Sekilas Kajian atas Mitos Hak Biblikal Bangsa Yahudi atas Tanah Palestina

yang dijanjikan tersebut. 16 Mereka boleh mengambil secara paksa, mengeksploitasi dan menyusun strategi guna mengambil tanah, harta di tanah yang mereka anggap sebagai tanah mereka sebagaimana telah dijanjikan dalam kitab Kejadian 15:18. Di samping itu, Nampak bangsa Yahudi memanfaatkan ajaran Judaisme untuk mengabsahkan gagasan tentang sebuah “tanah”. Dalam Kitab Taurot disebutkan bahwa “bangsa dan tanahnya adalah satu” dan “tanah Israel adalah tanah yang suci” Zakaria: 2:12 dan tanah tersebut adalah “tanah Tuhan”, karena Tuhan tinggal di sana Yusya‟, 9 : 3 “tanah Yang Dijanjikan” karena Tuhan menjanjikan kepada Ibrahim untuk mewariskan tanah tersebut kepada keturunannya Tatsniah; 11:12. Dengan dalil dalil dari kitan suci itu mereka mulai mencari cari satu wilayah yang memungkinkan untuk mereka jadikan sebagai Negara Yahudi. Tersebutlah beberapa wilayah yang mereka impikan, diantaranya adalah Uganda, Argentina, Australia, dan Palestina Dengan berlandaskan kitab-kitab itu akhirnya bangsa Yahudi memilih Palestina. Mereka lebih tertarik kepada Palestina. Sebab ingin memanfaatkan kecenderungan para pecinta Zion Hovevel Zion dan memperkuat gerakan yang dibentuknya lewat hubungan tradisi religius. 17 Orang Yahudi memang memiliki keterikatan religius dengan Tanah Palestina. Para nabi, terutama Nabi Ibrahim, Musa dan Sulaiman memang pernah memimpin bangsa Yahudi dan mencapai kejayaan di Tanah Palestina. Bangunan Heikal Sulaiman, Tembok Barat, atau Tembok Ratapan sampai sekarang masih banyak dikunjungi orang orang Yahudi untuk peribadatan.

D. Sekilas Kajian atas Mitos Hak Biblikal Bangsa Yahudi atas Tanah Palestina

Dengan dasar Kitab Bibel, Bangsa Yahudi mengklaim bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan pada mereka, karena mereka adalah keturunan Ibrahim. Benarkah tanah Palestina hanya untuk bangsa Yahudi dan keturunannya saja ? Benarkah nabi Ibrahim hanya menurunkan orang-orang Yahudi saja? Apabila dikaji lebih cermat dan adil selain Ishak, Ibrahim juga memiliki putra lainnya yaitu Ismail lihat kembali, sekilas bangsa Yahudi . Maka seharusnya Ismail dan seluruh keturunannya yang merupakan keturunan Ibrahim, juga berhak atas Palestina. Dalam keturunan Ismail terdapat bangsa Arab yang merupakan moyang Nabi Muhammad SAW. 16 Shofwan Al Banna, op.cit., hlm. 147. 17 Muhammad Al Ghazzali, , “Hishadul Ghururi”, a. b. Muhammad Syaf, Islam Arab dan Yahudi Zionisme , Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hlm. 76. Bangsa Yahudi nampaknya tidak melihat putra Ibrahim yang lainnya dan hanya menganggap merekalah keturunan Ibrahim. Selain faktor adanya keturunan di atas, ada beberapa bantahan terhadap klaim kepemilikan tanah Palestina oleh bangsa Yahudi berdasarkan kitab Bibel tersebut. Bantahan tersebut antara lain: 1. Bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan Tuhan dan diberikan janji kepemilikan tanah Paletina seperti yang dituliskan dalam kitab suci. Akan tetapi banyak perilaku mereka yang menyimpang seperti bersikap congkak dan membunuh beberapa nabi, sehingga Tuhan pada akhirnya memberikan hukuman bagi mereka yaitu dengan penghancuran kerajaan mereka oleh tentara Romawi yang mengakibatkan mereka kehilangan tempat tinggal dan terdiaspora ke berbagai negara. Menurut Dr. Dewey Beegle salah seorang ahli Injil, menyatakan bahwa bangsa Yahudi kuno tidak berhasil mematuhi perintah-perintah Tuhan dan karenanya kehilangan janji tersebut. 