memberikan banyak harapan, namun masih memerlukan banyak penelitian untuk dapat dianjurkan dalam praktek Sinaga, 2011.
Beberapa ahli telah mengisolasi dan meneliti endofit dari berbagai tanaman. Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi, masing-
masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroorganisme endofit yang terdiri dari bakteri dan fungi. Bakteri atau fungi tersebut dapat menghasilkan senyawa
metabolit yang dapat berfungsi sebagai antibiotika antifungiantibakteri, antivirus, antikanker, antidiabetes, antimalaria, antioksidan, antiimunopressif,
antiserangga, zat pengatur tumbuh, dan penghasil enzim-enzim hidrolitik seperti amilase, selulase, xilanase, ligninase, dan kitinase Zinniel dkk, 2002.
2. Biologi Alternari solani
A. solani merupakan jamur tidak sempurna imperfect tanpa tahap seksual. Miselium terdiri dari septa, bercabang, hifa berwarna coklat muda yang
lama kelamaan menjadi lebih gelap. Sel sel mengandung 0-14 inti sedangkan sel terminal memiliki 14-36 inti. Konidiosfor berukuran 50-90 x 9 µ m dan berwarna
gelap. Konidia berukuran 120-296 x 12-20 µ m, berparuh , muriform,, berwarna gelap dan tunggal Raziq dan Ishtiaq, 2010.
Gambar 3. A. solani
a. Hifa, b. Konidia
a b
Universitas Sumatera Utara
Gejala Serangan
Gejala pertama biasanya muncul pada daun tua berupa bercak kecil, bentuknya tidak beraturan, berwarna coklat gelap. Bercak-bercak konsentrik sering
terbentuk sehingga memberikan gejala yang khas. Biasanya terbentuk daerah klorotik kuning di sekitar bercak yang merupakan batas dari bagian yang normal.
Apabila bercak-bercak tasi dalam jumlah yang banyak maka daun tampak kuning kemudian daun-daun layu dan gugur. Winarni, 1984.
Patogen dapat menyerang bibit dan tanaman muda. Pada bibit, bercak gelap terbentuk pada daun hipokotil, batang dan daun. Hipokotil dapat mati dan batang
yang terserang akan terkulai Setiawati dkk, 2001.
Gambar 4. Gejala Serangan A. solani Faktor-faktor yang Mempengaruhi
infeksi oleh A. solani paling cepat dibawah 28-30 C dengan kondisi basah.
Patogen bertahan antara tanaman di sisa-sisa tanaman dan benih. Spora yang berada di musim sebelumnya didalam tanah, biji atau inang solanaceae dapat
berkecambah dan menembus daun langsung atau masuk dari goresan. Setelah infeksi awal, bercak dapat terlihat dalam waktu dua atau tiga hari
Pasche dkk, 2004. Cahaya dan suhu sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan jamur,
termasuk pembentukan struktur reproduksi. Dalam sporulasi A. solani menyukai
Universitas Sumatera Utara
inkubasi dibawah lampu neon λ = 380 -775 ηm pada suhu 25
C atau selama 16 jam penyinaran pada 20
C. Namun spectrum cahaya fluorescent mengandung panjang gelombang penghambatan, kususnya panjang gelombang biru
Rodrigues dkk, 2010.
Pengendalian
Langkah-langkah sanitasi yang baik dapat menjaga spora untuk tidak menginfeksi tanaman berikutnya. Pada akhir musim tanam semua sampah tomat
harus d buang, kompos jika tumpukan cukup panas untuk membunuh spora atau digarap ke dalam tanah. Rotasi tanaman merupakan cara lain untuk membantu
mengurangi penyakit pada penanaman tomat. Semua sayuran memiliki maslah penyakit yang sama. Sebuah rotasi minimal tiga tahun dianggap penting untuk
membantu mengurangi populasi jamur tular tanah Wyenandt, 2005. Pengendalian penyakit tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan
agens hayati. Agens hayati mikroba lebih aman digunakan karena sedikit kemungkinan merugikan lingkungan dan mempunyai prospek yang baik, sehingga
menjadi pilihan alternatif daripada penggunaan pestisida Kobayashi dkk, 2002.
Jamur Endofit
Endofit merupakan mikroorganisme yang berasosiasi dengan jaringan tanaman sehat yang bersifat netral atau menguntungkan. Hampir setiap tanaman
tingkat tinggi memiliki beberapa mikroorganisme endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder. Bahan aktif yang
dihasilkan mikroorganisme endofit ini diperkirakan memiliki kemampuan yang sama dengan bahan aktif yang dihasilkan oleh tanaman induknya. Telah banyak
penelitian yang dilakukan untuk mengisolasi mikroorganisme endofit pada
Universitas Sumatera Utara
beberapa tanaman, misalnya pada tanaman obat dan tanaman budidaya seperti padi Lingga, 2009.
