Efektifitas Pengurangan Tepung Ikan pada Kadar Protein yang Berbeda dalam Pakan Ikan Lele Clarias sp

EFEKTIFITAS PENGURANGAN TEPUNG IKAN PADA
KADAR PROTEIN YANG BERBEDA DALAM PAKAN
IKAN LELE Clarias sp

LUCIA DEWI INDRAYANI MANURUNG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Efektifitas pengurangan tepung
ikan pada kadar protein yang berbeda dalam pakan ikan lele clarias sp” adalah
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.


Bogor, Mei 2011
Lucia Dewi Indrayani Manurung
C151080371

ABSTRACT
LUCIA DEWI INDRAYANI MANURUNG. The Effectivity of Fish Meal
Reduction at Different Levels of Protein in The Diets on The Growth Performance
of Clarias sp. Under direction of DEDI JUSADI and NUR BAMBANG PRIYO
UTOMO.
This study was conducted to evaluate the effect of fish meal reduction at
different levels of protein in diet Clarias sp. Six diets were used, diets A, B, C, D,
E and F contain 32%, 30% and 28% protein with two level use of fish meal, 5%
and 7%. Completely randomized design with 6 treatments and 3 replicates was
used in this experiment. catfish with an average body weight of ± 21 g were kept
in net with size of 1 x 1 x 1 m placed in ponds of 5 x 6 x 1 m, with density 100
fish each net. Fish overe fed on tested diets at satiation for 60 days of culture
period. The results showed that regardless of fish meal content in the diet, fish fed
on the diets contained 32% and 30% of protein had higher daily growth rate and
feed efficiency of protein than that fed 28% protein diet. Feed consumption and
survival rate were relatively similar among all treatments. Based on this research

indicates that fish diet contain of 30% protein and 5% fish meal still able to
support growth of catfish.
Keywords: growth, level of protein, fish meal, catfish.

RINGKASAN
LUCIA DEWI INDRAYANI MANURUNG. Efektifitas pengurangan tepung
ikan pada kadar protein yang berbeda dalam pakan ikan lele (Clarias sp).
Dibimbing oleh DEDI JUSADI, NUR BAMBANG PRIYO UTOMO.
Saat ini bahan baku utama yang digunakan sebagai bahan pakan ikan
adalah tepung ikan. Tepung ikan memiliki kandungan protein yang tinggi. Oleh
karena itu pada pakan ikan tepung ikan dapat dikatakan sebagai sumber protein
utama. Tepung ikan mempunyai banyak kelebihan seperti kandungan proteinnya
yang tinggi (65-67%), mudah dicerna oleh ikan, kandungan asam amino esensial
mendekati kebutuhan ikan, dan kandungan atraktannya yang meningkatkan
palatabality. Peran tepung ikan sebagai sumber protein utama dalam pakan
mengakibatakan permintaan akan tepung ikan meningkat dan muncul
permasalahan dalam hal ketersediaannya. Penggunaan kombinasi bahan baku lain
perlu dilakukan untuk mengurangi penggunaan tepung ikan misalnya dengan
menggunakan bahan baku sumber protein nabati seperti Soy bean meal (SBM)
dan bahan baku hewani seperti Poultry By-product Meal (PBM) dan Meat and

bone meal (MBM). Dengan demikian kombinasi bahan baku sumber protein pada
pakan diharapkan dapat saling melengkapi asam amino yang dibutuhkan ikan,
sehingga dapat mengurangi persentase penggunaan tepung ikan pada pakan
dengan berbagai persentase protein pakan, dengan cara mengurangi penggunaan
tepung ikan dari 7% menjadi 5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
respon ikan lele terhadap penurunan tingkat protein dengan pengurangan sumber
protein yang berasa dari tepung ikan dan mengetahui persentase terbaik
pemanfaatan tepung ikan sebagai sumber protein bagi pertumbuhan ikan lele.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai Januari
2011di Hachery Pembenihan dan Pembesaran PT. Suri Tani Pemuka, Cianjur,
Jawa Barat. Perlakuan pakan pada penelitian ini ada 6 jenis perlakuan pakan A, B,
C, D, E dan F yaitu pakan dengan kandungan protein 32%, 30% dan 28 % yang
masing-masing protein pakan mengandung tepung ikan 5% dan 7%. Ikan uji yang
digunakan adalah ikan lele sangkuriang (Clarias sp) bobot awal ± 21 g. Wadah
pemeliharaan 3 buah bak beton dengan ukuran 5 x 6 x 1 m. Dimana di dalam
masing–masing bak pemeliharaan dipasang 6 buah hapa dengan ukuran
1 x 1 x 1 m. Jumlah ikan yang ditebar 100 ekor ikan per hapa. Ikan diberi makan
tiga kali sehari pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB secara at satiation (sampai
kenyang) selama 60 hari. Penelitian ini menggunakan model rancangan acak
kelompok (RAK), terdiri dari 6 perlakuan dan 3 ulangan. Analisa data dilakukan

dengan prokram SAS dan SPSS ver.16 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata pada parameter
yang diukur, laju pertumbuhan harian A, B, C, D, E dan F berturut-turut (2,5%;
2,52%; 2,51%; 2,45%; 2,20% dan 2,18%), efisiensi pakan (77,59%; 73,18%;
71,57%; 70,10%; 61,49%; 59,47%), retensi protein 32,45%; 30,97%; 35,16%;
36,42%; 33,48; 31, 54%), retensi lemak (66,42%; 65,56%; 61,81%; 62,97%;
60,39%; 66,57%), kecernaan pakan (58,54%; 61,24%; 54,75%; 63,45%; 61,39%;
56,89%), kecernaan protein pakan (74,19%; 79,04%; 70,84%; 80,21%; 77,01%;
76,15%). Sedangkan untuk kelangsungan hidup tidak berbeda nyata yaitu (99,67-

100%). Eksresi amonia terkecil pada perlakuan A dan D. Untuk biaya pakan per
kg ikan dihasilkan pakan A (kadar protein 32% dengan tepung ikan 5%)
menghasilkan biaya pakan terendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai
dengan kadar protein 30% dapat meningkatkan laju pertumbuhan harian dan
efisiensi pakan ikan lele yang baik. Sedangkan apabila kandungan protein pakan
diturunkan hingga 28%, laju pertumbuahan harian dan efisiensi pakan ikan
menurun. sedangkan secara ekonomis Secara ekonomis pakan 32% dengan
kandungan tepung ikan 5% menghasilkan biaya pakan yang paling rendah
dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar Rp. 5876.
Kata kunci: pertumbuhan, kadar protein pakan, tepung ikan, ikan lele.