18 2. Terdapat beberapa penentangan dalam Kitab itu sendiri. Kaum Zionis hanya mengambil beberapa ayat yang ada dalam kitab yang mendukung klaim agar dapat memuluskan tujuan mereka. Paling tidak uraian contoh berikut ini dapat memberikan gambaran mengenai penentangan dalam kitab Bibel itu sendiri tentang “Tanah Yang Dijanjikan”. Dalam salah satu ayat dijelaskan bahwa Tuhan menjanjikan tanah pada Ibrahim dan anak keturunannya, akan tetapi pada ayat yang lain diungkapkan pula bahwa Ibrahim tidak menganggap bahwa tanah tersebut adalah tanah yang dijanjikan pada dirinya dan anak keturunannya. Beliau justru harus membeli tanah di kawasan itu untuk mengubur istrinya. Petikan cerita tersebut terdapat pada Kitab Kejadian 23: 4 yang isinya: “Aku ini orang asing dan pendatang diantara kamu, berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan menguburkan istriku”. 19 Bahkan, beliau harus membayar tanah untuk mengubur istrinya dengan 400 sykal Perak. Ini menunjukkan, bahwa Nabi Ibrahim tidak merasa memiliki tanah tersebut. Bukti lain bahwa tanah tersebut bukan sebagai tanah nabi Ibrahim dan anak keturunannya ditunjukkan pada peristiwa ketika Nabi Daud, salah satu keturunan Nabi Ibrahim, akan 18 Paul Findley, “Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S-Israeli Relationship, a.b. Rahmani Astuti, Diplomasi Munafik Zionis Israel: Mengungkap Fakta dan Hubungan AS-Israel, Jakarta: Mizan, 2006, hlm. 25. 19 Lembaga Biblika Indonesia, Kitab Suci Perjanjian Lama, Jakarta: Arnoldus Ende, 1975, hlm 58. membangun mizbah, beliau harus membeli tanah di wilayah tersebut dari Arauna raja Jebusite dengan harga 50 sykal perak. Bukti-bukti tersebut jelas menunjukkan bahwa tanah Palestina bukan merupakan Tanah Yang Dijanjikan sebagaimana diklaim oleh Yahudi. Kalaupun benar itu sebagai Tanah Yang Dijanjikan, bukan hanya untuk orang-orang Yahudi, tetapi untuk seluruh umat manusia keturunan dari Nabi Ibrahim. Pada sisi yang lain, tindakan kaum Yahudi di tanah Palestina tersebut juga ditentang oleh beberapa rabi mereka. Sebab menurut para rabi Yahudi, apa yang mereka lakukan bertentangan dengan tradisi Judaisme. Para rabi mengungkapkan bahwa penaklukan kembali Palestina dengan uang dan senjata berarti mengkhianati tradisi-tradisi Judaisme yang paling luhur dan paling mulia dan akan bertentangan dengan janji-janji Mesianik Judaisme. 20 Selain para rabi yang menolak perpindahan ke Palestina, banyak para ahli Yahudi yang turut memprotes tindakan ini, mereka yang termasuk golongan yang memprotes antara lain ahli Fisika Albert Einstein, ahli filsafat Martin Buberdan Prof. Judah L. Magnes Guru Besar Universitas Hebrew, Yerusalem. 