Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju dan berkembang. Demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah sangat luas. Pendidikan yang dibutuhkan manusia adalah pendidikan seumur hidup. Telah disabdakan oleh Nabi Muhammad tentang pendidikan seumur hidup dalam haditsnya, yaitu: “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat atau kubur.”1

Allah SWT menjanjikan kepada semua manusia bahwa Dia mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, yang diberi pengetahuan dan ilmu itu selanjutnya diamalkan. Ini sesuai dengan firman Allah SWT pada surat al-Mujadalah ayat 11, yaitu:



























1 M. Ichsan Hadisaputra, Anjuran al-Quran dan Hadits Untuk Menuntut Ilmu pemgetahuan, Pendidikan dan Pengalamannya, (Surabaya: al-Ikhlas, 1981), h. 43


(2)

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”2

Salah satu usaha pemerintah Indonesia untuk mewujudkan peningkatan kualitas manusia adalah dengan meningkatkan pembangunan pada sektor pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri, dan mejadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”3

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan formal di Indonesia dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), dan Universitas. Tingkatan-tingkatan ini dibuat agar berkelanjutan dan berkesinambungan.

2 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al- Quran, Al-‘alim: Al-Quran dan Terjemahannya: Edisi Ilmu Pengetahuan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009), hal. 544

3 Undang-undang Republik Indonesia, No. 2 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 3, (Jakarta: CV. Mitama Utama, 2004), hal. 7


(3)

Pada kurikulum SMP, siswa diberi mata pelajaran matematika. Pelajaran matematika diberikan kepada siswa karena berguna dalam kehidupan sehari-hari. Matematika menunjukkan peran aktif di hampir semua segi kehidupan manusia.

Pendidikan matematika mempunyai potensi besar dalam memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi yang termanifestasikan dalam strukturnya melibatkan semua jaringan dengan tatanan global, karena globalisasi menjadi tantangan yang terkait dengan daya saing dan prakarsa. Sedang berbagai pola pikir dan pola tindak berkenaan dengan kemampuan kreatif dan inovatif yang belum menjadi prioritas untuk ditumbuhkembangkan dalam sistem pendidikan kita.

Matematika adalah ilmu yang membahas perhitungan. Dengan demikian peranan ilmu matematika dalam kehidupan sangatlah dominan. Hal ini disebabkan karena matematika memiliki beberapa unsur di dalamnya. Menurut De Lange unsur-unsur dalam matematika antara lain:

1. Berpikir dan bernalar, karena dalam matematika memerlukan pemahaman dan pembuktian.

2. Berargumentasi, setelah paham dan membuktikan matematika juga perlu penerapan yang membutuhkan argumentasi sebagai media dan faktor penguatnya.

3. Berkomunikasi, penerapan matematika memerlukan hubungan timbal balik dengan orang lain, dengan demikian dalam matematika diperlukan komunikasi.

4. Pemodelan, karena banyaknya jenis model matematika maka dalam mengaplikasikan perlu memilih model matematika yang sesuai dengan kontek kenyataan yang ada.


(4)

5. Penyusunan dan pemecahan masalah, karena matematika diciptakan untuk mempermudah dalam mengatasi masalah terutama yang berkaitan dengan angka atau symbol.

6. Simbol, karena operasi matematika mayoritas menggunakan simbol.

7. Alat dan teknologi, dalam penerapan matematika tidak menutup kemungkinan memerlukan alat bantu perhitungan.4

Dari uraian yang diungkapkan De Lange di atas menunjukkan betapa pentingnya matematika dalam kehidupan. Dengan matematika seseorang akan dapat menata kemampuan berpikir, bernalar, memecahkan masalah, berkomunikasi, mengaplikasikan teori dengan keadaan sesungguhnya, serta mampu menggunakan dan memanfaatkan teknologi.5 Dimana unsur-unsur yang disebutkan De Lange tersebut melibatkan proses kognitif, yakni proses-proses mental atau aktivitas pikiran dalam mencari, menemukan/mengetahui dan memahami informasi.

Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya perkembangan kognitif seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan intelektual. Dalam proses pembelajaran, seringkali siswa dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Kegiatan itu mungkin dilakukan siswa secara fisik, seperti mengamati penampilan obyek yang berupa wujud atau karakteristik dari obyek tersebut. Tetapi lebih lanjut siswa dituntut untuk menanggapinya secara mental melalui kemampuan berpikir, khususnya 4 De Lange, Mathematical Literacy for Living from OECD-PISA Perspective, (Paris: OECD-PISA, 2004), hal. 12

5 Muhamad Khoirudin, Penerapan Matematika dalam Industri Perdagangan Kripik Bothe Restu Desa Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek, (Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2003), hal. 3


(5)

mengenai konsep, kaidah atau prinsip atas obyek masalah dan pemecahannya. Ini berarti aktivitas dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah fisik semata, tetapi yang lebih penting adalah keterlibatannya secara mental yaitu aspek proses kognitif yang berhubungan dengan fungsi intelektual.

Perkembangan kognitif menjadi sangat penting manakala anak akan dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan berpikir. Masalah ini sering menjadi pertimbangan mendasar di dalam membelajarkan mereka, khususnya yang menyangkut isi atau kurikulum yang akan dipelajarinya. Dalam belajar matematika di sekolah banyak menekankan kemampuan kognitif ini. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Nana Sudjana, bahwa proses belajar mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih domain jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik.6

Aljabar merupakan salah satu bagian dalam matematika yang mencakup berbagai materi yang dipelajari di SMP. Pembelajaran aljabar sangat bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari dan memahami materi matematika yang lain maupun konsep aljabar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya, penguasaan terhadap konsep aljabar sangat membantu untuk mempelajari konsep geometri bangun datar dalam mencari besar suatu sudut.

Aljabar merupakan bahasa simbol dan relasi. Sementara menurut beberapa ahli, aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis merupakan bagian

6 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hal. 54


(6)

matematika yang timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Aljabar digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan bahasa simbol dan relasi-relasi yang muncul, masalah-masalah dipecahkan secara sederhana. Bahkan untuk hal-hal tertentu, ada algoritma-algoritma yang mudah diikuti dalam rangka memecahkan masalah simbolik itu yang pada saatnya nanti dikembalikan kepada masalah sehari-hari.

Menurut Soedjadi, bahwa kemampuan aljabar yang baik ternyata membantu seseorang dalam memahami matematika.7 Selanjutnya, melalui belajar aljabar secara baik, seseorang akan mendapatkan kemampuan analitik yang baik. Kemampuan tersebut mempunyai peranan penting dalam mempelajari matematika yang relatif kompleks. Dengan demikian, pemahaman konsep aljabar merupakan hal yang penting sebagai dasar untuk memahami konsep-konsep materi matematika lainnya.

Namun dalam kenyataannya kemampuan Aljabar siswa pada umumnya masih lemah, karena menurut Soedjadi, bahwa telah terjadi kelemahan pemahaman siswa Sekolah Menengah Pertama terhadap Aljabar.8

Di SD dipelajari aritmetika atau ilmu hitung. Simbol-simbol yang digunakan adalah angka yang dengan langsung dapat dibayangkan berapa besarnya, atau paling tidak murid dapat mengenalinya sebagai bilangan tertentu. 7 Hery Kurniawan, Identifikasi Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Operasi Bentuk Aljabar di Kelas IX SMP Negeri III Kota Bengkulu, (Bengkulu: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2006), hal. 1


(7)

Karena aljabar menggunakan simbol yang bukan saja angka melainkan juga huruf, maka bentuk aljabar yang mulai dipelajari pada kelas VII SMP sungguh merupakan bagian yang sangat perlu dipahami siswa. Dengan kata lain, pembelajaran aljabar sangat perlu mendapat perhatian.9

Kompetensi siswa dalam memahami dan menyusun bentuk aljabar merupakan prasyarat siswa untuk mampu atau kompeten dalam menyelesaikan masalah verbal baik yang menyangkut persamaan maupun pertidaksamaan dan pengembangannya. Sementara setiap siswa memiliki tingkat intelektual yang berbeda-beda sehingga perkembangan kemampuan berpikir siswa dalam belajar matematika berbeda pula. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan penguasaan pemahaman konsep dan tahapan belajar yang dialami sebagai akibat dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Sementara Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani menjelaskan dalam Mathematical Intelligent, untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, harus disusun konsep kurikulum matematika yang digunakan secara jelas dan terarah.10 Sehingga proses pembelajaran matematika dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut PP No. 19/2005 Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing 9 Tim PPPG Matematika, Diklat Instruktur Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar: ALJABAR, (Yogyakarta: Departemen Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika, 2004), hal. 1

