Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Keselamatan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

(1)

i

Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Keamanan dan Keselamatan pada Klien

Perilaku Kekerasan di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh.Ildrem Provsu

Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Efriyanti Gea

122500114

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

(3)

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Alamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Keselamatan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan”, Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan program D III Keperawatan fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Mahnum Lailan Nasution,S.Kep,NS,M.Kep selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan dan arahan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Dalam penyelesaian Karya Tulis Illmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.kes, selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp.,MNS, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp.,MNS, selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp.,MNS, selaku Wakil Dekan III Faklutas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep,NS,M.Kep, selaku dosen pembimbing KTI yang telah membimbing dan memberi saran serta dorongan dengan kesabaran selama penulisan dalam proses penyusunan sampai dengan penyelesaian KTI ini.

6. Ibu Nur Afi Darti, S.Kep.,Ns.,Mkep, selaku Ketua Program studi DIII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Mula Tarigan, S.Kp.,M.Kp, selaku sekretaris Program studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara

8. Para dosen dan seluruh staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini.


(5)

iii

9. Staf pegawai Rumah Sakit Umum Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan yang telah memberikan tempat, waktu dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

10.Teristimewa buat kedua orang tua saya yang terhormat, Ayahanda Masruhid Gea dan ibunda Aslinah Aceh yang tidak pernah lelah memberikan dukungan moril, materil dan dengan penuh kasih sayang buat saya serta semua keluarga yang telah memberi dukungan sehingga penulis termotivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

11.Abang saya Dr. Ali Yusran Gea SH. M.KN, Suriswan Gea SH. M.KN, Agusman Gea SH. M.KN, Datuk Nikmat SH yang telah banyak mendukung dan membantu pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

12.Rekan – rekan seperjuangan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara terkhusus buat devi masdianti hura, winda nur adha, mudma innah gea, yedi mawati baene, Zisella panjaitan, Batara Fajar, Lolita Tampubolon, dan Anne collega dan seluruh teman – teman Program Studi DIII Keperawatan stambuk 2012 yang telah berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis tidak dapat memberikan balasan materi, tapi penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan rezeki berlimpah, kesehatan yang prima, dan kebahagiaan lahir batin kepada semua pihak yang turut serta dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi yang membaca terutama bagi mahasiswa/i Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang merupakan generasi penerus profesi perawat. Demikianlah Karya Tulis Ilmiah ini disusun. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Agustus 2015 Penulis


(6)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR

PEMGESAHAN………...………. i

KATAPENGANTAR………...……... ii

DAFTAR ISI………..…….. iv

Bab I Pendahuluan 1.1Latar Belakang ………..………. 1

1.2Tujuan………..……… 3

1.3Manfaat………..………...4

Bab II Pengelolaan Kasus 2.1Konsep Dasar Keamanan dan Keselamatan……...……….. 5

2.2Karakteristik dari keamanan ………...……. 5

2.3Faktor-faktor yang MempengaruhiKeamanan& Keselamatan...… 6

2.4Konsep Perilaku Kekerasan………..… 8

2.5Rentang Respon Marah………. 10

2.6Faktor Predisposisi………. 10

2.7Faktor presipitasi……… 12

2.8Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Keamanan dan Keselamatan pada pasien Perilaku Kekerasan 1. Pengkajian……….………..…. 13

2. Rumusan Masalah……… 14

2.9Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian……… 16

2. Analisa Data………..………..…. 24

3. Rumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan……..……... 24


(7)

v

5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan………. 26 Bab III Kesimpulan dan Saran

3.1Kesimpulan………...28

3.2Saran………..30

DAFTAR PUSTAKA……….…………. 31 Lampiran


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia terdiri atas unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia. Kebutuhan dasar manusia menurut teori Hirarki Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, aktualisasi diri. Kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan keperawatan. Bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan maka kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan dasar klien yang terganggu. Jika pemenuhan kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, maka kebutuhan keselamatan dan keamanan pada tingkatan selanjutnya yang harus dipenuhi (Potter and Patricia, 2007).

Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal, bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Kekerasan merupakan salah satu perilaku yang mengancam keamanan dan keselamatan tubuh dan kehidupan seseorang. Ada yang menekankan pada aspek perilaku, struktur atau kultur. Dengan kata lain kekerasan adalah tindakan yang menghambat, menyakiti, merusak, memaksakan dan merugikan orang lain atau kelompok orang, baik secara langsung maupun tidak langsung, fisik atau mental, pelakunya dapat berupa personal, kelompok orang atau invisible (struktur), persoalan ini sebagai spiral kekerasan yaitu personal, institusional, dan struktural (Dom Helder Camara, 2012).

