PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE ANTARA METODE INKUIRI DENGAN VERIFIKASI
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE ANTARA
METODE INKUIRI DENGAN VERIFIKASI
Oleh Beti Juwita Sari
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE ANTARA
METODE INKUIRI DENGAN VERIFIKASI Oleh
BETI JUWITA SARI
Berdasarkan penelitian yang dilakukan masih banyak guru menggunakan metode ceramah sebagai alternatif yang sering digunakan di kelas, sehingga terkesan merugikan siswa terutama siswa yang berkemampuan rendah dan menambah kebosanan siswa pada pelajaran fisika. Model pembelajaran Exclusive berbasis inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar menggunakan model pembelajaran Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi. Hasil belajar diukur dari skor N-gain hasil evaluasi pretest dan posttest.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/ 2014 di SMPN 3 Tegineneng. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII pada semester ganjil, sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas VIIA dan VIIB.
Pemilihan kelas sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design
(3)
Beti Juwita Sari dengan Tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil belajar menggunakan skor N-gain dan pengujian hipotesis menggunakan uji Independent Sample T Test.
Berdasarkan hasil uji Independent Sample T Test didapatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelas Exclusive berbasis inkuiri adalah 86,5 lebih tinggi dari nilai rata- rata hasil belajar siswa di kelas Exclusive berbasis verifikasi yaitu 81,5. Nilai thitung sebesar 3,415 sedangkan nilai ttabel sebesar 2,042. Nilai thitung > ttabel dan signifikasi (0,001 < 0,05) maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan Model pembelajaran Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi.
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive ... 5
2. Sintaks Model Pembelajaran Exclusive ... 7
3. Prinsip Interaksi Model Pembelajaran Exclusive ... 9
4. Metode Inkuiri ... 10
5. Metode Verifikasi ... 15
6. Hasil Belajar... 18
B. Kerangka Pemikiran ... 21
C. Hipotesis ... 23
III.METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 24
(8)
C. Desain Penelitian ... 25
D. Variabel Penelitian... 26
E. Instrumen Penelitian ... 26
F. Analisis Instrumen ... 27
1. Uji Validitas ... 27
2. Uji Reliabilitas ... 28
G. Teknik Pengumpulan Data ... 30
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 30
1. Analisis Data ... 30
2. Uji Normalitas Data ... 31
3. Pengujian Hipotesis ... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
1. Tahapan Pelaksanaan ... 33
a. Kelas Eksperimen 1 ... 33
b. Kelas Eksperimen 2 ... 39
2. Hasil Uji Penelitian ... 45
a. Uji Validitas ... 46
b. Uji Reliabilitas ... 47
3. Penyajian Data ... 47
a. Data Hasil Belajar Siswa (Aspek Kognitif) ... 47
4. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 50
B. Pembahasan ... 51
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
1. Daftar t- Tabel ... 61
2. Pemetaan SK-KD ... 62
3. Silabus ... 71
4. RPP Exclusive Berbasis Inkuiri ... 79
5. RPP Exclusive Berbasis Verifikasi ... 91
6. Validitas Konstruk dan Kisi - Kisi Soal ... 104
7. LP 01 dan Kunci Jawaban (Soal Pretest) ... 111
8. LP 01 dan Kunci Jawaban (Soal Posttest) ... 115
9. LKS 02 Exclusive Berbasis Inkuiri ... 119
10. LKS 02 Exclusive Berbasis Verifikasi ... 134
11. Rubrik Penilaian LKS Exclusive Berbasis Inkuiri ... 149
12. Rubrik Penilaian LKS Exclusive Berbasis Verifikasi ... 151
13. LP 03 ( Penilaian Aktivitas ) ... 152
14. Rubrik LP 03 ... 153
15. LP 04 (Penilaian Karakter) ... 154
16. Rubrik LP 04 ... 155
17. Data Nilai Pretest dan PosttestExclusive Berbasis Inkuiri ... 156
18. Data Nilai Pretest dan PosttestExclusive Berbasis Verifikasi ... 157
19. Data Skor Gain Exclusive Berbasis Inkuiri ... 158
20. Data Skor Gain Exclusive Berbasis Inkuiri ... 159
21. Uji Validitas Soal Pretest dan Posttest ... 160
22. Uji Reliabilitas Soal Pretest dan Posttest ... 164
23. Uji Normalitas ... 165
24. Uji Independent Sample T-Test ... 166
25. Buku Siswa ... 167
26. Daftar r- Tabel ... 188
27. Surat Izin Penelitian ... 189
28. Surat Keterangan Penelitian ... 190
29. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 191
30. Berita Acara Seminar Proposal ... 192
31. Daftar Hadir Seminar Hasil ... 193
32. Berita Acara Seminar Hasil ... 194 Xxvi
(10)
33. Kartu Kendali Skripsi ... 195
34. Laporan Ujian Skripsi ... 196
35. Saran – Saran Perbaikan ... 197
36. Rekomendasi cetak ... 200 xvii
(11)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah materi pelajaran, tujuan dan metode pembelajaran, serta sarana dan prasarana. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan standar keberhasilan yang tertuju di dalam suatu tujuan. Metode apa yang cocok agar siswa dapat berfikir kritis, logis, dapat memecahkan masalah dengan terbuka, kreatif, dan inovatif serta tidak membosankan merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab, karena masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Materi pokok Wujud Zat dan Perubahannya merupakan salah satu materi pokok yang terdapat pada pelajaran fisika SMP kelas VII semester ganjil. Dalam materi Wujud Zat dan Perubahannya, dibahas mengenai sifat- sifat zat dan perubahan wujudnya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini merupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu dalam
mempelajarinya siswa harus mampu mengerti dan memahami konsep-konsep materi yang ada dalam pelajaran tersebut.
(12)
2 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru fisika di SMPN 3 Tegineneng didapatkan nilai rata-rata tes formatif siswa kelas VII 2012/2013 pada materi pokok Wujud Zat dan Perubahannya adalah 65. Siswa yang mendapat nilai ≥ 70 hanya 54%. Nilai tersebut belum mencapai standar
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMPN 3 Tegineneng
yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 70. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masih kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran fisika, khususnya materi Wujud Zat dan Perubahannya yang memerlukan sebuah solusi.
Hal ini terjadi karena selama ini metode yang digunakan adalah metode ceramah yang bersifat memberikan informasi saja dan kurang melibatkan siswanya dalam proses belajar mengajar. Pelajaran fisika supaya menjadi pelajaran yang disukai dan siswa terlibat aktif dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, maka seorang pendidik perlu mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan inovatif yang mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran serta kondisi siswa dan sekolah yang bersangkutan. Metode yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar bermacam-macam dan penggunaannya menyesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.
Metode pembelajaran harus sejalan dengan model pembelajaran yang diterapkan. Model pembelajaran Exclusive merupakan model yang
(13)
3 Learning, dimana siswa yang menjadi pusat pembelajaran. Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Exclusive antara Metode Inkuiri dengan Verifikasi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat yaitu dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
(14)
4 E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran Exclusive adalah model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang sintaksnya Exploring, Clustering, Simulating, Valuing and Evaluating.
2. Inkuiri adalah metode pembelajaran yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah meliputi: mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan.
3. Verifikasi adalah metode yang dilakukan siswa untuk membuktikan hukum-hukum atau teori-teori yang telah diajarkan guru.
4. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam hal ini hasil belajar hanya terbatas pada ranah kognitif.
5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng Kabupaten Pesawaran Tahun Ajaran 2013/2014.
6. Materi pokok yang diteliti adalah materi pembelajaran Wujud Zat dan Perubahannya.
(15)
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Model Pembelajaran Exclusive
Model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto (2007:5)
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancangan pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar.
Joyce dalam Trianto (2007: 5) menjelaskan pula definisi model pembelajaran, yaitu
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran secara sistematis bagi guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Telah banyak dikembangkan model pembelajaran guna membantu Guru dalam
(16)
6 menyajikan pembelajaran yang terstruktur, sistematis, dan menarik, salah satunya yaitu model pembelajaran Exclusive.
