Kerangka Teoritis Kerangka Teoritis dan Konsepsual
manusia atau HAM menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pada dasarnya setiap manusia terlahir sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa YME yang secara kodrati mendapatkan hak dasar yaitu kebebasan, hak hidup , hak untuk dilindungi, dan hak yang
lainnya. Hal ini senada dengan prinsip hukum alam pada abad ke-18 yaitu kebebasan
individu dan keutamaan rasio. Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai konsekuensi untuk
memberikan perlindungan hukum terhadap korban dari suatu tindak pidana. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002jo. Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 joPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-UndangPerppu Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa Perlindungan Anak
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi.
Bentuk dari perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban pelecehan seksual tertuang dalam beberapa Pasal dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014joPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-UndangPerppu Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak, yaitu
Pasal 18, Pasal 59, Pasal 64 ayat 1 , Pasal 69, Pasal 81, Pasal 81, dan Pasal 82.Selain itu, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum,
menurut Soerjono Soekanto
8
penegakan hukum tak hanya dalam pelaksanaan perundang-undangan saja, tapi terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi,
yaitu : 1.
Faktor Hukumnya Sendiri Atau peraturan itu sendiri. Contohnya, asas-asas berlakunya suatu Undang-
Undang, belum adanya peraturan yang mengatur pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan Undang-Undang, serta ketidakjelasan arti
kata-kata didalam Undang-Undang yang mengakibatkan kesalahpahaman di dalam penafsiran serta penerapan Undang-Undang tersebut.
2. Faktor penegak hukum
Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka
penegakan hukum setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, terasa, terlihat, dan diaktualisasikan.
3. Faktor sarana dan fasilitas
Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,
keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak
mungkin menjalankan peranan semestinya
8
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Cetakan Kelima,Jakarta, 2004, hlm. 42.
4. Faktor masyarakat
Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan
bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat. Bagian yang terpenting dalam menentukan penegak hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. Semakin
tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik. Semakin rendah tingkat kesadaran hukum
masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan penegakan hukum yang baik.
5. Faktor kebudayaan
Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya hukum tertulis perundang-undangan harus mencerminkan
nila-nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan
kebudayaan masyarakat,
maka akan
semakin mudahlah
dalam menegakannya. Apabila peraturan-peraturan perundang-undangan tidak
sesuai atau bertentangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan hukum.