Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Kerang Simping (Amusium pleuronectes)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF
KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes)

OVINTYA YANUARIZKI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF
KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes)

OVINTYA YANUARIZKI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Aktivitas Antioksidan
dan Komponen Bioaktif Kerang Simping (Amusium pleuronectes)” adalah benar
merupakan hasil karya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber
data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013
Ovintya Yanuarizki

C34090030

ABSTRAK
OVINTYA YANUARIZKI. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif
Kerang Simping (Amusium pleuronectes). Dibimbing oleh PIPIH SUPTIJAH dan
NURJANAH.
Kerang simping (Amusium pleuronectes) merupakan salah satu bivalvia air
laut yang pemanfaatannya belum optimal. Kerang simping diduga memiliki
komponen bioaktif sebagai antioksidan baru. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif kerang simping. Kerang
simping memiliki rendemen cangkang sebesar 41,15%, daging 35,89%, jeroan
23,04%. Rendemen ekstrak kasar terbesar berasal dari ekstrak metanol sebesar
4,05% untuk daging dan 20,46% jeroan. Ekstrak kasar kerang simping memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat lemah jika dibandingkan dengan aktivitas
antioksidan sintetik α-Tokoferol. Aktivitas antioksidan (IC50) α-Tokoferol sebesar
14,36 ppm. Aktivitas antioksidan (IC50) tertinggi pada ekstrak kasar daging
kerang simping yang diekstraksi dengan metanol sebesar 1.648,45 ppm. Ekstrak
kasar kerang simping ini mengandung 2 komponen bioaktif yang terdeteksi yaitu
flavonoid dan gula pereduksi.
Kata kunci: α-Tokoferol, aktivitas antioksidan, kerang simping (Amusium

pleuronectes), komponen bioaktif

ABSTRACT
OVINTYA YANUARIZKI. Antioxidant Activity and Bioactive Compounds
Scallop (Amusium pleuronectes). Supervised by PIPIH SUPTIJAH and
NURJANAH.
Scallop (Amusium pleuronectes) is one of the sea-water bivalves are not so
optimal utilization. Scallop is thought to have antioxidant bioactive compounds as
new. This study aims to determine the antioxidant activity and bioactive
compounds scallop shells. Shell scallop has edible portion a shell 41.15%,
35.89% meat, offal 23.04%. Greatest edible portion of crude extract derived from
the methanol extract of 4.05% to 20.46% meat and innards. Crude extract of
scallop has a very weak antioxidant activity when compared with the antioxidant
activity of α-tocopherol. Antioxidant activity (IC50) α-Tocopherol was 14.36 ppm.
Antioxidant activity (IC50) at the highest crude extract meat scallop were extracted
with methanol at 1,648.45 ppm. The crude extract of scallop containing 2
bioactive compounds were detected, namely flavonoids and reducing sugars.
Keywords: α-tocopherol, antioxidant activity, bioactive compounds, scallop
(Amusium pleuronectes)


Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Kerang Simping
(Amusium pleuronectes)
)Jama
: OVintya Yanuarizki
NIM
: C34090030
Program Studi: Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nurjanah, MS
Pembimbing II

Dr Pipih Suptijah, MBA
Pembimbing I

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


1 1 DEC 2013

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Kerang Simping
(Amusium pleuronectes)
Nama
: Ovintya Yanuarizki
NIM
: C34090030
Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Pipih Suptijah, MBA
Pembimbing I