Hampir semua tanaman berpembuluh memiliki endofit. Fungi endofit hidup dalam jaringan tanaman dan membantu tanaman dalam fiksasi Nitrogen
N2. Sementara itu asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnyadigolongkan menjadi dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif. Mutualisme
konstitutif merupakan asosiasi yang relatif erat hubungannya antara fungi endofit dengan tanaman inang terutama rumput-rumputan. Pada kelompok ini fungi
endofit menginfeksi ovula benih inang, dan penyebarannya melalui benih serta organ penyerbukan inang. Mutualisme induktif merupakan asosiasi antara
mikroorganisme endofit dengan tumbuhan inang yang penyebarannya terjadi secara bebas melalui udara dan air. Jenis ini hanya berasosiasi dalam bagian
vegetatif inang dan sering berada dalam keadaan tidak aktif dalam periode cukup lama dan membentuk biomassa yang kecil Siadari, 2010.
Beberapa ahli telah mengisolasi dan meneliti endofit dari berbagai tanaman diantaranya; tanaman obat Tan dan Zou, 2001, tanaman perkebunan
Zinniel dkk,
2002, dan tanaman-tanaman hutan
Strobel, 2002;
Suryanarayanan dkk, 2003. Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi, masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroorganisme
endofit yang terdiri dari bakteri dan fungi Strobel dan Daisy, 2003. Bakteri atau fungi tersebut dapat menghasilkan senyawa metabolit yang dapat berfungsi
sebagai antibiotika antifungiantibakteri, antivirus, antikanker, antidiabetes, antimalaria, antioksidan, antiimunopressif, antiserangga, zat pengatur tumbuh dan
Universitas Sumatera Utara
penghasil enzim-enzim hidrolitik seperti amilase, selulase, xilanase, ligninase, kitinase Maysarah, 2009.
Penelitian Brunner dan Petrini 1992 yang melakukan seleksi pada lebih dari 80 spora fungi endofit, hasilnya menunjukkan bahwa 75 fungi endofit
mampu menghasilkan antibiotika. Fungi endofit Xylotropik, suatu kelompok fungi yang berasosiasi dengan tumbuhan berkayu, juga merupakan penghasil metabolit
sekunder. Fungi endofit juga mampu menghasilkan siklosporin A, yang berpotensi sebagai antifungal dan bahan imunosupresif Haniah, 2008.
Mekanisme antagonisme jamur endofit dapat menekan perkembangan patogen sehingga tanaman menjadi tahan karena antibiosis. Petrini 1993
melaporkan bahwa jamur endofit menghasilkan alkaloid dan mikotoksin sehingga memungkinkan digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
penyakit. Menurut Dahlam dkk 1991, Brunner dan Petrini 1992, jamur endofit menghasilkan senyawa aktif biologis secara invitro antara lain alkaloid, paxillin,
lolitrems dan tetranone steroid. Selain itu menurut Photita 2003, jamur endofit antagonis mempunyai aktivitas tinggi dalam menghasilkan enzim yang dapat
digunakan untuk mengendalikan patogen Sudantha dan Abadi, 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat
+ 25 m dpl pada bulan Mei 2013 sampai Januari 2014.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah tanaman terong belanda yang sehat, tanaman cabai yang terserang layu fusarium, tanaman tomat yang terserang bercak
A. solani, alcohol 96, kloroks 1, spirtus, aquades, media Potato Dexstrose Agar PDA, aluminium foil, cling wrap, kertas stencil dan label nama.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, inkubator, timbangan analitik, erlenmeyer, bunsen, autoclaf, bunsen, oven,
laminar air flow, coke borer, refrigerator, mikroskop compound, jarum ose, gunting, pisau, kamera.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:
Faktor I : jamur endofit yang terdiri dari 15 jenis : E1A : Jamur endofit 1 dari akar
E2A : Jamur endofit 2 dari akar E3A : Jamur endofit 3 dari akar
E4A : Jamur endofit 4 dari akar E5B : Jamur endofit 5 dari batang
Universitas Sumatera Utara
E6B : Jamur endofit 6 dari batang E7B : Jamur endofit 7 dari batang
E8B: Jamur endofit 8 dari batang E9B: Jamur endofit 9 dari batang
E10B : Jamur endofit 10 dari batang E11B : Jamur endofit 11 dari batang
E12B : Jamur endofit 12 dari batang E13D : Jamur endofit 13 dari daun
E14D : Jamur endofit 14 dari daun E15D : Jamur endofit 15 dari daun
Faktor II : patogen penyebab penyakit terdiri dari dua patogen yaitu: P1: Fusarium oxysporum f.sp capsici
P2: Alternaria solani Sehingga diperoleh 30 kombinasi perlakuan :