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EFEKTIFITAS PENGURANGAN TEPUNG IKAN PADA
KADAR PROTEIN YANG BERBEDA DALAM PAKAN
IKAN LELE Clarias sp

LUCIA DEWI INDRAYANI MANURUNG

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Ir. Widyatmoko, M.Sc

Judul Tesis
Nama
NRP

: Efektifitas Pengurangan Tepung Ikan pada Kadar Protein yang
Berbeda dalam Pakan Ikan Lele Clarias sp
: Lucia Dewi Indrayani Manurung
: C151080371

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Dedi Jusadi , M.Sc.
Ketua

Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Akuakultur

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, M.S.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian: 30 Mei 2011


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah, sehingga tesis yang berjudul “Efektifitas pengurangan tepung
ikan pada kadar protein yang berbeda dalam pakan ikan lele clarias sp” berhasil
diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Akuakultur Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis hendak menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
1.

Komisi pembimbing Bapak Dr. Dedi Jusadi selaku dosen pembimbing pertama
dan Dr. Nur Bambang Priyo Utomo, selaku dosen pembimbing kedua yang
telah banyak memberikan arahan dan saran-sarannya selama penyelesaian tesis
ini.

2.


Kepada Pihak PT. Suri Tani Pemuka yang telah memberikan izin dan fasilitas
bagi saya dalam melaksanakan penelitian ini. terima kasih banyak atas
perhatiannya dan bantuannya sehingga penelitian dan penulisan tesis saya ini
dapat berjalan lancar.

3.

Ungkapan terima kasih yang tak terhingga dan tulus kepada kedua orang tua,
Bapakku Ismed Manurung dan Mama’ku Zuraidah serta ketiga saudaraku dan
semua keponakan atas segala doa, dorongan semangat dan kasih sayangnya.
Penulis sadar memiliki keterbatasan pemikiran, hingga memungkinkan

terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan tesis ini. Untuk itu kritik,
saran dan masukan dari semua pihak adalah hal yang paling berarti untuk
penyempurnaannya. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2011
Lucia Dewi Indrayani Manurung

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungbalai, Sumatera Utara, pada tanggal 12
Febuari 1983 sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari Ayah bernama Ismed
Manurung dan ibu bernama Zuraidah. Tahun 2001 penulis lulus dari SMUN 1
Tanjungbalai dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur USMI. Penulis memilih program studi Teknologi dan Manajemen
Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor di
Bogor. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan studi sarjana di IPB dan pada tahun
2008 melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana, Program Studi Ilmu
Akuakultur, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Untuk menyelesaikan studi di sekolah pascasarjana, penulis melakukan
penelitian dengan judul tesis “Efektifitas Pengurangan Tepung Ikan pada
Kadar Protein yang Berbeda dalam Pakan Ikan Lele Clarias sp”, di bawah
bimbingan Dr. Dedi Jusadi, dan Dr. Nur Bambang Priyo Utomo.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................

xv


DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xviii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................
Perumusan Masalah ........................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................
Hipotesis .........................................................................................

1
2
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Umum Ikan Lele .....................................................................
Kebutuhan Nutrien Ikan Lele ...........................................................
Kebutuhan Protein dan Energi .........................................................
Tepung Ikan ....................................................................................
Poultry By-Product Meal PBM ........................................................
Meat Bone Meal (MBM) ................................................................
Tepung Bungkil Kedelai ..................................................................
Kecernaan Pakan .............................................................................
Eksresi Amonia ...............................................................................

5
5
7
8
9
10
10
11
11

BAHAN DAN METODE
Pakan Uji.........................................................................................
Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data ......................................
Analisis Kimia .................................................................................
Analisis Kimia Pakan dan Ikan Uji ...........................................
Pengamatan Kecernaan .............................................................
Pengamatan Eksresi Amoniak ...................................................
Parameter yang di Ukur ...................................................................
Tingkat Konsumsi Pakan ..........................................................
Laju Pertubuhan Harian (LPH) ................................................
Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) ..........................................
Efisiensi Pakan (EP) ................................................................
Retensi Protein (RP) ................................................................
Retensi Lemak (RL) .................................................................
Kecernaan Protein dan Kecernaan Total....................................
Eksresi Amonia ........................................................................
Biaya Pakan .............................................................................

13
15
17
17
17
18
18
18
19
19
19
19
20
20
20
21

Analisis Data ..................................................................................

21

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..............................................................................................

23

Pembahasan ....................................................................................

26

KESIMPULAN ..........................................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

33

LAMPIRAN ..............................................................................................

37

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Kadar asam amino kebutuhan dasar ikan lele ........................................

6

2

Komposisi bahan pakan perobaan (g/100g pakan) .................................

13

3

Komposisi proksimat (% bobot kering) dan energi pakan uji .................

14

4

Komposisi asam amino assensial pakan percobaan (% protein) .............

15

5. Kelangsungan hidup (SR), jumlah konsumsi pakan (JKP) , laju
pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), retensi protein
(RP), retensi lemak (RL) dan kecernaan pakan (KP), kecernaan
protein pakan.........................................................................................

24

6. Harga pakan ikan ..................................................................................

25

7. Eksresi amoniak ikan lele sangkuriang setiap perlakuan ........................

25

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1
2

Komposisi asam amino essensial dalam empat jenis pakan
(berdasarkan perhitungan) ....................................................................

15

Kolam penelitian ...................................................................................

16

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Hasil proksimat awal dan akhir tubuh ikan (dalam bobot kering) ..........

39

2

Hasil proksimat tubuh ikan lele ............................................................

40

3

Perhitungan laju pertumbuhan, jumlah konsumsi pakan, efisiensi
pakan, kelangsungan hidup dan kecernaan pakan ikan ..........................

41

4

Perhitungan retensi protein ...................................................................

42

5

Perhitungan retensi lemak .....................................................................

43

6

Kecernaan protein dan kecernaan pakan ...............................................

44

7

Eksresi total amonia nitrogen (TAN) ....................................................

45

8

Rekapitulasi data kisaran kualitan air selama penelitan .........................

45

9

Analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk jumlah konsumsi pakan
(JKP) ...................................................................................................

46

10 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk survival rate (SR) ............

47

11 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk retensi protein (RP) ..........

48

12 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk retensi lemak (RL) ............

49

13 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan laju pertumbuhan harian (LPH) ..

50

14 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan efisiensi pakan (EP)....................

51

15 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan kecernaan pakan (KP) ................

52

16 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan kecernaan protein pakan (KPP) ..