Prof Dr Ir Nurjanah, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 hingga Juli
2013 dengan judul Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Kerang
Simping (Amusium pleuronectes)
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis selama penyusunan skripsi ini , terutama kepada:
1. Dr. Pipih Suptijah, MBA dan Prof. Dr. Ir. Nurjanah, MS selaku dosen
pembimbing, atas segala bimbingan, pengarahan serta masukan yang telah
diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.-Biol selaku dosen penguji yang telah
memberikan pengarahan serta masukan kepada penulis.
3. Keluarga yang telah memberikan semangat, materil dan doanya, serta
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Laboran THP Mbak Lastri, Mas Ipul dan Mba Dini atas bantuannya.
5. Teman seperjuangan Lukman Hakim, Amelia, Cholifah, Batara, Affan, Detty,
Zaikanur serta teman-teman THP 46 yang telah banyak memberikan bantuan,
masukan dan informasi-informasi penting pada penulis.
6. Suci, Niken, Arum dan Dyah atas semua dukungan dan kebersamaannya pada
penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih ada kekurangannya.
Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
diharapkan.
Bogor, November 2013
Ovintya Yanuarizki

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR


v

DAFTAR LAMPIRAN

v

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Perumusan Masalah



Tujuan Penelitian




Manfaat Penelitian



Ruang Lingkup Penelitian



METODE



Bahan



Alat




Prosedur Analisis Penelitian

3

Preparasi bahan baku
Analisis proksimat
Ekstraksi bahan aktif
Uji aktivitas antioksidan
Uji komponen bioaktif

4
4
4
4
5

HASIL DAN PEMBAHASAN




Karakteristik Bahan Baku



Rendemen Kerang Simping (A. pleuronectes)



Komposisi Kimia Kerang Simping (A. pleuronectes)



Analisis Aktivitas Antioksidan Kerang Simping



Komponen Bioaktif Ekstrak Kasar Kerang Simping
KESIMPULAN DAN SARAN

11 
13 

Kesimpulan

13 

Saran

13 

DAFTAR PUSTAKA

14 

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Morfometrik kerang simping (A. pleuronectes)
2 Rendemen kerang simping (A. pleuronectes)
3 Komposisi kimia kerang simping (A. pleuronectes)
4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Daging dan Jeroan Ekstrak
5 Komponen Bioaktif Kerang Simping




11 
12 

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian
2 Amusium pleuronectes
3 Rendemen ekstrak kasar kerang simping
4 Grafik hubungan konsentrasi α-Tokoferol dengan persen inhibisinya
5 Grafik hubungan konsentrasi ekstrak daging dengan persen inhibisinya
6 Grafik hubungan konsentrasi ekstrak jeroan dengan persen inhibisinya

3
5
8
9
10
10 

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
 
 
 

Dokumentasi uji proksimat
Perhitungan analisis proksimat daging
Rendemen ekstrak kasar
Perhitungan pembuatan larutan stok dan pengencerannya
Perhitungan % inhibisi dan IC50

16 
16 
20 
20 
22 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan zaman dewasa ini telah membuat sebagian besar masyarakat
mengalami perubahan pola hidup termasuk diantaranya pola makan. Masyarakat
cenderung memilih hal-hal yang bersifat cepat dan instan tanpa memperhatikan
efek samping di balik pola makan yang tidak tepat. Pola makan yang tidak tepat
dapat menyebabkan terjadinya akumulasi radikal bebas jangka panjang yang dapat
mempengaruhi kesehatan tubuh yaitu munculnya beragam penyakit, misal
kanker, diabetes mellitus, ateroskleresis, katarak dan jantung koroner. Keberadaan
radikal bebas yang bersifat sangat reaktif, stress dan polusi lingkungan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat gizi dan fitonutrisi sebagai pelindung
dari radikal bebas (PDPERSI 2003).
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang secara
umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
di kulit terluarnya (Winarsi 2007). Radikal bebas tersebut dapat mengoksidasi
asam nukleat, protein, lemak, bahkan DNA sel dan menginisiasi timbulnya
penyakit degeneratif (Leong dan Shui 2002). Pengaruh radikal bebas yang tidak
baik bagi kesehatan tubuh menyebabkan tubuh memerlukan suatu komponen
penting yang menangkal serangan radikal bebas yang disebut antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau
lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat
diredam (Sunardi et al. 2007). Antioksidan terdapat secara alami dalam semua
bahan pangan, baik yang berasal dari daratan maupun perairan. Bahan pangan
yang berasal dari kelompok moluska banyak mengandung komponen bioaktif
yang berperan sebagai antioksidan. Jenis moluska yang diketahui mengandung
antioksidan antara lain adalah keong ipong ipong (Fasciolaria salmo)
(Nurjanah et al. 2011a), kerang pisau (Solen spp.) (Nurjanah et al. 2011b), keong
papaya (Melo sp.) (Suwandi et al. 2010), kijing taiwan (Anodonta woodiana)
(Salamah et al. 2008)
Kerang simping (Amusium pleuronectes) merupakan salah satu bivalvia air
laut yang pemanfaatannya belum begitu optimal. Kerang simping merupakan
salah satu komoditi perairan yang diminati masyarakat untuk dikonsumsi.
Pengkajian secara ilmiah tentang khasiat kerang simping belum ada sehingga
perlu adanya penelitian khusus mengenai komponen bioaktif yang terkandung
dalam kerang simping dan diharapkan memiliki aktivitas sebagai antioksidan
baru. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi yang lengkap dan
mengetahui pemanfaatan kerang simping dalam berbagai industri.