Abdurrahman, dkk. (2012: 217) memaparkan bahwa model pembelajaran Exclusive merupakan model pembelajaran tematik yang dikembangkan berdasarkan kerangka model Sudiarta (2005: 1) yaitu model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistimatis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik yang meliputi:
1) Rasional teoritik; landasan berfikir bagaimana hakikat peserta didik dapat belajar dengan baik,
2) sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru,
3) prinsip interaksi; bagaimana guru memposisikan diri terhadap siswa, maupun sumber-sumber belajar,
4) sistem sosial; bagaimana cara pandang antar komponen dalam komunitas belajar,
5) sistem pendukung; bagaimana lingkungan belajar yang mendukung, 6) dampak pembelajaran; bagaimana hasil dan dampak pembelajaran
yang diharapkan baik dampak instruksional (instructional effect) maupun dampak pengiring (nurturant effect), diharapkan menjadi salah satu solusi bagi peningkatan pemahaman sains anak-anak Indonesia.
Model pembelajaran Exclusive berguna dalam mengkaji informasi dari fakta atau fenomena yang ada di lingkungan sekitar dan terkait dengan
(17)
7 pengalaman nyata siswa sehari-hari (Abdurrahman, dkk.,2012: 218). Model ini dikembangkan berbasis teori konstruktivisme, yaitu salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Model pembelajaran Exclusive dikembangkan berdasarkan teori metakognisi, bukan hanya untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya pengetahuan siswa, tetapi juga dirancang untuk membangun kesadaran atas suatu proses pembelajaran.
2. Sintaks Model Pembelajaran Exclusive
Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan rasional kebutuhan siswa dan teori metakognisi, maka sintaks model pembelajaran ini
diuraikan sebagai berikut :
Fase 1 : Exploring
Setelah apersepsi dan memotivasisingkat mengenai tema yang akan dipelajari, siswa dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok dimana masing - masing kelompok mempunyai tugas untuk mencari informasi sebanyak - banyaknya terkait dengan informasi rinci mengenai tema yang dipelajari. Dalam hal ini dimungkinkan guru membagi kelompok
berdasarkan informasi yang harus mereka gali. Setiap kelompok bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap anggotanya telah menguasai informasi.
(18)
8 Fase 2 : Clustering
Setelah masing - masing kelompok mendapatkan informasi yang cukup banyak dalam waktu yang sudah ditentukan, guru dan siswa mencari kesamaan - kesamaan informasi yang didapat pada langkah pertama untuk dibuat cluster-cluster informasi. Kemudian, dari cluster informasi yang terbentuk, dibentuk lagi kelompok yang akan secara spesifik mendalami cluster informasi yang bersangkutan. Setelah clustered information terbentuk, guru dan siswa berdiskusi untuk mengkonfimasi clustered data sebelum dilakukan simulasi. Misal, clustered data/ informasi tersebut dirumuskan menjadi langkah-langkah nyata yang disimulasikan.
Fase 3 : Simulating
Pada tahap ini, siswa diajak untuk melakukan simulasi agar dapat memahami konsep dengan pengalaman secara langsung.
Fase 4 : Valuing
Pada tahap ini siswa diajak untuk memahami nilai-nilai yang diperoleh melalui diskusi dan simulasi, sehingga tumbuh kemauan dan kemampuan yang kuat untuk menerapkan dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Fase 5 : Evaluating
Tahap yang terakhir adalah mengeveluasi jalannya keseluruhaan proses pembelajaran sehigga memperoleh sejumlah rumusan rekomendasi-rekomendasi perbaikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Dalam
(19)
9 tahap ini, jika ternyata dari hasil evaluasi masih ada hal-hal yang perlu digali lebih dalam, tahap Exploring dapat dilakukan kembali dan begitu seterusnya seperti sebuah siklus yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Siklus model pembelajaran Exclusive (Sumber: Abdurrahman, dkk. (2012: 218) )
Model pembelajaran Exclusive ini dapat dikembangkan untuk memacu siswa berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya. Siswa
diharapkan mampu dan mengajukan pendapatnya. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dan terlibat saling tukar pikiran,
berkolaborasi, berkomunikasi, dan bersimulasi sama-sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuannya. Pada model ini guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan moderator saja.
3. Prinsip Interaksi Model Pembelajaran Exclusive
Dalam model pembelajaran Exclusive yang berbasis metakognitif, guru memposisikan diri sebagai fasilitator yang menyediakan sumber-sumber
Exploring
Clustering
Simulating Valuing
(20)
10 belajar, mendorong siswa untuk belajar menyelesaikan masalah
metakognitif, memberi motivasi, reward dan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya secara optimal. Interaksi yang terjadi adalah interaksi timbal balik antara guru siswa, dan bahan ajar (sumber belajar), dengan kata lain model
pembelajaran Exclusive berbasis metakognitif dikembangkan untuk pendekatan yang bersifat low structure artinya pembelajaran berpusat pada siswa, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator,
motivator, dan moderator. Penekanan pada model ini adalah implementasi strategi kognitif, mengontrol, dan mengevaluasi sendiri cara belajar siswa dalam sistem interaksi timbal balik seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Prinsip intekasi model pembelajaran Exclusive (Sumber: Abdurrahman, dkk. (2012: 219) )
4. Metode Inkuiri
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru,
Guru
Siswa
Bahan Ajar
(21)
11 siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. (Nely, dkk., 2011: 133)
Dalam proses pembelajaran pada materi Wujud Zat da Perubahannya dengan menggunakan model pembelajaran Exclusive metode yang digunakan adalah metode inkuiri. Metode inkuiri merupakan metode pengajaran yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara befikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini siswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan kreatifitas dalam pengembangan masalah yang dihadapinya sendiri. Metode mengajar inkuiri akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kundusif, serta mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2004 : 154). Sedangkan menurut Gulo (2002:84)
Inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemmpuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Proses inkuiri adalah suatu proses khusus untuk meluaskan pengetahuan melalui penelitian. Oleh karena itu metode inkuiri kadang-kadang disebut juga metode ilmiahnya penelitian. Metode inkuiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok kecil. Situasi inkuiri yang ideal dalam kelas fisika terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip fisika baru melalui bekerja sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru.
(22)
12 Peran utama guru dalam pembelajaran inkuiri sebagai metoderator.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri dalam penelitian ini adalah suatu teknik instruksional dalam proses belajar mengajar siswa dihadapkan pada suatu masalah, dan tujuan utama menggunakan metode inkuiri adalah membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan penemuan ilmiah.
Sedangkan asumsi-asumsi yang mendasari metode inkuiri sebagai berikut:
a. Keterampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif sangat diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh kelompok
b. Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagai tanggung jawab dan bersama-sama mencari pengetahuan.
c. Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi inkuri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif.
(Hamalik, 2003 : 64)
Proses inkuiri membantu mengembangkan proses berfikir siswa. Dimana siswa mampu berfikir kritis (konvergen), kreatif (divergen), reflektif (metakognitif). Dalam hal berfikir kritis, pendekatan inkuiri melibatkan semua tingkat Taksonomi Bloom, tetapi dengan penekanan pada
pengembangan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Landasan teori pembelajaran inkuiri adalah teori-teori belajar kontruktivis. Siswa aktif menerima informasi dan mengkonstruksi informasi tersebut dalam rangka membangun sendiri pengetahuan dalam pikirannya, dengan demikian
(23)
13 dapat dikemukakan bahwa melalui metode inkuiri dapat diberdayakan kemampuan berfikir kritis siswa.
Syarat-syarat penerapan metode inkuiri. Adapun syarat-syarat penerapan metode inkuiri adalah :
1) Merumuskan topik inkuiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa
2) Membentuk kelompok yang seimbangan, baik akademik maupun sosial
3) Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya.
4) Sekali-kali perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas
5) Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai
(Hamalik, 2004 : 65).