21 Bahkan Albert Estein menulis sebagai berikut: Saya lebih suka melihat tercapainya suatu persetujuan yang wajar dengan orang-orang Arab atas dasar hidup berdampingan secara damai daripada pembentukan sebuah negara Yahudi. Terlepas dari pertimbangan-pertimbangan praktis, kesadaran saya mengenai sifat hakiki Judaisme menentang mengenai sebuah Negara Yahudi dengan tapal-tapal batasnya, sebuah tentara dan kekuasaan keduaniawian, bagaimanapun kecilnya. Saya khawatir akan kerugian batin yang akan diderita Judaisme terutama sebagai akibat berkembangnya suatu nasionalisme picik di dalam barisan kita sendiri…. Kita bukan lagi orang-orang Yahudi dari periode makabi. Jika kita kembali menjadi sebuah nasion, dalam arti politik, maka hal itu akan sama artinya dengan memalingkan diri dari spritualisasi kamunitas kita yang merupakan hasil jenius nabi-nabi kita. 22 Alasan lainnya para ahli Yahudi menolak adanya klaim bangsa Yahudi yang menginginkan bangsa Yahudi berpindah ke Palestina adalah 23 ; 20 Roger Garaudy,”The Case of Israel, a Study of Political Zionism“, a.b. Moelia Radja Siregar, Zionisme: Sebuah Gerakan Keagamaan dan Politik , Jakarta: Gema Insani Press, 1995, hlm. 72-73. 21 Riza Sihbudi dkk, Profil Negara-negara Timur Tengah, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995, hlm. 104. 22 Moshe Menuhin, “The Decadence of Judaisme in Our Time”, dalam Roger Garaudy, ”The Case of Isr ael, a Study of Political Zionism“, a.b. Moelia Radja Siregar, Zionisme: Sebuah Gerakan Keagamaan dan Politik , Jakarta: Gema Insani Press, 1995, hlm. 75. 23 Roger Garaudy, op.cit., hlm. 222-223. Pertama , berdirinya negara Yahudi di Palestina akan mengakibatkan pertikaian dengan penduduk asli yang telah bekerja dan tinggal berabad-abad di Palestina. Kedua , Zionisme akan membangkitkan kecurigaan terhadap orang-orang Yahudi di seluruh dunia, mereka akan dianggap memiliki kesetiaan ganda dan warganegara ganda. Penolakan akan kembalinya bangsa Yahudi ke Palestina bukan hanya datang dari para ahli yang diakui di dunia akan tetapi juga dari mereka, bangsa Yahudi sendiri yang taat pada agama dan kurang suka dengan tindakan yang dilakukan oleh kaum Zionis. Sebab apa yang dilakukan Zionis adalah tindakan pembataain dan terror terhadap masyarakat Arab Palestina. Tindakan- tindakan terror semacam itu semuanya bertentangan dengan ajaran Yahudi. Sebenarnya klaim-klaim teologis bukanlah barang baru dalam sejarah kolonisasi dunia. Kita masih ingat, penjelajahan samodra yang kemudian melahirkan kolonisasi dan imperialisme salah satunya adalah didorong oleh semangat gospel, yakni menyebarkan ajaran agama Nasrani. Saat perang Salib berlangsung, penguasa Perancis pernah mengglorakan “ Gesta Dei per Francos ” yang artinya “Perancis adalah tangan Tuhan untuk melakukan sesuatu”. 24 Raja- raja Spanyol juga mengklaim dirinya sebagai raja yang “paling Katolik”, walaupun di saat yang bersamaan mereka begitu gigih membantai bangsa Indian Amerika. 25 Tidak hanya itu, tentara Amerika pun dijejali doktrin yang sama saat mereka akan diberangkatkan ke medan perang di Vietnam; Kardinal Spellman mengatakan kepada mereka “kalian adalah tentara Kristus”. 26 Jadi tidak aneh apabila bangsa Yahudi juga kemudian datang ke Palestina dengan membawa semboyan “tanah yang dijanjikan” untuk “bangsa pilihan”.

E. Penutup