Perumusan Masalah
Penelitian mengenai aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif moluska
terutama bivalvia telah banyak dilakukan namun penelitian tentang kerang
simping di perairan Indonesia baru mengenai aspek biologi, sebaran, daerah
penangkapan, dan pengolahannya. Pemanfaatan kerang simping di perairan
Indonesia masih belum optimal, padahal komoditi hasil perairan merupakan salah

2

satu sumber bahan pangan yang memiliki banyak kandungan gizi dan komponen
bioaktif. Oleh karena itu diperlukan informasi mengenai komponen bioaktif dalam
kerang simping dan diharapkan memiliki aktivitas sebagai antioksidan baru.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen, komposisi kimia
(kadar air, protein, abu, lemak dan karbohidrat), aktivitas antioksidan dan
komponen bioaktif kerang simping (A. pleuronectes).

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai komposisi kimia,
aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif kerang simping (A. pleuronectes)
sehingga pemanfaatannya dapat lebih dikembangkan untuk meningkatkan
konsumsi daging kerang simping, baik dikonsumsi secara langsung dalam
makanan, maupun dalam bentuk suplemen.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan contoh, analisis komposisi
kimia, analisis aktivitas antioksidan, analisis komponen bioaktif ekstrak kasar,
analisis data, serta penulisan laporan.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2013. Preparasi
sampel dilakukan di Laboratorium Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil
Perairan, uji proksimat dilakukan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan,
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Proses evaporasi ekstrak dilakukan di Laboratorium
Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Ekstraksi bahan aktif, uji aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif
dilakukan di Laboratorium Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil Perairan,
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalahkerang simping
dari Eretan Kulon, Indramayu. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis
proksimat adalah akuades, selenium, H2SO4, NaOH, HCl, asam borat (H3BO3),
kertas saring, kapas, dan pelarut heksana. Bahan untuk ekstraksi bahan aktif
adalah whatman 42, pelarut n-hexana p.a, etil asetat p.a, metanol p.a. Bahanbahan yang dibutuhkan untuk uji aktivitas antioksidan, yaitu ekstrak kerang
simping, kristal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), metanol, antioksidan sintetik