53

17 Kandungan asam amino essensial bahan baku pakan percobaan (%) .....

54

18 Perhitungan kandungan Argnin bahan baku percobaan (%) ..................

54

19 Perhitungan kandungan Histidin bahan baku percobaan (%) .................

55

20 Perhitungan kandungan Leusin bahan baku percobaan (%) ...................

55

21 Perhitungan kandungan Isoleusin bahan baku percobaan (%) ...............

56

22 Perhitungan kandungan Lisin bahan baku percobaan (%) .....................

56

23 Perhitungan kandungan Methionin bahan baku percobaan (%) .............

57

24 Perhitungan kandungan Fenillanin bahan baku percobaan (%) ..............

57

25 Perhitungan kandungan Treonin bahan baku percobaan (%) .................

58

26 Perhitungan kandungan Triptophan bahan baku percobaan (%) ............

58

27 Perhitungan kandungan Valin bahan baku percobaan (%) .....................

59

28 Prosedur analisis proksimat bahan pakan dan tubuh ikan uji .................

60

xviii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan ikan lele saat ini memiliki kadar protein sekitar 32%. Sementara
saat ini harga pakan yang terus naik tetapi tidak diiringi dengan harga ikan lele,
yang cenderung tetap bahkan terkadang turun. Untuk mengatasi hal ini perlu
adanya usaha untuk menurunkan biaya pakan, misalnya dengan menurunkan
kadar protein pakan. Hasil penelitian (Rahmawati, 2009) tidak dapat menurunkan
kadar protein dimana seiring dengan diturunkannya protein pakan maka
pertumbuhan ikan terlihat semakin menurun pula.
Saat ini bahan baku utama yang digunakan sebagai bahan pakan ikan
adalah tepung ikan. Tepung ikan memiliki kandungan protein yang tinggi. Oleh
karena itu pada pakan ikan tepung ikan dapat dikatakan sebagai sumber protein
utama. Tepung ikan mempunyai banyak kelebihan seperti kandungan proteinnya
yang tinggi (65-67%), mudah dicerna oleh ikan, kandungan asam amino esensial
mendekati kebutuhan ikan, dan kandungan atraktannya yang meningkatkan
palatabality (Hardy 2008).
Peran tepung ikan sebagai sumber protein utama dalam pakan
mengakibatkan

permintaan

akan

tepung

ikan

meningkat

dan

muncul

permasalahan dalam hal ketersediaannya. Penggunaan kombinasi bahan baku lain
perlu dilakukan untuk mengurangi penggunaan tepung ikan misalnya dengan
menggunakan bahan baku sumber protein nabati seperti Soy bean meal (SBM)
dan bahan baku hewani seperti Poultry By-product Meal (PBM) dan Meat and
bone meal (MBM). Bahan baku tepung kedelai dipercaya dapat saling melengkapi
asam amino pada ikan (NRC 1993) dan dapat menggantikan sebagian peranan
tepung ikan dalam pakan (Suprayudi et al. 1999; Catacutan & Gregoria 2004).
Bahan baku sumber protein seperti Poultry By-product Meal (PBM) menurut
Yigit. M et all., (2006) dapat menggantikan tepung ikan hingga lebih dari 25%
tanpa menyebabkan indikasi pada pertumbuhan, penggunaan nutrien dan retensi
nitrogen dengan pola asam amino yang juga dapat melengkapi asam amino dari
ikan. Dengan demikian kombinasi bahan baku sumber protein pada pakan
diharapkan dapat saling melengkapi asam amino yang dibutuhkan ikan, sehingga

2

dapat mengurangi persentase penggunaan tepung ikan pada pakan dengan
berbagai persentase protein pakan, dengan cara mengurangi penggunaan tepung
ikan dari 7% menjadi 5%. Hal dapat dilakukan untuk mengetahui sampai berapa
persen tepung ikan bisa dikurangi penggunaanya.
Perumusan Masalah
Tepung ikan merupkan sumber protein utama dalam pakan ikan karena
merupakan bahan baku yang memiliki pola asam amino yang mendekati tubuh
ikan sehingga bahan ini sangat baik untuk menunjang pertumbuhan ikan.
Permasalahan yang ada saat ini adalah ketersedian dan harga tepung ikan yang
mahal dengan demikian dibutuhkan bahan-bahan alternatif lain yang komposisi
asam aminonya mendekati tubuh ikan atau merancang komposisi formulasi bahan
baku yang menghasikan profil asam amino pakan yang dapat menunjang kinerja
pertummbuhan. Salah satu contohnya pada penelitian Yigit. M et all., (2006)
menyatakan Poultry By-product Meal (PBM) dapat menggantikan tepung ikan
hingga lebih dari 25% tanpa menyebabkan indikasi pada pertumbuhan,
penggunaan nutrien dan retensi nitrogen dengan pola asam amino yang juga dapat
melengkapi asam amino dari ikan. Untuk itu pengurangan tepung ikan dalam
pakan dari 7% menjadi 5% diharapkan dapat memiliki kadar asam amino yang
sama pada kadar protein yang berbeda sehingga persentase tepung ikan sebagai
sumber protein pada berbagai tingkatan protein pakan dapat dikurangi dari 7%
menjadi 5%. Hal ini juga dapat menekan biaya produksi.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
 Mengetahui respon ikan lele terhadap penurunan tingkat protein dengan
pengurangan sumber protein yang berasal dari tepung ikan.
 Mengetahui persentasi terbaik pemanfaatan tepung ikan sebagai sumber protein
bagi pertumbuhan ikan lele.

3

Manfaat Penelitian
Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kadar protein pakan dan jumlah tepung ikan minimum yang dapat memberikan
laju pertumbuhan dan efisiensi pakan yang tinggi pada ikan lele.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pemberian pakan
berkadar protein dan tepung ikan minimum dapat menghasilkan efisiensi pakan
dan pertumbuhan ikan lele yang optimal.

TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Umum Ikan Lele
Ikan lele (Clarias sp) merupakan ikan lele asli Indonesia. Budidaya ikan
ini biasanya dilakukan di kolam-kolam tergenang hampir diseluruh propinsi di
Indonesia. Karena ikan ini memiliki alat pernafasan labirin, ikan ini memiliki
kemampuan untuk hidup pada kadar oksigen yang rendah oleh karena itu ikan ini
dapat dipelihara pada kepadatan yang tinggi. Ikan ini memiliki kemampuan
merangkak di luar air, sehingga di sebut “ walking catfish“. Adapun ciri-ciri
utama ikan ini adalah badan licin tidak bersisik dan memanjang, kepala gepeng
(depressed), mulut mendatar dan di ujung kepala, memiliki empat pasang kumis,
sirip punggung dan sirip dubur panjang mencapai panjang ekor, sirip ekor
berbentuk bulat diujungnya dan badan berwarna abu-abu. Klasifikasi ikan lele
adalah Phillum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Siluriformis, Familia
Clariidae dan Genus Clarias.
Kebutuhan Nutrien Ikan Lele
Protein adalah merupakan komponen utama jaringan dan organ dari
tubuh hewan dan juga senyawa nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim,
hormon dan vitamin, sehingga keberadaannya harus secara terus menerus disuplai
dari makanan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh (Furuichi 1988).
Jumlah protein yang diperlukan dalam pakan secara langsung dipengaruhi oleh
komposisi asam amino pakan. Ikan membutuhkan 10 jenis asam amino essensial
untuk menghasilkan pertumbuhan yang maksimal yaitu arginin, histidin,
metionin, lisin, fenilalanin, isoleusin, treonin, triptofan dan valin. Asam amino
esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus
tersedia dalam pakan (NRC, 1983).
Jumlah protein yang diperlukan dalam pakan secara langsung
dipengaruhi oleh komposisi asam amino pakan. Ikan, seperti hewan lain tidak
memiliki kebutuhan protein yang mutlak tetapi memerlukan suatu campuran yang
seimbang antara asam amino esensial dan non-esensial. Selanjutnya NRC (1983)
mengemukakan pula bahwa kekurangan asam amino esensial menyebabkan