Secara global, Diseluruh RS Jiwa pasien yang paling banyak ditemukan adalah pasien dengan gejala skizofrenia (Marchira, dkk, 2008). Di Amerika Serikat terutama dikalangan penduduk perkotaan


(9)

2

menunjukkan angka yang lebih tinggi di banding Indonesia yaitu mencapai 2% akibat persaingan hidup dan modernisasi di daerah perkotaan (Aini, 2010). Di Indonesia prevalensi penderita skizofrenia adalah 0,3% 3sampai 1% dan biasa timbul pada usia sekitar 15-35 tahun (Depkes, 2012).

Salah satu gejala Skizofrenia adalah amuk / marah. Gejala initergolongtindakan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Keadaan ini ditandai oleh sikap marah atau amuk yang ditunjukkan pada perilaku klien. Perilaku kekerasan / amuk pada pasien skizofrenia dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain. Pasien yang mengalami perilaku kekerasan sering kali melakukan kekerasan seperti marah, memukul dan melakukan kejahatan lain yang dapat menganggu keselamatan dan keamanan pasien sendiri, orang lain bahkan petugas kesehatan(Purba dkk, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provinsi Sumatera Utara awal tahun 2015 pasien perilaku kekerasan dirawat diruangan sipiso-piso pada bulan Mei 2015 terdapat 22 pasien rawat inap, 10 diantaranya pasien dengan perilaku kekerasan. Tindakan yang dilakukan oleh pasien tersebut sangat membahayakan bahkan mengancam diri sendiri dan orang lain. Asuhan keperawatan diberikan di RS Jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan setara dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan terdiri dari manajemen krisis yaitu asuhan keperawatan saat terjadi kekerasan, manajemen perilaku kekerasaan yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan untuk melatih pasien mengontrol perilaku kekerasaannya dan pendidikan kesehatan tentang Manajemen Perilaku Kekerasan pada keluarga (Breakwell, 2002).


(10)

3

Pemberian asuhan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar sesuai dengan masalah yang dialami klien. Berdasarkan kasus di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Medan dengan klien Tn. X berumur 25 tahun, Tn. Mengalami gejala amuk / marah dan sering memukul. Hasil pengkajian menyimpulkan bahwa klien Tn. X mengalami skizofrenia dangan gejala perilaku kekerasan. Gejala amuk / marah ini menimbulkan kebutuhan dasar Keamanan dan keselamatan Tn. X terganggu.Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat asuhan keperawatan dengan prioritas masalah Kebutuhan dasar Keamanan dan keselamatan pada pasien dengan perilaku kekerasan di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan.

1.2.Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran nyata tentang penerapan asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan keamanan dan keselamatan pada klien dengan perilaku kekerasan.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian dengan prioritas masalah kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan pada klien dengan perilaku kekerasan

b. Melakukan analisa data pada klien dengan perilaku kekerasan

c. Merumuskan masalah keperawatan pada klien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan

d. Menyususn perencanaan tindakan keperawatan untuk memenuhi prioritas masalah kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan pada klien perilaku kekerasan

e. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai diagnosa yang ditegakkan


(11)

4

f. Mengevaluasi, mendokumentasikan sebagai tolak ukur guna menerapkan asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan.

1.3Manfaat

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan pada klien dengan perilaku kekerasan. Asuhan keperawatan pada klien perilaku kekerasan perlu dilakukan agar dapat mencegah akibat dari gejala penyakitnya dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengetahuan yang terkait tentang gejala yang dialaminya.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi ilmu keperawatanjiwa tentang penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan mengontrol gejala perilaku kekerasan dan dapat dijadikan sebagai bukti dasar yang dipergunakan dalam pembelajaran keperawatan jiwa.

3. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data awal dan dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.


(12)

5

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1.Konsep Dasar Keamanan dan Keselamatan

1. Definisi Keamanan dan Keselamatan

Keselamatan (safety) adalah suatu keadaan/kondisi ketika seseorang, kelompok atau masyarakat terhindar dari segala bentuk ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan(security) adalah keadaan aman dan tentram bebas dari ancaman/ penyakit. Untuk dapat mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja area sensori motorik yang baik pada korteks serebri (Mubarak, 2007).

Keamanan dan keselamatan merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis pada Hirarki kebutuhan Maslow. Keamanan tidak hanya pencegahanterhadap bahaya / cedera tetapi juga mengijinkan seseorang untuk merasakan bebas dalam beraktivitas tanpa bahaya (Potter & Perry, 2005).

Keamanan mengurangi stress, meningkatkan satus kesehatan umum. Keamanan memungkinkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti dicintai dan mencintai dan harga diri dan memungkinkan seseorang mencapai kebutuhannya. Dampak positif dalam kehidupannya adalah menghasilkan status kesehatan mental yang lebih baik dan fungsi individu lebih efektif (Craven, 2011).

2.2 Karakteristik dari keamanan

Karakteristik dari keamanan mencakup 3 hal yaitu pervasiveness (mempengaruhi/mengisi), perception(persepsi), dan management (managemen) (Craven, 2001):


(13)

6

Kemanan adalah pengisi yang mempengaruhi segalanya. Secara khusus, individu sangat memperhatikan kemanan pada setiap atau semua aktivitasnya, termasuk makan, bernafas, tidur, bekerja, dan bermain. Secara umum, individu mengasumsikan atau bertanggung jawab terhadap kemanan dari mereka sendiri.