3

α-Tokoferol (vitamin E). Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk uji fitokimia
meliputi pereaksi Wagner, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendroff (uji alkaloid),
kloroform, anhidra asetat, asam sulfat pekat (uji steroid), serbuk magnesium, amil
alkohol (uji flavonoid), air panas, larutan HCl 2 N (uji saponin), etanol 70%,
larutan FeCl3 5% (uji fenol hidrokuinon), pereaksi Molisch, asam sulfat pekat (uji
Molisch), pereaksi Benedict (uji Benedict), pereaksi Biuret (uji Biuret), dan
larutan Ninhidrin 0,1% (uji Ninhidrin).
Alat
Alat yang digunakan untuk preparasi kerang simping adalah penggaris,
timbangan digital, pisau, dan aluminium foil. Alat yang digunakan untuk analisis
proksimat adalah timbangan analitik, cawan porselen, gegep, oven, desikator
(analisis kadar air), tabung reaksi, gelas Erlenmeyer, tabung kjeldahl, tabung
Soxhlet, pemanas (analisis kadar lemak), tabung Kjeldahl, destilator, buret
(analisis kadar protein), tanur dan desikator (analisis kadar abu). Ekstraksi bahan
aktif menggunakan gelas Erlenmeyer, corong, shaker, rotary vacuum evaporator.
Uji aktivitas antioksidan menggunakan alat Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet
mikro,corong kaca, vortex, inkubator, spektrofotometer UV-VIS Hitachi U-2800.
Uji komponen bioaktif menggunakan tabung reaksi, penangas air, gelas piala.

Prosedur Analisis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel kerang simping
(Amusium pleuronectes) di Indramayu, preparasi sampel, penghitungan rendemen,
analisis proksimat, analisis aktivitas antioksidan dan analisis komponen bioaktif.
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Kerang simping(Amusium
pleuronectes)

Preparasi sampel
Perhitungan rendemen

Rendemen Daging

Analisis
Proksimat

Rendemen Jeroan

Analisis
Antioksidan

Analisis
Komponen
Bioaktif

Gambar
1 Diagram
aliralir
penelitian
Gambar
1 Diagram
penelitian

4

Preparasi bahan baku
Sampel kerang simping diukur morfometrik dan beratnya. Tahap selanjutnya
adalah pemisahan bagian jeroan dan dagingnya. Selanjutnya dilakukan
pengukuran rendemen sampel.
Analisis proksimat
Analisis proksimat daging dan jeroan kerang meliputi analisis kadar air,
lemak, kadar protein, dan kadar abu yang mengacu pada AOAC 2005, serta
analisis karbohidrat dilakukan dengan cara by difference.
Ekstraksi bahan aktif
Pada tahap ini sampel daging dan jeroan kerang dikeringkan menggunakan
freeze dry untuk mengurangi kadar air dalam bahan. Tahap selanjutnya adalah
ekstraksi bahan aktif menggunakan ekstraksi bertingkat dalam pelarut n-heksana
p.a, etil asetat p.a dan metanol p.a. Sampel sebanyak 50 gram dimaserasi dengan
pelarut n-heksana p.a. sebanyak 150 mL selama 24 jam dengan diberi goyangan
menggunakan orbital shaker 150 rpm. Hasil maserasi kemudian disaring dengan
kertas saring Whatman 42 sehingga didapat filtrat dan residu. Residu yang
dihasilkan selanjutnya dimaserasi dengan etil asetat p.a. 150 mL selama 24 jam
dengan diberikan goyangan dengan orbital shaker 150 rpm, sedangkan filtrat
ekstrak n-heksana yang diperoleh dievaporasi menggunakan rotary vacuum
evaporator pada suhu 50 ºC.
Hasil proses maserasi ke-2 selanjutnya disaring dengan kertas Whatman 42.
Residu yang dihasilkan dilarutkan dengan metanol p.a. sebanyak 150 mL dan
dimaserasi selama 24 jam dengan menggunakan orbital shaker 150 rpm. Filtrat
ekstrak etil asetat yang diperoleh dievaporasi pada suhu 50 ºC. Hasil maserasi
ke-3 dengan pelarut metanol, disaring dengan kertas saring Whatman 42. Filtrat
ekstrak metanol yang diperoleh dievaporasi pada suhu 50 ºC, sedangkan residu
yang tersisa dibuang. Proses ini akan menghasilkan ekstrak n-heksana, ekstrak etil
asetat dan ekstrak metanol yang kental.
Uji aktivitas antioksidan
Ekstrak kasar kerang simping dari hasil ekstraksi bertingkat menggunakan
pelarut n-heksana p.a. (non polar), etil asetat p.a. (semi polar), dan metanol p.a.
(polar) dilarutkan dalam metanol p.a. dengan konsentrasi 200, 400, 600 dan 800
ppm. Antioksidan sintetik α-tokoferol digunakan sebagai pembanding dan kontrol
positif, dibuat dengan cara dilarutkan dalam pelarut metanol p.a. dengan
konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm. Larutan DPPH dibuat dengan melarutkan kristal
DPPH dalam pelarut metanol dengan konsentrasi 1 mM. Proses pembuatan
larutan DPPH 1 mM dilakukan dalam kondisi suhu rendah dan terlindung dari
cahaya matahari.
Larutan ekstrak dan larutan antioksidan tokoferol yang telah dibuat, masingmasing diambil 4,5 mL dan direaksikan dengan 500 μL larutan DPPH 1 mM
dalam tabung reaksi yang berbeda dan telah diberi label. Campuran tersebut
kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 30 menit dan diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS Hitachi U-2800 pada panjang
gelombang 517 nm. Absorbansi dari larutan blanko juga diukur untuk melakukan
perhitungan persen inhibisi. Larutan blanko dibuat dengan mereaksikan 4,5 mL

