PENGARUH KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMPN 2 BANDAR LAMPUNG

PENGARUH KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI
SMPN 2 BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh
HETTY SARINAH SAMOSIR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI
SMPN 2 BANDAR LAMPUNG

Oleh


HETTY SARINAH SAMOSIR

Pembelajaran fisika menggunakan bahasa pengantar Inggris mempersiapkan siswa
untuk memiliki kompetensi global yang dapat bersaing secara internasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh signifikan
kemampuan bahasa Inggris terhadap hasil belajar fisika siswa menggunakan
model Inkuiri. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP
Negeri 2 Bandar Lampung semester ganjil sedangkan sampel yang diambil yaitu
kelas VII6 dan VII7. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling.
Data pada penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu kemampuan bahasa Inggris dan
hasil belajar fisika. Data kemampuan bahasa Inggris diperoleh dari tes TOEFL
Junior yang diterbitkan oleh Educational Testing Service, Princeton University.
Data hasil belajar fisika materi Kalor diperoleh menggunakan posttest tipe Inkuiri.
Berdasarkan hasil uji regresi linier sederhana pada penelitian ini, diperoleh nilai
koefisien korelasi atau nilai R sebesar 0,747 berkategori korelasi tinggi dan
diperoleh nilai koefisien determinasi atau R squared sebesar 0,558 yang
menunjukkan bahwa kemampuan bahasa Inggris memiliki pengaruh kontribusi
sebesar 55,8 % terhadap hasil belajar Fisika menggunakan model Inkuiri.
Persamaan uji regresinya, yaitu Y= -80,046 + 0,207 X. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh positif, di mana semakin tinggi kemampuan bahasa
Inggris, maka hasil belajar fisika siswa menggunakan model Inkuiri semakin
tinggi juga. Dari uji regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara kemampuan bahasa Inggris terhadap hasil belajar fisika
menggunakan model Inkuiri di SMPN 2 Bandar Lampung.

ii

Hetty Sarinah Samosir
Hetty Sarinah Samosir
Hal tersebut dikarenakan bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah dalam
proses pembelajaran fisika. Siswa mengkomunkiasikan informasi, hasil belajar,
eksperimen dan pengetahuan yang dimilikinya secara ilmiah menggunakan bahasa
baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Kata kunci: pengaruh, kemampuan bahasa Inggris, hasil belajar, model Inkuiri.

iii

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Kalianda, pada tanggal 25 Agustus 1991 anak pertama dari
lima bersaudara dari Bapak Olan Samosir dan Ibu Veronica Situmorang. Penulis
mengawali pendidikan formal pada tahun 1994 di TK Xaverius Kalianda dan pada
tahun 2006 pindah ke Bandar Lampung untuk melanjutkan pendidikannya di
SMAN 9 Bandar Lampung. Kemudian pada tahun 2013 penulis terpilih oleh
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta untuk mewakili Indonesia dalam
program Study of the U.S. Institutes (SUSI) for Student Leaders on Pluralism and
Democracy di Temple University, Philadelphia. Penulis juga berkesempatan
untuk mempelajari demokrasi di Istana Putih Presiden dan Kantor Senat
Pennsylvania di Washington DC, mempelajari Hak Asasi Manusia di Human
Right Watch, Empire State Building dan Kantor Besar Perserikatan Bangsabangsa New York, mempelajari imigrasi di Florida International University.
Sepulang dari program SUSI, penulis aktif berkontribusi bagi Indonesia di
berbagai kegiatan sosial dan kepemudaan, juga memimpin dua proyek nasional
yang dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat. Pada tahun 2014 penulis terpilih
melalui seleksi tingkat dunia sebagai penerima beasiswa Total Rome Model
United Nations di Italia. Prestasi lainnya pun mengiringinya, yaitu mewakili
Indonesia dalam dua konferensi simulasi sidang Perserikatan Bangsa-bangsa,
World Model United Nations yang diadakan oleh Universitas Harvard di Brussels,

viii


Belgia dan Geneva International Model United Nations yang diadakan oleh
GIMUN di Markas Besar PBB di Jenewa, Swiss. Dalam kegiatan Internasional
yang diikutinya baik dalam negeri maupun luar negeri, penulis terus membawa
nama baik Universitas Lampung dan memperkenalkan Universitas Lampung di
mata global. Pada bulan Juni 2014 penulis terpilih sebagai juara pertama tingkat
nasional lomba Innovative Product yang diadakan oleh Perusahaan Amerika
Serikat Mc. Kinsey & Company dalam program Young Leaders for Indonesia di
Jakarta dan juga terpilih sebagai finalis lomba proyek internasional, Alumni
Engagement Innovation Fund yang diadakan oleh Pemerintah Amerika Serikat di
Washington DC. Penulis bercita-cita ingin melanjutkan pendidikan pasca sarjana
di Eropa dan terus berkarya untuk Indonesia.

ix

MOTO

Education gives dignity.
(Ayah, Olan Samosir)


Education is the most powerful weapon that you can use to change the world.
(Nelson Mandela)

PERSEMBAHAN

Puji Tuhan. Penulis mempersembahkan karya ini sebagai tanda cinta dan terima
kasih kepada:
A.