10 Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligent: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008), hal. 51


(8)

satuan pendidikan.11 Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap satuan pendidikan diberi kewenangan menyusun kurikulumnya sendiri dengan tetap mengacu pada Badan Standar Nasional (BSNP). Oleh karena itu guru perlu memahami kondisi kognitif dari siswa dan mengatur tingkat proses belajar karena setiap siswa akan melalui proses-proses kognitif. Ini sesuai dengan pendapat E.T. Russefendi bahwa agar anak didik memahami dan mengerti tentang konsep (struktur) matematika seyogyanya diajarkan dengan urutan konsep murni, dilanjutkan dengan konsep terapan.12

Mengingat kemampuan kognitif tiap siswa dan segala sesuatu yang terkait dengan berpikir berbeda-beda untuk setiap tahap perkembangan maka akan kurang efisien tujuan pembelajaran jika pengajaran konsep atau materi matematika diberikan sebelum siswa mencapai tahap perkembangan kognitif tersebut.

Bloom mengklasifikasikan dimensi proses kognitif ini ke dalam 6 kategori, yakni mengingat, memahami, mengaplikasikan, manganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Kontinum yang mendasari proses kognitif dianggap sebagai tingkat-tingkat kognisi yang kompleks.13 Memahami dianggap merupakan tingkat kognisi yang lebih kompleks ketimbang mengingat; mengaplikasikan diyakini lebih kompleks secara kognitif daripada memahami, dan seterusnya. Selanjutnya, dengan menggunakan pengklasifikasian beserta 11 Susanto, pengembangan KTSP dengan perspektif manajemen Visi, (Matapena, 2007), hal 17

12 Lisnawati simajuntak, et. All., metode mengajar matematika Jilid I, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), hal. 72

13 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka untuk Landasan Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 9


(9)

indikator yang tersusun tersebut dapat diketahui kemampuan proses kognitif belajar siswa.

Klasifikais Bloom secara logis dan sistematis menunjukkan bahwa awal suatu pembelajaran adalah pembelajaran tentang hal-hal yang mendasar sebelum hal-hal yang rumit atau tujuan-tujuan yang lebih tinggi tingkat kesulitannya diberikan.

Beberapa dimensi proses kognitif yang telah disebutkan, sebagian hanya cocok diterapkan di Sekolah Dasar (ingatan, pemahaman, dan aplikasi), sedangkan analisis, sintesis dan evaluasi baru dapat dilatihkan di SLTP, SMU, dan perguruan tinggi secara bertahap.14 Meskipun demikian tahap berpikir rendah jangan sampai membuat siswa pada tingkat SMP, SMA dan selanjutnya jadi mengesampingkan tahap berpikir tersebut sebab setiap tahap merupakan persyaratan bagi tahap berikutnya.

Dari uraian di atas, agar dalam pembelajaran aljabar berjalan dengan baik maka seorang pendidik harus mengetahui kemampuan proses kognitif belajar siswa. Mengingat materi aljabar di SMP disampaikan pada semester I kelas VII dan semester I kelas VIII maka untuk mengetahui kemampuan proses kognitif belajar aljabar siswa SMP, peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek.”

14 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hal. 121


(10)

B. Fokus Permasalahan

Secara spesifik, masalah diartikan sebagai suatu objek yang dijadikan sasaran penelitian. Penelitian dilaksanakan guna memecahkan suatu masalah atau mengungkapkan sesuatu yang masih belum jelas. Sementara secara umum masalah dapat dipahami sebagai problem atau suatu keadaan yang memerlukan pemecahan atau solusi (jalan keluar). Selain itu, suatu gejala yang menarik, menantang, terselubung, dan mengandung minat dapat juga dijadikan objek penelitian asalkan jelas manfaatnya jika diungkapkan melalui penelitian ilmiah.15