5

pelarut metanol dengan 500 μL larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi.
Aktivitas antioksidan dari masing-masing sampel dan antioksidan pembanding
α-tokoferol dinyatakan dengan persen inhibisi, yang dihitung dengan formulasi
sebagai berikut:
% inhibisi = (A blanko – A sampel) x 100%
A blanko
Konsentrasi sampel dan persen inhibisinya diplot masing-masing pada
sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan regresi linear yang
diperoleh dalam bentuk persamaan y = a + bx, digunakan untuk mencari nilai IC50
(inhibitor concentration 50%) dari masing-masing sampel dengan menyatakan
nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC50. Nilai IC50
menyatakan besarnya konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk
mereduksi radikal bebas DPPH sebesar 50%.
Uji komponen bioaktif
Uji komponen bioaktif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak kasar kerang simping
yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Uji komponen bioaktif meliputi uji
alkaloid, uji steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, molisch, benedict,
biuret dan ninhidrin. Metode uji ini berdasarkan Harborne (1987).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Bahan Baku
Sampel kerang simping yang digunakan pada penelitian ini memiliki ciri
cangkang bundar, pipih dan tipis. Cangkang kerang berwarna merah pada bagian
atas yang sedikit cembung dan berwarna putih pada bagian bawah. Daerah dekat
engsel cangkang terdapat bagian yang melebar membentuk sayap. Morfologi
kerang simping dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Amusium pleuronectes
Bagian kerang yang diteliti adalah daging dan jeroan. Daging kerang
simping memiliki penampakan daging berwarna putih cerah, tekstur kenyal dan
berbau segar. Jeroan berwarna cokelat kehitaman bertekstur lunak dan gonad
berwarna orange bercampur putih. Bahan baku kerang simping yang digunakan
dalam penelitian memiliki mutu kesegaran sesuai dengan SNI 3230.2:2010
tentang persyaratan bahan baku scallop (A. pleuronectes) yaitu bahan baku bersih,

6

bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, dan secara organolepik
bahan baku scallop hidup memiliki karakteristik bau yang segar spesifik jenis.
Perhitungan morfometrik dan bobot kerang simping diambil secara acak
menggunakan 30 sampel dan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Morfometrik kerang simping (A. pleuronectes)
Parameter

Kerang
simping
Panjang (cm) 7,7±0,3
Lebar (cm)
7,5±0,4
Tinggi (cm)
1,4±0,1
Bobot (gram) 30,5±3,6

*Kerang
tahu
4,26±0,27
3,60±0,31
1,87±0,17
20,9±4,21

*Kerang
salju
10,58±0,85
3,32±0,27
3,04±0,34
58,1±11,51

**Kijing
8,23±0,6
3,62±0,6
1,56±0,4
18,70±4,1

Keterangan: *Chairunisah (2011), **Nurjanah et al. (2010)