Ayah, Olan Samosir dan Ibu, Veronica Situmorang yang selalu bekerja
keras untuk memperjuangkan anak-anaknya agar dapat sekolah dan yang
selalu membawa penulis dalam setiap doa.

B.

Bärli, Olivier Duperrut yang selalu memberikan motivasi dan dukungan
agar penulis menyelesaikan studi di Universitas Lampung dan selalu
meyakinkan penulis mampu bersaing secara global.

C.


Adik-adikku Prisca Samosir, Vehren Ade Putra, Sergio Samosir, dan Anju
Samosir.

D.

Michael Tengeri dan Misato Harasawa, saudara dan saudari angkat penulis
yang selalu memberikan semangat ketika menghadapi hambatan eksternal
saat menyelesaikan skripsi.

E.

Anak-anak pesisir, Desa Umbul Asem yang mencintai penulis dan selalu
tersenyum ketika penulis datang ke desa setiap minggu untuk mengajar
anak-anak nelayan ini dengan harapan anak-anak nelayan ini bisa menjadi
generasi Indonesia yang cerdas.

F.

Almamater Universitas Lampung.


SANWACANA

Segala puji Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
A.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.

B.

Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

C.

Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika yang terus memberikan motivasi positif.

D.

Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing I dan
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis selama menyelesaikan skripsi, terlebih menyelesaikan studi di
Program Studi Pendidikan Fisika.

E.

Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan dan nasehat untuk kebaikan penulis.

F.

Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd. selaku pembahas yang telah memberikan
kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian.

G.


Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

xii

H.

Ibu Euis Tati Darnati, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bandar
Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian di sekolah.

I.

Bapak Agus, S.Pd., selaku guru mitra dan murid-murid kelas VII6 dan VII7
SMP Negeri 2 Bandar Lampung atas bantuan dan kerja samanya selama
penelitian berlangsung.

J.

Teman-teman Program Studi Pendidikan Fisika B 2009, terima kasih atas

kekeluargaan yang telah terjalin selama ini, semoga tidak akan terputus
ditelan zaman.

K.

Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di Pendidikan Fisika: alumni, angkatan
2008, 2010, 2011, 2012, dan 2013 semoga selalu menjadi keluarga besar
pendidikan fisika yang solid dan bersahabat.

L.

Alumni seperjuangan Study of the US Institute 2013 di Temple University,
Philadelphia yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.

M.

Rekan-rekan seperjuangan Harvard World Model United Nations di Belgia
serta seluruh pengurus organisasi Indonesian Future Leaders Lampung
yang selalu menjadi inspirasi.


N.

Young Leaders for Indonesia dan Mc. Kinsey & Company yang
memberikan capacity building kepada penulis mengenai manajemen waktu.

O.

Political Counselor US Embassy, Thedore Lyng yang selalu mengajari
penulis bagaimana menjadi seorang yang berguna untuk Indonesia dan
memotivasi penulis untuk menggapai mimpi melanjutkan pendidikan pasca
sarjana di luar negeri.

xiii

P.

Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Q.

Semoga Tuhan melimpahkan berkat-Nya kepada kita semua, serta berkenan
membalas semua budi yang diberikan kepada pengembang dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014
Peneliti,

Hetty Sarinah Samosir

xiv

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii
SURAT PERYATAAN .................................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viii
MOTTO .......................................................................................................... x
PERSEMBAHAN .......................................................................................... xi
SANWACANA ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1.
2.
3.

Kemampuan dan Penggunaan Bahasa Inggris ............................ 7
Hasil Belajar .............................................................................. 12
Pembelajaran Model Inkuiri ....................................................... 18
xv

4.

Sintaks Pembelajaran Inkuiri. .................................................... 20

B.

Kerangka Pemikiran ......................................................................... 22

C.

Hipotesis ........................................................................................... 24

III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian ............................................................................ 25
B. Sampel Penelitian ............................................................................. 25
C. Desain Penelitian .............................................................................. 25
D. Variabel Penelitian ............................................................................ 26
E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 26
F. Analisis Instrumen ............................................................................ 27
1.
2.

Uji Validitas ............................................................................... 27
Uji Reliabilitas ........................................................................... 28

G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 29
H. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis .................................. 30
1.

2.

Analisis Data ...............................................................................
a) Data Kemampuan Bahasa Inggris Siswa .............................
b) Data Hasil Belajar ................................................................
Pengujian Hipotesis ....................................................................
a) Uji Normalitas .....................................................................
b) Uji Linieritas ........................................................................
c) Uji Regresi Linier Sederhana ..............................................

30
30
32
33
34
34
35

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .................................................................................................. 37
1. Hasil Uji Instrumentasi ............................................................... 38
a) Uji Validitas ......................................................................... 38
b) Uji Reliabilitas ..................................................................... 39
2. Hasil Pengumpulan Data ............................................................ 39
a) Kemampuan Bahasa Inggris ................................................ 39
b) Hasil Belajar ........................................................................ 40
3. Hasil Pengujian Hipotesis ...........................................................
a) Uji Normalitas .......................................................................
b) Uji Linieritas .........................................................................
c) Uji Regresi Linier Sederhana ................................................
B.