Sesuai latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini untuk menghindari meluasnya masalah sehingga didapatkan fokus permasalahan dilakukan pembatasan masalah. Mohamad Ali dalam Pohan dalam Andi Prastowo menyatakan bahwa membatasi masalah penelitian adalah upaya membatasi dimensi masalah atau upaya agar jelas ruang lingkup dan batasan yang akan diteliti. Dalam hal ini, peneliti mengusahakan melakukan penyempitan dan penyederhanaan terhadap sasaran penelitian yang terlalu luas dan rumit.16 Adapun cara untuk membatasi masalah, yaitu dengan hati-hati peneliti melakukan pemeriksaan lebih jauh terhadap topik apa saja dari permasalahan-permasalahan yang layak diambil.

Adapun fokus di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori mengingat?

2. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori memahami?

15Andi Prastowo, Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian,

(Jogjakarta: Arr-Ruzz Media, 2012), hal. 114


(11)

3. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori mengaplikasikan?

4. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori menganalisis?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Nyoman Kutha Ratna tujuan penelitian dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai apa yang hendak dicapai.17 Jadi, secara redaksional, tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan.

Sementara secata spesifik, tujuan penelitian adalah pernyataan yang dirumuskan secara konkret, tegas dan sederhana tentang hal-hal yang ingin diungkapkan atau ingin dijawab melalui penelitian.

Tujuan penelitian berhubungan secara fungsional dengan rumusan masalah penelitian, yang dibuat secara spesifik, terbatas, dan dapat diperiksa dengan hasil penelitian. Tujuan penelitian merupakan muara dari suatu penelitian, dengan mengerahkan segala kemampuan peneliti untuk mencapai tujuan tersebut.18

Adapaun tujuan penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori mengingat.

2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori memahami.

3. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori mengaplikasikan.

4. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori menganalisis.

17Ibid., hal. 154


(12)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan/manfaat penelitian disesuaikan dengan tujuannya. Manfaat penelitian digali dalam dan dari objek penelitian. Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua macam, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis.

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat dari penelitian yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara langsung. Manfaat ini berhubungan erat dengan kegunaan suatu penelitian untuk memenuhi berbagai kebutuhan pokok manusia, baik secara jasmani maupun rohani.

2. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis adalah manfaat penelitian yang masih berupa konsep-konsep, memerlukan pengembangan lebih lanjut, sebagai kegunaan tidak langsung. Manfaat ini berkaitan dengan penyusunan konsep-konsep dasar dengan berbagi perangkat, seperti metode, teknik, dan instrumen.

Mengacu pada kedua jenis manfaat di atas, kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Akan diketahui kemampuan proses kognitif dalam belajar Aljabar siswa kelas VIII pada kategori mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis.

2. Bahan informasi bagi pengajar mengenai kemampuan proses kognitif dalam belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika pokok bahasan aljabar.

3. Bahan masukan bagi siswa mengenai kemampuan proses kognitif dalam belajar mereka dalam menyelesaikan soal-soal aljabar.


(13)

4. Sebagai informasi yang penting bagi guru agar dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam menjelaskan Materi Pokok aljabar di SMP.

5. Sebagai masukan bagi pihak terkait dalam pengajaran kurikulum SMP, misalnya guru, kepala sekolah serta pihak Depdiknas dan jajarannya. 6. Bahan pemikiran yang lebih mendalam bagi peneliti akan pentingnya

kemampuan proses kognitif dalam belajar siswa. E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut:

1. Secara konseptual

a. Analisis memiliki makna menyelidiki sesuatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.19 Disebut juga pengolahan data atau pengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel-variabel dari keseluruhan responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti.20 Analisis ini dilakukan melalui tahapan identifikasi, pengolahan dan penafsiran data dengan menggunakan data kuantitatif.

Analisis dalam penelitian ini terpusat pada deskripsi tingkatan kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII.

b. Proses kognitif adalah proses-proses mental atau aktivitas pikiran dalam mencari, menemukan/mengetahui dan memahami imformasi. Proses kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah empat kategori awal

19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 43

20 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 147


(14)

berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi, yakni: mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis.

c. Aljabar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi aljabar yang diajarkan di SMP.