5

penurunan pertumbuhan. Jumlah asam amino yang akan digunakan untuk
pertumbuhan juga

semakin menurun seiring dengan penurunan tingkat

pertumbuhan. Jumlah asam amino yang digunakan untuk pertumbuahan dan
maintenance sangat tergantung dengan kualitas protein, tingkat asupan protein
dan kandungan energi yang dapat dicerna dari pakan serta keadaan fisiologi ikan
itu sendiri. Asam amino yang digunakan sebagai sumber energi akan dideaminasi
dan dilepaskan sebagai amonia yang akan dikeluarkan melalui insang. Pakan yang
mempunyai kualitas protein yang baik akan menghasilkan eksresi nitrogen yang
lebih sedikit dari pada pakan yang mempunyai kualitas protein yang buruk
(Furuichi 1988). Kebutuhan asam amino yang diberikan oleh NRC disajikan pada
Tabel 1. masing-masing untuk lele (catfish), trout, salmon, karper atau mas (carp),
dan nila atau mujahir (tilapia).
Tabel 1. Kebutuhan Asam Amino Untuk Ikan Menurut NRC
Lele
(Channel
Catfish)
3.000
32 (28)

Rainbow
Trout

Pacific
Salmon

Karper
(Common
Carp)
3.200
35 (30,5)

Tilapia
(Nila)

Energi (kcal DE/kg pakan
3.600
3.600
3000
Protein (Kecernaan) %
38 (34)
38 (34)
32 (28)
Asam Amino
Arginin (%)
1,20
1,5
2,04
1,31
1,18
Histidin (%)
0,42
0,7
0,61
0,64
0,48
Isoleusin (%)
0,73
0,9
0,75
0,76
0,87
Leusin (%)
0,98
1,4
1,33
1,00
0,95
Lisin (%)
1,43
1,8
1,70
1,74
1,43
Methionin + sintin (%)
0,64
1,0
1,36
0,94
0,90
Fenilalanin + tirosin (%)
1,40
1,8
1,73
1,98
1,55
Treonin (%)
0,56
0,8
0,75
1,19
1,05
Tiptofan (%)
0,14
0,2
0,17
0,24
0,28
Valin (%)
0,84
1,2
1,09
1,10
0,78
Sumber : Nutrient Requirements of Fish (1993) dalam Subandiyono dan Sri Hastuti, 2009

Penelitian membuktikan bahwa antar spesies ikan terdapat perbedaan
yang sangat besar dalam kebutuhannya terhadap asam amino. Beberapa perbedaan
tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan pada laju pertumbuhan, bobot
pakan yang dikonsumsi, dan sumber asam amino dalam pakan. Kekurangan atau
defisiensi akan protein atau asam amino esensial berakibat menurunkan perolehan
bobot.

6

Kebutuhan Protein dan Energi
Protein adalah nutrien yang sangat penting untuk fungsi

jaringan

normal, untuk pemeliharaan tubuh, penggantian jaringan-jaringan tubuh yang
rusak dan untuk pertumbuhan. Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh berbagai
factor seperti ukuran ikan, suhu air, tingkat pemberian pakan, jumlah dan kualitas
pakan alami, kandungan energi pakan dan kualitas protein (Watanabe, 1988).
Kebutuhan protein pada stadia awal lebih tinggi dibanding selama fase lanjutan
dari pertumbuhan. Lovell (1989) menyatakan bahwa channel catfish yang
berukuran 3 g memerlukan protein yang 4 kali lebih banyak dibandingkan ikan
berukuran 250 g untuk pertumbuhan maksimum. Menurut Agus Kurnia (2002),
diacu dalam Page dan Andrew (1973), kebutuhan protein bervariasi menurut
bobot tubuh.

Mereka menemukan bahwa channel catfish ukuran 14-100 g

memerlukan pakan yang mengandung 35% protein, sedangkan yang berukuran
114-500 g memerlukan hanya 25% protein. Namun, pada umumnya ikan
membutuhkan protein sekitar 35-50% dalam pakannya (Hepher, 1990).
Kebutuhan protein pakan untuk beberapa jenis catfish telah ditentukan pada stadia
yang berbeda dari pertumbuhan dan pada kondisi yang beragam. Ikan lele Clarias
batrachus memerlukan kadar protein 30% (Chuapoehuk, 1987) dan African
Catfish, C. gariepinus, 45-49% (Machiels & Henken, 1984) dalam pakan.
Protein berperan penting untuk pertumbuhan (Watanabe, 1988).
Kandungan protein mencapai 60-75% dari bobot tubuh ikan, sehingga ikan
membutuhkan protein untuk pertumbuhannya yang hanya bisa dipasok melalui
pakan (Akiyama et al., 1992 diacu dalam Velasco et al., 2000). Selanjutnya
kebutuhan protein kasar untuk ikan lele Clarias batrachus adalah 30% sedangkan
untuk Clarias gariepinus adalah 40%.
Protein berfungsi sebagai zat pembangun yang membentuk jaringan baru
untuk pertumbuhan, pengganti jaringan yang rusak, reproduksi, sebagai zat
pengatur dalam pembentukan enzim dan hormon serta penjaga dan pengatur
berbagai proses metabolisme dalam tubuh dan berfungsi sebagai zat pembakar
karena unsur karbon didalamnya dapat difungsikan sebagai sumber energi pada
saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Sahwan, 2003).