2. Perception

Persepsi seseorang terhadap bahaya mempengaruhi dalam penyusunan kemanan ke dalam aktivitas sehari-hari mereka. Pengukuran kemanan efektif hanya sejauh sebagai seseorang yang mengerti secara akurat dan menghindari bahaya. Manusia tidak mengerti faktor-faktor keamanan, tetapi mereka belajar secara sendiri melalui proses kehidupan mereka. Kematangan membawa dalam menyusun hal-hal yang mungkin membahayakan dan menyadari betapa pentingnya keamanan.

3. Management

Seseorang mungkin pada suatu waktu menyadari bahaya dalam lingkungannya. Ia akan mengukur terhadap hal tersebut untuk mencegah bahaya dan mempraktekkan keamanan. Pencegahan adalah karakteristik utama dari keamanan termasuk dalam praktek keamanan tetapi keamanan bagi yang lainnya harus memberikan hal yang lebih baik.

2.3 Faktor-faktor yang MempengaruhiKeamanan& Keselamatan

Kemampuan seseorang untuk melindungi dirinya di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu genetik, status kesehatan, lingkungan, status psikososial, penggunaan alkohol dan obat-obatan tertentu (Townsend, 2006).

1. Usia

Ini erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki individu. Anak-anak biasanya belum mengetahui tingkat kebahayaan dari suatu lingkungan yang dapat menyebabkan cedera pada mereka. Sedangkan lansia umumnya akan mengalami penurunan sejumlah


(14)

7

fungsi organ yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk melindungi diri, salah satunya adalah kemampuan persepsi-sensorik. 2. Gangguan persepsi sensori

Persepsi-sensorik yang akurat terhadap stimulus lingkungan merupakan hal yang vital bagi keselamatan individu. Individu yang mengalami gangguan persepsi-sensorik (pendengaran, penglihatan, penciuman, sentuhan) beresiko tinggi mengalami cedera.

3. Tingkat kesadaran

Segala bentuk gangguan kesadaran (misal: pengaruh narkotik, obat penenang, alkohol, disorientasi, tidak sadar, kurang tidur, halusinasi) dapat membahayakan keselamatan dan keamanan seseorang.

4. Status mobilisasi dan Kesehatan

Klien dengan gangguan ekstremitas (misal: paralisis, lemah otot, gangguan keseimbangan tubuh, inkoordinasi) berisisko tinggi mengalami cedera. Sedangkan klien yang lemah karena penyakit atau prosedur pembedahan tidak selalu waspada dengan kondisi mereka. 5. Keadaan Emosi

Emosi yang tidak stabil akan mengubah kemampuan seseorang dalam mempersepsikan bahaya lingkungan. Situasi yang penuh tekanan dapat menurunkan tingkat konsentrasi, mengganggu penilaian, dan menurunkan kewaspadaan terhadap stimulus eksternal.

6. Kemampuan Berkomunikasi

Klien dengan gangguan bicara atau afasia, individu dengan hambatan bahasa dan mereka yang tudak dapat membaca atau buta huruf beresiko mengalami cedera.

7. Tingkat pengetahuan tentang keamanan

Informasi tentang keamanan sangat penting guna menurunkan tingkat kebahayaan lingkungan. Dalam hal ini perawat bertanggung jawab memberikan informasi yang akurat kepada klien yang berada di rumah sakit.


(15)

8 8. Gaya Hidup

Gaya Hidup yang menyebabkan individu beresiko tinggi antara lain lingkungan kerja yang tidak aman, lingkungan perumahan di daerah rawan (misal: sungai, lereng gunung, jalan raya), tingkat sosial ekonomi yang rendah, akses yang mudah untuk mendapatkan obat-obatan dan lai-lain.

9. Lingkungan

Kondisis lingkungan yang tidak aman dapat mengancam keselamatan dan keamanan individu. Stimulus lingkungan seperti bunyi yang sangat keras dapat menyebabkan gangguan pada fungsi pendengaran. Bahan-bahan berbahaya seperti racun, zat kimia, emisi, logam berat (merkuri), racun bakteri (tetanus, difteri, botulisme) dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan saraf. Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi normal tubuh, baik yang sifatnya sementara atau menetap.