Sedangkan menurut pendapat Sudjana (2004 : 155) dalam menerapkan metode inkuiri ada beberapa tahapan yaitu :
1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis
3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
(24)
14 Gulo dalam Trianto (2010: 1) menyatakan bahwa pelaksanaan
pembelajaran penemuan sebagai berikut:
1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi per-masalahan yang dapat diuji dengan data, untuk
memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. 3) Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4) Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Apabila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5) Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Sedangkan menurut Karli dan Ningsih (2003: 1) dalam Nely, dkk., (2011: 1). Sintaks model pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
1) Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka teki. Pada tahap ini guru membawa situasi masalah kepada siswa. Permasalahan yang diajukan adalah masalah yang sederhana yang dapat menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman pada siswa,
biasanya pada tahap ini dengan menunjukkan contoh fenomena ataupun demonstrasi.
2) Pengumpulan dan verifikasi data, siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat dan alami pada tahap penyajian masalah.
3) Eksperimen. Pada tahap ini, siswa melakukan eksperimen untuk menguji secara langsung mengenai hipotesis atau teori
(25)
15 yang sudah diketahui sebelumnya. Peran guru dalam tahap ini adalah untuk memperluas informasi yang telah diperoleh. 4) Tahap keempat adalah mengorganisir data dan merumuskan
penjelasan. Pada tahap ini, guru mengajak siswa merumuskan penjelasan, kemungkinan besar akan ditemukan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengemukakan informasi yang diperoleh yang berbentuk uraian penjelasan. Siswa-siswa yang demikian didorong untuk dapat memberi penjelasan yang tidak begitu mendetail.
5) Tahap kelima adalah mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka yang berupa kesimpulan. Tahap ini siswa dapat menuliskan kekurangan dan kelebihan selama kegiatan berlangsung dan dengan bantuan guru diperbaiki secara sistematis.
5. Metode Verifikasi
Metode verifikasi adalah metode yang dilakukukan siswa untuk membutikan hukum-hukum atau teori-teori yang telah diajarkan guru dalam buku. Jadi siswa telah menemukan teoritisnya dahulu sebelum menemukan pembuktianya melaui praktikum. Kegiatan yang dilakukan siswa dalam laboratorium digunakan untuk memperoleh data yang menunjang pelajaran yang diberikan guru di dalam kelas atau yang tercantum dalam buku pelajaran, sehingga pola fikir siswa telah terbentuk dari awal pembelajaran melalui guru, hal ini dapat menyebabkan siswa tidak berfikir fleksibel lagi atau tidak kreatif dalam menemukan suatu pemecahan masalah alternatif. Jika hasil akhirnya sesuai dengan teori maka eksperimen dapat dikatakan berhasil, sedangkan jika hasilnya berbeda atau bahkan jauh dari teori yang ada, maka eksperimen dikatakan gagal atau terdapat kesalahan pada saat melakukan eksperimen.
(26)
16 Beberapa perbedaan antara eksperimen berbasisi ikuiri dan eksperimen berbasis verifikasi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan Metode Inkuiri dan Verifikasi
Eksperimen Verifikasi Eksperimen Inkuiri Penekanan pada
menyelesaikan tugas.
Penekanan pada pencapaian pemahaman konseptual dan ilmiah dengan menggunakan data empiris. Aktifitas siswa berfokus pada
memverifikasi informasi yang sebelumnya telah di
sampaikan di dalam kelas.
Aktifitas siswa berfokus pada penemuan konsep, prinsip atau suatu hubungan empiris.
Eksperimen sangat berorientasi pada data pendukung dan penafsiran data.
Eksperimen sangat berorirnasi pada pengembangan konsep dan
pemahaman. Siswa dibimbing berdasarkan
susunan langkah secara detail dari guru.
Siswa dibimbing berdasarkan satu pertanyaan utama.
Dalam eksperimen siswa mengikuti petunjuk secara bertahap.
Siswa mengembangakan model eksperimen mereka sendiri. Umumnya hanya
menggunakan sedikit komunikasi dan cenderung pada satu cara yaitu dari guru ke siswa.
Digunakan banyak komunikasi dengan menggunakan serangkaian pertanyaan yang berdasarkan pertanyaan intelektual individu. Jarang menggabungkan siklus
belajar (observasi dan aplikasi secara umum).
Melibatkan satu siklus atau lebih, hinga mencapai suatu sislus belajar yang sempurna/ lengkap.
Siswa diberikan tabel data dengan rentang yang
ditentukan untuk jenis tertentu dari data.
Siswa menentukan jenis data dan menentukan seberapa banyak untuk dikumpulkan.
Memberitahukan data yang akan diambil siswa.
Membebaskan kepada siswa untuk menentukan mana data yang diambil. Siswa tidak merancang
percobaan
Siswa membuat desain percobaan atas dasar prinsip-prinsip ditemukan. Siswa hasil berkomunikasi
hanya untuk instruktur dan membuat laporan
laboratorium.
Siswa berkomunikasi dan mempertahankan Hasil kepada peserta lainnya dalam laboratorium. Mempekerjakan lebih rendah
kecakapan berpikir.
Meningkatkan keterampilan berpikir. tingkat tinggi.
(27)
17 Menurut pendapat saya dari kedua metode inkuiri dan verifikasi
merupakan metode eksperimen yang cocok untuk pembelajaran fisika. Hanya saja ada beberapa kelebihan dan kekurangan diantara keduanya. Berikut beberapa kelebihan dan kekuranganya dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan 2.3.
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Eksperimen Berbasis Inkuiri:
Kelebihan Kekurangan
Lebih memacu keingintahuan seseorang untuk memecahkan suatu persoalan.
Dipelukan alokasi waktu yang lebih lama.
Membentuk pola fikir yang kritis dan sistematis serta berfikir ilmiah.
Jika guru kurang memahami konsep maka akan menimbulkan pertanyaan dan maslah yang membuat murid lebih bingung dan tidak terarah. Memotivasi siswa untuk lebih
aktif, kreatif dan berprestasi.
Sebagian anggota kelompok belajar mendominasi pembelajaran
sementara anggota kelompok
lainnya kurang berperan secara aktif. Sumber: Zakiyah(2012: 1)
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Eksperimen Berbasis Verifikasi
Kelebihan kekurangan
Membentuk sifat siswa agar jujur, teliti, ulet dan cerdas.
Tidak terbentuk siswa yang kreatif dan inovatif.
Siswa dapat berfikir kritis terhadap eksperimen yang dilakukannya agar sesuai dengan teori yang telah dipelajari sebelumnya.
Siswa akan merasa lebih jenuh untuk melakukan eksperimen dan kadang mahasiswa melakukan kebohongan terhadap hasil penelitiannya.
Siswa dapat memahami teori atau konsep lebih dalam dibandingkan sebelum melakukan percobaan.
Siswa tidak terdidik untuk berfikir sistematis.
Sumber: Zakiyah(2012: 1)
Dari Tabel 2.2 dan 2.3 dapat dilihat bahwa kedua eksperimen mempunyai kelebihan dan kelemahan, untuk itu kita sebagai calon guru harus dapat
(28)
18 memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan
berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada penelitian ini, inkuiri merupakan metode yang cocok digunakan.
6. Hasil Belajar
Belajar menurut Sardiman (2004: 21) menyatakan bahwa
Belajar itu serangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kegiatan belajar dalam konteks ini adalah kegiatan belajar yang
dilakukan di instansi- instansi pendidikan dimana ada sekelompok orang yang berperan sebagai siswa dan ada seseorang yang berperan sebagai guru. Siswa adalah orang yang melakukan kegiatan belajar dan guru adalah orang yang bertugas mengajar.
Djamarah dan Zain (2006: 121) mengatakan bahwa setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
Sardiman (2007: 37) juga menerangkan tentang pengertian belajar dalam pandangan teori konstruktivisme, yaitu
Belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses
(29)
19 mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengertiannya menjadi berkembang.
Teori kontruktivisme menerangkan lima prinsip atau ciri dalam belajar Suparno (1997: 1) dalam Sardiman (2007: 38), yaitu:
a) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. b) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus. c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi
merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.
d) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
e) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang
memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Teori ini menjelaskan kepada guru bahwa siswa dalam belajar memiliki pengetahuan awal yang harus dibangun dan dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga dalam menyusun perencanaan pembelajaran harus didasari pada prinsip ini.