7

Kebutuhan ikan akan protein sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain ketersediaan energi non protein (lemak dan karbohidrat), spesies,
ukuran dan umur ikan, kualitas protein, suhu air, serta tingkat pemberian pakan
(Furuichi, 1988; Watanabe, 1988; Shiau, 1998). Kekurangan protein akan
menyebabkan ikan kehilangan bobot tubuhnya karena protein dari beberapa
jaringan vital akan diambil kembali untuk memelihara fungsi jaringan yang lebih
vital lagi dan untuk mengganti sel yang mati. Sebaliknya kelebihan protein pada
makanan akan menyebabkan proporsi protein yang disimpan dalam jaringan
hanya sedikit, sedang selebihnya akan diubah dan digunakan sebagai sumber
energi. Kelebihan protein juga akan menyebabkan pembuangan nitrogen yang
banyak ke lingkungan budidaya. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan
perbandingan antara energi dan protein yang optimum di dalam makanan
(Boonyaratpalin, 1991).
Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan bahan pakan sumber protein dan asam amino
berkualitas tinggi tergantung jenis ikan yang digunakan. Pada prinsipnya
pembuatan tepung ikan adalah suatu proses pengeringan yang bertujuan untuk
mendapatkan tepung berkadar air hingga 10%, sehingga produk tetap stabil dan
terbebas dari pertumbuhan bakteri dan penguraian enzim (Burkle et al. 2007).
Lim (2004) menyatakan bahwa tepung ikan banyak digunakan sebagai
sumber protein sebagian besar spesies budidaya. Hal ini disebabkan oleh
kandungan protein yang tinggi, profil asam amino yang sesuai, kecernaan protein
dan asam amino yang tinggi. Tepung ikan mengandung protein 60-80% dan
hampir 80-95% dapat dicerna ikan serta memiliki nilai lisin dan metionin yang
tinggi, yaitu dua jenis asam amino yang jumlahnya sedikit pada bahan-bahan
pakan yang berasal dari tumbuhan (Lovel 1988).
Bahan baku pembuatan tepung ikan dapat berupa ikan segar utuh serta
limbah hasil perikanan berupa sisa-sisa pengolahan dan ikan rucah yang tidak
dimanfaatkan secara ekonomis. Tepung ikan dengan bahan baku ikan lemuru utuh
segar mengandung protein 71.62 %, ikan lemuru hasil limbah pengalengan
mengandung protein 55.04%, sedangkan limbah kepala udang dijadikan tepung
kepala udang dengan kandungan protein 35.90%, kandungan protein tepung ikan

8

mutu 1 adalah 65%, mutu II 55% dan mutu III 45% (SNI 1996). Kandungan
tepung ikan yang tinggi digunakan sebagai bahan pakan ikan pada stadia awal
atau pada ikan karnivora. Namun demikian karena harganya yang relatif mahal
jika dibandingkan dengan sumber protein nabati lainnya, maka penggunaan
tepung ikan dikombinasikan dengan sumber protein nabati untuk ikan omnivora
(Li, 2000).
Poultry By-Product Meal (PBM)
Poultry By-Product Meal (PBM) merupakan bagian yang tidak
termanfaatkan dari pemotongan unggas yang masih dapat dimanfaatkan sebagai
sumber protein bagi pakan ikan sebagai substitusi dari pakan ikan, terdiri atas
kepala, kaki, telur yang tidak berkembang dan jeroan. Kemudian, bagian tersebut
lebih baik harus dihancurkan dan dibersihkan. Bulu tidak digunakan dalam proses
Poultry By-product Meal yang juga disebut Poultry offal meal atau tepung
buangan unggas. Kandungan protein dari PBM rata-rata adalah 61% (Hertrampf
JW, 2000).
Kira-kira 70% dari berat hidup dari ayam petelur dan broiler adalah
dikonsumsi manusia. Kepala, kaki dan jumlah isi perut 19.7% pada ayam petelur
dan 16.5% pada ayam broiler. Bagian dari buangan yang tidak dikonsumsi
jumlahnya menurun dari 0.4% per 100 g meningkat pada berat hidup pada ayam
broiler.
Poultry By-product Meal adalah terdiri dari bermacam-macam material.
Protein memiliki keunggulan dari jaringan penghubung. Jumlah rata-rata protein
kasar 61% dari 56,4 untuk ”whole poulty meal” 84,2% adalah lebih rendah dalam
protein dan dan hampir sama untuk jumlah lemak. Poultry By-product Meal selalu
termasuk beberapa urea dari saluran pencernaan. Jumlah 0,5% dianggap normal.
Tingginya urea pada Poultry By-product Meal mengindikasikan bahwa
pencampuran. Bulu yang kasar juga digunakan untuk pencampuran produk yang
menurunkan kualitas proteinnya. Poultry By-product Meal merupakan sumber
asamamino esensial yang baik.

9

Meat Bone Meal (MBM)
Meat Bone Meal (MBM) atau tepung daging dan tulang merupakan
bahan baku pakan yang terbuat dari hasil pengolahan limbah hewn ternak.
Kandungan protein yang terdapat pada MBM berkisar antara 45-55%, (Lovell,
1989). Namun NRC (1993) menyatakan bahwa kandungan protein MBM masih
berada di bawah tepung ikan. Scoot ,Nesheim, and Young (1982) juga
menambahkan bahwa tepung tulang dan daging (MBM) memiliki kandungan
asam amino methionine dan cystine dalam jumlah sedikit tetapi memiliki
kandungan asam amino lysine yang tinggi. Selain itu, karena merupakan hasil
pengolahan limbah ternak yakni tulang dan daging maka bahan ini memiliki
kandugan fosfor yang tinggi (Lovell, 1989). Namun pemakaian MBM dalam
pakan ikan tidak dapat seutuhnya menggantikan tepung ikan sebagai sumber
protein hewani . Millamena et al., (2002) menyebutkan bahwa sumber protein
yang baik dalam pakan ikan adalah bahan baku yang memeiliki kandungan asam
amino mendekati kandungan asam amino ikan budidaya. Hal tersebut yang
membatasi bagi MBM dalam persentase pemakaian dalam pakan ikan. Lebih
lanjut Millamena et al., (2002) menyebtkan bahwa sumber protein yang baik
dalam pakan ikan adalah bahan baku yang memiliki kandungan asam amino
mendekati komposisi asam amino ikan budi daya. Lebih lanjut Millamena et al.,
(2002) menyatakan bahwa rekomndasi pemakaian MBM pada formulasi pakan
ikan karnivor 20% dan ikan herbivor serta omnivor hanya mencapai 25%.
Tepung Bungkil Kedelai
Menurut Li (2000), tepung bungkil kedelai mengandung 42-48% protein
kasar dan 0,5-3,5% minyak. Tepung bungkil kedelai memiliki profil asam amino
terbaik jika dibandingkan sumber protein nabati lainnya. Tepung bungkil kedelai
memiliki hampir semua asam amino esensial serta palatabilitas yang tinggi untuk
ikan jenis channel catfish. Faktor anti nutrisi di tepung kedelai, terutama trypsin
inhibitor dapat dikurangi melalui proses pemanasan pada pembuatan pakan ikan.