10.Penggunaan antibiotik yang tidak rasional 11.Keadaan imunitas

12.Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih 13.Status nutrisi

Salah satu faktor penyebab terganggunya kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan menurut Townsend 2006 yaitu gangguan persepsi dan sensori,seperti pada pasien dengan perilaku kekerasan yang dapat mengakibatkan terganggunya kebutuhan keamanan dan keselamatan mereka. Konsep tentang perilaku kekerasan yang dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

2.4Konsep Perilaku Kekerasan 1. Pengertian Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan emosi yang sebagai campuran perasaan frustasi dan benci ata marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diperoyeksikan kelingkungan,


(16)

9

kedalam diri atau secara destruktif.Agresi berkaitan dengan trouma pada masa anak pada saat mereka lapar, kedinginan, basah atau merasa tidak nyaman. Kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara terus menerus , maka ia akan menampakan reaksi berupa menangis, kejang, atau kotraksi otot, perubahan ekpresi warna kulitt bahkan mencoba menahan nafasnya.Setelah anak berkembang dewasa ia menampakan reaksi yang lebih keras pada saat kebutuhan - kebutuhanya tidak terpenuhi. Seperti tempertantrum, melempar, menjeri, menahan nafas, mencakar, merusak / bersikap agresif pada bonekanya. Bila reward and punishment tidak dilakukan maka ia cenderung menganggap perbuatan tersebut benar.

Bila kontrol lingkungan seputar anak tidak berfungsi, maka reaksi agresi tersebut bertambah kuat sampai dewasa. Sehingga apabila ia merasa benci atau frustasi dalam mencapai tujuannya ia akan bertindak agresif. Hal ini akan bertambah apabila ia merasa kehilangan orang - orang yang dia cintai dan orang yang berarti. Tetapi pelan - pelan akan belajar mengontrol dirinya dengan normal dan etika dari dalam dirinya yang dia adopsi dari pendidikan dan lingkungan sekitarnya. Ia aka belajar mana yang baik dan mana yang tidak baik. Sehingga pola asuh dan orang - orang terdekat sekitar lingkungan akan sangat berarti.Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ektrim dari marah atau ketakutan (panik). Perilaku agresif dan prilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif herbal disuatu sisi dan prilaku kekerasan (violence) disisi yang lain.


(17)

10

2.5Rentang Respon Marah

Adaptif Respon

Maladaptif Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

2.6 Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan timbulnya kekerasan.

A. Faktor Psikologi

Psychoanallytical Theory ; Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa prilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Kesatu insting hidup yang diekpresikan dengan seksualitas; dan kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.Frustation - aggresion theory ; teori yang dikembangkan oleh pengikut Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai sesuatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada giliranya akan memotivasi prilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat prilaku agresif.Pandangan psikologi lainya mengenai prilaku agresif, mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. Beberapa conto dari pengalaman tersebut :


(18)

11

a) Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan secara efektif.

b) Severe emotional deprivation dan rejeksi yang berlebihan pada masa kanak – kanak, atau seduction parental, yang mungkin telah merusak hubungan saling percaya (trust) dan harga diri.

c) Terpakar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga membentuk pola pertahanan atau koping.

B. Faktor sosial budaya

Social - learning Theory ; teori dikembangkan oleh Bandura (1977) ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon – respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal atau eksternal. Contoh internal : orang agresif yang mengalami keterbangkitan seksual karena menonton erotis menjadi lebih agresif dibandingkan mereka yang tidak menonton film tersebut; seorang anak yang marah karena tidak boleh beli es kemudian ibuny amemberinya es agar si anak berhenti mara. Anak tersebut akan belajar bahwa bila ia marah maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh eksternal : seorang anak menunjukan prilaku agresif setelah melihat seorang dewasa mengekpresikan berbagai bentuk prilaku agresif terhadap sebuah boneka.Kultural dapat pula mempengaruhi prilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengepresikan marah dengan cara yang asertif.


(19)

12

Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hepotalamus (yang berada ditengah sistem limbik) binatang ternyata menimbulkan prilaku agresif. Perangsang yang diberikan terutama pada nukleus periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri, mengeram, matanya terbuka lebar, pupil berditalasi, dan hendak menerkam tikus atau objek yang ada disekitar. Jadi kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan prilaku), lobus frontal (untuk memikir rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indera penciuman dan memori).

Faktor – faktor yang mendukung :

a) Masa kanak – kanak yang tidak menyenangkan b) Sering mengalami kegagalan

c) Kehidupan yang penuh tindakan agresif

d) Lingkungan yang tidak kondusif (bising,padat)

2.7Faktor presipitasi

Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injuri secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahanya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama - sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal. Contoh stressor eksternal : serangan secara fisik, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. Dengan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita.Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang mencetus terjadinya prilaku kekerasan terbagi dua, yakni :

1) Klien : kelemahan fisik, keputusaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri.


(20)

13

2) Lingkungan : ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik interaksi sosial.

2.8Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Keamanan dan Keselamatan pada pasien Perilaku Kekerasan

1. Pengkajian

a. Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara:

b. Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

c. Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klien.

d. Menurut Budiana Keliat, 1999 tanda-tanda klinisnya yaitu Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi), rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik / menyalahkan diri sendiri), gangguan hubungan sosial (menarik diri), percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan), mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

Adapun aspek yang harus dikaji pada pasien perilaku kekerasan (Lynda, 2009) yaitu :

a. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.


(21)

14 b. Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.

d. Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

e. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

2. Rumusan Masalah

a) Resiko cedera diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. Dengan data subjektifnya :Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

Dengan data objektifnya :Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.


