknya hubungan yang tidak harmonis antar teman, dapat pula membawa dampak psikososial di masa remaja dan dewasanya kelak.Jadi antara persoalan psikologis dan persoalan soaial dalam arti pergaulan antar teman di masa anak -anak ini saling terkait.Di samping itu faktor kejiwaan yang mungkin merupakan pembawaan (hereditas) dapat pula berpengaruh besar terhadap kelancaran hubungan sosial anak.

Pada sisi lain harmonis tidaknya hubungan antar teman bisa pula menimbulkan persoalan psikologis pada diri anak. Persoalan psikososial yang dialami anak pada gilirannya juga akan menjadi persoalan pendidikan pula. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi apakah seorang anak diterima atau disingkirkan dari pergaulan antar teman, salah satu di antaranya adalah faktor uang jajan sekolah.

Ada dua sisi yang saling silih berganti ibarat dua si si mata uang yang saling bergantian.Dua sisi kondisi yang dimaksud sebagai akibat banyak sedikitnya uang jajan, misalnya suatu saat seorang anak tersingkir dari


(45)

pergaulan teman-temannya. Tetapi di saat lain dapat saja dia menjadi tokoh di antara mereka. Dua sisi kondisi yang demikian selalu silih berganti dialami oleh seorang anak.Oleh karena itu pengaruh kejelian orang tua dalam mengamati seharusnya anak diberi uang jajan berapa, hal itu merupakan sesuatu yang bijaksana.Namun juga dibutuhkan hubungan yang baik dengan para guru di sekolah, agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan secara lebih baik.Dengan komitmen terhadap tugasnya, guru-guru senantiasa selalu berusaha mengasah diri untuk mengembangkan kemampuan professional secara optimal, baik dalam penguasaan : kurikulum, materi pelajaran, penggunaan metode pembelajaran, pemilihan dan penggunaan alat / media belajar secara tepat dan penerapan alat evaluasi secara tepat pula.

Kegiatan belajar sesuai dengan bentuk belajar ketrampilan, menekankan pada proses latihan. Tahapan latihan ini dimulai dengan pencapaian hasil belajar kognitif, baik berupa konsep dan prinsip.Selanjutnya, dilakukan latihan menyesuaikan gerakan dengan aturan-aturan tertentu, dan melalui latihan lebih lanjut, diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuan sampai mencapai kemampuan atau ketrampilan yang berbentuk pola-pola respon.Praktek pengajaran dengan pendekatan keaktifan Guru-Siswa menuntut upaya guru dalam merancang berbagai bentuk kegiatan belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar aktif pada diri siswa. Rancangan itu merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru itu sendiri, maupun bagi siswa.Kadar keaktifan dalam pengajaran dengan pendekatan keaktifan Guru-Siswa tercermin dalam kegiatan baik dilakukan guru, maupun siswa.


(46)

33

2) Harus ada kriteria

Tolok ukur derajat keaktifan suatu proses pengajaran dapat dipandu dengan mengamati ciri sebagai berikut :

a. Para siswa terlibat aktif dalam merencanakan kegiatan yang akan dilakukan serta dalam menentukan tolok ukur keberhasilan belajar.

b. Segi intelektual-emosional siswa ikut aktif dalam berbagai kegiatan yang ditandai kesertaannya dalam keanekaragaman kegiatan, baik secara jasmaniah maupun secara mental.

c. Guru berupaya memberikan kemudahan belajar dan mengkoordinasi kegiatan siswa, namun sedapat-mungkin tidak ada kesan besarnya dominasi guru dalam proses nelajar mengajar.

d. Adanya keanekaragaman penggunaan metode mengajar serta penggunaan media dan alat pelajaran.

Apabila kita perhatikan kriteria keaktifan siswa di atas nampak bahwa sebenarnya baik metode diskusi maupun demonstrasi memiliki kemiripan.Demikian pula dengan metode eksperimen. Ketiganya sangat menuntut keaktifan siswa, hanya bedanya materi apa yang cocok untuk diangkat berbeda.Pelaksanaan demonstrasi sering kali diikuti dengan eksperimen yaitu percobaan tentang sesuatu.Dalam hal ini, setiap siswa melakukan percobaan dan bekerja sendiri-sendiri.Pelaksanaan eksperimen lebih memperjelas hasil belajar.Karena setiap siswa mengalami atau melakukan kegiatan percobaan.Sebagaimana dikemukakan terdahulu, proses belajar semacam ini sesuai dengan konsep belajar sambil melakukan (learning by doing).


