Kelompok II Tafsir Metode Pendidikan Men
Kelompok II
Ita Yuli Kadarwati
13111784
Fathul Wahab
13111786
Siti Khayatin
13111788
Siti Tisngatul Muawwanah
13111789
Mohamad Ari Ifansyah
13111792
Tafsir Metode Pendidikan Menurut Al-Qur’an
A. AYAT
1. Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125
سنن إإ ب ون ورببووك ههوو
حوسن و إ ةة وو وججإدلحههم إبٱل ب وإتي إهوي أ وحح و ه
ٱدحهع إإل وجى وسإبيإل ور إببوك إبٱلحإحكحومإة ووٱلحوموحإعوظإة ٱلح و
١٢٥ عن وسإبيلإإهۦ ووههوو أ وعحل وهم إبٱلحهمهحتوإديون
أ وعحل وهم إبومن وض ب ول و
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl : 125)
2.
Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 90
و
عومإل ٱل بوشيحجوطإن
ب ووٱلحأ وزحل وجهم إرجحسس إبم ح
وي وجأ وي بهوها ٱل ب وإذيون وءاومن هووا ا إإن بووما ٱلح و
ن و
خمحهر ووٱلحوميحإسهر ووٱلحأنوصا ه
٩٠ حوون
وفٱجحتوإنهبوهه ل ووعل ب وك همح تهفحلإ ه
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS.
AL-Maidah : 90)
3.
Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 21
ل ب ووقدح وكاون ل وك همح إفي ورهسوإل ٱلل ب وإه أ هسحووةة وحوسن وسة لإ بومن وكاون ي ورحهجوا ا ٱلل ب ووه ووٱلحي ووحوم ٱلحأوإخور وووذك وور ٱلل ب ووه ك وإثيررا
٢١
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)
B. ASBABUNNUZUL
a. Surat Al-Maidah ayat 90
Sa’ad r.a berkata “ seorang sahabat anshor membuat makanan dan mengundang kami,
maka kami minum khomr sebelum di haramkan sehingga mabuk lalu masing- masing
berbangga. Seorang Anshor berkata ,” kamilah yang lebih afdhol ” di jawab oleh seorang
dari quroys “ kami yang lebih afdhol.” Tiba- tiba seorang anshor mengambil tulang
binatang yang sudah di sembelih dan di pukulkan pada hidungnyan. Maka turunlah ayat
ini.”
b. Surat Al-Ahzab ayat 21
Ayat ini turun tersebab ketika itu Rasulullah SAW. dan para sahabat sedang bertahan
di kota Madinah dalam perang Ahzab. Ketika itu keadaan begitu sangat mengkhawatirkan
sehingga para sahabat untuk menahan lapar harus mengganjal perut mereka dengan satu
batu. Ketika dalam pembuatan parit Rasulullah SAW. pun ikut andil bahkan ketika itu
para sahabat melihat bahwa Rasulullah SAW. mengganjal perut tidak hanya dengan satu
batu tetapi dengan dua batu lalu ayat tersebut turun.
c. Surat An- Nahl 125
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini.
Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah
70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah.[2] AlQurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada
Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy.
Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat
tersebut.
C. PENAFSIRAN
1. Qs.An-Nahl Ayat 125
a) Penafsiran Quraish Shihab
Muhammad, serulah, yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang
engkau sanggup seru, kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran
Islam, dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka, yakni
siapa pun yang menolak atau meragukan ajaran Islam, dengan cara yang terbaik.
Itulah tiga cara berdakwah yang hendaknya engkau tempuh menghadapi
manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya; jangan
hiraukan cemoohan, atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin, dan
serahkan urusanmu dan urusan mereka pada Allah karena sesungguhnya
Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu Dia-lah sendiri
yang lebih mengetahui dari siapa pun yang menduga tahu tentang siapa yang
bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah saja juga yang lebih
mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk.
Menurut beliau, sementara ulama’ memahami bahwa ayat ini menjelaskan
tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah.
Terhadap cendikiawan yang memiliki intelektual tinggi diperintahkan
menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak
sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.Terhadap kaum awam diperintahkan
untuk menerapkan mau’izhah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan
yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana.
Sedang, terhadap Ahl al-kitab dan penganut agama-agama lain yang
diperintahkan menggunakan jidal ahsan/perdebatan dengan cara yang terbaik,
yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.
