Berpikir dan bernalar, karena dalam matematika memerlukan pemahaman Berargumentasi, setelah paham dan membuktikan matematika juga perlu Berkomunikasi, penerapan matematika memerlukan hubungan timbal balik Pemodelan, karena banyaknya je

Pada kurikulum SMP, siswa diberi mata pelajaran matematika. Pelajaran matematika diberikan kepada siswa karena berguna dalam kehidupan sehari-hari. Matematika menunjukkan peran aktif di hampir semua segi kehidupan manusia. Pendidikan matematika mempunyai potensi besar dalam memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi yang termanifestasikan dalam strukturnya melibatkan semua jaringan dengan tatanan global, karena globalisasi menjadi tantangan yang terkait dengan daya saing dan prakarsa. Sedang berbagai pola pikir dan pola tindak berkenaan dengan kemampuan kreatif dan inovatif yang belum menjadi prioritas untuk ditumbuhkembangkan dalam sistem pendidikan kita. Matematika adalah ilmu yang membahas perhitungan. Dengan demikian peranan ilmu matematika dalam kehidupan sangatlah dominan. Hal ini disebabkan karena matematika memiliki beberapa unsur di dalamnya. Menurut De Lange unsur-unsur dalam matematika antara lain:

1. Berpikir dan bernalar, karena dalam matematika memerlukan pemahaman

dan pembuktian.

2. Berargumentasi, setelah paham dan membuktikan matematika juga perlu

penerapan yang membutuhkan argumentasi sebagai media dan faktor penguatnya.

3. Berkomunikasi, penerapan matematika memerlukan hubungan timbal balik

dengan orang lain, dengan demikian dalam matematika diperlukan komunikasi.

4. Pemodelan, karena banyaknya jenis model matematika maka dalam

mengaplikasikan perlu memilih model matematika yang sesuai dengan kontek kenyataan yang ada.

5. Penyusunan dan pemecahan masalah, karena matematika diciptakan untuk

mempermudah dalam mengatasi masalah terutama yang berkaitan dengan angka atau symbol.