Sudjana menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan -kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya” (Sudjana, 2009: 22).
Winkel dalam Purwanto (2008: 45) menjelaskan
hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil dapat diartikan sebagai prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berdasarkan konteks tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan
(30)
20 Hasil belajar dikatakan betul-betul baik jika memenuhi dua prinsip atau ciri (Sardiman, 2007: 49-50) sebagai berikut:
a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian, jika hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil belajar itu tidak efektif.
b) Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”.
Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat memengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.
Bloom (1956) dalam Sardiman (2007: 23-24) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif ( affective domain), dan ranah psikomotor ( psychomotor domain). Sedangkan tingkatan-tingkatan dari ketiga ranah tersebut sebagai berikut:
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:
(a) pengetahuan atau ingatan (Knowledge), (b) pemahaman(Comprehension),
(c) analisis(Analysis), (d) sintesis(Syntesis),
(e) evaluasi(Evaluation), dan (f) aplikasi(Application).
2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek, yakni: (a) penerimaan (Receiving),
(b) jawaban atau reaksi (Responding), (c) penilaian(Valuing),
(d) organisasi(Organization) dan (e) karakteristik nilai (Characterization).
3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yaitu:
(a) Initiatory level, (b) Pre-routine level, (c) Rountinized level.
(31)
21 B. Kerangka Pemikiran
Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode inkuiri (X1) dan metode verifikasi (X2). Variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa (Y) sedangkan variabel moderatornya adalah model pembelajaran Exclusive. Diagram kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Diagram Kerangka Pemikiran
Keterangan:
X1 = Metode pembelajaran inkuiri X2 = Metode pembelajaran verifikasi
Y1 = Hasil belajar dengan model Exclusive berbasis inkuiri Y2 = Hasil belajar dengan model Exclusive berbasis verifikasi M = Model pembelajaran Exclusive
Dalam penelitian ini diukur hasil belajar ranah kognitif berupa pretest dan posttest pembelajaran menggunakan model Exclusive dengan metode inkuiri dan metode verifikasi. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran Exclusive dengan metode inkuiri dan
(32)
22 metode verifikasi terhadap hasil belajar, untuk memperjelas kerangka
pemikiran, maka dapat digambarkan dalam bentuk diagram pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Paradigma Pemikiran Penelitian Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran Exclusive. Model pembelajaran Exclusive berguna dalam mengkaji informasi dari fakta atau fenomena yang ada di lingkungan sekitar dan terkait dengan pengalaman siswa sehari-hari. Selain model, metode pembelajaran juga diperlukan pada proses pembelajaran. Pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran Exclusive dengan metode inkuiri dan verifikasi di kelas VIIA dan VIIB.
Model pembelajaran Exclusive dapat digunakan pada materi Wujud Zat dan Perubahannya di SMP, karena kegiatan belajar dengan berkelompok akan memudahkan siswa untuk bertukar pendapat sehingga akan terjadi diskusi yang menimbulkan adanya interaksi dan terlihat adanya keaktifan siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, adanya kegiatan simulasi semakin memudahkan siswa dalam memahami konsep Wujud Zat dan Perubahannya, adanya evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Inkuiri Verifikasi
Hasil Belajar Hasil Belajar
(33)
23 Pada kelas VIIA menggunakan model pembelajaran Exclusive menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena model
pembelajaran Exclusive dengan metode inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Model pembelajaran Exclusive berbasis verifikasi digunakan di kelas VIIB dan dapat meningkatkan hasil belajar karena model pembelajaran Exclusive dengan metode verifikasi siswa dapat memahami teori atau konsep lebih dalam dibandingkan sebelum melakukan percobaan, sehingga dapat membentuk sifat siswa jujur, teliti, ulet dan cerdas.
C. Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji yaitu:
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model Exclusive antara metode inkuiri dengan metode verifikasi pada materi Wujud Zat dan Perubahannya Siswa kelas VII SMPN 3
Tegineneng Tahun Pelajaran 2013/2014.
H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi pada materi Wujud Zat dan Perubahannya Siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng Tahun Pelajaran 2013/2014.
(34)
24
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 kelas
berjumlah 150 siswa.
B. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu.. Dalam penelitian ini diambil sebagian dari populasi yang akan dijadikan sampel, yaitu dua kelas dari lima kelas yang ada. Satu kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan satu kelas yang lain sebagai kelas eksperimen 2 dengan latar belakang mempunyai kemampuan akademik yang sama, yaitu dilihat dari nilai rata-rata mid semester tentang materi sebelumnya hampir sama. Dua kelas tersebut antara lain kelas VIIA dan kelas VIIB, kemudian ditentukan kelas VIIA sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen 2.
(35)
25 C. Desain Penelitian
Disain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre
Eksperimental Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Menurut Setyosari (2012: 174), disain ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Desain penelitian
Keterangan :
= nilai pretest = nilai posttest
X1= penerapan model Exclusive berbasisInkuiri X2= penerapan model Exclusive berbasis Verifikasi
Siswa kelas VIIA diberikan pretest (test awal) untuk melihat kemampuan awal siswa berupa soal pilihan jamak berjumlah 20 butir soal, kemudian diberikan perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran Exclusive menggunakan metode inkuiri. Kemudian pada akhir pembelajaran, siswa diberikan posttest (tes akhir) dalam bentuk soal pilihan jamak berjumlah 20
O
1 X1 O2
(36)
26 butir soal. Berdasarkan hasil pretest (tes awal) dan posttest (tes akhir)
tersebut dihitung N-gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Untuk kelas VIIB yang menggunakan model pembelajaran Exclusive dengan metode verifikasi juga diberikan soal pretest dan posttest dengan jumlah butir soal yang sama. Kemudian hasil pretest dan posttest pada kedua kelas
dibandingkan.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat serta variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran inkuiri (X1) dan metode pembelajaran verifikasi (X2), variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa (Y) sedangkan variabel moderatornya adalah model pembelajaran Exclusive.
E. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian dalam penelitian ini yaitu instrumen penilaian kognitif berupa soal uraian berjumlah 20 soal pretest dan 20 soal posttest.
Berdasarkan hasil tes ini maka dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dan perbandingan hasil belajar antara model pembelajaran Exclusive berbasis inkuiri dengan model pembelajaran Exclusive berbasis verifikasi dapat terlihat.
(37)
27 F. Analisis Instrumen
Instrumen penilaian sebelum digunakan dalam penelitian harus diuji terlebih dahulu agar valid dan reliabel.
1. Uji Validitas
Validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat ke validan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukur. Artinya, instrumen itu dapat mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Setyosari, 2012: 1).
Untuk menguji validitas instrumen penguasaan konsep, akan digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
Keterangan:
= Koefisien korelasi yang menyatakan validitas = Skor butir soal
= Skor total = Jumlah sampel
(38)
28 Untuk menguji validitas instrumen digunakan uji validitas konstruk. Validitas konstruk didapat dengan membuat persesuaian antara tujuan pembelajaran yang ada di RPP dengan indikator tes, prediktor dan butir tes. Penentuan kesesuaian antar variabel tersebut dapat dilakukan melalui penilaian ahli, teman sejawat atau diri sendiri.
Menurut Suherman (2003: 113) kriteria tingkat validitas yang digunakan yaitu:
Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Validitas
khj Nilai Keterangan
0,90 rxy 1,00 Sangat Valid 0,70 rxy 0,90 Valid
0,40 rxy 0,70 Sedang 0,20 rxy 0,40 Rendah
0,00 rxy 0,20 Sangat Rendah
rxy 0,00 Tidak Valid
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel sebenarnya mengandung makna bahwa instrumen tersebut cukup mantap untuk mengambil data penelitian, sehingga
mampu mengungkap data yang dapat dipercaya hasilnya. Maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk
(39)
29
∑
Di mana:
= reliabilitas yang dicari
∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach‟s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach‟s 0 sampai 1. Nilai kisaran Alpha
Cronbach‟s dapat diukur pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Nilai Kisaran Alpha Chronbach‟s
Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan
0,00-0,20 Kurang reliabel
0,21-0,40 Agak reliabel
0,41-0,60 Cukup reliabel
0,61-0,80 Reliabel
0,81-1,00 Sangat reliabel
Arikunto (2008: 109)
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen akan diujikan kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.