Selain itu, M. Quraish Shihab juga mengutip pendapat pakar tafsir al-Biqa’i
yang menggaris bawahi bahwa al-hakim, yakni “yang memiliki hikmah, harus
yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan yang diambilnya sehingga
dia tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu atau kirakira, dan tidak pula melakukan sesuatu dengan coba-coba.“
Kemudian lebih lanjut beliau menjelaskan
al-mau’izhah, berikut ini
penjelasannya.
Kata ( )الموعظةal- mau’izhah terambil dari kata ( )وعظwa’azha yang berarti
nasihat. Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar
kebaikan. Demikian dikemukakan oleh banyak ulama. Sedang, kata ))جادلهم
jadilhum terambil dari kata ( )جدالjidal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti
yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak
dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun
hanya oleh mitra bicara.
Ditemukan di atas bahwa mau’izhah hendaknya disampaikan dengan (
)حسنةhasanah/baik, sedang perintah berjidal disifati dengan kata ()احسن
ahsan/yang terbaik, bukan sekedar baik. Keduanya berbeda dengan hikmah
yang tidak disifati oleh satu sifat pun. Ini berarti bahwa mau’izhah ada yang
baik dan ada yang tidak baik, sedang jidal ada tiga macam, yang baik, yang
terbaik, dan yang buruk.
b) Penafsiran ibnu katsir
Allah berfirman menyuruh Rosulnya berseru kepada manusia mengajak
mereka ke jalan Allah dengan hikmah kebijaksanaan dan nasehat serta anjuran
yang baik. Dan jika orang - orang itu mengajak berdebat, maka bantahlah
mereka dengan cara baik. Allah lebih mengetahui siapa yang durhaka tersesat
dari jalanNya dan siapa yang bahagia di dalam jalan yang lurus yang di tujukan
oleh Allah. Maka janganlah menjadi kecil hatimu hai Muhammad bila ada
orang- orang yang tidak mau mengikutimu dan tetap berada di jalan yang sesat.
Tugasmu hanyalah menyampaikan apa yang di wahyukan oleh Allah kepadamu
dan memberi peringatan kepada mereka, sedang Allahlah yang akan
menentukan dan memberi petunjuk serta Dialah yang akan meminta
pertanggungjawaban hamba- hambaNya kelak di hari kiamat.
2. Qs.Al-Maidah Ayat 90
a. Tafsir Ibnu Katsir
Dalam ayat ini Allah melarang orang mukmin minum khomr dan berjudi. Ali
Bin Abi Tholib berkata “ permainan catur termasuk alat judi”. Atha’ dan
mujahid mengatakan bahwa semua perjudian itu termasuk maisir walaupun
permainan anak- anak dengan kenari, kelereng, telur dll.
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas berkata “ maisir itu perjudian. Mereka dahulu biasa
berjudi di masa jahiliyah hingga datangnya islam. Kemudian Allah melarang
merreka dari semua sifat yang jelek itu.”
Said bin Al-Musayyab berkata “ perjudian orang jahiliyah menjual daging
dengan seekor atau dua ekor kambing.”
Al-Qosim bin Muhammad berkata “ semua yang dap;at melalaikan dzikir
(ingat) kepada Allah atau peringatan Allah termasuk maisir. Termasuk
permainan dadu”
Pengetahuan dalam pengharaman khomr dapat menggagnggu stabilitas akal
dan menghilangkan fungsinya, sehingga bisa menimbulkan bahaya besar
terhadap tubuh, syaraf akal dan akhlak.
b. Tafsir quraish shihab
عإن ال ب وصل وإة ووبوهص ب ودك هام
عان إذك اإرالل بإه وو و
( وdan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
shalat) yang dimaksud dengan menghalangi kamu dari mengingat Allah
disamping dapat berarti melupakan zikir dengan hati dan lidah, juga dapat
berarti melupakan zikir atau peringatan yang disampaikan oleh Rasul SAW.
berupa al- Qur’an dan Sunnah, atau melupakan zikir dari sisi rububiyyah
(pemeliharaan) Allah kepada manusia, dan ini mengantarkan kepada
melupakan sisi ‘ubudiyyah (ibadah) kepada-Nya dan terutama adalah
melaksanakan shalat.