(22)

15 b) Perilaku kekerasan / amuk

Dengan data subjektifnya :Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknyajika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Dengan data Objektifnya : Mata merah, wajah agak merah, Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang.

PROGRAM D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU


(23)

16

FORMAT PENGKAJIAN KLIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 43 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Perjuangan Kec. Teluk Nibung Tj. Balai

Tanggal Masuk RS : 16 Mei 2015 No. Register : 03 - 55 - 60

Ruangan : Sipiso - piso

Golongan Darah : -

Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2015

Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid

II. KELUHAN UTAMA

Keterangan keluarga klien marah-marah sejak 1,5 tahun yang lalu. Klien sering membanting alat-alat keperluan rumah tangga yang ada dirumah.

III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative / Palliative 1. Apa penyebabnya:

Klien mengatakan kurang lebih satu tahun yang lalu pasien bercerai dengan istrinya dan merasa kesal jika mengingat peristiwa itu. 2. Hal –hal yang memperbaiki keadaan :


(24)

17 -

B. Quantity / Quality

1. Bagaimana dirasakan :

Klien mengatakan badan dan kepala terasa panas saat emosi/ amuk. Hal ini disebabkan oleh bisikan/ suara – suara yang didengar. 2. Bagaimana dilihat :

muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

C. Severity :

Klien merasa terganggu dengan kondisinya.

D. Time :

Ketika klien sedang sendiri.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Klien tidak punya riwayat sakit jiwa dan dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, sehingga klien belum pernah masuk RSJ.

B. Pengobatan / tindakan apa yang dilakukan

Klien belum pernah mendapatkan pengobatan yang berhubungan dengan kejiwaan hanya saja sering mengkonsumsi obat tidur dengan aturannya sendiri.


(25)

18

Klien tidak pernah dirawat / dioperasi

D. Lama dirawat

Klien tidak pernah dirawat

E. Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Orang tua tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti yang dialami klien

B. Saudara kandung

Tidak ada saudara kandung klien yang memiliki ganggguan jiwa

C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak terdapat riwayat penyakit keturunan pada keluarga klien

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

E. Anggota keluarga yang meninggal

Anggota keluarga klien belum ada yang meninggal

F. Penyebab meninggal

Tidak ada


(26)

19 Keterangan :

Laki - laki Laki – laki meninggal Perempuan

Perempuan meninggal _ Tali perkawinan Pasien laki –laki --- Tinggal serumah

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi klien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sedang sakit tapi karena keluarganya mengatakan untuk kesehatannya tinggal di rumah sakit maka klien rela untuk tinggal di rumah sakit.

B. Konsep Diri

1. Gambaran diri :

Pasien mengatakan dari semua anggota badannya disenangi matanya, ia mengatakan sangat bangga dengan keadaan klien saat ini.


(27)

20

Pasien mengatakan ingin memiliki keluarga yang bahagia lagi seperti dulu dan melupakan masa lalunya.

3. Harga diri :

Pasien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan tidak tahu harus bagaimana sehingga merasa gagal menjadi seorang suami. 4. Peran diri :

Klien sebagai suami. Pasien sebelum gangguan jiwa mempunyai keluarga yang kurang harmonis dan bercerai dengan istrinya 1 tahun yang lalu.

5. Identitas :

Klien mengatakan dia hanya tamat SD dan tidak pintar. a. Keadaan emosi

Keadaan emosional pasien tampak labil. b. Hubungan sosial

- Orang yang berarti :

Menurut klien orang yang paling berarti adalah ibunya. - Hubungan dengan keluarga :

Menurut klien hubungan dengan keluarganya baik – baik saja.

- Hubungan dengan orang lain :

Selama klien dirawat di rumah sakit jiwa hubungan sosialisasinya terganggu. Pasien jika ada masalah lebih memilih diam dan tiba - tiba bisa mengamuk dan memukul pada orang orang yang ada disekitarnya. Dalam berhubungan dengan orang lain sebelum mengalami peristiwa perceraian dengan istrinya klien tampak bersahabat dan mudah bergaul, namun setelah peristiwa perceraian terjadi klien mengamuk.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Klien merasa tidak mau berhubungan lagi dengan orang lain, ia trauma dengan peristiwa perceraiannya dengan istrinya.


(28)

21 c. Spiritual

- Nilai dan keyakinan Klien menganut agama Islam - Kegiatan ibadah

Dulu pasien selalu taat beribadah namun, sekarang tidak.

VII. STATUS MENTAL

- Tingkat kesadaran :

Klien pada saat ini tampak bingung dan tidak mengerti dengan yang dikatakan oleh perawat.