(40)
30
pre pre post
S
S
S
S
g
max
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari pretest dan posttest untuk hasil belajar. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa Tabel data hasil belajar terlampir dalam lampiran 16 dan 17.
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data
Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor posttest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah sebagai berikut.
Keterangan: g = N-Gain Spre = Skor pretest Spost = Skor posttest Smax = Skor maksimum
Kategori:
Tinggi : 0,7N-gain 1 Sedang : 0,3N-gain< 0,7 Rendah : N-gain< 0,3
(41)
31 2. Uji Normalitas Data
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis
pengujiannya yaitu:
O
H : data terdistribusi secara normal
1
H : data tidak terdistribusi secara normal
Pedoman pengambilan keputusan:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.
3. Pengujian Hipotesis
Independent Sample T-Test
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Hipotesis yang akan diuji dengan Independent sample t-test yaitu:
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan Model Exclusive antara metode inkuiri dengan metode verifikasi H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan
(42)
32 Kriteria pengujian:
a) H0 diterima jika –t tabel< t hitung < t tabel
b) H0 ditolak jika –t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel
Berdasarkan probabilitas:
a) H0 diterima jika P value > 0,05 b) H0 ditolak jika P value < 0,05
(43)
56
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi pada materi pokok Wujud Zat dan Perubahannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan analisis terhadap hasil belajar, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Exclusive berbasis inkuiri dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Agar pelaksanaan Model pembelajaran Exclusive berbasis inkuiri dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif,
(44)
57 sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik.
(45)
58
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Wini Tarmini, dan Budi Kadaryanto. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Kemampuan Metakognitif untuk Membentuk Karakter Literate dan Awareness Bagi Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Rawan Bencana.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNS-Solo.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Mahardika. Mitha Pratiwi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Exclusive pada Materi Cahaya Siswa Kelas VIII SMPN 1 Natar. Bandarlampung.
Universitas Lampung.
Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Nely, Imron, Lia. 2011. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011. Bandung: Indonesia.
Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmawati, Fera. 2011. Hubungan Kemampuan Problem Solving dengan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Bandarlampung: Universitas Lampung.
Sardiman A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(46)
59 Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudiarta, P. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika berorientasi Pemecahan masalah kontekstual Open-Ended. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
. . 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Suhardiman, Ria, dan Asep Saepul Hamdi. 2012. Pengaruh Metode Inquiry terhadap Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA (Fisika) Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Singaraja. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 2.No. 1.diakses tanggal 20 November 2013. Pukul 22.00 WIB.
Suherman, Eman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : UPI.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.
. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.
Zakiyah, Hanifah. 2012. Eksperimen Inquiri dan Eksperimen Verifikasi. [online] tersedia: http://physichlearning.blogs-pot.com/2012/10/eksperimen-inquiri-dan-eksperimen.html. diakses tanggal 11 Mei 2013. Pukul 10.00 WIB.
(47)
(48)
62
PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Nama Sekolah : SMP Negeri 3Tegineneng
Mata Pelajaran : IPA/ Fisika Kelas/Semester : VII/ Ganjil TahunPelajaran : 2013/2014
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar
TK Ranah
KD
Indikator pencapaian TK ranah IPK
Materi Pokok
Ruang
Lingkup Alokasi
Waktu Nilai Karakter 1 2 3 4
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
3.1 Menyelidiki sifat – sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari - hari
C3 Produk:
3.1.1 Menjelaskan sifat – sifat zat berdasarkan wujudnya,yai tu: padat,cair dan gas secara jelas 3.1.2 Membedakan
perubahan – perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri C1 C2
Wujud Zat √ 4X40‟ Jelas
Mandiri Lampiran 2
(49)
63 3.1.3 Menjelaskan
macam-macam perubahan wujud zat berdasarkan percobaan dan
pengamatan simulasi yang dilakukan dengan tepat 3.1.4 Menjelaskan
peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan benar
3.1.5 Menggambar kan diagram perubahan wujud zat secara kreatif. Proses:
3.1.6 Melakukan
C2
C2
C3
Tepat
Benar
(50)
64 simulasi
untuk
menunjukkan sifat – sifat zat padat, cair dan gas dalam kehidupan sehari – hari dengan bertanggung jawab 3.1.7 Melakukan
pengamatan dan
pengelompok kan
berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis
3.1.8 Melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan
perubahan-C3
C3
C3
Bertanggung jawab
Kritis
Bertanggung Jawab
(51)
65 perubahan
wujud zat dengan bertanggung jawab 3.1.9 Mengemukak
an hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi kelompok dengan kritis Sikap:
1. Karakter: Berpikir kreatif, kritis, dan logis; bekerja teliti, jujur, dan berperilaku santun
2. Keterampilan sosial: bekerjasama,
(52)
66 menyampaikan
pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain
(53)
67
PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Nama Sekolah : SMP Negeri 3 Tegineneng
Mata Pelajaran : IPA/ Fisika Kelas/Semester : VII/ Ganjil TahunPelajaran : 2013/2014
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar
TK Ranah
KD
Indikator pencapaian TK ranah IPK
Materi Pokok
Ruang
Lingkup Alokasi
Waktu Nilai Karakter 1 2 3 4
3. Memahami wujud zat dan perubahannya 3.2 Mendeskripsik an konsep massa jenis dalam kehidupan sehari -hari
C3 3.2.1 Menjelaskanfaktor-faktor yang
mempengaruhi massa jenis dengan kreatif 3.2.2 Menjelaskan
benda-benda yang dapat diketahui massa jenisnya dengan terampil
3.2.3 Menghitung massa jenis C1 C2 C2 Massa Jenis
√ 4X40‟
Kreatif
Terampil
(54)
68 dengan
mengunakan
rumus ρ=m/v
dengan tepat
Proses:
3.2.4 Mensimulasika n cara mencari massa jenis secara teliti 3.2.5 Melakukan pengamatan dan
pengelompokk an berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis 3.2.6 Melakukan
percobaan untuk mengetahui massa jenis suatu zat secara teliti
C3
C3
C3
C3
Teliti
Kritis
Teliti
(55)
69 3.2.7 Mengemukaka
n hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi
kelompok dengan kritis
Sikap: 1. Disiplin
(Discipline ), rasa hormat dan
perhatian (repect), tekun (diligence ), kreatif dan kritis (creative and critics), pandai mengeluarkan pendapat dengan ide-ide baru(give arguments with the new ideas), terampil (competent), ringan tangan
(56)
70
2. Keterampilan sosial:
bekerjasama,meny ampaikan
pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain
(57)
71 SILABUS :WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA
Satuan pendidikan : SMPNegeri 3 Tegineneng Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/semester : VII/1
Standar Kompetensi : 3. Memahami Wujud Zat dan Perubahannya
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajatan Indikator pencapaian Kompetensi
Penulisan Alokasi
Waktu
Sumber belajar
Nilai Karakter
Tehnik Bentuk
instrumen
Contoh instrumen
3.1 Menyelidiki sifat – sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari - hari
Wujud Zat
1. Melakukan tes awal (pre-test) untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa 2. Melakukan studi pustaka
untuk mencari informasi mengenai sifat – sifat zat berdasarkan wujudnya, perubahan- perubahan wujudnya dan
menggambarkan diagram perubahan wujud zat beserta keterangannya
3. Melakukan eksplorasi dengan diskusi kelompok dan kajian literature
4. Pengelompokan kembali berdasarkan spesifikasi masalah
5. Melakukan dan memodifikasi percobaan tentangperubahan wujud zat yang terjadi pada parafin yang di bakar 6. Menganalisis sifat – sifat zat
serta pengaruh perubahan
Produk:
3.1.10 Menjelaskan sifat –
sifat zat berdasarkan wujudnya,yaitu: padat,cair dan gas secara jelas. 3.1.11 Membedakan
perubahan – perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri.