10

Kecernaan Pakan
Pakan yang masuk ke saluran pencernaan akan dicerna menjadi senyawa
sederhana berukuran mikro, dimana asam amino dihidrolisis menjadi asam - asam
amino atau peptida sederhana, lemak menjadi gliserol dan asam lemak dan
karbohidrat menjadi gula sederhana (Helver, 1988). Senyawa-senyawa sederhana
tersebut kemudian diabsorbsi melalui sel-sel enterosit yang terdapat di dinding
usus, selanjutnya melalui peredaran darah dialirkan ke seluruh tubuh. Pakan yang
dicerna oleh tubuh ikan dapat diukur sehingga diperoleh nilai kecernaan
(koefisien kecernaan). Nilai kecernaan ini menggambarkan kemampuan ikan
dalam mencerna suatu pakan dan juga menggambarkan kualitas pakan yang
dikonsumsi oleh ikan.
Ekskresi Amonia
Jika karbohidrat dan lemak yang digunakan sebagai sumber energi ,
maka lemak dan karbohidrat ini akan menghasilkan oksidasi lengkap menjadi
karbondioksida dalam air, tetapi jika protein dipakai sebagai sumber energi,
hanya ikatan karbonnya yang dipakai sebagai sumber energi sedangkan nitrogen
(amino) yang dipakai sebagai sumber energi, maka ikan dapat dimetabolisme dan
harus dikeluarkan. Proses kimia dimana gugus amino dikeluarkan dari asam
amino dikenal sebagai proses transaminasi dan deaminasi. Reaksi dikatalis oleh
enzim amino transferase didalam sitosol hepatocyt dan enzim glutamat
dehidrogenase dalam mitokondria. Amonia yang telah terbentuk kemudian dilepas
kepembuluh darah hepatic untuk selanjutnya diangkut ke organ pengeluaran yang
dalam hal ini insang melalui sistem sirkulasi darah (Dosdat et al., 1996 ; Hepher,
1990).
Eksresi amonia menunjukkan jumlah relatif protein pakan yang dicerna
untuk sintesis protein atau sumber energi (Ming, 1985). Amonia dalam perairan
terdapat dalam dua bentuk yaitu un-ionized (NH3) dan ionized (NH4+). Amonia
dalam bentuk NH3 bersifat lipofilik yang mudah berdifusi melalui membran
respirasi sehingga bersifat toksik bagi kehidupan akuatik dibandingkan NH 4+ yang
kemampuan penetrasinya ke dalam membran respirasi lebih kecil (Jobling, 1994).
Tingkat toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH dan temperatur lingkungan

11

perairan. Konsentrasi amonia akan meningkat dengan meningkatnya pH dan
temperatur. Lingkungan dengan konsentrasi amonia tinggi dapat menyebabkan
ikan stres, pertumbuhan terhambat bahkan kematian (Forsberg & Summerfelt,
1992; Jobling, 1994).
Ming (1985) mengemukakan bahwa meningkatnya eksresi amonia
dengan cepat lebih banyak dibandingkan oleh laju eksresi nitrogen eksogenous
yang lebih tinggi dibandingkan eksresi nitrogen endogenous. Laju eksresi amonia
eksogenous lebih banyak dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi (kadar protein
pakan, kualitas protein bahan pakan, keberadaan energi non protein) dan laju
pemberian pakan, sedangkan eksresi amonia endogenous diperoleh dari deaminasi
asam amino hasil katabolisme protein jaringan tubuh (Jobling, 1994).
Jobling (1994) mengemukakan bahwa eksresi amonia ikan yang diberi
pakan lebih tinggi dibandingkan ikan-ikan yang berpuasa, peningkatan tersebut
bahkan sampai 2 kali lebih tinggi (Kashio et al., 1993). Eksresi amonia akan
meningkat begitu selesai mengkonsumsi pakan, dan beberapa jam kemudian
terjadi puncak eksresi.
Toleransi hewan akuatik terhadap amonia berbeda-beda, tergantung pada
spesies, kondisi fisiologis ikan dan kondisi lingkungan hidupnya (Ming, 1985).
Secara umum, konsentrasi amonia dalam air tidak boleh lebih dari 1 mg/l.
Konsentrasi amonia sebesar 0,4–2 mg/l sudah cukup untuk menyebabkan
kematian ikan dalam waktu singkat.

BAHAN DAN METODA
Pakan Uji
Penelitian ini terdiri atas enam jenis perlakuan pakan dengan kadar
protein yang berbeda dan sumbangan protein tepung ikan yang berbeda pula.
Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Perlakuan pakan uji
dapat dilihat di bawah ini :
A : Pakan dengan protein 32 % dengan kandungan protein tepung Ikan 5 %.
B : Pakan dengan protein 32 % dengan kandungan protein tepung Ikan 7 %.
C : Pakan dengan protein 30 % dengan kandungan protein tepung Ikan 5 %.
D : Pakan dengan protein 30 % dengan kandungan protein tepung Ikan 7 %.
E : Pakan dengan protein 28 % dengan kandungan protein tepung Ikan 5 %.
F : Pakan dengan protein 28 % dengan kandungan protein tepung Ikan 7 %.
Tabel 2 Komposisi bahan pakan percobaan (g/100g pakan)
Bahan Pakan

Jagung
Wheat Brand
Tepung Industri
Wheat Flour
Tepung Gaplek
SBM3)
MBM1)
PBM2)
HCFM4)
Tepung darah
Tepung Ikan
MDCP5)
Minyak ikan
Minyak kedelai
Premix
Jumlah (%)
Keterangan :

P 32%
TI 5% TI 7%
15,8
8
15
15
7,7
24,85
10,6
5
19,4
15,85
3
3
17
14,3
0,6
8,3
11,7
0,6
0,42
1,78
1,7
0,18
0,21
100
100

Perlakuan
P 30%
TI 5%
TI 7%
18,94
19,1
17
17,21
14,52
14,21
4,79
5
16,21
16,1
3
3
13,91
10
0,3
0,79
8,3
11,7
0,73
0,73
1,78
2
0,42
0,39
100
100

1)

4)

2)

5)

Meat and bone meal
Poultry by product meal
3)
Soy bean meal

P 28%
TI 5%
TI 7%
18,82
18,85
17,1
17
10
13,1
2
0,91
10,7
9,52
12,76
12,1
2,5
11,33
11,82
2
1,1
8,7
11,7
1
1
1,79
2,21
0,7
0,61
0,58
100
100

Chicken hydrolize feather meal
Monodikalsium pospat

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat komposisi pakan uji kandungan protein
32%, 30% dan 28% dengan masing-masing pada tiap tingkat perlakuan protein
mengandung kandungan tepung ikan 5% dan 7%. Pengurangan proporsi tepung