6. Simbol, karena operasi matematika mayoritas menggunakan simbol.

7. Alat dan teknologi, dalam penerapan matematika tidak menutup

kemungkinan memerlukan alat bantu perhitungan. 4 Dari uraian yang diungkapkan De Lange di atas menunjukkan betapa pentingnya matematika dalam kehidupan. Dengan matematika seseorang akan dapat menata kemampuan berpikir, bernalar, memecahkan masalah, berkomunikasi, mengaplikasikan teori dengan keadaan sesungguhnya, serta mampu menggunakan dan memanfaatkan teknologi. 5 Dimana unsur-unsur yang disebutkan De Lange tersebut melibatkan proses kognitif, yakni proses-proses mental atau aktivitas pikiran dalam mencari, menemukanmengetahui dan memahami informasi. Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep- konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya perkembangan kognitif seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan intelektual. Dalam proses pembelajaran, seringkali siswa dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Kegiatan itu mungkin dilakukan siswa secara fisik, seperti mengamati penampilan obyek yang berupa wujud atau karakteristik dari obyek tersebut. Tetapi lebih lanjut siswa dituntut untuk menanggapinya secara mental melalui kemampuan berpikir, khususnya 4 De Lange, Mathematical Literacy for Living from OECD-PISA Perspective, Paris: OECD-PISA, 2004, hal. 12 5 Muhamad Khoirudin, Penerapan Matematika dalam Industri Perdagangan Kripik Bothe Restu Desa Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek, Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2003, hal. 3 mengenai konsep, kaidah atau prinsip atas obyek masalah dan pemecahannya. Ini berarti aktivitas dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah fisik semata, tetapi yang lebih penting adalah keterlibatannya secara mental yaitu aspek proses kognitif yang berhubungan dengan fungsi intelektual. Perkembangan kognitif menjadi sangat penting manakala anak akan dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan berpikir. Masalah ini sering menjadi pertimbangan mendasar di dalam membelajarkan mereka, khususnya yang menyangkut isi atau kurikulum yang akan dipelajarinya. Dalam belajar matematika di sekolah banyak menekankan kemampuan kognitif ini. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Nana Sudjana, bahwa proses belajar mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih domain jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. 6 Aljabar merupakan salah satu bagian dalam matematika yang mencakup berbagai materi yang dipelajari di SMP. Pembelajaran aljabar sangat bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari dan memahami materi matematika yang lain maupun konsep aljabar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya, penguasaan terhadap konsep aljabar sangat membantu untuk mempelajari konsep geometri bangun datar dalam mencari besar suatu sudut. Aljabar merupakan bahasa simbol dan relasi. Sementara menurut beberapa ahli, aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis merupakan bagian 6 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, hal. 54 matematika yang timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Aljabar digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan bahasa simbol dan relasi-relasi yang muncul, masalah-masalah dipecahkan secara sederhana. Bahkan untuk hal-hal tertentu, ada algoritma-algoritma yang mudah diikuti dalam rangka memecahkan masalah simbolik itu yang pada saatnya nanti dikembalikan kepada masalah sehari-hari. Menurut Soedjadi, bahwa kemampuan aljabar yang baik ternyata membantu seseorang dalam memahami matematika. 7 Selanjutnya, melalui belajar aljabar secara baik, seseorang akan mendapatkan kemampuan analitik yang baik. Kemampuan tersebut mempunyai peranan penting dalam mempelajari matematika yang relatif kompleks. Dengan demikian, pemahaman konsep aljabar merupakan hal yang penting sebagai dasar untuk memahami konsep-konsep materi matematika lainnya. Namun dalam kenyataannya kemampuan Aljabar siswa pada umumnya masih lemah, karena menurut Soedjadi, bahwa telah terjadi kelemahan pemahaman siswa Sekolah Menengah Pertama terhadap Aljabar. 8 Di SD dipelajari aritmetika atau ilmu hitung. Simbol-simbol yang digunakan adalah angka yang dengan langsung dapat dibayangkan berapa besarnya, atau paling tidak murid dapat mengenalinya sebagai bilangan tertentu. 7 Hery Kurniawan, Identifikasi Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Operasi Bentuk Aljabar di Kelas IX SMP Negeri III Kota Bengkulu, Bengkulu: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2006, hal. 1 8 Ibid., hal. 2 Karena aljabar menggunakan simbol yang bukan saja angka melainkan juga huruf, maka bentuk aljabar yang mulai dipelajari pada kelas VII SMP sungguh merupakan bagian yang sangat perlu dipahami siswa. Dengan kata lain, pembelajaran aljabar sangat perlu mendapat perhatian. 9 Kompetensi siswa dalam memahami dan menyusun bentuk aljabar merupakan prasyarat siswa untuk mampu atau kompeten dalam menyelesaikan masalah verbal baik yang menyangkut persamaan maupun pertidaksamaan dan pengembangannya. Sementara setiap siswa memiliki tingkat intelektual yang berbeda-beda sehingga perkembangan kemampuan berpikir siswa dalam belajar matematika berbeda pula. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan penguasaan pemahaman konsep dan tahapan belajar yang dialami sebagai akibat dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sementara Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani menjelaskan dalam Mathematical Intelligent, untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, harus disusun konsep kurikulum matematika yang digunakan secara jelas dan terarah. 10 Sehingga proses pembelajaran matematika dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut PP No. 192005 Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing 9 Tim PPPG Matematika, Diklat Instruktur Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar: ALJABAR, Yogyakarta: Departemen Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika, 2004, hal. 1 10 Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligent: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008, hal. 51 satuan pendidikan. 11 Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap satuan pendidikan diberi kewenangan menyusun kurikulumnya sendiri dengan tetap mengacu pada Badan Standar Nasional BSNP. Oleh karena itu guru perlu memahami kondisi kognitif dari siswa dan mengatur tingkat proses belajar karena setiap siswa akan melalui proses-proses kognitif. Ini sesuai dengan pendapat E.T. Russefendi bahwa agar anak didik memahami dan mengerti tentang konsep struktur matematika seyogyanya diajarkan dengan urutan konsep murni, dilanjutkan dengan konsep terapan. 12 Mengingat kemampuan kognitif tiap siswa dan segala sesuatu yang terkait dengan berpikir berbeda-beda untuk setiap tahap perkembangan maka akan kurang efisien tujuan pembelajaran jika pengajaran konsep atau materi matematika diberikan sebelum siswa mencapai tahap perkembangan kognitif tersebut. Bloom mengklasifikasikan dimensi proses kognitif ini ke dalam 6 kategori, yakni mengingat, memahami, mengaplikasikan, manganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Kontinum yang mendasari proses kognitif dianggap sebagai tingkat-tingkat kognisi yang kompleks. 13 Memahami dianggap merupakan tingkat kognisi yang lebih kompleks ketimbang mengingat; mengaplikasikan diyakini lebih kompleks secara kognitif daripada memahami, dan seterusnya. Selanjutnya, dengan menggunakan pengklasifikasian beserta 11 Susanto, pengembangan KTSP dengan perspektif manajemen Visi, Matapena, 2007, hal 17 12 Lisnawati simajuntak, et. All., metode mengajar matematika Jilid I, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993, hal. 72 13 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka untuk Landasan Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal. 9 indikator yang tersusun tersebut dapat diketahui kemampuan proses kognitif belajar siswa. Klasifikais Bloom secara logis dan sistematis menunjukkan bahwa awal suatu pembelajaran adalah pembelajaran tentang hal-hal yang mendasar sebelum hal-hal yang rumit atau tujuan-tujuan yang lebih tinggi tingkat kesulitannya diberikan. Beberapa dimensi proses kognitif yang telah disebutkan, sebagian hanya cocok diterapkan di Sekolah Dasar ingatan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan analisis, sintesis dan evaluasi baru dapat dilatihkan di SLTP, SMU, dan perguruan tinggi secara bertahap. 14 Meskipun demikian tahap berpikir rendah jangan sampai membuat siswa pada tingkat SMP, SMA dan selanjutnya jadi mengesampingkan tahap berpikir tersebut sebab setiap tahap merupakan persyaratan bagi tahap berikutnya. Dari uraian di atas, agar dalam pembelajaran aljabar berjalan dengan baik maka seorang pendidik harus mengetahui kemampuan proses kognitif belajar siswa. Mengingat materi aljabar di SMP disampaikan pada semester I kelas VII dan semester I kelas VIII maka untuk mengetahui kemampuan proses kognitif belajar aljabar siswa SMP, peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek.” 14 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, hal. 121

B. Fokus Permasalahan

Dokumen yang terkait

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 53

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 13

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 36

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 4

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 26

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 7

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 23