c. Kalibrasi Sampel Glukosamin Hasil fermentasi glukosamin di ambil 4 ml sebagai sampel yang akan
dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sampel ini dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 10 ml. Kemudian masing-
masing sampel ini direaksikan dengan 0,5 ml ninhidrin 0,8 dan 0,5 ml buffer fosfat pH 6, lalu dipanaskan pada water bath suhu 100
C selama 30 menit. Absorbansi glukosamin dalam sampel dikalibrasikan
dengan kurva standar glukosamin menggunakan persamaan regresi linear. Hasil yang diperoleh dikalikan dengan faktor pengenceran
sehingga diperoleh konsentrasi glukosamin dalam hasil fermentasi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Fermentasi dalam 2 hari didapatkan rendemen maksimum sebesar 2,431
dari 1 gram bobot kulit udang bebas protein awal. 2. Fermentasi selama 2 hari, waktu optimum dihasilkan glukosamin
terbanyak yaitu pada 8 jam inkubasi. 3. Glukosamin yang didapatkan bewarna coklat dan berair bersifat higrokopis
bila disimpan dalam keadaan tertutup selama 2 minggu, hal ini disebabkan masih terdapatnya mineral-mineral seperti Ca
2+
, Mg
2+
, dan Na
+
. 4. Scanning panjang gelombang glukosamin standar dan hasil fermentasi
dengan spektrofotometer UV-Vis dilakukan pada rentang 450-600 nm didapatkan panjang gelombang maksimum yaitu sebesar 567 nm.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka pada penelitian selanjutnya disarankan untuk :
1. Menelusuri kinerja enzim kitinase dari Mucor miehei dalam mendegradasi kulit udang menjadi glukosamin.
2. Mengidentifikasi karakteristik morfologi dari isolat Mucor miehei dengan SEM Scanning Electron Microscope.
3. Membandingkan karakterisasi menggunakan spektrofotometri UV- Vis antara pereaksi ninhidrin dengan pereaksi fenil isotiosianat
PITC. 4. Melakukan tahap demineralisasi tanpa tahap deproteinasi pada kulit
udang.
DAFTAR PUSTAKA
Alves, Maria Helena, Galba M. De Campos-Takaki, Kaoru Okada, Ines Helena Ferreira Pessoa, and Adauto Ivo Milanez. 2005. Detection of extracellular
protease in Mucor species. Rev Iberoam Micol. Vol. 22, pp. 114-117.
Angka, S.L. dan M.T. Suhartono. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. PKSPL- IPB.Bogor.
Anonim. 2007. Glukosamin Untuk Osteoartitis. http:www.halalguide.info. Diakses pada 10 Januari 2013.
Anonim. 2014. Spektrofotometri UV-Vis. http:www.valdisreinaldo.blogspot.com. Diakses pada tanggal 21 Juni
2014.
Araki, Y. and E. Ito. 1975. A pathway of chitosan formation in Mucor rouxii. Eur. J. Biochem. Vol 55, pp. 71–78.
Azmi, J. 2006. Penentuan Kondisi Optimum Fermentasi Aspergillus oryzae Untuk Isolasi Enzim Amilase Pada Medium Pati Biji Nangka
Arthocarphus heterophilus Lmk. Jurnal Biogenesis. 22: 55-58.
Bahariah. 2005. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Suhu pada Proses Deproteinasi Untuk Produksi Kitin dari Limbah Kulit Udang Putih
Penaeus merguensis. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Beaney, P., J Lizardi-Mendoza, and M Healy. 2005. Comparison of Chitins Produced by Chemical and Bioprocessing Methods. J. Chem. Technol.
Biotechnol. 80: 145-150.
Caufrier, F., A. Martinou, C. Dupont, and V. Bouriotis. 2003. Carbohydrate esterase family 4 enzymes:Substrate specificity. Carbohydrate. Res.Vol 338,
pp 687–692