14

ikan digantikan dengan mengkombinasikan bahan nabati dan hewani lain dalam
pakan sebagai sumber protein. Sumber protein hewani yang digunakan yaitu
terdiri dari, Meat and Bone Meal, Poultry by Product Meal. Sedang sumber nabati
adalah SMB (soy bean meal).
Tabel 3 Komposisi proksimat (% bobot kering) dan energi pakan uji
Komposisi Proksimat
P 32%
TI 5%
TI 7%
32,33
32,7
7,88
7,74
9,03
9,37
5,81
5,49
9,41
9,57

Protein
Lemak
Kadar abu
Serat kasar
Kadar air
BETN 1)
DE (kkal kg)2)
C/P (kkal/g)

3)

KH/L4)
Ket:

Perlakuan
P 30%
TI 5%
TI 7%
30,38
30,79
7,87
7,78
8,6
8,39
6,19
6,25
8,59
9,78

P 28%
TI 5%
TI 7%
28,47
28,69
7,58
6,31
7,43
8,07
6,42
6,92
9,85
10,71

35,54

35,13

38,37

37,01

40,25

39,3

2658,3

2649,7

2660

2633,1

2616,7

2497,8

8,22

8,1

8,76

8,55

9,19

8,71

4,51

4,54

4,88

4,76

5,31

6,23

1) Bahan ekstrak tanpa nitrogen
2) 1 g protein = 3.5 kkal DE, 1 g lemak = 8.1 kkal DE, BETN = 2.5 kkal DE (NRC, 1977)
3) Rasio energi/protein
4) Rasio karbohidrat/lemak

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat nilai proksimat pakan uji. Pakan uji
yang diberikan memiliki kandungan energi yang hampir sama (isoenergi) dan
kadar lemak yang sama. Namun yang berbeda adalah pakan uji mengandung
kadar protein dan sumbangan protein tepung

ikan yang berbeda semakin

menurun kadar protein maka serat kasar pada pakan mengalami peningkatan.
Kandungan serat kasar pakan uji juga meningkat antara 5.49-6.92%. Hal ini
menunjukan semakin rendah kadar protein dalam pakan uji maka serat kasar
pakan meningkat.

15

Tabel 4 Komposisi asam amino essensial pakan percobaan (% protein)
Asam amino
essensial
Arginin
Histidin
Leusin
Isoleusin
Lisin
Methionin
Fenillanin
Treonin
Tripthofan
Valin

Tubuh
Ikan*
6,67
2,17
7,40
4,29
8,51
2,92
4,14
4,41
3,28
5,15

P 32%
TI 5% TI 7%
4,14
3,89
1,45
1,43
4,14
3,99
2,67
2,51
3,82
3,82
1,08
1,08
2,40
2,31
2,52
2,44
1,28
1,30
2,89
2,71

Perlakuan
P 30%
TI 5% TI 7%
3,69
3,89
1,34
1,44
3,78
4,01
2,42
2,46
3,47
3,85
0,98
1,05
2,19
2,33
2,27
2,42
0,98
1,42
2,60
2,76

P 28%
TI 5% TI 7%
3,74
3,77
1,65
1,57
4,38
4,29
2,33
2,45
3,97
3,96
1,04
1,07
2,51
2,46
2,50
2,45
1,26
1,10
2,97
2,84

Keterangan: *Wilson dan Poe (1985)

Gambar 1 Komposisi asam amino essensial dalam empat jenis pakan (berdasarkan
perhitungan)
Berdasarkan Tabel 4 dari hasil perhitungan didapat bahwa nilai asam
amino pada pakan antar perlakuan relatif sama. Gambar 1 memperlihatkan bahwa
semua perlakuan memiliki pola asam amino yang menyerupai tubuh ikan lele.
Dengan demikian profil asam amino semua perlakuan relatif sama.
Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data
Pemeliharaan ikan dilakukan di bak beton sebanyak 3 buah dengan
ukuran 5 x 6 x 1 m. Dimana di dalam bak pemeliharaan dipasang 6 buah hapa

16

dengan ukuran 1 x 1 x 1 m yang nantinya digunakan untuk memelihara ikan uji
dengan 6 perlakuan pakan dan sebagai ulangannya dipasang 6 buah hapa pada 2
bak lainnya. Pengaturan dan penempatan wadah perlakuan dilakukan secara acak
(Steel & Torrie, 1993).
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele (Clarias sp)
dengan bobot rata-rata ± 21 g. Ikan uji dibagi ke dalam 6 perlakuan dengan tiga
kali ulangan. Pemeliharaan ikan selama penelitian dilakukan di Ciranjang-Cianjur,
Jawa Barat pada bulan November 2010–Februari 2011. Jumlah ikan yang
dipelihara sebanyak 100 ekor per jaring (hapa). Penempatan hapa dalam bak
dilakukan secara acak.

Gambar 2 Kolam penelitian.
Pemeliharaan ikan dimulai dengan mengadaptasikan ikan selama
1 minggu. Frekwensi pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari.
Setelah masa adaptasi berakhir, ikan dipuasakan selama 1 hari kemudian ikan
ditimbang sebagai data bobot awal ikan, selanjutnya ikan diberikan pakan
perlakuan. Pemeliharaan dilakukan selama 60 hari. Pakan perlakuan diberikan
sampai ikan berukuran 75- 100 g. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari.
Pemberian pakan dilakukan secara at satiation (sampai kenyang) dengan
frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali yaitu pukul 08.00, 12.00 dan 16.00
WIB. Banyaknya pakan yang diberikan selama percobaan dicatat untuk
mengetahui tingkat konsumsi pakan yang selanjutnya akan dijadikan dasar untuk

17

menghitung efisiensi pakan. Ikan disampling setiap 15 hari sekali untuk
mengetahui pertumbuhannya.
Analisis Kimia
Analisis Kimia Pakan dan Ikan Uji
Analisis proksimat dilakukan terhadap bahan baku, pakan percobaan dan
sampel ikan uji pada awal dan akhir percobaan. Analisis yang akan dilakukan
meliputi kadar protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu, air dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) dan kadar asam amino ikan akhir.
Analisis proksimat untuk protein kasar dilakukan dengan metode
Kjeldahl, lemak kasar dengan metode ekstraksi dengan Soxchlet, abu dengan
pemanasan sampel dalam tanur bersuhu 600 °C, serat kasar menggunakan metode
pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan dan kadar air
dengan metode pemanasan dalam oven bersuhu 105-110 °C (Takeuchi, 1988).
Sampel yang digunakan untuk analisa proksimat pada awal penelitian diambil 6
ekor ikan sampel, dan pada akhir penelitian diambil 6 ekor ikan tiap ulangan.
Pengamatan Kecernaan
Pengukuran parameter kecernaan dilakukan pada awal pemeliharaan
yaitu pada ukuran ± 20 g. Setiap akuarium ukuran 60 x 40 x 40 cm diisi 10 ekor
ikan dan masing-masing akuarium diberi pakan perlakuan yang sudah
ditambahkan 0.5% Cr2O3 sebagai indikator kecernaan (Watanabe, 1988). Pada
hari ke tujuh setelah ikan diadaptasikan pakan dan lingkungan kemudian ikan
diberi pakan uji yang mengandung Cr2O3. Feses ikan mulai dikumpulkan
kemudian disimpan dalam botol film. Feses yang sudah terkumpul tersebut
disimpan dalam lemari pendingin (freezer) untuk menjaga kesegarannya. Setelah
terkumpul cukup banyak, feses dikeringkan di dalam oven bersuhu

110 °C

selama 4-6 jam. Selanjutnya dilakukan analisis kandungan protein dan Cr 2O3
terhadap feses yang sudah dikeringkan tadi dengan bantuan alat spektrofotometer
yang memiliki panjang gelombang 350 nm.