(47)

Perbedaan utama antara demonstrasi dan eksperimen, terletak pada pelaksanaan. Demonstrasi hanya mempertunjukkan sesuatu proses di depan kelas, sedangkan eksperimen memberi kesempatan kepada siswa melakukan percobaan sendiri tentang proses yang dimaksud.Jadi metode ini mempunyai kadar keaktifan cukup tinggi dibandingkan dengan demonsrasi. Demonstrasi itu sendiri bila dirangkaikan dengan eksperimen dapat mempertinggi efektifitas pengajaran yang dilaksanakan.Sebenarnya metode apa yang paling cocok dalam suatu proses pembelajaran, bukanlah menjadi persoalan. Sebab penerapan metode juga harus disesuaikan dengan kondisi siswa.Meskipun sebagian besar guru tidak melihat hubungan antara metode dengan basis sosial. Mereka melupakan hubungan cara berpikir dengan basis sosial. Metode sebagai hasil dari cara berpikir dan cara berpikir merupakan hasil jawaban manusia atas berbagai tantangan yang dihadapi dalam alam sekitar.

Dengan adanya pendapat itu, nampaklah bagaimana pentingnya hubungan antara cara berpikir yang dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk diciptakannya metode, dengan kondisi sosial yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat. Dan dalam proses pendekatan ini peranan dunia pendidikan sangat dibutuhkan.Di samping itu penerapan multi metode dan media dalam proses pembelajaran menuntut variatifnya pula penerapan penilaian. Artinya bahwa penilaian tidak hanya sekedar mengukur hasil yang diperoleh, melainkan juga bagaimana mengukur keikutsertaan siswa dalam proses pembeajaran itu. Termasuk misalnya latihan penerapan sopan santun, perilaku, diskusi, penerapan pendekatan fragmentis, dan semacamnya.


(48)

35

Dari uraian dan contoh di atas dapat disimpulkan, bahwa:

1) Setiap proses belajar yang dilaksanakan dengan penuh perhatian terhadap pelajaran maka hasilnya akan lebih baik.

2) Upaya guru menumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain :

a) Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat, atau minat siswa.

b) Menciptakan situasi pembelajaran yang tidak monoton. Umpamanya: penggunaan metode mengajar yang bervariasi, penggunaan media, tempat belajar tidak terpaku hanya di dalam kelas saja.

Guru mengemukakan, upaya apa yang harus dia lakukan:

1) Menarik perhatian siswa dengan cara mengaitkan pelajaran tersebut dengan diri siswa (umpamanya dengan pengalaman mereka)

2) Menarik perhatian siswa dengan cara menciptakan situasi pembelajaran yang bervariasi (umpamanya dalam penggunaan metode mengajar).

Seperti telah dibahas di depan, bahwa belajar itu sendiri adalah aktivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa yang duduk di kelas pada saat pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionalnya tidak terlibat aktif di dalam situasi pembelajaran itu, pada hakikatnya siswa tersebut tidak ikut belajar.Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa yang tidak ikut aktif belajar. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktivitas belajar tersebut.


(49)

d. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian yang relevan, sehingga menghasilkan penelitian yang baik. Mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya, dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Seperti yang terlampir dalam daftar pustaka, peneliti mengambil beberapa referensi dari beberapa penelitian yang sudah ada.

2.9Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV semester 2 mata pelajaran IPS di SDNegeri 2 Palapa kecamatan Tanjung Karang Pusat.Tujuan yang tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut.Pembelajaran ini dapat dikembangkan karena sifat dan karakteristik siswa baik dari aspek fisik,intelektual dan social siswa. Apabila metode diskusi digunakan secara efektif maka akan menghasilkan peningkatan prestasi belajar IPS. Melalui kurikulum 2006 dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi.

2.10Hipotesis

Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Jika penggunaan metode diskusi dengan langkah yang tepat maka dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa.


(50)

37

2. Penggunaan metode diskusi dengan benar dapatlah meningkatkan hasil belajar siswa kelasIV SDNegeri 2 Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Arikunto, dkk (2006: 105).Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dimana siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas. Peneliti dalam metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), prosedur yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu ; (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan (3) Pengamatan (4) refleksi. Adapun siklus dari PTK ini adalah sebagai berikut :

Keterangan: Pr : Perencanaan Pl : Pelaksanaan Pg : Pengamatan Rf : Refleksi

Gambar 3.1 Siklus PTK (IGAK.Wardani 2007:36) �l. �l. �r. Rf. �g. �r. �l. Rf. Rf. �r. �l. �g. �� �� . �� �� . �� �� �g.


