6
1. Untuk meninjau, mengevaluasi dan melaporkan kecukupan atau kerangka
pengawasan keuangan yang ada di badan dan efisiensi dalam menjamin properti, kehati-hatian, kelengkapan dan keakuratan kegiatan instansi bersangkutan dan
transaksi. 2.
Untuk melaksanakan audit yang lengkap dan berkelanjutan dari rekening dan catatan pendapatan, pengeluaran, tanaman, toko-toko dan properti lainnya.
3. Untuk mengevaluasi apakah kinerja aktual dalam kerangka kontrol didirikan
keuangan audit kepatuhan.
2.2. Audit Internal di Lembaga Pemerintahan
Audit internal di lembaga pemerintahan berbeda dengan audit internal sektor swasta. Seperti yang dipaparkan oleh Howard 1998 dalam jurnal Angus, et. al.,
2011 yang menyatakan: “
It is appropriate to contrast the public sector with that of privat sector. To the former, the main objective of the enterpreise in principles is not to make profit but
render services.
” Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal sektor
publik memiliki perbedaan dengan sektor swasta. Sektor publik bertujuan tidak untuk mencari keuntungan tetapi untuk memberikan pelayanan. Indra Bastian 2003; 52
juga berpendapat bahwa audit sektor publik dilakukan pada organisasi yag bersifat nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah pemda, BUMN, BUMD, dan instansi
lain yang berkaitan dengan pengelolaan asset kekayaan Negara. Menurut Johnson 1996 dalam jurnal Angus, et. al., 2011 memaparkan
tentang tugas-tugas umum auditor internal sektor publik meliputi: 1.
Salinan audit tentang laporan dari akun yang disampaikan dalam tata cara penulisan yang ditentukan bersama-sama dengan laporan kepada menteri atau
sekretaris Negara.
7
2. Para auditor harus menyatakan apakah akun menurut mereka dapat memberikan
pandangan yang benar dan adil sesuai terhadap urusan operasi. 3.
Auditor harus menyatakan apakah akun tersebut telah memberikan semua informasi yang diperlukan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
4. Para auditor biasanya akan melaporkan jika mereka tidak puas dengan aspek
dalam laporan keuangan. Pengawasan dalam sektor pemerintahan daerah pemda dapat dilakukan oleh
Bawasda atau yang sekerang disebut Inspektorat. Inspektorat adalah perangkat yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menjamin agar pemerintahan kota atau kabupaten
dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana serta aturan undang-undang yang telah ditetapkan. Inspektorat merupakan instrumen pengawasan yang dimiliki
baik oleh provinsi maupun kabupatenkota. Peran Inspektorat saat ini lebih ditekankan untuk memastikan bahwa sistem
akuntansi keuangan daerah berjalan dengan baik dan laporan keuangan daerah disajikan dengan wajar, selain dengan tugas-tugas awal Inspektorat sebelumnya
sebagai aparat pengawas. Peranan dari Inspektorat didorong untuk membantu kepala daerah dalam menyajikan laporan keuangan yang akuntabel dan berterima umum.
Bastian, 2003 Keberhasilan pengawasan sangat ditentukan oleh kinerja pengawasnya. Oleh
karena itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor internal sehingga menghasilkan pengawasan yang efektif, seperti penelitian Hung dan HAN 1998
yang tercantum dalam penelitian Ahmad, et. al., 2009 yang meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi efektivitas internal audit. Temuan menunjukkan bahwa
rata-rata, evaluasi kinerja secara berkala dari auditor internal, sikap positif dari kontroler untuk pekerjaan audit internal, dan tingkat pendidikan yang memadai dan
pelatihan auditor internal yang berguna untuk meningkatkan kinerja manajemen. Berbeda dengan Hung dan HAN 1998, Annuar, et. al., 2001 menyatakan faktor-
8
faktor yang mempengaruhi efektivitas internal audit adalah ketrampilan interpersonal, komitmen auditor internal dan dukungan dari komite audit dan BOD, kinerja dan
integritas auditor, kompetensi audit, pengetahuan auditor internal terhadap operasi bisnis perusahaan dan industrinya, dan sikap independen auditor.