- Penampilan

Klien tampak tidak rapi - Pembicaraan

Klien berbicara dengan nada keras. - Alam perasaan

Klien merasa putus asa setelah cerai dengan istrinya. - Afek

Klien tampak berafek labil. Afeknya mudah berubah – ubah. - Interaksi selama wawancara

Klien mudah tersinggung. - Persepsi

Klien mendengar bisikan atau suara- suara. - Proses pikir

Flight of idea. Klien sering mengulang –ulang pembicaraan - Isi pikir

Klien terobsesi oleh suara – suara yang didengarnya. VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Marah tanpa sebab, muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak, memukul jika tidak senang dan mengamuk menggunakan benda tajam.


(29)

22 B.Tanda – tanda vital

Suhu Tubuh : 36,3℃

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 80x / Menit Pernafasan : 21x / Menit

C.Pemeriksaan Head to toe

Keadaan fisik klien dari kepala hingga kaki normal, tidak ada masalah kesehatan fisik.

XI. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

I. Pola makan dan minum

• Frekuensi makan / hari : 3x sehari

• Nafsu / selera makan : Nafsu makan baik

• Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri pada ulu hati • Alergi : Tidak memiliki riwayat alergi • Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah • Tampak makan memisahkan diri : Klien memisahkan diri ketika

makan

• Waktu pemberian makan : Pagi, siang dan sore • Jumlah dan jenis makanan : 1 porsi, jenis nasi + lauk • Waktu pemberian cairan / minum : Tidak ditentukan

• Masalah makan / minum : Klien tidak mengalami masalah dalam makan dan minum

II. Perawatan diri / personal hygiene

• Kebersihan tubuh : Kulit tampak kusam, berdaki, rambut acak – acakan. • Kebersihan gigi dan mulut : Gigi tampak kotor

• Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku tampak panjang dan kotor.


(30)

23

• Aktivitas klien selama di Rumah Sakit hanya diam dan makan jika tiba waktu makan

• Uraian aktivitas ibadah klien selama dirawat / sakit

Klien jarang melakukan kegiatan ibadah selama dirawat di Rumah Sakit.

IV. Pola eliminasi

1.BAB

- Pola BAB : 1 x sehari

- Karakter feses: Kadang keras kadang lembek 2. BAK

- Pola BAK : kurang lebih 5 x sehari BAK

V. Mekanisme koping

Saat ada masalah klien hanya bisa memendam masalahnya sendiri tanpa menceritakannya kepada siapapun.

Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


(31)

24 1. DS : Klien mengatakan benci

atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras,pandangan tajam

Pengalaman yang pernah dialami oleh klien.

Perilaku

kekerasan/ amuk

Masalah keperawatan: 1. Perilaku kekerasan/ amuk

Diagnosa Keperawatan (Prioritas) :

1. Perilaku kekerasan/ amuk b.d Mekanisme koping individu inefektif. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari / tanggal

No. Dx

Perencanaan Keperawatan

Selasa, 19 Mei

2015

1 Tujuan dan Kriteria Hasil :

- Klien dapat membina hubungan saling percaya

- Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

- Klien dapat mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan

- Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yangbiasa dilakukan

- Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan


(32)

25

berespon terhadap kemarahan

- Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.

Rencana Tindakan Rasional

- Bina hubungan saling percaya

- Beri kesempatan untuk

mengungkapkan perasaan

- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan klien saat jengkel / kesal

- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- Bicarakan kerugian dan akibat dari perilaku yang dilakukan

- Tanyakan kepada klien apakah ia mau mempelajari cara baru yang sehat untuk mengontrol marah

- Berikan penjelasan kepada klien keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku amuk

- Ajarkan klien teknik

mengontrol sikap marah

- Memberi kepercayaan pada klien - Mendapatkan informasi yang berhubungan dengan perilaku - Membuat klien

lebih kooperatif - Mengetahui

persepsi klien terhadap

keadaannya

- Mengubah pola pikir klien terhadap

perilakunya selama ini

- Mengubah sikap klien dalam mengontrol perilaku


(33)

26 PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari / tanggal No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi

(SOAP) Rabu,

20 Mei 2015

1 - Membina hubungan saling percaya

- Beri kesempatan untuk

mengungkapkan perasaan

- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan klien saat jengkel / kesal

- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- Bicarakan kerugian dan akibat dari perilaku yang dilakukan

- Tanyakan kepada klien apakah ia mau mempelajari cara baru yang sehat untuk mengontrol marah - Berikan penjelasan kepada klien

keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku amuk - Mengajarkan klien tekhnik cara

bernyanyi untuk mengontrol perilaku kekerasan

- Mengajarkan klien teknik mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal dan secara verbal : meminta dan menolak dengan baik, mengungkapkan

- S : Klien

mengatakanmeng

erti dengan penjelaskan

perawat dan mau mengubah cara mengontrol

amarahnya

dengan cara yang baik.Klien dapat mempraktikkan teknik mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal dan secara verbal : meminta dan menolak dengan baik,

mengungkapkan perasaan dengan baik.


(34)

27 perasaan dengan baik.