(52)

39

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas empat langkah, yaitu: Rencana, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi.

a. Prosedur Penilaian

Dalam tahap perencanaan ini meliputi pengenalan pembelajaran dengan metode diskusi serta menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Perencanaan

Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan dilaksanakannya skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

c. Pengamatan (observing)

Observer mengamati pelaksanaan tindakan untuk mengetahui sejauh mana efek pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran yang dapat dilihat dari motivasi dan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran.

d. Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan suatu kegiatan perenungan secara kritis apa yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kemudian langkah selanjutnya dilaksanakan siklus berikutnya jika diperlukan.

3.2 Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelas IV SD Negeri 2 Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.


(53)

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan terhitung dari bulan September sampai dengan bulan Oktober 2013.

3. Subjek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Palapa Semester Ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok.

4. Sumber Data

a. Guru : Data yang diperoleh melalui observasi

b. Siswa : Sumber data yang di peroleh dari siswa dari post tes yang dilaksanakan pada tiap-tiap siklus

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilaksanakan 3 siklus dengan masing-masing 4 langkah sebagai berikut:

a. Siklus I Perencanaan

1. Permasalahan diidentifikasi melalui pengambilan data nilai harian siswa, observasi di dalam kelas, kemudian permasalahan dirumuskan.

2. Merencanakan untuk menerapkan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Membuat instrumen penelitian yang meliputi rencana pembelajaran (RP), lembar observasi, soal-soal .


(54)

41

Tahap sebelum pertemuan. 1. Pemilihan topik diskusi;

2. Membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan; 3. Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan;

4. Mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas sesuai dengan jenis diskusinya.

Pelaksanaan Pertemuan Pertama Kegiatan awal : Kegiatan inti :

1. Guru menjelaskan materi pelajaran sebelum melakukan diskusi.

2. Setelah menjelaskan materi, guru menjelaskan tujuan dari diskusi, kegiatan diskusi yang akan dilakukan kepada siswa.

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri atas empat siswa. Dalam satu kelompok diharapkan semua dapat aktif dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa yang sudah jelas memberikan penjelasan kepada siswa yang belum jelas.

4. Diskusi yang digunakan adalah jenis diskusi kelompok.

5. Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok perjuangan melawan penjajah dengan indikator mengetahui tokoh pejuang nasional yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa.

6. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing.


(55)

Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.

Kegiatan penutup :

1. Pencatatan hasil diskusi oleh siswa. 2. Pencatatan materi.

3. Perencanaan tindakan lanjutan.

Observasi

Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telahdisediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

Refleksi

Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai prestasi belajara IPS. Hasil kajian tindakan siklus I selanjutnya untuk dipikirkan serta ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Tindakan ini ditetapkan menjadi tindakan baru pada siklus II.

Siklus II Perencanaan

Beberapa hal yang perlu disiapkan yaitu : 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan, 2)menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar dan 4) menyiapkan alat penelitian.


(56)

43

Pelaksanaan Kegiatan inti :

1. Guru menjelaskan materi pelajaran sebelum melakukan diskusi.

2. Setelah menjelaskan materi, guru menjelaskan tujuan dari diskusi, kegiatan diskusi yang akan dilakukan kepada siswa.

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri atas empat siswa. Dalam satu kelompok diharapkan semua dapat aktif dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa yang sudah jelas memberikan penjelasan kepada siswa yang belum jelas.

4. Diskusi yang digunakan adalah jenis diskusi kelompok.

5. Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok sumpah pemuda yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa.

6. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.

Kegiatan penutup :

1. Pencatatan hasil diskusi oleh siswa. 2. Ulangan harian.


(57)

Observasi

Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

Refleksi

Setelah proses pembelajaran dilakukan maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi dilakukan untuk menentukan kekurangan dari pembelajaran yang telah dilakukan menyangkut aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran sehingga kekurangan ini dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya.

Siklus III Perencanaan

Beberapa hal yang perlu disiapkan yaitu : 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan, 2)menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar dan 4) menyiapkan alat penelitian.

Pelaksanaan Kegiatan inti :

1. Guru menjelaskan materi pelajaran sebelum melakukan diskusi.

2. Setelah menjelaskan materi, guru menjelaskan tujuan dari diskusi, kegiatan diskusi yang akan dilakukan kepada siswa.

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri atas empat siswa. Dalam satu kelompok diharapkan semua dapat aktif dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa yang sudah jelas memberikan penjelasan kepada siswa yang belum jelas.