3.1.12 Menjelaskan macam-macam perubahan wujud zat berdasarkan percobaan dan pengamatan simulasi yang di lakukan dengan tepat
3.1.13 Menjelaskan peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan benar 3.1.14 Menggambarkan
diagram perubahan wujud zat secara kreatif. Tes Tertulis Tes Tertulis Tes tertulis Tes Tertulis Tes Kinerja Pilihan Jamak Pilihan Jamak Pilihan Jamak Pilihan Jamak Lembar Penilaian LP 01 LP 01 LP 01 LP 01 LP 03
4x40‟ Buku Fisika SMP kelas VII semester 1, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum
Bahan : Lembar kerja siswa, Hasil kerja siswa, Handout dan bahan persentasi
Alat : Media persentasi, komputer, fotocopy. Jelas Mandiri Tepat Benar Kreatif Lampiran 3
(58)
72 wujud zat tersebut dalam
kehidupan sehari – hari, dalam pemecahan masalah melalui diskusi kelas 7. Menyimpulkan
hasil percobaan yang telah dilakukan melalui persentasi dan diskusi kelompok
8. Melakukan evaluasi kegiatan berupa tes (post-test)
Proses:
3.1.15 Melakukan simulasi untuk
menunjukkansifat – sifat zat padat, cair dan gas dalam kehidupan sehari – hari dengan bertanggung jawab 3.1.16 Melakukan
pengamatan dan pengelompokkan berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis
3.1.17 Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan perubahan-perubahan wujud zat dengan bertanggung jawab 3.1.18 Mengemukakan hasil
percobaan melalui presentasi dan diskusi kelompok dengan kritis
Sikap:
3.Karakter: Berpikir
kreatif,kritis, dan logis; bekerja teliti, jujur, dan
berperilaku santun
4.Keterampilan sosial: bekerjasama, menyampaikan pendapat, Tes Kinerja Tes Kinerja Tes Kinerja Tes Kinerja Observasi Observasi Lembar Penilaian Lembar Penilaian LKS Percobaan Lembar Penilaian Lembar Observasi Lembar Observasi LP 03 LP 03 LP 02 LP 03 LP 04 LP 04 Bertanggung Jawab Kritis Bertanggung Jawab Kritis .
(59)
73 menjadi pendengar yang
baik, dan menanggapi pendapat orang lain
(60)
74 SILABUS: WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Tegineneng Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar/ Alat-Bahan Nilai ka Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Instrumen 3.2
Mendeskripsika n konsep massa jenis dalam kehidupan sehari -hari
Massa jenis 1. Melakukan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa 2. Mengkaji
pustaka untuk mencari
pengertian massa jenis
3. Merumuskan karakteristik sifat massa jenis
Produk
3.2.8 Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi massa jenis dengan kreatif 3.2.9 Menjelaskan
benda-benda yang dapat diketahui massa jenisnya dengan terampil 3.2.10 Menghitung
massa jenis Tes Tertulis Tes Tertulis Tes Tertulis Pilihan Jamak Pilihan Jamak Pilihan LP 01 LP 01 LP 01 2X40’
Buku siswa
LKS
Gelas ukur
Kubus besi
Kubus aluminium
Kubus kayu
Buku Referensi
Kr
Tera
(61)
75 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar/ Alat-Bahan Nilai ka Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Instrumen 4. Menyebutkan
beberapa contoh benda yang dapat dicari massa jenisnya 5. Melakukan
eksplorasi dengan diskusi kelompok dan kajian literatur cara menentukan massa jenis 6. Melakukan
percobaan untuk menentukan besarnya massa jenis
7. Menganalisis hasil percobaan yang telah dengan mengunakan rumus ρ=m/v dengan tepat Proses:
3.2.11 Mensimulasik an cara
mencari massa jenis secara teliti
3.2.12 Melakukan pengamatan dan pengelompokk an berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis 3.2.13 Melakukan
percobaan untuk mengetahui Tes Kinerja Tes Kinerja Tes kinerja Jamak Lembar Penilaian Lembar Penilaian LKS LP 03 LP 03 LP 02 Te Kr Te
(62)
76 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar/ Alat-Bahan Nilai ka Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen dilakukan serta penggunaan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari 8. Menyimpulkan
hasil percobaan yang telah dilakukan melalui presentasi dan diskusi kelompok 9. Melakukan
evaluasi kegiatan berupa tes di akhir
pembelajaran
massa jenis suatu zat secara teliti
3.2.14 Mengemukak an hasil percobaan mengetahui massa jenis melalui presentasi dan diskusi dengan objektif Sikap: 3. Disiplin
(Discipline ), rasa hormat dan
perhatian (repect), tekun (diligence ), kreatif dan kritis (creative and critics), pandai mengeluarkan Tes kinerja Observas i Lembar penilaian Lembar Observasi LP 03 LP 04 Obje
(63)
77
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar/ Alat-Bahan
Nilai ka Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Instrumen pendapat dengan
ide-ide baru(give arguments with the new ideas), terampil (competent), ringan tangan 4. Keterampilan
sosial:
bekerjasama,meny ampaikan
pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain
Observas
i Lembar Observasi
(64)
(65)
79 Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Tegineneng Mata Pelajaran : IPA/ Fisika
Kelas/Semester : VII/1
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
KOMPETENSI DASAR
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
A. Indikator 1. Kognitif:
a. Produk
1) Menjelaskan sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya (padat, cair, gas) secara jelas.
2) Membedakan perubahan-perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri.
3) Menjelaskan macam-macam perubahan wujud zat berdasarkan percobaan dan pengamatan simulasi yang dilakukan dengan tepat. 4) Menjelaskan peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan
benar.
5) Menggambarkan diagram perubahan wujud zat secara kreatif.
b. Proses
1) Melakukan simulasi untuk menunjukan sifat-sifat zat padat, cair dan gas dalam kehidupan sehari-hari dengan bertanggung jawab.
(66)
80 2) Melakukan pengamatan dan pengelompokan berdasarkan simulasi
yang dilakukan dengan kritis.
3) Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan perubahan-perubahan wujud zat dengan bertanggung jawab.
4) Mengemukakan hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi kelompok dengan kritis
2. Psikomotor:
a. Melakukan diskusi kelompok. b. Presentasi hasil diskusi.
B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
a. Produk:
1. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya (padat,cair dan gas) secara jelas. 2. Dengan kajian pustaka, siswa dapat membedakan
perubahan-perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri. 3. Berdasarkan simulasi dan percobaan, siswa dapat menjelaskan
macam-macam perubahan wujud zat dengan tepat.
4. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan benar.
5. Berdasarkan informasi dan simulasi, siswa dapat menggambarkan diagram perubahan wujud zat secara kreatif.
b. Proses
1. Ditampilkan simulasi sifat-sifat zat padat, cair, dan gas, siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan dan menyelesaikan
permasalahan yang ditugaskan dalam lembar diskusi, kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
(67)
81 2. Disediakan seperangkat alat percobaan, siswa diminta untuk
merencanakan percobaan untuk menunjukkan perubahan-perubahan wujud zat.
2. Psikomotorik:
a. Siswa aktif dalam diskusi. b. Siswa aktif dalam presentasi.
Karakter siswa yang diharapkan : a) Disiplin
b) Rasa hormat dan Perhatian c) Tanggung Jawab
d) Kerja Sama e) Ketelitian f) Jujur g) Kreatif
C. Materi Pembelajaran : Wujud Zat
D. Model, Metode :
Model Pembelajaran : Exploring, clustering, simulating, valuing, and evaluation (Exclusive)
Metode Pembelajaran : Inkuiri
E. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu SMP/ MTs, buku referensi yang relevan.
F. Alat/Bahan
1. Virtual Lab “Wujud Zat”; 2. Lembar diskusi kelompok.
(68)
82 G. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan 1 (2 x 40 menit)
No Aktivitas Pembelajaran A Pendahuluan (15 menit)
1
Guru membuka pembelajaran, kemudian mengulas materi pertemuan sebelumnya, setelah itu mengadakan Pre-test materi pelajaran Ciri-Ciri dan Sifat-Sifat Zat .