42
42
43
44

Pembahasan ..................................................................................... 47

xvi

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan ..................................................................................... 54

B.

Saran ................................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1

Kriteria Hasil Belajar................................................................................. 14

2.2

Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri........................................................ 21

3.1

Interpretasi Validitas .................................................................................. 27

3.2

Nilai Koefisien Alpha ............................................................................... 29

3.3

Rubrik Penilaian Kemampuan Bahasa Inggris ......................................... 30

3.4

Level Kemampuan Bahasa Inggris Berdasarkan Kisaran Skor
Skor TOEFL Junior ................................................................................... 31

3.5

Kriteria Kemampuan Bahasa Inggris Berdasarkan Kisaran TOEFL
Junior ........................................................................................................ 32

3.6

Kategori Perhitungan Presentase............................................................... 33

3.7

Kriteria Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ........................................... 33

3.8

Kategori Koefisien Korelasi ...................................................................... 35

4.1

Hasil Uji Validitas ..................................................................................... 38

4.2

Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................. 39

4.3

Nilai Kemampuan Bahasa Inggris Profesi ................................................ 40

4.4

Nilai Kemampuan Bahsa Inggris Secara Keseluruhan ............................. 40

4.5

Presentase Level Kemampuan Bahasa Inggris ......................................... 40

4.6

Nilai Setiap Butir Soal Tipe Inkuiri .......................................................... 41

4.7

Nilai Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa ...................................................... 41

4.8

Presentase Kualifikasi Nilai Siswa............................................................ 41

4.9

Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 42

4.10 Hasil Uji Linieritas .................................................................................... 43
4.11 Hasil Uji Regresi ....................................................................................... 44
4.12 Koefisien Korelasi dan Determinasi Regresi ............................................ 45
4.13 Model Persamaan Regresi ......................................................................... 45

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1. Ranah Kognitif Menurut Taksonomi Bloom………................................. 15
2.2. Bagan Paradigma Pemikiran ..................................................................... 24
3.1

Desain Eksperimen One-Shot Case Study................................................... 26

4.1

Kemampuan Bahasa Inggris Siswa…………….………........................... 47

4.2

Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Model Inkuiri……….............. 48

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1.

Silabus .......................................................................................................

58

2.

Rencana Pelaksaan Pembelajaran .............................................................

60

3.

Kisi-kisi Tes Produk .................................................................................

68

4.

Tabel Spesifikasi Lembar Penilaiain.........................................................

71

5.

Soal Posttest Model Inkuiri Materi Kalor dan Kunci Jawaban ...............

73

6.

Soal TOEFL Junior dan Kunci Jawaban ..................................................

76

7.

Lembar Kerja Siswa dan Kunci Jawaban .................................................

101

8.

Buku Siswa ...............................................................................................

109

9.

Daftar Nilai Uji Instrumen Posttest ..........................................................

121

10. Daftar Nilai Posttest ..................................................................................

122

11. Daftar Nilai Kemampuan Bahasa Inggris ................................................. 123
12. Uji Instrumen
A.
B.

Uji Validitas..................................................................................... 125
Uji Reliabilitas ................................................................................. 126

13. Uji Hipotesis
A.
B.
C.

Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov ............................................... 127
Uji Liniearitas .................................................................................. 128
Uji Regresi Linier Sederhana .......................................................... 131

14. Surat Izin penelitian .................................................................................. 132
15. Surat Keterangan Penelitian ...................................................................... 133
16. Foto Penelitian .......................................................................................... 134

1

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dari dari 189 negara Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang menandatangani deklarasi kesepakatan
Millennium Develoment Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diartikan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium pada bulan September
tahun 2000 di New York, Amerika Serikat. Deklarasi ini merupakan sebuah
arahan pembangunan global. Pendidikan merupakan salah satu tujuan dan
sasaran utama yang tercantum dalam Deklarasi Kesepakatan MDGs ini.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk berusaha mencapai target
MDGs, setidaknya hal tersebut bisa mengubah tingkat Sumber Daya
Manusia Indonesia menjadi lebih baik. Pendidikan merupakan sarana
terciptanya generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal tersebut
memacu pemerintah dan bangsa Indonesia untuk membangun generasi
Indonesia yang lebih cerdas agar program MDGs dapat tercapai.

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan, yaitu dengan adanya pergantian kurikulum, diklat
pendidikan, dan peraturan perundang-undangan yang mengatur pendidikan
seperti Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 yang mengatur tentang

2

Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
Seiring dengan perkembangannya dalam dunia pendidikan diperlukan
sekolah yang berkualitas yang tidak hanya mengembangkan keunggulan
lokal melalui penyedia tenaga-tenaga terdidik, tetapi juga perlu menyikapi
tersedianya satuan pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan kaliber
dunia di Indonesia. Di Provinsi Lampung, banyak sekolah sempat
menggunakan nomanklatur internasional terutama di kalangan sekolah
swasta. Pada perkembangannya sekolah negeri kemudian turut pula
meramaikan istilah internasional. Walaupun status sekolah Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) sudah dihapuskan oleh pemerintah, namun
beberapa sekolah negeri maupun swasta masih tetap memepertahankan
kualitas berstandar internasional dengan tetap menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantarnya. Salah satu sekolah yang masih tetap
mempertahankan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa instruksional,
yaitu SMPN 2 Bandar Lampung.