- Mengajarkan klien minum obat yang benar pagi dan sore

menganggukkan kepala tanda setuju dengan perawat

A : Klien teratasi sebagian

P : Intervensi Diri

EVALUASI

Evaluasi keperawatan dari implementasi yang dilakukan pada pasien dengan masalah perilaku kekerasan : didapatkan data subjektif : klien mengatakan mau belajar cara mengontrol perilaku marah/ amuk., klien dapat menyebutkan kerugian dari perilaku kekerasan dan meyebutkan manfaat dari keuntungan jika dapat mengontrol perilaku marah. Data obyektif : klien dapat tampak kooperatif, adanya kontak mata, Rencana tindak lanjut perawat pertahankan klien untuk tetap dapat mengontrol perilaku kekerasan dan bantu memasukkan kedalam kegiatan harian klien.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan

Keselamatan (safety) adalah suatu keadaan/ kondisi ketika seseorang, kelompok atau masyarakat terhindar dari segala bentuk ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan (security) adalah keadaan aman dan tentram bebas dari ancaman/ penyakit. Untuk dapat mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja area sensori motorik yang baik pada korteks serebri (Mubarak, 2007).


(35)

28

Pemberian asuhan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar sesuai dengan masalah yang dialami klien. Berdasarkan kasus di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Medan dengan klien Tn. X berumur 25 tahun, Tn. Mengalami gejala amuk/ marah dan sering memukul.

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan perawat menyimpulkan bahwa klien Tn. X mengalami skizofrenia dangan gejala perilaku kekerasan. Gejala amuk/ marah ini menimbulkan kebutuhan dasar Keamanan dan keselamatan Tn. X terganggu.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang diangkat oleh perawat yaitu :

Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan / amuk.

3. Intervensi Keperawatan

Adapun Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat yaitu : - Bina hubungan saling percaya pada klien

- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan

- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan klien saat jengkel / kesal

- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- Bicarakan kerugian dan akibat dari perilaku yang dilakukan

- Tanyakan kepada klien apakah ia mau mempelajari cara baru yang sehat untuk mengontrol marah

- Berikan penjelasan kepada klien keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku amuk

- Ajarkan klien teknik mengontrol sikap marah secara fisik : Menarik nafas dalam, memukul bantal dan secara verbal yaitu menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan yang telah dilakukan meliputi : - Membina hubungan saling percaya


(36)

29

- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan

- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan klien saat jengkel / kesal

- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- Bicarakan kerugian dan akibat dari perilaku yang dilakukan

- Tanyakan kepada klien apakah ia mau mempelajari cara baru yang sehat untuk mengontrol marah

- Berikan penjelasan kepada klien keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku amuk

- Mengajarkan klien teknik mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal dan secara verbal : meminta dan menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

5. Evaluasi :

Evaluasi adalah menilai kebersihan kegiatan yang telah terlaksana dan yang perawat lakukan pada hari terakhir yaitu pada hari Jumat, 22 Mei 2015 pukul 10.00 – 10.30 Wib adalah subjektif klien mengatakan sudah mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasn dangan cara fisik dan verbal serta didukung oleh data objektif : Klien tampak kooperatif.

3.2 Saran

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang cara memenuhi kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan pada pasien dengan perilaku kekerasan bagi Ilmu Keperawatan Jiwa sehinga perawat Jiwa dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap masalah kebutuhandasar keamanan dan keselamtan pada pasien dengan perilaku kekerasan.


(37)

30

Sebaiknya peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan pada pasien perilaku kekerasan sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit psikologis klien.

3. Bagi Penulis

Hasil penulisan ini dapat memberikan dan menambah wawasan serta informasi baru bagi penulis tentang kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan sehingga penulis dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi dalam memenuhi kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan pada klien dengan perilaku kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA

Wartonah, T. (2006). Kebutuhan Dasar dan Proses Keperawatan.Edisi 3.Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan.Edisi 4. Jakarta: EGC. Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Carpenito, L. J. (2009). Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Edisi 9. Jakarta: EGC.


(38)

31

Marlindawani, S.,M., W., (2008). Asuhan Kperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx

Hari / tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1 Kamis, 21 Mei 2015

09.30 - 10.00

1. Menilai kemampuan klien dalam mengontrol perilaku amuk

2. Mengevaluasi perubahan perilaku klien

3. Menganjurkan klien

mengungkapkan perasaannya setelah melakukan cara


(1)

26 PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari / tanggal No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Rabu,

20 Mei 2015

1 - Membina hubungan saling percaya

- Beri kesempatan untuk

mengungkapkan perasaan

- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan klien saat jengkel / kesal

- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- Bicarakan kerugian dan akibat dari perilaku yang dilakukan

- Tanyakan kepada klien apakah ia mau mempelajari cara baru yang sehat untuk mengontrol marah - Berikan penjelasan kepada klien

keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku amuk - Mengajarkan klien tekhnik cara

bernyanyi untuk mengontrol perilaku kekerasan

- Mengajarkan klien teknik mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal dan secara verbal : meminta dan menolak dengan baik, mengungkapkan

- S : Klien mengatakanmeng

erti dengan penjelaskan

perawat dan mau mengubah cara mengontrol

amarahnya

dengan cara yang baik.Klien dapat mempraktikkan teknik mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal dan secara verbal : meminta dan menolak dengan baik,

mengungkapkan perasaan dengan baik.