2
Motivasi dan Apersepsi:
- Guru menyampaikan indicator pencapaian pembelajaran - Guru menanyakan: „Dalam kehidupan sehari-hari, kita
tentu tidak lepas dari berbagai macam benda. Bagaimana sifat-sifat benda tersebut? Apakah cirri khas benda-benda tersebut?
Prayarat pengetahuan
- Ada berapakah wujud zat itu? Sebutkan! Pra eksperimen
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang terbuat dari kaca
- Berhati-hatilah menggunakan air dan api
3 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran: kognitif (produk, proses); psikomotorik; dan afektif
B Kegiatan Inti (50 menit) Exploring:
1 Siswa berkelompok beranggota 4 orang mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang ciri-ciri dan sifat-sifat zat. 2 Guru menanyakan informasi yang diperoleh Siswa Clustering:
(69)
83 spesifikasi pembahasan materi. Siswa dikelompokan
menjadi 3 kelompok besar, kelompok zat padat, zat cair dan zat gas.
Simulating:
4 Siswa melakukan percobaan sederhana tentang sifat-sifat zat dengan mengisi LKS kemudian mensimulasikannya. 5 Siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan, siswa
menyelesaikan lembar kerja diskusi kelompok. 6 Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. 7 Siswa lain menanggapi presentasi yang disampaikan
temannya.
c Penutup (15 menit) Valuing
1 Guru meminta siswa menyampaikan manfaat pelajaran ciri-ciri dan sifat-sifat zat dalam kehidupan sehari-hari.
Evaluating
2 Siswa menyampaikan dan menyimpulkan apa saja yang telah diperolehnya/ dipahaminya dalam kegiatan belajar. 3 Guru melakukan Post-test untuk mengukur hasil belajar
siswa tersebut.
Pertemuan 2 (2 x 40 menit)
No Aktivitas Pembelajaran A Pendahuluan (15 menit)
1
Guru membuka pembelajaran, kemudian mengulas materi pertemuan sebelumnya, setelah itu mengadakan Pre-test materi pelajaran Perubahan Wujud Zat.
(70)
84
2
Motivasi dan Apersepsi:
- Guru menyampaikan indicator pembelajaran
- Guru membahas LKS yang telah dikerjakan pertemuan sebelumnya
3
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran: kognitif (produk, proses); psikomotorik; dan afektif
B Kegiatan Inti (50 menit) Exploring:
1
Siswa berkelompok beranggota 4 orang mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang teori partikel zat, perubahan-perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar,
menggambarkan diagram perubahan wujud zat. 2 Guru menanyakan informasi yang diperoleh Siswa Clustering:
3 Siswa membentuk kelompok Cluster berdasarkan spesifikasi pembahasan materi. Siswa dikelompokan menjadi 3 kelompok besar, kelompok teori partikel zat, perubahan-perubahan wujud zat dan diagram perubahan wujud zat.
Simulating:
4 Siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan dan membuat laporan percobaan tentang perubahan wujud zat yang terjadi pada paraffin yang dibakar serta
menyelesaikan lembar kerja diskusi kelompok. 5 Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. 6 Siswa lain menanggapi presentasi yang disampaikan
(71)
85 c Penutup (15 menit)
Valuing
1 Guru meminta siswa menyampaikan manfaat pelajaran perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari Evaluating
2 Siswa menyampaikan dan menyimpulkan apa saja yang telah diperolehnya/ dipahaminya dalam kegiatan belajar. 3 Guru melakukan Post-test untuk mengukur hasil belajar
siswa tersebut
H. Penilaian
Teknik : Penilaian Produk (Pre-test dan post-test) Penilaian Proses (LP-2)
(72)
86 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Tegineneng Mata Pelajaran : IPA/ Fisika
Kelas/Semester : VII/1
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
KOMPETENSI DASAR
3.2 Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari
A. Indikator 1. Kognitif:
a. Produk
6) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi massa jenis dengan kreatif.
7) Menjelaskan benda-benda yang dapat diketahui massa jenisnya dengan terampil.
8) Menghitung massa jenis dengan menggunakan rumus ρ=m/v dengan tepat.
b. Proses
5) Mensimulasikan cara mencari massa jenis secara teliti.
6) Melakukan pengamatan dan pengelompokkan berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis
7) Melakukan percobaan untuk mengetahui massa jenis suatu zat secara teliti.
(73)
87 8) Mengemukakan hasil percobaan mengetahui messa jenis melalui
presentasi dan diskusi dengan objektif
2. Psikomotor:
c. Melakukan diskusi kelompok. d. Presentasi hasil diskusi.
B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
a. Produk:
6. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi massa jenis dengan kreatif.
7. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan benda-benda yang dapat diketahui massa jenisnya dengan terampil.
8. Berdasarkan informasi, siswa dapat menghitung massa jenis dengan
mengunakan rumus ρ=m/v dengan tepat.
b. Proses
1. Ditampilkan simulasi cara mencari massa jenis, siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan dan menyelesaikan permasalahan yang ditugaskan dalam lembar diskusi, kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
2. Setelah memperhatikan simulasi, siswa dapat melakukan pengamatan dan pengelompokkan berdasarkan simulasi yang telah dilakukan dengan benar
3. Disediakan seperangkat alat percobaan, siswa diminta untuk melakukan percobaan untuk menunjukkan massa jenis zat secara teliti
(74)
88 2. Psikomotorik:
c. Siswa aktif dalam diskusi. d. Siswa aktif dalam presentasi.
Karakter siswa yang diharapkan : h) Disiplin
i) Rasa hormat dan Perhatian j) Tanggung Jawab
k) Kerja Sama l) Ketelitian m) Jujur n) Kreatif
C. Materi Pembelajaran : Massa Jenis
D. Model, Metode :
Model Pembelajaran : Exploring, clustering, simulating, valuing, and evaluation (EXCLUSIVE)
Metode Pembelajaran : Inkuiri
E. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu SMP/ MTs, buku referensi yang relevan.
F. Alat/Bahan
3. Virtual Lab “Massa Jenis”; 4. Lembar diskusi kelompok.
(75)
89 G. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan 1 (2 x 40 menit)
No Aktivitas Pembelajaran A Pendahuluan (15 menit)
1
Guru membuka pembelajaran, kemudian mengulas materi pertemuan sebelumnya, setelah itu mengadakan Pre-test materi pelajaran Massa jenis .
2 Motivasi dan Apersepsi:
3
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran: kognitif (produk, proses); psikomotorik; dan afektif
B Kegiatan Inti (50 menit) Exploring:
1 Siswa berkelompok beranggota 4 orang mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang massa jenis.
2 Guru menanyakan informasi yang diperoleh Siswa Clustering:
3 Siswa membentuk kelompok Cluster berdasarkan spesifikasi pembahasan materi. Siswa dikelompokan menjadi 3 kelompok besar, kelompok mencari pengertian massa jenis, faktor-faktor yang mempengaruhi massa jenis, dan cara menghitung massa jenis
Simulating:
4 Siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan, siswa menyelesaikan lembar kerja diskusi kelompok.
(76)
90 6 Siswa lain menanggapi presentasi yang disampaikan
temannya.
c Penutup (15 menit) Valuing
1 Guru meminta siswa menyampaikan manfaat pelajaran massa jenis dalam kehidupan sehari-hari.
Evaluating
2 Siswa menyampaikan dan menyimpulkan apa saja yang telah diperolehnya/ dipahaminya dalam kegiatan belajar. 3 Guru melakukan Post-test untuk mengukur hasil belajar
siswa tersebut
H. Penilaian
Teknik : Penilaian Produk (Pre-test dan post-test) Penilaian Proses (LP-2)
(77)
91 Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Tegineneng Mata Pelajaran : IPA/ Fisika
Kelas/Semester : VII/1
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
KOMPETENSI DASAR
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
A. Indikator 1. Kognitif:
a. Produk
9) Menjelaskan sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya (padat, cair, gas) secara jelas.