Rendemen Kerang Simping (A. pleuronectes)
Rendemen adalah persentase bagian bahan baku yang dapat dimanfaatkan.
Semakin tinggi nilai rendemennya, maka semakin tinggi pula nilai ekonomisnya
sehingga pemanfaatannya dapat menjadi lebih efektif. Rendemen kerang simping
meliputi bagian cangkang, daging dan jeroan. Persentase rendemen tiap bagian
kerang simping disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rendemen kerang simping (A. pleuronectes)
Parameter
Cangkang (%)
Daging (%)
Jeroan (%)

Kerang simping
41,15
35,89
23,04

*Kerang tahu
67,44
14,38
18,18

*Kerang salju
60,64
15,48
23,88

**Kijing
51,93
20,71
27,36

Keterangan: *Chairunisah (2011), **Nurjanah et al. (2010)

Hasil rendemen cangkang kerang simping memiliki persentase paling besar
yaitu 41,15%. Rendemen cangkang kerang simping termasuk yang terkecil
dibandingkan dengan beberapa moluska pada Tabel 2. Rendemen daging sebesar
35,89% dan jeroan sebesar 23,04%. Rendemen daging kerang simping memiliki
nilai rendemen daging paling tinggi dibandingkan dengan kerang tahu, kerang
salju dan kijing yang berturut-turutsebesar 14,38%, 15,48%, 20,71%. Hasil
rendemen yang tinggi ini mengindikasikan bahwa daging kerang simping bernilai
ekonomis untuk pemanfaatan yang efektif, begitu pula pada rendemen jeroan yang
diharapkan masih bisa dimanfaatkan.

Komposisi Kimia Kerang Simping (A. pleuronectes)
Kandungan gizi atau komposisi kimia bahan pangan meliputi kadar air,
kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan karbohidrat. Komposisi kimia kerang
simping disajikan pada Tabel 3 dan hasil perhitungan disajikan pada Lampiran 2.

7

Tabel 3 Komposisi kimia kerang simping (A. pleuronectes)
Parameter
Kadar air
Kadar lemak
Kadar protein
Kadar abu
Kadar karbohidrat

Kerang Simping
Daging
Jeroan
81,21
86,99
0,20
0,26
13,97
4,81
0,99
3,41
3,63
4,53

*Kerang pisau
Daging
Jeroan
78,59
75,49
1,72
1,95
14,48
15,21
1,53
2,56
3,68
4,79

Keterangan: * Fetrisia (2011)

Kadar air
Kadar air daging kerang simping sebesar 81,21% dan pada jeroan sebesar
86,99%. Kadar air pada daging kerang simping lebih kecil daripada kadar air
jeroannya namun masih lebih besar dibandingkan kadar air pada kerang pisau
sebesar 78,59% (Fetricia 2011). Kekerangan terutama scallop memiliki
kandungan air yang tinggi rata-rata 78-85% (Kleinman et al. 1995). Kadar air
pada kerang simping ini tidak jauh berbeda dengan kadar air golongan Bay
scallop (Epithelial calmodulin) sebesar 80% (Stommel et al. 2013).
Kadar lemak
Hasil uji kadar lemak pada penelitian ini masing-masing adalah sebesar
0,20% pada daging dan 0,26% pada jeroan. Hasil kadar lemak kerang simping
lebih kecil dibandingkan dengan kadar lemak kerang pisau. Lemak pada jeroan
kerang simping hasil penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan lemak
pada daging. Hasil yang berbeda diduga karena sebagian besar lemak dalam tubuh
organisme terdapat pada organ dalam (jeroan). Lemak pada tubuh makhluk hidup
disimpan sebesar 45% di sekeliling organ dan rongga perut (Yuliani 2010).
Kadar protein
Pengukuran protein pada bahan pangan digunakan untuk mengetahui
kemampuan bahan pangan sebagai sumber protein atau tidak. Protein merupakan
komponen kedua yang paling banyak terdapat pada kerang simping setelah air.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar protein kerang simping pada
penelitian ini adalah 13,97% untuk daging dan 4,81% untuk jeroan. Nilai protein
pada kerang simping ini lebih kecil dibandingkan dengan kandungan protein
kerang pisau sebesar 14,48% pada daging dan 15,21% pada jeroan. Komposisi
kimia kerang sangat bervariasi tergantung pada spesies, jenis kelamin, umur, dan
habitat (Nurjanah et al. 2005).
Kadar abu
Hasil analisis kadar abu pada daging dan jeroan kerang pisau masing-masing
adalah 0,99% dan 3,41%. Kadar abu pada jeroan lebih besar yang menunjukkan
bahwa mineral yang terkandung pada jeroan lebih besar bila dibandingkan dengan
daging kerang simping. Abu pada jeroan lebih tinggi disebabkan karena kerang
akan menyimpan sisa-sisa mineral yang tidak terpakai di dalam organ dalamnya
yaitu jeroan.
Tinggi rendahnya kadar abu dapat disebabkan oleh perbedaan hábitat dan
lingkungan hidup yang berbeda. Setiap lingkungan perairan dapat menyediakan