Jumlah ulangan yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut : t – 1 r - 1
≥ 15 30 - 1 r - 1
≥ 15 E2AP1
E9BP1 E8BP1
E7BP1
E5BP1 E4AP1
E3AP1
E10BP1 E2AP2
E15DP1 E14DP1
E13DP1 E12BP1
E13DP2 E12BP2
E10BP2 E9BP2
E8BP2 E7BP2
E5BP2 E4AP2
E3AP2
E15DP2 E14DP2
E1AP1 E2AP1
E7BP1 E6BP1
E2AP2 E12BP1
E11BP1 E11BP2
E6BP2 E1AP2
E12BP2 E7BP2
Universitas Sumatera Utara
29 r – 1 ≥ 15
29r - 29 ≥ 15
r ≥ 44 29
r ≥ 1.5
r = 2
Jumlah ulangan : 2 ulangan
Jumlah Perlakuan : 30 x 2 = 60
Model linier yang digunakan adalah : Y
ijk
= � + �� + �� + ���� + ∑ijk
Dimana : Y
ijk
= Hasil pengamatan akibat pengaruh perlakuan ke- i, ke- j dan ulangan ke- k
μ = Nilai tengah umum rataan
�� = Efek perlakuan taraf ke-i
βj = Efek perlakuan taraf ke- j
αβij = Efek interaksi perlakuan ke- I dan ke-j ∑ijk
= Efek galat perlakuan ke-i, ke- j dan ulangan ke- k
Pelaksanaan Penelitian Isolasi patogen penyebab penyakit
Sumber inokulum diambil dari tanaman cabai yang terserang layu fusarium dan tanaman tomat yang terserang bercak A. solani. Bagian yang terinfeksi seperti
akar, batang dan daun dibersihkan dengan air steril, lalu dipotong-potong 1 cm. Setelah itu disterilkan dengan klorox 1 selama lebih kurang 1 menit dan dibilas 2
kali dengan air steril. Selanjutnya potongan tersebut ditanam dalam media PDA
Universitas Sumatera Utara
dan diinkubasi pada temperatur kamar selama 1 minggu. Setelah miselium patogen
tumbuh, diisolasi kembali untuk mendapatkan biakan murni.
Eksplorasi Jamur Endofit dari tanaman terong belanda yang sehat
Jamur endofit diisolasi dari tanaman terong belanda yang sehat diambil dari akar, batang dan daun yang diambil dari daerah Berastagi. Dari pertanaman yang
ada, dipilih tanaman yang sehat diantara tanaman yang sakit dengan asumsi bahwa tanaman tersebut mempertahankan diri karena memiliki agens antagonis di dalam
jaringannya. Bagian tanaman tersebut dicuci dengan menggunakan air mengalir selama ±
5 menit setelah itu dipotong ± 1 cm . Setelah itu dilakukan sterilisasi permukaannya dengan memasukkannya ke dalam larutan alkohol 70 selama ± 1
menit dan dilanjutkan ke dalam larutan NaOCl 1 selama ± 5 menit kemudian dikeringkan dengan tissue steril, selanjutnya bagian tanaman tersebut dibilas
dengan aquades steril ± 1 menit diulang 2 kali, lalu ditempelkan di atas cawan petri berisi media PDA dilakukan dengan cara membelah bagian tanaman tersebut dan
meletakkanya pada posisi tertelungkup. Cawan petri yang sudah mengandung sampel tanaman kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu kamar selama
2- 4 hari sampai tampak jamur yang tumbuh. Kemudian jamur endofit yang digunakan untuk penelitian adalah jamur yang tumbuh pada belahan akar bagian
dalam Sunarmi, 2010.
Uji Antagonisme Jamur Endofit Terhadap Patogen di Laboratorium
Uji antagonisme dilakukan dengan pengujian dual culture antara patogen
dengan jamur endofit yang terdapat dalam satu cawan petri yang berdiameter
9 cm. Satu koloni jamur endofit diletakkan 1 cm dari tepi cawan petri, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
koloni patogen diletakkan tepat di tengah petri Gambar 5. Pertumbuhan jamur diamati setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi hsi.
Gambar 5. Uji Antagonisme Jamur Endofit Terhadap patogen Keterangan :
X = jamur endofit
Y = patogen
r
1
= Jari-jari yang menjauhi jamur endofit r
2
=
Jari-jari yang mendekati jamur endofit
Interaksi jamur endofit terpilih dengan patogen
Pengujian ini dilakukan untuk melihat interaksi jamur endofit dan patogen dalam satu cawan petri yang berdiameter 7 cm. Patogen dan jamur endofit
diletakkan berhadapan kemudian di bagian tengah diletakkan objek glass yang telah diberi lapisan tipis PDA Gambar 6.
Gambar 6. Uji interaksi jamur endofit terhadap patogen
X Y
r2 r1
x y
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : x
= jamur patogen y
= jamur endofit
Peubah Amatan 1. Daerah hambatan
Inhibiting zone
Pengamatan dilakukan dengan mengukur daerah hambatan yang dihasilkan cendawan endofit terhadap patogen. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh Dharmaputra dkk, 1990, yaitu: IZ =
�
1
− �
2
�
1
� 100 Keterangan :
IZ = persentasi zona penghambat pertumbuhan r
1
= jari-jari patogen yang menjauhi jamur endofit cm r
2
= jari-jari patogen yang mendekati jamur endofit cm
2. Diameter koloni cm