3. Qs.al-ahzab ayat 21
a. Tafsir ibnu katsir
Allah SWT berfirman :” mengapa kamu tidak berteladan kepada Rosulullah,
betapa ia menghadapi musuh dan perang khandaq (ahzab) dengan penuh
kesabaran, ketentraman hati keberanian dan kepercayaan penuh akan
pertolongan Allah yang di janjikan. Bukanlah Allah telah menjadikan dalam
diri RosulNya suri tauladan yang baik bagi para pengikutnya, orang-orang
mukmin yang mengharapkan Rahmad danj Ridho Allah dan yang beriman
kepada hari kiamat serta selalu ingat kepada Allah.”
b. Tafsir Quraish Shihab
Setelah ayat-ayat yang lalu mengecam kaum munafik dan orang-orang lemah
imanya, kini ayat di atas mengarah kepada orang- orang beriman, memuji sikap
mereka yang meneladani sikap Nabi SAW. Ayat di atas menyatakan :
sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rosulullah yaitu Nabi Muhammad
SAW suri tauladan yang baik bagi kamu yakni bagi orang-orang yang senantiasa
mengharap rahmad kasih sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat, serta
teladan bagi mereka yang berdzikir mengingat kepada Allah dan menyebut
namanya dengan banyak baik dalam suasana susah maupun senang.
Bisa juga ayat ini masih merupakan kecaman kepada orang-orang munafik
yang mengaku memeluk islam, mtetapi tidak mencerminkan ajaran islam.
Kecaman itu di kesankan oleh kata laqod. Seakan akan ayat itu menyatakan : “
kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya di tengah
kamu semua ada Nabi Muhammad yang mestinya kamu teladani.”
Kata uswah berarti teladan. Pakar tafsir az-zamakhsyari ketika menafsirkan
ayat di atas, mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan
yang terdapat pada Rosul itu. Pertama dalam arti kepribadian beliau secara
totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau
hal-hal yang patut di teladani.
Pakar tafsir dan hukum, Qurtubi, mengemukakan bahwa dalam soal-soal
agama, keteladanan itu merupakan suatu kewajiban, tetapi dalam soal-soal
keduniaan maka ia merupakan anjuran. Dalam soal keagamaan, beliau wajib di
teladani selama tidak ada bukti yang menunjukan bahwa ia adalah anjuran.
Sementara ulama berpendapat bahwa dalam persoalan-persoalan keduniaan,
Rosul SAW telah menyerahkan sepenuhnya kepada pakar di bidang masingmasing, sehingga keteladanan terhadap beliau yang di bicarakan ayat ini
bukanlah hal-hal yang berkaitan dalam soal-soal keduniaan.
D. KESIMPULAN
Dalam menyeru kabaikan di harapkan menggunakan metode yang baik dan
benar yaitu dengan hikmah dan baik, dan jika akan membantah, maka dengan
cara yang baik pula.
Dalam metode mendidik, harus dengan cara yang baik pula yaitu jika itu tidak
baik maka dengan memberi peringatan dan ancaman seperti mudzorotnya
minum khomr dan berjudi.
Memberikan tauladan yang baik ( uswatun hasanah ) adalah metode yang
sangat baik di terapkan untuk yang lainya, tanpa adanya uswatun hasanah tidak
akan seseorang dapat berdakwah pada yang lain.
Daftar pustaka
Al-Wahidi, Al Wajid fi Tafsir Kitab Al Ajizi, Mawaqi’ At-Tafasir ,Mesir, tt, hal. 440/
1.Lihat juga: Al-Wahidi An- Nasyabury, Asbâb an-Nuzul, Mawaqiu’ Sy’ab, t-tp, tt,
191/1
Abu Al-Fida Ibn Umar Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al –Adzim, Tahqiq oleh Samy bin
Muhammad Salamah, Dar at-Thoyyibah Linasyri Wa Tawji’, Madinah , 1420 H,
Hal.613/IV.
Al misbah al munir fi tahzib Tafsir ibnu katsir, 1999: 320-321
Tafsir at-tabari, jilid VIII, 2001: 665
M.quraish, Al-Mishbah, hlm. 195.