8

asupan mineral yang berbeda-beda bagi organisme akuatik yang hidup di
dalamnya. Masing-masing individu organisme juga memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam meregulasi dan mengabsorbsi komponen anorganik, sehingga
hal ini nantinya akan memberikan pengaruh pada nilai kadar abu dalam masingmasing bahan (Rusyadi 2006).
Karbohidrat
Kadar karbohidrat pada penelitian ini dihitung berdasarkan metode by
difference. Hasil perhitungan menunjukkan nilai karbohidrat pada daging dan
jeroan kerang simping masing-masing sebesar 3,63% dan 4,53%. Karbohidrat
pada produk perikanan umumnya terdapat dalam bentuk glikogen. Kandungan
glikogen pada produk perikanan sebesar 1% pada ikan, 1% pada krustasea, dan
1-8% pada kekerangan (Okuzumi dan Fujii 2000).
Analisis Aktivitas Antioksidan Kerang Simping
Ekstrak kasar kerang simping
Penelitian ini menggunakan bagian daging dan jeroan kerang simping yang
telah dikeringkan melalui proses freeze dry dan selanjutnya diekstraksi dengan
ekstraksi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana p.a (non polar), etil asetat p.a
(semi polar) dan metanol p.a (polar). Hasil ekstraksi menggunakan tiga jenis
pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-beda, akan menghasilkan
rendemen ekstrak yang berbeda-beda pula. Rendemen ekstrak merupakan
perbandingan jumlah ekstrak yang dihasilkan dengan jumlah sampel awal yang
diekstrak. Rendemen ekstrak dinyatakan dalam persen, sama halnya dengan nilai
rendemen bahan. Nilai rendemen ekstrak dari masing-masing pelarut dapat dilihat
pada diagram batang pada Gambar 3.
25
20.46

Persen (%)

20

15
9.78
10
4.05

5
1.77
0.13

0.84

0
n‐Heksana

Etil Asetat

Gambar 3 Rendemen ekstrak kasar kerang simping

Metanol

daging

jeroan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Salamah et al. (2008)
menunjukkan bahwa maserasi dengan jenis pelarut yang berbeda akan