Fisika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk menunjang
perkembangan siswa, oleh sebab itu sistem pembelajaran fisika pun perlu
ditingkatkan kualitasnya. Fisika juga penting dipelajari karena fisika
merupakan produk suatu proses pengkajian gejala alam dan kumpulan
pengetahuan tentang gejala dan perilaku alam yang dapat digunakan untuk
membantu pengembangan bidang-bidang profesi seperti kedokteran,
pertanian, rekayasa teknik, dan sebagainya. Oleh karena itu, IPA fisika

3

menjadi salah satu materi dalam kebijakan pendidikan pemerintah untuk
membekali Sumber Daya Manusia (SDM). Pembelajaran fisika
menggunakan bahasa pengantar Inggris mempersiapkan siswa untuk
memiliki kompentensi global dan juga mempersiapkan pengembangan
teknologi yang dapat bersaing secara internasional di masa depan. Selain itu
artikel, jurnal, berita penemuan terbaru dan diskusi mengenai fisika lebih
banyak dimuat dalam bahasa Inggris sehingga siswa tidak terbatas oleh
informasi mengenai fisika dalam bahasa Indonesia saja. Kemampuan
berbahasa Inggris siswa yang baik dalam mendengarkan, menulis, dan
membaca akan menentukan hasil belajar fisika siswa pada kelas berbahasa
instuksional Inggris. Dari hasil observasi yang dilakukan ke SMPN 2
Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa nilai Kriteria Ketuntasan
Minumum mata pelajaran fisika, yaitu 76 dan siswa masih mengalami
kesulitan dalam kegiatan pembelajaran fisika menggunakan bahasa
pengantar Inggris dikarenakan sistem pembelajaran yang cenderung begitu
sulit dimengerti dan kurang menyenangkan. Siswa juga mengakui bahwa
mereka sulit mengadaptasi sistem pembelajaran baru untuk materi fisika
pada kurikulum 2013. Siswa pun khawatir di akhir tahun pelajaran, mereka
tidak mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minumum untuk mata pelajaran
fisika. Sebagian besar siswa sudah memiliki kemampuan bahasa Inggris
yang baik, namun siswa juga kurang termotivasi untuk meningkatkan
kemampuan bahasa Inggrisnya sehingga hasil belajar fisika menggunakan
bahasa Inggris kurang begitu memuaskan.

4

Salah satu pakar pendidikan Amerika Serikat Lee (2008) mempromosikan
bahwa penggunaan model Inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar fisika
English learner (atau siswa yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris)
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Fisika banyak membahas
permasalahan lingkungan sekitar sehingga diperlukan sebuah model yang
dapat membangkitkan rasa keingintahuan siswa dan bahasa Inggris dapat
menjadi sarana siswa untuk mengkomunikasikan hasil temuannya untuk
menjadikan siswa sebagai individu yang berkompeten secara global.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diduga bahwa kemampuan bahasa Inggris
dan penggunaan model Inkuri akan berpengaruh terhadap hasil belajar fisika
siswa. Atas dasar inilah penulis mencoba untuk meneliti dengan mengambil
judul: “Pengaruh Kemampuan Bahasa Inggris Terhadap Hasil Belajar Fisika
Menggunakan Model Inkuiri di SMPN 2 Bandar Lampung” untuk
mengetahui adakah pengaruh signifikan dari kemampuan bahasa Inggris
terhadap hasil belajar fisika siswa menggunakan model Inkuiri.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh yang signifikan kemampuan
bahasa Inggris siswa terhadap hasil belajar fisika menggunakan model
Inkuiri di SMPN 2 Bandar Lampung?”

5

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kemampuan bahasa
Inggris terhadap hasil belajar fisika siswa menggunakan model Inkuiri
di SMPN 2 Bandar Lampung.

2.

Manfaat Penelitian
Manfaat bagi guru:
a.

Sebagai informasi bagi guru bahwa terdapat pengaruh
kemampuan berbahasa Inggris siswa (English learner) terhadap
hasil belajar fisika menggunakan model Inkuiri pada
pembelajaran menggunakan bahasa instruksional Inggris.

b.

Sebagai bahan pertimbangan guru SMPN 2 Bandar Lampung
untuk memilih model pembelajaran dalam mengajar fisika.

Manfaat bagi siswa:
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil
belajar fisika dengan bahasa penghantar Inggris melalui model
pembelajaran Inkuiri sehingga siswa memiliki kompetensi secara
global.
D.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari terjadinya kesalahan, perlu diberikan batasan ruang
lingkup penelitian sebagai berikut:
1.

Penelitian ini dilakukan di kelas VII6 dan VII7

6

SMPN 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 semester ganjil.
2.

Materi pokok dalam penelitian ini adalah Heat (Kalor).

3.

Penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa instruksional.

4.

Model pembelajaran penelitian ini, yaitu model Inkuiri yang terdiri
dari enam tahapan, yaitu menyajikan masalah, membuat hipotesis,
merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data,
dan membuat kesimpulan.

5.

