Rentang Respon Marah Faktor Predisposisi

10

2.5 Rentang Respon Marah

Adaptif Respon Maladaptif Asertif Frustasi Pasif Agresif AmukPK Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

2.6 Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan timbulnya kekerasan.

A. Faktor Psikologi

Psychoanallytical Theory ; Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa prilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Kesatu insting hidup yang diekpresikan dengan seksualitas; dan kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.Frustation - aggresion theory ; teori yang dikembangkan oleh pengikut Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai sesuatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada giliranya akan memotivasi prilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat prilaku agresif.Pandangan psikologi lainya mengenai prilaku agresif, mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. Beberapa conto dari pengalaman tersebut : 11 a Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan secara efektif. b Severe emotional deprivation dan rejeksi yang berlebihan pada masa kanak – kanak, atau seduction parental, yang mungkin telah merusak hubungan saling percaya trust dan harga diri. c Terpakar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga membentuk pola pertahanan atau koping.

B. Faktor sosial budaya

Social - learning Theory ; teori dikembangkan oleh Bandura 1977 ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon – respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal atau eksternal. Contoh internal : orang agresif yang mengalami keterbangkitan seksual karena menonton erotis menjadi lebih agresif dibandingkan mereka yang tidak menonton film tersebut; seorang anak yang marah karena tidak boleh beli es kemudian ibuny amemberinya es agar si anak berhenti mara. Anak tersebut akan belajar bahwa bila ia marah maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh eksternal : seorang anak menunjukan prilaku agresif setelah melihat seorang dewasa mengekpresikan berbagai bentuk prilaku agresif terhadap sebuah boneka.Kultural dapat pula mempengaruhi prilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengepresikan marah dengan cara yang asertif.

C. Faktor Biologis

12 Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hepotalamus yang berada ditengah sistem limbik binatang ternyata menimbulkan prilaku agresif. Perangsang yang diberikan terutama pada nukleus periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri, mengeram, matanya terbuka lebar, pupil berditalasi, dan hendak menerkam tikus atau objek yang ada disekitar. Jadi kerusakan fungsi sistem limbik untuk emosi dan prilaku, lobus frontal untuk memikir rasional, dan lobus temporal untuk interpretasi indera penciuman dan memori. Faktor – faktor yang mendukung : a Masa kanak – kanak yang tidak menyenangkan b Sering mengalami kegagalan c Kehidupan yang penuh tindakan agresif d Lingkungan yang tidak kondusif bising,padat

2.7 Faktor presipitasi

Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

70 314 52

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 3 52

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Kesetan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 7

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Kesetan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 4

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Kesetan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 3

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Prioritas MasalahKebutuhan Dasar Keamanan dan Kesetan pada Klien Perilaku Kekerasandi RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 2

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 6

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 5

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 2

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

0 0 1