Menurut mihret dan yismau 2007 dalam penelitian Ahmad, et al 2009, kurangnya perhatian dari manajemen dapat mengirim salah sinyal tentang pentingnya
jasa internal auditor. Selain kurangnya perhatian dari manajemen, masalah lain bahwa kurangnya pemahaman tentang peran dan tanggung jawab fungsi audit internal adalah
faktor lain yang berkontribusi terhadap kurangnya kerjasama antara fungsi audit internal. Hal ini didukung oleh temuan dari penelitian sebelumnya dimana hampir
75 dari negara-negara dan badan-badan pemerintah daerah cukup setuju bahwa kurangnya pemahaman peran fungsi audit internal sebagai fungsi penilai independen
dalam suatu organisasi. Responden pada penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa diantara masalah yang dihadapi oleh fungsi audit internal dalam sektor publik
yang menghambat efektivitas mereka adalah bahwa staf pengawas kurang dalam hal pelatihan yang mengakibatkan berpengaruh terhadap kompetensi dan pengetahuan
tentang praktek pengawasan dan teknik audit. Dalam penelitian Ahmad, et al., 2009 juga memaparkan hasil penelitian Ali,
et al. 2007 yang menyatakan bahwa ada dua masalah terbesar yang dihadapi oleh audit internal, yaitu personil audit yang tidak memadai dan kurang memadainya
ketrampilan dan kompetensi pengawas yang tepat. Masalah yang sama telah disorot oleh Auditor Jenderal dalam penelitian yang dilakukan oleh National Audit
Departement NAD pada tahun 2007 dimana banyak pengawas melakukan audit internal di pemerintah daerah tidak memiliki pengetahuan dan teknik yang tepat.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa audit internal tidak efektif karena mereka tidak dapat mencapai tujuan mereka.
Adapula beberapa alasan yang dapat memicu ketidakefektifan audit internal dalam mengawasi manajemen sektor publik adalah sebagai berikut:
9
a. Lack of audit manual: tidak adanya panduan standar audit internal dan rencana
audit kerja secara terperinci akan mempengaruhi kualitas pekerjaan audit terutama untuk audit internal baik non-akuntan ataupun akuntan yang non-qualified.
b. Non-Career Auditors and lack of growth prospect: karir auditor yang memenuhi
syarat professional akuntan memiliki level atau status dibawah dengan yang dimiliki oleh rekan-rekan professional mereka di departemen keuangan sebagai
auditee. Hal ini memberikan auditee keuntungan dan perasaan superioritas kepada auditor internal maka mereka dapat menahan akses auditor untuk mendapatkan
informasi dengan ketidakseimbangan proses arus informasi sehingga informasi yang didapatkan auditor adalah informasi yang mereka ingin sediakan untuk
auditor lihat. c.
Reporting structure and professional independence: pada masa lalu auditor internal merupakan sebuah unit pada accounts department, tetapi untuk menjamin
independensi auditor, sekarang ini auditor internal harus melaporkan langsung kepada kepala eksekutif. Perubahan ini berdampak negatif karena kebanyakan
kepala eksekutif merupakan pemegang jabatan politik, yang tidak memiliki kepentingan permanen dan mengarah ke non-komitmen untuk laporan audit
internal. d.
Scope of work: tidak adanya definisi yang tepat dari tugas, hak, keistimewaan dan keterbatasan auditor internal sehingga dapat menghambat auditor untuk
melakukan tugasnya dengan hasil yang memuaskan. e.
Privileges of office: kurangnya upah yang memadai dan pra-syarat kantor telah membuat beberapa auditor internal ikut andil dalam melakukan kecurangan.
f. Hazards of office: faktor lain yang menghambat efisiensi audit internal adalah
resiko yang dihadapi oleh auditor internal yang jujur dan berprinsip. Auditor mungkin akan dihadapkan pada masalah-masalah yang dapat mengganggu
kehidupan dan sifat dari auditor internal.
10
3. Metodologi 3.1. Jenis dan Sumber Data