Kemampuan bahasa Inggris siswa diukur menggunakan soal TOEFL
Junior yang dibuat oleh ETS, Princeton University, Amerika Serikat di
awal pertemuan.

6.

Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan yang diperoleh siswa
setelah proses kegiatan pembelajaran materi pokok Kalor. Dalam hal
ini, yaitu nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam tes formatif di
akhir pertemuan. Hasil belajar yang diambil dibatasi pada hasil belajar
kognitif saja.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Kerangka Teoritis

1.

Kemampuan dan Penggunaan Bahasa Inggris

Kemampuan berbahasa Inggris siswa berusia sebelas sampai lima
belas tahun dalam membaca, menulis dan berbicara dikelompokkan ke
dalam beberapa level seperti yang diungkapkan oleh The Common
European Framework of Reference (CEFR) for Languages dalam
artikel penelitian Baron dan Tannenbaum (2010), yaitu: 1) A1–A2
(penutur dengan kemampuan tingkat dasar) 2) B1–B2 (penutur dengan
kemampuan tingkat menengah) 3) C1–C2 (penutur dengan
kemampuan tingkat mahir).

Dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
merujuk pada pengajaran bahasa Inggris bagi penutur asli non-Inggris
yang belajar di Amerika, Inggris atau Australia yang bahasa resminya
bahasa Inggris sehingga bahasa Inggris tidak hanya dipelajari di kelas
tetapi juga dalam kegiatan keseharian. Akan tetapi, bagi orang
Indonesia yang belajar bahasa Inggris di negaranya sendiri, mereka
belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Dengan demikian,

8

pengajaran bahasa Inggris di Indonesia mungkin akan bergeser dari
statusnya sebagai bahasa asing beralih menjadi bahasa kedua. Tujuan
belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua berbeda dengan tujuan
belajar bahasa sebagai bahasa asing
(Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007: 91).

TOEFL Junior merupakan alat ukur objektif yang dirancang dengan
matang untuk memberikan informasi mengenai keterampilan dan
perkembangan bahasa Inggris siswa sekolah menengah dalam
menggunakan bahasa Inggris di lingkungan akademik dan sosial.
TOEFL Junior merupakan bagian dari TOEFL Family of Assessments,
di mana TOEFL IBT adalah salah satu bagiannya. TOEFL IBT
merupakan tes yang diciptakan Educational Testing Service untuk
mengukur kemampuan bahasa Inggris di bidang akademik pada
tingkat universitas. Sementara TOEFL Junior mengukur kemampuan
untuk siswa sekolah menengah. TOEFL Junior dibuat dengan
menggunakan metode terbaru dan berdasarkan penelitian menyeluruh
untuk memastikan validitas, realibilitas, objektitas dan keakuratan tes
ini sehingga skornya mampu menggambarkan kemampuan siswa yang
sebenarnya sebagaimana yang diungkapkan Educational Testing
Service (2013: 7):
Educational Testing Service (ETS) developed the TOEFL Junior
Standard test for the English language learning needs of
students in middle-school grades, usually ages 11–15. The
TOEFL Junior is Standard test measures the degree to which
middle school students have attained proficiency in the
academic and social English language skills representative of
English-medium instructional environments. Designed to

9

measure listening comprehension, language form and meaning,
and reading comprehension, the test gives schools, teachers,
parents, and students an objective measure of the test taker’s
English language learning progress. The test can be used to
measure student progress in developing English language
proficiency over time.
Dalam pembelajaran sains dengan menggunakan bahasa instruksional
Inggris, siswa harus memiliki literasi dan kemampuan bahasa Inggris
yang baik supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan baik, hal ini
diungkapkan oleh Lee (2008) dalam jurnal penelitiannya:
In addition to general literacy, students need to acquire English
language proficiency to effectively participate in mainstream
classrooms. English language proficiency involves knowledge
and effective use of the conventions of literacy, such as
vocabulary, syntax, spelling, and punctuation, in social and
academic contexts.
Sains memiliki status yang unik jika dibandingkan dengan mata
pelajaran inti lainnya. Penguasaan sains adalah hal yang penting bagi
siswa untuk menjadi bagian dari masyarakat yang terdidik, di mana
mana ilmu sains berhubungan dengan ilmu lainnya. Dalam
mempelajari sains dengan menggunakan bahasa instruksional Inggris,
siswa harus memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik. Hal ini
ditunjukan oleh penelitian National Research Council dalam Avalos
dan Lee (2002), yaitu:

Science education standards documents generally agree on
what all students should know and be able to do in science in
order to become educated members of society (National
Research Council [NRC], 1996). These documents define
science in a comprehensive manner that includes not only
scientific understanding and inquiry, but also how science is
related to personal, social, cultural, economic, and historical
perspectives. Although science is important for all students, it
is particularly beneficial for English Language Learners not

10

only in science learning, but also in literacy development,
English language proficiency, mathematics, communication,
and habits of mind.

Penguasaan bahasa oleh lulusan atau siswa dalam bahasa Inggris jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan atau siswa yang mengikuti
kelas reguler, tetapi tidak sepadan dengan kemampuan penutur asli
karena diwarnai oleh sejumlah kesalahan tata bahasa dan ucapan. Agar
pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi
dan seimbang, maka perlu upaya pengembangan program-program
pendukung secara nyata seperti:
a.

Penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung

b.

Penyelenggaraan Bridging Course bahasa Inggris

c.

Penyediaan Self-Access Learning Centre.

Selain itu perlu dikembangkan model pembelajaran matematika dan
ilmu pengetahuan alam dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri
dan karakter yang ada pada sekolah pelaksana program. Model
pembelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam yang baik adalah
model yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam
bidang studi dan dalam bahasa Inggris (subject matter and language).
Keduanya juga perlu diberi perhatian secara proporsional. Focus on
language sangat penting untuk menghindarkan siswa dari fosilisasi,
yaitu pemerolehan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris. Berikut
ini diuraikan beberapa contoh model pembelajaran dimaksud.

11

Contoh model pembelajaran:
a.

Terpisah (parallel): perkembangan bahasa siswa difasilitasi
melalui kegiatan penunjang di luar pembelajaran matematika dan
ilmu pengetahuan alam dalam bahasa Inggris yang diikuti siswa
di sekolah. Siswa menerima pelajaran tambahan berupa English
for mathematics and science yang dilakukan oleh guru bahasa
Inggris dan guru MIPA. Materi pelajaran tambahan ini didasarkan
pada kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema pelajaran yang
ada pada pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris. Idealnya
sebelum siswa mempelajari pokok bahasan tertentu, siswa sudah
diperkenalkan dengan bahasa (kosa kata, tata bahasa, ekspresi,
dsb.) yang akan dipergunakan dalam mempelajari pokok bahasan
tersebut. Fasilitasi pemerolehan English for mathematics and
science melalui pelajaran bahasa Inggris reguler sebetulnya
dimungkinkan, tetapi diperkirakan waktu yang disediakan untuk
itu tidak mencukupi karena pelajaran bahasa Inggris reguler perlu
mengikuti Kurikulum 2004 yang tidak kompatibel dengan
kebutuhan English for mathematics and science.

Model ini cocok bagi sekolah yang guru MIPA-nya memiliki
pengetahuan kebahasaan yang terbatas dan team-teaching antara
guru bahasa Inggris dan guru MIPA tidak dapat berjalan dengan
baik. Dalam model ini pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris
berlangsung dengan tahapan-tahapan pembelajaran seperti pada
pembelajaran MIPA pada umumnya. Model ini agak mahal dan

12

memerlukan waktu cukup banyak, tetapi efektif dalam pencapaian
tujuan peningkatan kemahiran berbahasa Inggris.
b.

Terpadu (integrated): perkembangan bahasa siswa difasilitasi
secara terpadu dalam pembelajaran matematika dan ilmu
pengetahuan alam dalam bahasa Inggris. Artinya, siswa menerima
materi English for mathematics and science bersamaan ketika
mereka menerima pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan
alam dalam bahasa Inggris. Model ini sesuai untuk guru MIPA
dengan pengetahuan kebahasaan tinggi (Depdiknas, 2004).

Akhir-akhir ini, bahasa Inggris sudai dipakai sebagai media
pembelajaran di berbagai level, menurut Ahmed (2012) dikarenakan
beberapa hal, yaitu:
a.
b.

2.

Globalization
Language of science and technology.

Hasil Belajar

Menurut Abdurrahman (1999: 37) hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan pembelajaran. Belajar
itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relatif
menetap. Sedangkan menurut Hamalik (2009: 159) menyatakan
bahwa hasil belajar menunjukkan prestasi belajar dan prestasi belajar
merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa.

13

Menurut Surya (2004: 9) bahwa perilaku mengajar guru yang
diwujudkan dalam interaksi pengajaran juga menimbulkan perilaku
belajar siswa, yang pada gilirannya akan menghasilkan hasil belajar
para siswa. Dalam konteks ini terjadi keterkaitan timbal balik antara
perilaku mengajar, interaksi pengajaran, perilaku belajar dan hasil
belajar. Mutu hasil belajar sebagai indikator mutu pendidikan
ditentukan oleh kualitas perilaku belajar siswa yang terwujud melalui
proses interaksi pengajaran yang dikreasikan oleh perilaku mengajar
guru. Tinggi rendahnya hasil belajar diperoleh pada akhir proses
pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas
pengajaran. Menurut Abdurrahman (1999: 37) jika kegiatan belajar
dilakukan secara tepat dan berkala, maka hasil belajar yang baik dan
memuaskan akan dapat dicapai. Berdasarkan pendapat tersebut, hasil
belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran
yang dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes
maupun nontes. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar.
Proses belajar terjadi berkat siswa memeroleh sesuatu yang ada di
lingkungan sekitar.

Menurut Dimyati dan Mujiono (2009: 3), evaluasi hasil belajar
merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui

14

kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai
oleh siswa setelah mengikuti kegiatan suatu pembelajaran. Kriteria
hasil belajar yang diperoleh siswa pada penelitian ini dapat dilihat
dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kriteria Hasil Belajar
Nilai Siswa
80 – 100
66 – 79
56 – 65
40 – 55
30 – 39

Kualifikasi Nilai
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
Sumber: Arikunto (2008: 249)

Klasifikasi hasil belajar dari Bloom dalam Sukardi (2008: 75)
membagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik.
a.