18

Pengamatan Ekskresi Amonia
Pengamatan ekskresi amonia ini menggunakan 12 akuaium berukuran
60 x 40 x 40 cm. Masing-masing akuarium mewakili tiap-tiap perlakuan pakan
dengan 2 ulangan. Tiap akuarium dimasukkan 5 ekor ikan uji. Pengamatan
ekskresi amonia dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak amonia yang
dikeluarkan oleh ikan uji setelah mengkonsumsi pakan yang diberikan. Oleh
sebab itu, sebelum dilakukan pengamatan ini ikan dipuasakan terlebih dahulu
selama 1 (satu) hari, kemudian ditimbang bobotnya. Sementara itu, akuarium
disiapkan dan diisi air serta diaerasi kuat selama semalaman (24 jam). Setelah itu,
ikan diberi pakan perlakuan sampai kenyang dan dibiarkan selama 1 jam agar
ikan beradaptasi, selanjutnya siap dimasukkan ke dalam akuarium yang telah di
aerersi kemudian ditutup dengan menggunakan plastik.

Pengukuran analisis

amonia diukur melalui metode Phenate (Tarras et al. dalam Ming, 1985).
Sebanyak 48 buah botol sampel bervolume 100 ml disiapkan untuk
pengambilan air sampel sebanyak yang terdapat dalam wadah botol plastik
sebanyak 4 kali, yaitu pada jam ke 0, 1, 2, 3. Pengambilan sampel pada jam ke 0
dilakukan sebelum ikan uji dimasukkan ke dalam wadah. Selanjutnya,
pengambilan air sampel dilakukan dengan mengikuti prosedur yang sudah
ditentukan setelah ikan uji dimasukkan ke dalam wadah. Kemudian sampel
disimpan dalam lemari pendingin. Selanjutnya sampel didestilasi dan diukur
kandungan

total

amonia

nitrogennya

(TAN)

dengan

bantuan

alat

spektrofotometer.
Parameter yang di Ukur
Tingkat Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh
ikan selama pemeliharaan. Tingkat konsumsi pakan dapat dihitung dengan cara
menimbang jumlah pakan ikan yang dikonsumsi ikan setiap harinya selama masa
pemeliharaan.

19

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Laju pertumbuhan harian (LPH) dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini (Huisman, 1987) :

 Wt

 1 x 100%
  t
 Wo 
Keterangan:

α
t
Wt
W0

=
=
=
=

Laju pertumbuhan harian (%)
Waktu pemeliharaan (hari)
Rerata bobot individu pada akhir pemeliharaan (g)
Rerata bobot individu pada awal pemeliharaan (g)

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Tingkat

kelangsungan

hidup

dihitung

berdasarkan

persamaan

(Effendie,1997) :

SR 

Keterangan:

SR
Nt
N0

=
=
=

Nt
x 100%
No

Kelangsungan hidup ikan
Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan
Jumlah ikan pada awal pemeliharaan

Efisiensi Pakan (EP)
Nilai efisiensi pakan dihitung berdasarkan persamaan (Takeuchi, 1988) :

FE 
Keterangan:

FE
Bt
B0
Bd
F

=
=
=
=
=

( Bt  Bd )  Bo
x 100%
F

Efisiensi Pakan (%)
Biomassa ikan pada akhir percobaan (g)
Biomassa ikan pada awal percobaan (g)
Biomassa ikan yang mati selama percobaan (g)
Jumlah pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g)

Retensi Protein (RP)
Nilai retensi protein dihitung berdasarkan persamaan (Takeuchi, 1988) :
 (F  I ) 
RP  
 x 100%
 P 

20

Keterangan:

RP
F
I
P

=
=
=
=

Retensi Protein (%)
Jumlah protein tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Jumlah protein tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)
Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)

Retensi Lemak (RL)
Nilai retensi lemak dihitung berdasarkan persamaan (Takeuchi, 1988) :
 (F  I ) 
RL  
 x 100%
 L 

Keterangan:

RL
F
I
L

=
=
=
=

Retensi lemak (%)
Jumlah lemak tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Jumlah lemak tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)
Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)

Kecernaan Protein dan Kecernaan Total
Nilai kecernaan protein dan kecernaan total dihitung berdasarkan
persamaan (Takeuchi, 1988) :
a b' 

Kecernaan Pr otein  1  x  x100%
 a' b 

 a
KecernaanT otal  1   x100%
 a' 
Keterangan:

a
a’
b
b’

=
=
=
=

% Cr2O3 dalam pakan
% Cr2O3 dalam feses
% protein dalam pakan
% protein dalam feses

Ekskresi Amonia
Nilai ekskresi amonia dihitung dengan rumus (Ming, 1985) :
Ekskresi amonia/NH3-N (mg/g tubuh/jam) =
Keterangan:

[NH3-N]ti
[NH3-N]t0
V
t

=
=
=
=

NH 3  N  ti  NH 3  N  toxV
Bobot Ikan ( gram) x t

Konsentrasi amonia pada akhir pengamatan (mg/l)
Konsentrasi amonia pada awal pengamatan (mg/l)
Volume air didalam wadah
Waktu pengambilan sampel

21

Biaya Pakan Ikan
Biaya pakan kan dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :
Biayapakanikan 

Keterangan:

EP

100
xH arg apakan
EP

= Efisiensi Pakan (%)
Analisa Data

Penelitian ini akan menggunakan (RAK) Rancangan Acak Kelompok
(Steel and Torrie, 1991), dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diuji
secra statistik adalah laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, efisiensi
pakan, retensi protein, retensi lemak dan kecernaan pakan percobaan. Untuk
mengetahui pengaruh pakan uji terhadap setiap peubah yang diukur tersebut
digunakan analisis ragam (ANOVA). Jika terdapat perbedaan antara perlakuan
dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian terhadap enam jenis pakan uji dengan kadar pr