10) Membedakan perubahan-perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri.
11) Menjelaskan macam-macam perubahan wujud zat berdasarkan percobaan dan pengamatan simulasi yang dilakukan dengan tepat. 12) Menjelaskan peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan
benar.
13) Menggambarkan diagram perubahan wujud zat secara kreatif.
b. Proses
9) Melakukan simulasi untuk menunjukan sifat-sifat zat padat, cair dan gas dalam kehidupan sehari-hari dengan bertanggung jawab.
(78)
92 10) Melakukan pengamatan dan pengelompokan berdasarkan simulasi
yang dilakukan dengan kritis.
11) Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan perubahan-perubahan wujud zat dengan bertanggung jawab.
12) Mengemukakan hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi kelompok dengan kritis.
2. Psikomotor:
e. Melakukan diskusi kelompok. f. Presentasi hasil diskusi.
B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
a. Produk:
9. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya (padat,cair dan gas) secara jelas. 10. Dengan kajian pustaka, siswa dapat membedakan
perubahan-perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri. 11. Berdasarkan simulasi dan percobaan, siswa dapat menjelaskan
macam-macam perubahan wujud zat dengan tepat.
12. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan benar.
13. Berdasarkan informasi dan simulasi, siswa dapat menggambarkan diagram perubahan wujud zat secara kreatif.
b. Proses
1. Ditampilkan simulasi sifat-sifat zat padat, cair, dan gas, siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan dan menyelesaikan
permasalahan yang ditugaskan dalam lembar diskusi, kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
(79)
93 2. Disediakan seperangkat alat percobaan, siswa diminta untuk
merencanakan percobaan untuk menunjukkan perubahan-perubahan wujud zat.
2. Psikomotorik:
e. Siswa aktif dalam diskusi. f. Siswa aktif dalam presentasi.
Karakter siswa yang diharapkan : o) Disiplin
p) Rasa hormat dan Perhatian q) Tanggung Jawab
r) Kerja Sama s) Ketelitian t) Jujur u) Kreatif
C. Materi Pembelajaran : Wujud Zat
D. Model, Metode :
Model Pembelajaran : Exploring, clustering, simulating, valuing, and evaluation (EXCLUSIVE)
Metode Pembelajaran : Inkuiri
E. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu SMP/ MTs, buku referensi yang relevan.
F. Alat/Bahan
5. Virtual Lab “Wujud Zat”; 6. Lembar diskusi kelompok.
(80)
94 G. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan 1 (2 x 40 menit)
No Aktivitas Pembelajaran A Pendahuluan (15 menit)
1
Guru membuka pembelajaran, kemudian mengulas materi pertemuan sebelumnya, setelah itu mengadakan Pre-test materi pelajaran Ciri-Ciri dan Sifat-Sifat Zat.
2 Motivasi dan Apersepsi:
3
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran: kognitif (produk, proses); psikomotorik; dan afektif
B Kegiatan Inti (50 menit) Exploring:
1 Guru memberikan informasi kepada siswa mengenai cirri-ciri dan sifat-sifat zat
2
Dibimbing oleh guru, siswa membentuk kelompok dengan anggota 4 orang untuk tiap kelompok. Kemudian guru meminta siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah disampaikan.
Clustering:
3 Siswa diarahkan oleh guru membentuk kelompok Cluster berdasarkan spesifikasi pembahasan materi. Siswa dikelompokan menjadi 3 kelompok besar, kelompok zat padat, zat cair dan zat gas.
(81)
95 Simulating:
4 Dengan bimbingan guru, siswa melakukan percobaan sederhana tentang sifat-sifat zat dengan mengisi LKS kemudian mensimulasikannya.
5 Siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan oleh guru. Kemudian dengan bimbingan guru, siswa menyelesaikan lembar kerja diskusi kelompok.
6 Dengan bimbingan guru, siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
7 Siswa lain menanggapi presentasi yang disampaikan temannya.
c Penutup (15 menit) Valuing
1 Guru menyampaikan manfaat pelajaran ciri-ciri dan sifat-sifat zat dalam kehidupan sehari-hari
Evaluating
2
Dengan bimbingan guru, siswa menyampaikan dan menyimpulkan apa saja yang telah diperolehnya/ dipahaminya dalam kegiatan belajar.
3 Guru melakukan Post-test untuk mengukur hasil belajar siswa tersebut
Pertemuan 2 (2 x 40 menit)
No Aktivitas Pembelajaran A Pendahuluan (15 menit)
1
Guru membuka pembelajaran, kemudian mengulas materi pertemuan sebelumnya, setelah itu mengadakan Pre-test materi pelajaran Perubahan Wujud Zat.
(82)
96 2 Motivasi dan Apersepsi:
3 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran: kognitif (produk, proses); psikomotorik; dan afektif
B Kegiatan Inti (50 menit) Exploring:
1
Guru memberikan informasi kepada siswa mengenai teori partikel zat, perubahan-perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar serta menggambarkan diagram perubahan wujud zat.
2
Dibimbing oleh guru, siswa membentuk kelompok dengan anggota 4 orang untuk tiap kelompok. Kemudian guru meminta siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah disampaikan.
Clustering:
3 Siswa diarahkan oleh guru membentuk kelompok Cluster berdasarkan spesifikasi pembahasan materi. Siswa
dikelompokan menjadi 3 kelompok besar, kelompok teori partikel zat, perubahan-perubahan wujud zat dan diagram perubahan wujud zat.
Simulating:
4 Siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan oleh guru. Kemudian dengan bimbingan guru, siswa membuat laporan percobaan tentang perubahan wujud zat yang terjadi pada paraffin yang dibakar serta menyelesaikan lembar kerja diskusi kelompok.
5 Dengan bimbingan guru, siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
6 Siswa lain menanggapi presentasi yang disampaikan temannya.
(83)
97 c Penutup (15 menit)
Valuing
1 Guru menyampaikan manfaat pelajaran perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari
Evaluating
2
Dengan bimbingan guru, siswa menyampaikan dan menyimpulkan apa saja yang telah diperolehnya/ dipahaminya dalam kegiatan belajar.
3 Guru melakukan Post-test untuk mengukur hasil belajar siswa tersebut
H. Penilaian
Teknik : Penilaian Produk (Pre-test dan post-test) Penilaian Proses (LP-2)
(84)
98 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Tegineneng Mata Pelajaran : IPA/ Fisika
Kelas/Semester : VII/1
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
KOMPETENSI DASAR
3.2 Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari
A. Indikator 1. Kognitif:
a. Produk
14) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi massa jenis dengan kreatif.
15) Menjelaskan benda-benda yang dapat diketahui massa jenisnya dengan terampil.
16) Menghitung massa jenis dengan menggunakan rumus ρ=m/v dengan tepat.
b. Proses
13) Mensimulasikan cara mencari massa jenis secara teliti.
14) Melakukan pengamatan dan pengelompokkan berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis
15) Melakukan percobaan untuk mengetahui massa jenis suatu zat secara teliti.
(85)
99 16) Mengemukakan hasil percobaan mengetahui messa jenis melalui
presentasi dan diskusi dengan objektif
2. Psikomotor:
g. Melakukan diskusi kelompok. h. Presentasi hasil diskusi.
B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
a. Produk:
14. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi massa jenis dengan kreatif.
15. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan benda-benda yang dapat diketahui massa jenisnya dengan terampil.
16. Berdasarkan informasi, siswa dapat menghitung massa jenis dengan
mengunakan rumus ρ=m/v dengan tepat.
b. Proses
1. Ditampilkan simulasi cara mencari massa jenis, siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan dan menyelesaikan permasalahan yang ditugaskan dalam lembar diskusi, kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
2. Setelah memperhatikan simulasi, siswa dapat melakukan pengamatan dan pengelompokkan berdasarkan simulasi yang telah dilakukan dengan benar
3. Disediakan seperangkat alat percobaan, siswa diminta untuk
merencanakan percobaan untuk menunjukkan massa jenis zat secara teliti.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)