(58)

45

5. Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok sumpah pemuda yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa.

6. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.

Kegiatan penutup :

1. Pencatatan hasil diskusi oleh siswa. 2. Ulangan harian.

Observasi

Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

Refleksi

Setelah proses pembelajaran dilakukan maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi dilakukan untuk menentukan kekurangan dari pembelajaran yang telah dilakukan menyangkut aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran sehingga kekurangan ini dapat diperbaiki.

tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu.


(59)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil dari hasil observasi dan nilai prestasi belajar mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Palapa. Dengan menggunakan alat ukur tes tertulis yang dilakukan pada akhir siklus.

3.5 Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dan diolah menggunakan statistik deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan tentang peningkatan prestasi siswa.

3.6 Indikator Keberhasilan

3.6.1 Aktivitas belajar dinyatakan berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80%.

3.6.2 Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila rata-rata hasil belajar siswa mencapai serendah-rendahnya 65.


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan, pembahasan dan refleksi siklus-siklus pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi pada mata pelajaran IPS kepada siswa kelas IV SD Negeri 2 Palapa Bandar Lampung dapat disimpulkan : 1. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I, II dan III. Pada siklus I,

rata-rata aktivitas siswa adalah 40% dikategorikan kurang. Pada siklus II persentase rata-rata aktivitas siswa 57% dengan kategori cukup. Dan pada siklus III dengan rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 70% dengan kategori baik.

2. Hasil pembelajaran siswa mengalami peningkatan pada siklus I, II dan III. Secara umum dalam kriteria baik. Rata-rata nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 37,14% dengan kategori tergolong kurang. Pada siklus II meningkat menjadi 60% dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus III mengalami peningkatan menjadi 94,2%termasuk kategori amat baik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil refleksi pada setiap siklus dalam penerapan pembelajaran melalui metode diskusi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada tema keanekaragaman suku bangsa di kelas IV SD Negeri 2 Palapa Bandar Lampung,


(61)

maka dalam rangka untuk peningkatan mutu pembelajaran IPS di sekolah dasar, penulis menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Guru disarankan sangat perlu melakukan PTK sebagai evaluasi dan perbaikan terhadap kelemahan dan kekurangan dalam KBM untuk meningkatkan kualitas belajar, out put, maupun kompetensi guru untuk menjadi lebih professional.

2. Kepada peneliti yang terkait pada penelitian yang sama hendaknya memberikan bimbingan yang optimal kepada siswa agar tahap-tahap pembelajaran menggunakan metode diskusi dapat dilakukan siswa dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2007.Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Bandung:

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

BSNP Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. BSNP Depdiknas. Jakarta.

Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati & Mudjiono. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud. Jakarta Poerwadarminto. 1966. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai

Pustaka. Jakarta

Depdiknas. 2006. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Badan Standar Nasional Pendidikan : Jakarta.

E. Slavin. Robert. 2001. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa, Media Bandung.

Hamalik. Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hamalik. Oemar, 2001, Proses Belajar Mengajar, P.T., Bumi Aksara, Jakarta.

Pemanfaatannya. Rajawali Pers, Jakarta.

Ketut, Dewa. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konselingdi Sekolah.. Rineka Cipta. Jakarta.

Maufur, 2009, Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan, PT. Sindur Press, Jl. Pleburan VIII No. 64 Semarang.

Modjiono. 2002. Pembelajaran Kognitif. PT. Bumi Aksara. Jakarta


(63)

Nana Sudjana, 2009, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung : Cet. 14, h. 22

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya. Bandung.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Slavin, Robert. 2001. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa

Media. Bandung.

Syah, Muhidin. (2003). Psikologi belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta Tohirin. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta Trianto. 2009. Metode Diskusi. PT. Bumi Aksra. Jakarta

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksra. Jakarta.

Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. PT.Bumi Aksara. Jakarta Wardani, I.G.A.K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wiriatmadja, 2005, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Remaja Rosda Karya. Bandung.

Yosa, Doantara. (2008). Aktivitas dan Prestasi Belajar, (Online) (http://ipotes.wordspress.com, diakses pada 27 April 2013).


(1)

45

5. Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok sumpah pemuda yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa.

6. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.

Kegiatan penutup :

1. Pencatatan hasil diskusi oleh siswa. 2. Ulangan harian.

Observasi

Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

Refleksi

Setelah proses pembelajaran dilakukan maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi dilakukan untuk menentukan kekurangan dari pembelajaran yang telah dilakukan menyangkut aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran sehingga kekurangan ini dapat diperbaiki.

tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu.