Ranah kognitif
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku, yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi.

b.

Ranah Afektif
Ranah afektif terdiri dari lima prilaku, yaitu penerimaan,
partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan
pembentukan pola hidup.

15

c.

Ranah psikomotor
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh prilaku, yaitu persepi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian gerakan dan kreativitas.

Hasil belajar yang perlu diperhatikan adalah dalam ranah kognitif.
Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Krathwohl (2002) aspek
kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu:

Gambar 2.1 Ranah Kognitif Menurut Taksonomi Bloom yang Direvisi
oleh Krathwohl
a.

Mengingat (remembering): merupakan proses kognitif paling
rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar mengingat
bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat
hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang
lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi.
Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu
mengenali (recognizing) dan mengingat. Kata operasional
mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar,
menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan,
menandai, menamai.

16

b.

Memahami (understanding): pertanyaan pemahaman menuntut
siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian
yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun materimateri yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta
yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak
sekedar mengingat kembali informasi, namun harus
menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya.
Kata operasional memahami yaitu menafsirkan, meringkas,
mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan,
membeberkan.

c.

Menerapkan (applying): pertanyaan penerapan mencakup
penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau
mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mengaplikasikan berkaitan
erat dengan pengetahuan prosedural, namun tidak berarti bahwa
kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja.
Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu
menjalankan dan mengimplementasikan. Kata oprasionalnya
melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan,
mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan,
mendeteksi.

d.

Menganalisis (analyzing): pertanyaan analisis menguraikan
suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan
menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut. Kata oprasionalnya yaitu menguraikan,

17

membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah
struktur, mengkerangkakan, menyusun outline,
mengintegrasikan, membedakan, menyamakan,
membandingkan, mengintegrasikan.
e.

Mengevaluasi (evaluating): membuat suatu pertimbangan
berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam
proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah
memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu
menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji,
membenarkan, menyalahkan.

f.

Mencipta (creating): membuat adalah menggabungkan beberapa
unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses
kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat,
merencanakan, dan memproduksi. Kata oprasionalnya yaitu
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat,
memperindah, menggubah.

Menurut Hamalik (2009: 155) bahwa hasil belajar tampak sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati
dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan
keterampilan. Masalah pokok yang dihadapi mengenai belajar adalah
bahwa prosedur belajar tidak dapat diamati secara langsung dan
kesulitan untuk menentukan bagimana terjadinya perubahan tingkah
laku belajarnya. Guru hanya dapat mengamati terjadinya perubahan

18

tingkah laku tersebut setelah dilakukan penilaian. Keberhasilan proses
belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar
yang diperoleh oleh siswa. Hasil pembelajaran yag baik menurut
Djamarah dan Zain (2006: 121). Adapun hasil belajar itu dikatakan
baik, apabila memiliki ciri-ciri:
a.

Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan.
Dalam hal ini, guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan
pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian.

b.

Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan
hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah
merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa.

3.

Pembelajaran Model Inkuiri (Inquiry)

Guru peneliti perlu menggunakan model Inkuiri dengan tujuan
memberikan proses pembelajaran sains yang aktif dan menyenangkan
seperti yang diungkapkan oleh Warren, and Rosebery (2008: 188):
Concertly, for teachers to adopt a stance of inquiry means
finding ways to listen to and reflect on what students say and do
in science. It means opening up new space for meaning making
in the classroom, space in which students feel comfortable
expressing their ideas, bringing forth their life experience,
hazarding still-forming thoughts and questions, and enganging
with other students’s ideas. Adopting a stance of inquiry also
means paying particular attention to moments that are
confusing or surprising.
Proses pembelajaran berbasis Inkuri juga melalui investigasi masalah
sehingga siswa memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka

19

menemukan sendiri konsep-konsep yang direncanakan oleh guru. Hal
ini sesuai dengan pendapat Pace (2013), yaitu:
The process of inquiry not only enhances students’
understanding of natural phenomena, but also develops
students’ science process skills. It is a nonlinevariation of the
scientific method. Composed of the same basic components,
bothscientific method and the inquiry process require students
to conduct research investigations by formulating a question,
developing a hypothesis, conducting aexperiment, recording
data, analyzing data, and drawing conclusions.
Hal ini didukung juga oleh Lawson (2010: 285) yang mengatakan
bahwa:
Although therotical and empirical issues remain, research has
found that classroom inquiry is the most effective way of
achieving the educational system’s central objectives. This is
presumbly because inquiry follows the pattern in which
humans spontaneously construct knowledge. Future research
will surely improve instruction, but the instructional pattern
itself should not change unless humans evolve a new way of
constructing knowledge.