2. Secara operasional

Dalam pandangan peneliti, judul skripsi “Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek” dimaknai dengan penyelidikan fakta terhadap kemampuan siswa ranah kognitif dalam belajar aljabar dengan taksonomi Bloom sebagai panduannya. Peneliti ingin mengetahui seberapa tingkat kemampuan proses kognitif siswa kelas VIII SMP dalam belajar aljabar.

F. Sistematika Pembahasan

Penyusunan skripsi ini dikemukakan ke dalam tiga bagian, yaitu awal, utama, dan akhir. Bagian awal memuat halaman sampul, halaman judul, persetujuan pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstraksi.

Bagian utama terdiri dari limam bab, yaitu:

Bab I adalah Pendahuluan, yang memuat Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Kegunaan Hasil Penelitian; Penegasan Istilah; dan Sistematika Pembahasan.


(15)

Bab II adalah Landasan Teori, yang memuat enam sub bab, yaitu: Hakekat Matematika; Hakekat Matematika Sekolah; Proses Kognitif; Taksonomi Pendidikan; Materi Aljabar Matematika SMP; dan Peneletian Terdahulu.

Bab III adalah Metode Penelitian, yang memuat enam sub bab, yaitu: Pendekatan dan Jenis Penelitian; Populasi dan Sampel Penelitian; Variabel, Data, dan Sumber Data; Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian; Teknik Analisis Data; Prosedur Penelitian.

Bab IV adalah Laporan Hasil Penelitian, yang memuat paparan data dan analisis data; Temuan Penelitian; Pembahasan Hasil Penelitian.

Bab V adalah Penutup. Pada bab ini berisi Kesimpulan dan; Saran-saran dari hasil penelitian.

Bagian akhir dari skripsi ini memuat Daftar Pustaka; Lampiran-lampiran dan Biodata Penulis.


(1)

B. Fokus Permasalahan

Secara spesifik, masalah diartikan sebagai suatu objek yang dijadikan sasaran penelitian. Penelitian dilaksanakan guna memecahkan suatu masalah atau mengungkapkan sesuatu yang masih belum jelas. Sementara secara umum masalah dapat dipahami sebagai problem atau suatu keadaan yang memerlukan pemecahan atau solusi (jalan keluar). Selain itu, suatu gejala yang menarik, menantang, terselubung, dan mengandung minat dapat juga dijadikan objek penelitian asalkan jelas manfaatnya jika diungkapkan melalui penelitian ilmiah.15

Sesuai latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini untuk menghindari meluasnya masalah sehingga didapatkan fokus permasalahan dilakukan pembatasan masalah. Mohamad Ali dalam Pohan dalam Andi Prastowo menyatakan bahwa membatasi masalah penelitian adalah upaya membatasi dimensi masalah atau upaya agar jelas ruang lingkup dan batasan yang akan diteliti. Dalam hal ini, peneliti mengusahakan melakukan penyempitan dan penyederhanaan terhadap sasaran penelitian yang terlalu luas dan rumit.16 Adapun cara untuk membatasi masalah, yaitu dengan hati-hati peneliti melakukan pemeriksaan lebih jauh terhadap topik apa saja dari permasalahan-permasalahan yang layak diambil.

Adapun fokus di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori mengingat?

2. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori memahami?

15Andi Prastowo, Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian,

(Jogjakarta: Arr-Ruzz Media, 2012), hal. 114 16 Ibid.


(2)

4. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori menganalisis?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Nyoman Kutha Ratna tujuan penelitian dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai apa yang hendak dicapai.17 Jadi, secara redaksional, tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan.

Sementara secata spesifik, tujuan penelitian adalah pernyataan yang dirumuskan secara konkret, tegas dan sederhana tentang hal-hal yang ingin diungkapkan atau ingin dijawab melalui penelitian.

Tujuan penelitian berhubungan secara fungsional dengan rumusan masalah penelitian, yang dibuat secara spesifik, terbatas, dan dapat diperiksa dengan hasil penelitian. Tujuan penelitian merupakan muara dari suatu penelitian, dengan mengerahkan segala kemampuan peneliti untuk mencapai tujuan tersebut.18

Adapaun tujuan penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori mengingat.