JUDUL
Materi Pendidikan dalam Al- Qur”an
Metode Pendidikan dalam Al – Qur’an
Pendidik dalam Al-Qur’an
NAMA DAN NOMOR SURAH
QS. Al-Baqarah : 183-184
QS. Al-Maidah : 6
QS. Ali-Imran : 97
QS. An – Nahl : 125
QS. Al – Maidah : 90
QS. Al- Ahzab : 21
QS. Al-Imran : 104
QS. Al-Imran : 159
Ibadah
Thaharah
Haji
Ibadah
Ibadah
Ibadah
Ibadah
Ibadah
Ita Yuli Kadarwati
13111784
Fathul Wahab
13111786
Siti Khayatin
13111788
Siti Tisngatul Muawwanah
13111789
Mohamad Ari Ifansyah
13111792
Tafsir Metode Pendidikan Menurut Al-Qur’an
A. AYAT
1. Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125
سنن إإ ب ون ورببووك ههوو
حوسن و إ ةة وو وججإدلحههم إبٱل ب وإتي إهوي أ وحح و ه
ٱدحهع إإل وجى وسإبيإل ور إببوك إبٱلحإحكحومإة ووٱلحوموحإعوظإة ٱلح و
١٢٥ عن وسإبيلإإهۦ ووههوو أ وعحل وهم إبٱلحهمهحتوإديون
أ وعحل وهم إبومن وض ب ول و
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl : 125)
2.
Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 90
و
عومإل ٱل بوشيحجوطإن
ب ووٱلحأ وزحل وجهم إرجحسس إبم ح
وي وجأ وي بهوها ٱل ب وإذيون وءاومن هووا ا إإن بووما ٱلح و
ن و
خمحهر ووٱلحوميحإسهر ووٱلحأنوصا ه
٩٠ حوون
وفٱجحتوإنهبوهه ل ووعل ب وك همح تهفحلإ ه
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS.
AL-Maidah : 90)
3.
Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 21
ل ب ووقدح وكاون ل وك همح إفي ورهسوإل ٱلل ب وإه أ هسحووةة وحوسن وسة لإ بومن وكاون ي ورحهجوا ا ٱلل ب ووه ووٱلحي ووحوم ٱلحأوإخور وووذك وور ٱلل ب ووه ك وإثيررا
٢١
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)
B. ASBABUNNUZUL
a. Surat Al-Maidah ayat 90
Sa’ad r.a berkata “ seorang sahabat anshor membuat makanan dan mengundang kami,
maka kami minum khomr sebelum di haramkan sehingga mabuk lalu masing- masing
berbangga. Seorang Anshor berkata ,” kamilah yang lebih afdhol ” di jawab oleh seorang
dari quroys “ kami yang lebih afdhol.” Tiba- tiba seorang anshor mengambil tulang
binatang yang sudah di sembelih dan di pukulkan pada hidungnyan. Maka turunlah ayat
ini.”
b. Surat Al-Ahzab ayat 21
Ayat ini turun tersebab ketika itu Rasulullah SAW. dan para sahabat sedang bertahan
di kota Madinah dalam perang Ahzab. Ketika itu keadaan begitu sangat mengkhawatirkan
sehingga para sahabat untuk menahan lapar harus mengganjal perut mereka dengan satu
batu. Ketika dalam pembuatan parit Rasulullah SAW. pun ikut andil bahkan ketika itu
para sahabat melihat bahwa Rasulullah SAW. mengganjal perut tidak hanya dengan satu
batu tetapi dengan dua batu lalu ayat tersebut turun.
c. Surat An- Nahl 125
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini.
Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah
70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah.[2] AlQurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada
Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy.
Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat
tersebut.
C. PENAFSIRAN
1. Qs.An-Nahl Ayat 125
a) Penafsiran Quraish Shihab
Muhammad, serulah, yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang
engkau sanggup seru, kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran
Islam, dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka, yakni
siapa pun yang menolak atau meragukan ajaran Islam, dengan cara yang terbaik.
Itulah tiga cara berdakwah yang hendaknya engkau tempuh menghadapi
manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya; jangan
hiraukan cemoohan, atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin, dan
serahkan urusanmu dan urusan mereka pada Allah karena sesungguhnya
Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu Dia-lah sendiri
yang lebih mengetahui dari siapa pun yang menduga tahu tentang siapa yang
bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah saja juga yang lebih
mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk.
Menurut beliau, sementara ulama’ memahami bahwa ayat ini menjelaskan
tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah.
Terhadap cendikiawan yang memiliki intelektual tinggi diperintahkan
menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak
sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.Terhadap kaum awam diperintahkan
untuk menerapkan mau’izhah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan
yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana.
Sedang, terhadap Ahl al-kitab dan penganut agama-agama lain yang
diperintahkan menggunakan jidal ahsan/perdebatan dengan cara yang terbaik,
yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.