(2)

46

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil dari hasil observasi dan nilai prestasi belajar mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Palapa. Dengan menggunakan alat ukur tes tertulis yang dilakukan pada akhir siklus.

3.5 Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dan diolah menggunakan statistik deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan tentang peningkatan prestasi siswa.

3.6 Indikator Keberhasilan

3.6.1 Aktivitas belajar dinyatakan berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80%.

3.6.2 Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila rata-rata hasil belajar siswa mencapai serendah-rendahnya 65.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan, pembahasan dan refleksi siklus-siklus pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi pada mata pelajaran IPS kepada siswa kelas IV SD Negeri 2 Palapa Bandar Lampung dapat disimpulkan : 1. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I, II dan III. Pada siklus I,

rata-rata aktivitas siswa adalah 40% dikategorikan kurang. Pada siklus II persentase rata-rata aktivitas siswa 57% dengan kategori cukup. Dan pada siklus III dengan rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 70% dengan kategori baik.

2. Hasil pembelajaran siswa mengalami peningkatan pada siklus I, II dan III. Secara umum dalam kriteria baik. Rata-rata nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 37,14% dengan kategori tergolong kurang. Pada siklus II meningkat menjadi 60% dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus III mengalami peningkatan menjadi 94,2%termasuk kategori amat baik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil refleksi pada setiap siklus dalam penerapan pembelajaran melalui metode diskusi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada tema keanekaragaman suku bangsa di kelas IV SD Negeri 2 Palapa Bandar Lampung,


(4)

74

maka dalam rangka untuk peningkatan mutu pembelajaran IPS di sekolah dasar, penulis menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Guru disarankan sangat perlu melakukan PTK sebagai evaluasi dan perbaikan terhadap kelemahan dan kekurangan dalam KBM untuk meningkatkan kualitas belajar, out put, maupun kompetensi guru untuk menjadi lebih professional.

2. Kepada peneliti yang terkait pada penelitian yang sama hendaknya memberikan bimbingan yang optimal kepada siswa agar tahap-tahap pembelajaran menggunakan metode diskusi dapat dilakukan siswa dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2007.Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Bandung:

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

BSNP Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. BSNP Depdiknas. Jakarta.

Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati & Mudjiono. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud. Jakarta Poerwadarminto. 1966. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai

Pustaka. Jakarta

Depdiknas. 2006. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Badan Standar Nasional Pendidikan : Jakarta.

E. Slavin. Robert. 2001. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa, Media Bandung.

Hamalik. Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hamalik. Oemar, 2001, Proses Belajar Mengajar, P.T., Bumi Aksara, Jakarta.

Pemanfaatannya. Rajawali Pers, Jakarta.

Ketut, Dewa. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konselingdi Sekolah.. Rineka Cipta. Jakarta.

Maufur, 2009, Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan, PT. Sindur Press, Jl. Pleburan VIII No. 64 Semarang.

Modjiono. 2002. Pembelajaran Kognitif. PT. Bumi Aksara. Jakarta


(6)

Nana Sudjana, 2005 Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Balai Pustaka, Bandung. Hal. 22.

Nana Sudjana, 2009, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung : Cet. 14, h. 22

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya. Bandung.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Slavin, Robert. 2001. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa

Media. Bandung.

Syah, Muhidin. (2003). Psikologi belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta Tohirin. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta Trianto. 2009. Metode Diskusi. PT. Bumi Aksra. Jakarta

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksra. Jakarta.

Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. PT.Bumi Aksara. Jakarta Wardani, I.G.A.K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wiriatmadja, 2005, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Remaja Rosda Karya. Bandung.

Yosa, Doantara. (2008). Aktivitas dan Prestasi Belajar, (Online) (http://ipotes.wordspress.com, diakses pada 27 April 2013).


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG

0 10 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK DAN PEMANFAATAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KUTOARJO TAHUN AJARAN 2011/2012

0 13 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 NEGERISAKTI TAHUN AJARAN 2011/2012

0 12 84

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 22 37

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 2 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 63

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE LATIHAN DENGAN MEDIA REALIA SISWA KELAS IV SD KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 33 58

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TIPE MAKE A MATCH SISWA KELAS IV SDN 2 SAWAH LAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 2 81

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V DENGAN METODE DISKUSI PADA SEKOLAH DASAR NEGERI 2 WAY KEPAYANG KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TP 2013/2014

1 12 73