(2)

27 perasaan dengan baik.

- Mengajarkan klien minum obat yang benar pagi dan sore

menganggukkan kepala tanda setuju dengan perawat

A : Klien teratasi sebagian

P : Intervensi Diri

EVALUASI

Evaluasi keperawatan dari implementasi yang dilakukan pada pasien dengan masalah perilaku kekerasan : didapatkan data subjektif : klien mengatakan mau belajar cara mengontrol perilaku marah/ amuk., klien dapat menyebutkan kerugian dari perilaku kekerasan dan meyebutkan manfaat dari keuntungan jika dapat mengontrol perilaku marah. Data obyektif : klien dapat tampak kooperatif, adanya kontak mata, Rencana tindak lanjut perawat pertahankan klien untuk tetap dapat mengontrol perilaku kekerasan dan bantu memasukkan kedalam kegiatan harian klien.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan

Keselamatan (safety) adalah suatu keadaan/ kondisi ketika seseorang, kelompok atau masyarakat terhindar dari segala bentuk ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan (security) adalah keadaan aman dan tentram bebas dari ancaman/ penyakit. Untuk dapat mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja area sensori motorik yang baik pada korteks serebri (Mubarak, 2007).


(3)

28

Pemberian asuhan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar sesuai dengan masalah yang dialami klien. Berdasarkan kasus di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Medan dengan klien Tn. X berumur 25 tahun, Tn. Mengalami gejala amuk/ marah dan sering memukul.

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan perawat menyimpulkan bahwa klien Tn. X mengalami skizofrenia dangan gejala perilaku kekerasan. Gejala amuk/ marah ini menimbulkan kebutuhan dasar Keamanan dan keselamatan Tn. X terganggu.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang diangkat oleh perawat yaitu :

Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan / amuk.

3. Intervensi Keperawatan

Adapun Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat yaitu : - Bina hubungan saling percaya pada klien

- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan

- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan klien saat jengkel / kesal

- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- Bicarakan kerugian dan akibat dari perilaku yang dilakukan

- Tanyakan kepada klien apakah ia mau mempelajari cara baru yang sehat untuk mengontrol marah

- Berikan penjelasan kepada klien keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku amuk

- Ajarkan klien teknik mengontrol sikap marah secara fisik : Menarik nafas dalam, memukul bantal dan secara verbal yaitu menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan yang telah dilakukan meliputi : - Membina hubungan saling percaya


(4)

29

- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan

- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan klien saat jengkel / kesal

- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- Bicarakan kerugian dan akibat dari perilaku yang dilakukan

- Tanyakan kepada klien apakah ia mau mempelajari cara baru yang sehat untuk mengontrol marah

- Berikan penjelasan kepada klien keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku amuk

- Mengajarkan klien teknik mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal dan secara verbal : meminta dan menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

5. Evaluasi :

Evaluasi adalah menilai kebersihan kegiatan yang telah terlaksana dan yang perawat lakukan pada hari terakhir yaitu pada hari Jumat, 22 Mei 2015 pukul 10.00 – 10.30 Wib adalah subjektif klien mengatakan sudah mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasn dangan cara fisik dan verbal serta didukung oleh data objektif : Klien tampak kooperatif.

3.2 Saran

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang cara memenuhi kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan pada pasien dengan perilaku kekerasan bagi Ilmu Keperawatan Jiwa sehinga perawat Jiwa dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap masalah kebutuhandasar keamanan dan keselamtan pada pasien dengan perilaku kekerasan.


(5)

30

Sebaiknya peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan pada pasien perilaku kekerasan sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit psikologis klien.

3. Bagi Penulis

Hasil penulisan ini dapat memberikan dan menambah wawasan serta informasi baru bagi penulis tentang kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan sehingga penulis dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi dalam memenuhi kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan pada klien dengan perilaku kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA

Wartonah, T. (2006). Kebutuhan Dasar dan Proses Keperawatan.Edisi 3.Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan.Edisi 4. Jakarta: EGC. Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Carpenito, L. J. (2009). Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Edisi 9. Jakarta: EGC.


(6)

31

Marlindawani, S.,M., W., (2008). Asuhan Kperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx

Hari / tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1 Kamis, 21 Mei 2015

09.30 - 10.00

1. Menilai kemampuan klien dalam mengontrol perilaku amuk

2. Mengevaluasi perubahan perilaku klien

3. Menganjurkan klien

mengungkapkan perasaannya setelah melakukan cara


Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

70 314 52

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 3 52

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Kesetan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 7

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Kesetan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 4

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Kesetan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 3

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Kesetan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 2

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 6

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 5

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 2

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 1