Selain itu, M. Quraish Shihab juga mengutip pendapat pakar tafsir al-Biqa’i
yang menggaris bawahi bahwa al-hakim, yakni “yang memiliki hikmah, harus
yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan yang diambilnya sehingga
dia tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu atau kirakira, dan tidak pula melakukan sesuatu dengan coba-coba.“
Kemudian lebih lanjut beliau menjelaskan
al-mau’izhah, berikut ini
penjelasannya.
Kata ( )الموعظةal- mau’izhah terambil dari kata ( )وعظwa’azha yang berarti
nasihat. Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar
kebaikan. Demikian dikemukakan oleh banyak ulama. Sedang, kata ))جادلهم
jadilhum terambil dari kata ( )جدالjidal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti
yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak
dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun
hanya oleh mitra bicara.
Ditemukan di atas bahwa mau’izhah hendaknya disampaikan dengan (
)حسنةhasanah/baik, sedang perintah berjidal disifati dengan kata ()احسن
ahsan/yang terbaik, bukan sekedar baik. Keduanya berbeda dengan hikmah
yang tidak disifati oleh satu sifat pun. Ini berarti bahwa mau’izhah ada yang
baik dan ada yang tidak baik, sedang jidal ada tiga macam, yang baik, yang
terbaik, dan yang buruk.
b) Penafsiran ibnu katsir
Allah berfirman menyuruh Rosulnya berseru kepada manusia mengajak
mereka ke jalan Allah dengan hikmah kebijaksanaan dan nasehat serta anjuran
yang baik. Dan jika orang - orang itu mengajak berdebat, maka bantahlah
mereka dengan cara baik. Allah lebih mengetahui siapa yang durhaka tersesat
dari jalanNya dan siapa yang bahagia di dalam jalan yang lurus yang di tujukan
oleh Allah. Maka janganlah menjadi kecil hatimu hai Muhammad bila ada
orang- orang yang tidak mau mengikutimu dan tetap berada di jalan yang sesat.
Tugasmu hanyalah menyampaikan apa yang di wahyukan oleh Allah kepadamu
dan memberi peringatan kepada mereka, sedang Allahlah yang akan
menentukan dan memberi petunjuk serta Dialah yang akan meminta
pertanggungjawaban hamba- hambaNya kelak di hari kiamat.
2. Qs.Al-Maidah Ayat 90
a. Tafsir Ibnu Katsir
Dalam ayat ini Allah melarang orang mukmin minum khomr dan berjudi. Ali
Bin Abi Tholib berkata “ permainan catur termasuk alat judi”. Atha’ dan
mujahid mengatakan bahwa semua perjudian itu termasuk maisir walaupun
permainan anak- anak dengan kenari, kelereng, telur dll.
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas berkata “ maisir itu perjudian. Mereka dahulu biasa
berjudi di masa jahiliyah hingga datangnya islam. Kemudian Allah melarang
merreka dari semua sifat yang jelek itu.”
Said bin Al-Musayyab berkata “ perjudian orang jahiliyah menjual daging
dengan seekor atau dua ekor kambing.”
Al-Qosim bin Muhammad berkata “ semua yang dap;at melalaikan dzikir
(ingat) kepada Allah atau peringatan Allah termasuk maisir. Termasuk
permainan dadu”
Pengetahuan dalam pengharaman khomr dapat menggagnggu stabilitas akal
dan menghilangkan fungsinya, sehingga bisa menimbulkan bahaya besar
terhadap tubuh, syaraf akal dan akhlak.
b. Tafsir quraish shihab
عإن ال ب وصل وإة ووبوهص ب ودك هام
عان إذك اإرالل بإه وو و
( وdan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
shalat) yang dimaksud dengan menghalangi kamu dari mengingat Allah
disamping dapat berarti melupakan zikir dengan hati dan lidah, juga dapat
berarti melupakan zikir atau peringatan yang disampaikan oleh Rasul SAW.
berupa al- Qur’an dan Sunnah, atau melupakan zikir dari sisi rububiyyah
(pemeliharaan) Allah kepada manusia, dan ini mengantarkan kepada
melupakan sisi ‘ubudiyyah (ibadah) kepada-Nya dan terutama adalah
melaksanakan shalat.