2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori memahami.

3. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori mengaplikasikan.

4. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII pada kategori menganalisis.

17 Ibid., hal. 154 18 Ibid.


(3)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan/manfaat penelitian disesuaikan dengan tujuannya. Manfaat penelitian digali dalam dan dari objek penelitian. Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua macam, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis.

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat dari penelitian yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara langsung. Manfaat ini berhubungan erat dengan kegunaan suatu penelitian untuk memenuhi berbagai kebutuhan pokok manusia, baik secara jasmani maupun rohani.

2. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis adalah manfaat penelitian yang masih berupa konsep-konsep, memerlukan pengembangan lebih lanjut, sebagai kegunaan tidak langsung. Manfaat ini berkaitan dengan penyusunan konsep-konsep dasar dengan berbagi perangkat, seperti metode, teknik, dan instrumen.

Mengacu pada kedua jenis manfaat di atas, kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Akan diketahui kemampuan proses kognitif dalam belajar Aljabar siswa kelas VIII pada kategori mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis.

2. Bahan informasi bagi pengajar mengenai kemampuan proses kognitif dalam belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika pokok bahasan aljabar.

3. Bahan masukan bagi siswa mengenai kemampuan proses kognitif dalam belajar mereka dalam menyelesaikan soal-soal aljabar.


(4)

5. Sebagai masukan bagi pihak terkait dalam pengajaran kurikulum SMP, misalnya guru, kepala sekolah serta pihak Depdiknas dan jajarannya. 6. Bahan pemikiran yang lebih mendalam bagi peneliti akan pentingnya

kemampuan proses kognitif dalam belajar siswa. E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut:

1. Secara konseptual

a. Analisis memiliki makna menyelidiki sesuatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.19 Disebut juga pengolahan data atau pengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel-variabel dari keseluruhan responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti.20 Analisis ini dilakukan melalui tahapan identifikasi, pengolahan dan penafsiran data dengan menggunakan data kuantitatif.

Analisis dalam penelitian ini terpusat pada deskripsi tingkatan kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII.

b. Proses kognitif adalah proses-proses mental atau aktivitas pikiran dalam mencari, menemukan/mengetahui dan memahami imformasi. Proses kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah empat kategori awal

19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 43

20 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 147


(5)

berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi, yakni: mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis.

c. Aljabar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi aljabar yang diajarkan di SMP.

2. Secara operasional

Dalam pandangan peneliti, judul skripsi “Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek” dimaknai dengan penyelidikan fakta terhadap kemampuan siswa ranah kognitif dalam belajar aljabar dengan taksonomi Bloom sebagai panduannya. Peneliti ingin mengetahui seberapa tingkat kemampuan proses kognitif siswa kelas VIII SMP dalam belajar aljabar.

F. Sistematika Pembahasan

Penyusunan skripsi ini dikemukakan ke dalam tiga bagian, yaitu awal, utama, dan akhir. Bagian awal memuat halaman sampul, halaman judul, persetujuan pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstraksi.

Bagian utama terdiri dari limam bab, yaitu:

Bab I adalah Pendahuluan, yang memuat Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Kegunaan Hasil Penelitian; Penegasan Istilah; dan Sistematika Pembahasan.


(6)

Pendidikan; Materi Aljabar Matematika SMP; dan Peneletian Terdahulu.

Bab III adalah Metode Penelitian, yang memuat enam sub bab, yaitu: Pendekatan dan Jenis Penelitian; Populasi dan Sampel Penelitian; Variabel, Data, dan Sumber Data; Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian; Teknik Analisis Data; Prosedur Penelitian.

Bab IV adalah Laporan Hasil Penelitian, yang memuat paparan data dan analisis data; Temuan Penelitian; Pembahasan Hasil Penelitian.

Bab V adalah Penutup. Pada bab ini berisi Kesimpulan dan; Saran-saran dari hasil penelitian.

Bagian akhir dari skripsi ini memuat Daftar Pustaka; Lampiran-lampiran dan Biodata Penulis.


Dokumen yang terkait

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 53

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 13

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 36

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 4

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 26

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 7

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang dan trapesium pada kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek tahun 2011 2012 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 23