Model inkuri adalah model yang tepat untuk membangun prior
knowledge siswa yang mengikuti kelas sains dengan penghantar
bahasa Inggris di mana bahasa ibu atau bahasa utama siswa tersebut
tersebut adalah bukan bahasa Inggris. Sebagaimana yang diungkapkan
Amaral dkk (2002):

The use of guided inquiry (beginning with a more structured
approach and then gradually developing to a more open-ended
approach to learning) that builds on students’ prior knowledge
and science content provides English language learners with
opportunities to learn the practice of science.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wenning menunjukkan
bahwa banyak guru tidak memiliki kemampuan Inkuiri itu sendiri
walaupun sebenarnya model Inkuri itu sendiri telah dipublikasikan

20

secara meluas. Dalam Jurnal penelitiannya Wenning (2011)
mengatakan bahwa:

Physics teacher educators following national science teacher
preparation guidelines will both employ and promote the use
of experimental inquiry during instruction. In order for inservice physics teachers to use this form of scientific inquiry
appropriately, it is important that they possess a basic
understanding of thecontent, nature, and history of science.
Indeed, it is imperative for physics teacher educators and their
teacher candidates to have a thorough understanding of
experimental inquiry so that they come to value it,are more
likely to practice it properly, and understand how to
help students achieve a higher degree of scientifically literacy.

Dari beberapa referensi tersebut, maka guru diharapkan menggunakan
model Inkuiri karena model ini tepat jika diterapkan kepada siswa
yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris pada kelas sains yang
menggunakan bahasa instruksional Inggris.

4.

Sintaks Pembelajaran Inkuiri

Dalam meningkat konsep, misalnya konsep fisika pokok bahasan
saling ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar ceramah.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk
tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari faktafakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru. Trianto
(2010: 142) menyatakan, ada lima tahapan dalam melaksanakan
pembelajaran inkuiri yaitu:
a.

Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa

b.

Menetapkan jawaban sementara atau hipotesis

21

c.

Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk
menjawab hipotesis

d.

Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi dan

e.

Mengaplikasikan kesimpulan.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan
oleh Eggen & Kauchak (2006: 117) Adapun tahapan pembelajaran
inkuiri sebagai berikut:

Tabel 2.2. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri
No.

Scientific Method

Inquiry Process

1.

Question or problem

Teacher guides the students to
investigate and to develop
questions and inquiries.

2.

Hypothesis

Teacher guides the students in
developing a working hypothesis

3.

Planning

Teacher guides the students for
Initial research & exploration
such as steps for the research,
which are related to hypothesis.

4.

Experimentation to
gain data

Teacher guides students to Intense
research and collect data.

5.

Data Collection and
Analyzing

Teacher guides students in data
collection (observing, measuring)
study and analyse the data.

6.

Conclusion or Closure Teacher guides students in
Extension
organizing, drawing conclusions,
and formulating explanations
Sumber: Eggen & Kauchak (2006: 117)

22

B.

Kerangka Pemikiran

Dalam kegiatan pembelajaran, guru mengkomunikasikan materi
menggunakan media, yaitu bahasa. Siswa-siswi yang memiliki kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa asing, tentu bagi mereka lebih mudah
memahami dan membuat kalimat dalam bahasa asli mereka sendiri
dibandingkan dengan menguasai bahasa kedua, misalnya bahasa Inggris.
Hal pertama yang dikuasai oleh siswa dalam berbahasa adalah komponen
tata bunyi, tata kata, dan tata kalimat yang merupakan proses pemerolehan
berbahasa. Secara teoritis kemampuan bahasa Inggris siswa berpengaruh
terhadap hasil belajar fisika yang menggunakan bahasa instuksional Inggris.
Pada kelas pembelajaran Fisika menggunakan bahasa instruksional Inggris,
jika siswa memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, maka hasil
pembelajaran fisika akan berpengaruh dengan baik. Sebaliknya jika siswa
memiliki kemampuan bahasa Inggris yang tidak baik, maka hasilnya belajar
fisika pun tidak baik.

Pembelajaran fisika dapat dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran Inkuiri, yang diharapkan dapat membantu siswa yang
memiliki bahasa ibu non-Inggris untuk memahami materi fisika. Dalam
pembelajaran fisika dipenuhi oleh rumus, pemahaman fenomena alam
berdasarkan konsep fisika dan hukum-hukum fisika yang brelaku.
Pembelajaran fisika menggunakan logika untuk menganalisis konsep fisika,
menyelidiki objek dan kejadian alam, melakukan eksperimen untuk mencari
jawaban permasalahan, dan menarik kesimpulan. Model Inkuiri adalah

23

model yang berbasis pada investigasi masalah dan dapat membangun prior
knowledge siswa yang akan mempengaruhi hasil belajar fisika siswa. Secara
teoritis model Inkuiri yang digunakan dalam proses pembelajaran
menggunakan media bahasa Inggris berpengaruh terhadap hasil belajar
fisika. Hal ini disebabkan karena model Inkuiri dapat membantu
membangun prior knowledge dan meningkatkan logika siswa. Model Inkuiri
juga melalui investigasi masalah sehingga siwa memperoleh pengalaman
dalam rangka menemukan sendiri konsep-konsep fisika yang dipelajari,
walaupun kemampuan bahasa Inggris siswa tidak baik dan menjadi faktor
yang membatasi proses belajar menggunakan media bahasa Inggris di kelas.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan dua kelas
dan dilakukan tes menggunakan soal TOEFL Ju