3. Qs.al-ahzab ayat 21
a. Tafsir ibnu katsir
Allah SWT berfirman :” mengapa kamu tidak berteladan kepada Rosulullah,
betapa ia menghadapi musuh dan perang khandaq (ahzab) dengan penuh
kesabaran, ketentraman hati keberanian dan kepercayaan penuh akan
pertolongan Allah yang di janjikan. Bukanlah Allah telah menjadikan dalam
diri RosulNya suri tauladan yang baik bagi para pengikutnya, orang-orang
mukmin yang mengharapkan Rahmad danj Ridho Allah dan yang beriman
kepada hari kiamat serta selalu ingat kepada Allah.”
b. Tafsir Quraish Shihab
Setelah ayat-ayat yang lalu mengecam kaum munafik dan orang-orang lemah
imanya, kini ayat di atas mengarah kepada orang- orang beriman, memuji sikap
mereka yang meneladani sikap Nabi SAW. Ayat di atas menyatakan :
sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rosulullah yaitu Nabi Muhammad
SAW suri tauladan yang baik bagi kamu yakni bagi orang-orang yang senantiasa
mengharap rahmad kasih sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat, serta
teladan bagi mereka yang berdzikir mengingat kepada Allah dan menyebut
namanya dengan banyak baik dalam suasana susah maupun senang.
Bisa juga ayat ini masih merupakan kecaman kepada orang-orang munafik
yang mengaku memeluk islam, mtetapi tidak mencerminkan ajaran islam.
Kecaman itu di kesankan oleh kata laqod. Seakan akan ayat itu menyatakan : “
kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya di tengah
kamu semua ada Nabi Muhammad yang mestinya kamu teladani.”
Kata uswah berarti teladan. Pakar tafsir az-zamakhsyari ketika menafsirkan
ayat di atas, mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan
yang terdapat pada Rosul itu. Pertama dalam arti kepribadian beliau secara
totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau
hal-hal yang patut di teladani.
Pakar tafsir dan hukum, Qurtubi, mengemukakan bahwa dalam soal-soal
agama, keteladanan itu merupakan suatu kewajiban, tetapi dalam soal-soal
keduniaan maka ia merupakan anjuran. Dalam soal keagamaan, beliau wajib di
teladani selama tidak ada bukti yang menunjukan bahwa ia adalah anjuran.
Sementara ulama berpendapat bahwa dalam persoalan-persoalan keduniaan,
Rosul SAW telah menyerahkan sepenuhnya kepada pakar di bidang masingmasing, sehingga keteladanan terhadap beliau yang di bicarakan ayat ini
bukanlah hal-hal yang berkaitan dalam soal-soal keduniaan.
D. KESIMPULAN
Dalam menyeru kabaikan di harapkan menggunakan metode yang baik dan
benar yaitu dengan hikmah dan baik, dan jika akan membantah, maka dengan
cara yang baik pula.
Dalam metode mendidik, harus dengan cara yang baik pula yaitu jika itu tidak
baik maka dengan memberi peringatan dan ancaman seperti mudzorotnya
minum khomr dan berjudi.
Memberikan tauladan yang baik ( uswatun hasanah ) adalah metode yang
sangat baik di terapkan untuk yang lainya, tanpa adanya uswatun hasanah tidak
akan seseorang dapat berdakwah pada yang lain.
Daftar pustaka
Al-Wahidi, Al Wajid fi Tafsir Kitab Al Ajizi, Mawaqi’ At-Tafasir ,Mesir, tt, hal. 440/
1.Lihat juga: Al-Wahidi An- Nasyabury, Asbâb an-Nuzul, Mawaqiu’ Sy’ab, t-tp, tt,
191/1
Abu Al-Fida Ibn Umar Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al –Adzim, Tahqiq oleh Samy bin
Muhammad Salamah, Dar at-Thoyyibah Linasyri Wa Tawji’, Madinah , 1420 H,
Hal.613/IV.
Al misbah al munir fi tahzib Tafsir ibnu katsir, 1999: 320-321
Tafsir at-tabari, jilid VIII, 2001: 665
M.quraish, Al-Mishbah, hlm. 195.
JUDUL
Materi Pendidikan dalam Al- Qur”an
Metode Pendidikan dalam Al – Qur’an
Pendidik dalam Al-Qur’an
NAMA DAN NOMOR SURAH
QS. Al-Baqarah : 183-184
QS. Al-Maidah : 6
QS. Ali-Imran : 97
QS. An – Nahl : 125
QS. Al – Maidah : 90
QS. Al- Ahzab : 21
QS. Al-Imran : 104
QS. Al-Imran : 159
Ibadah
Thaharah
Haji
Ibadah
Ibadah
Ibadah
Ibadah
Ibadah