9

men ekstrakk yang berb
beda pula. Susanto
S
(20010) menyaatakan
menghasillkan rendem
bahwa koomponen biioaktif yanng bersifat polar padaa filum mooluska umum
mnya
terdapat dalam
d
jumllah yang leebih banyak
k dibandinggkan kompponen-komp
ponen
bioaktif lain
l
yang bersifat noon polar dan
d
semi polar.
p
Pernnyataan terrsebut
mendukunng hasil pennelitian ini,, dimana haasil ekstrakk kasar yanng bersifat polar,
p
semi polarr dan non polar
p
terdapat dalam ju
umlah yang berbeda-beeda. Pelarut yang
berbeda akan
a
melaarutkan sennyawa-senyawa yang berbeda-bbeda bergan
ntung
tingkat keepolarannyaa dan tingkkat ketersed
diannya dallam bahan yang diek
kstrak.
Hasil eksttrak yang diiperoleh akaan sangat bergantung
b
p
pada
beberaapa faktor antara
a
lain kondiisi alamiah senyawa teersebut, mettode ekstrakksi yang diggunakan, uk
kuran
partikel saampel, konndisi dan waktu
w
penyiimpanan, laama waktuu ekstraksi, serta
perbandinngan jumlah pelarut terhhadap jumlaah sampel (H
Harborne 1987).
Berddasarkan diiagram di atas
a
hasil ekstrak
e
etil asetat mem
miliki rend
demen
terkecil seebesar 0,133% untuk daging dan
n 0,84% untuk jeroann. Hasil ek
kstrak
metanol memiliki
m
renndemen yanng terbesar untuk
u
daginng sebesar 44,05% dan jeroan
20,46%. Hasil
H
ekstraak kasar jeeroan memiiliki nilai reendemen yyang lebih tinggi
t
dibandinggkan ekstrakk kasar dagging kerang
g simping dikarenakan
d
n ukuran paartikel
sampel jeeroan yang digunakann adalah seerbuk. Metaanol meruppakan salah
h satu
pelarut yaang dapat melarutkan
m
hampir sem
mua senyaw
wa organikk yang ada pada
sampel, baaik senyawaa polar mauupun non po
olar (Andayyani et al. 22008). Hal inilah
i
yang menjjadikan hassil ekstraksii kasar metaanol dagingg dan jeroann kerang sim
mping
paling tingggi diantaraa ekstrak kassar n-heksan
na dan etil asetat.
a
Aktivitas antioksidaan
Anaalisis antioksidan dilakuukan untuk mengetahuui aktivitas aantioksidan yang
terkandunng dalam daging daan jeroan kerang simping (A
A. pleuroneectes)
menggunaakan metodee DPPH. Metode
M
DPP
PH merupakkan metode yang sederrhana,
mudah daan menggunnakan samppel dalam jumlah yangg sedikit ddan dalam waktu
w
yang singgkat. Antiooksidan pem
mbanding yang
y
digunnakan adallah α-Toko
oferol.
Pengujiann antioksidaan akan meenghasilkan
n hubungan antara konnsentrasi saampel
dan persenn inhibisinyya yang dapaat dilihat paada Gambarr 4.
30

% Inhibisi
% Inhibisi

25
20
15
10
5
0
0

2

4

6

8

10

Konsentrasi (ppm)

Gambar 4 Grafik hubbungan konssentrasi α-T
Tokoferol deengan perseen inhibisiny
ya

10

35
30
% Inhibisi

25
20
15
10
5
0
0

2
200

4
400

60
00

80
00

100
00

Koonsentrasi (pp
pm)

Gam
mbar 5 Grafi
fik hubungann konsentraasi ekstrak daging
d
denggan persen innhibisinya
n--heksana
etil asetatt
metannol

18.0
00
16.0
00

% Inhibisi

14.0
00
12.0
00
10.0
00
8.0
00
6.0
00
4.0
00
2.0
00
0.0
00
0

200

400

600

8
800

10
000

K
Konsentrasi
(p
ppm)

Gam
mbar 6 Graffik hubungaan konsentraasi ekstrak jeroan dengan persen innhibisinya
n--heksana
etil asetatt
metannol
Persen inhhibisi adalahh kemampuuan suatu baahan untuk menghamba
m
at aktivitas
radikkal bebas, yang
y
berhubbungan denngan konseentrasi suatuu bahan. Berdasarkan
Gam
mbar 4, 5 daan 6 dapat dilihat
d
bahw
wa semakin
n tinggi konnsentrasi suuatu bahan,
makaa semakin tinggi
t
pula persen
p
inhibbisinya dalaam menghaambat aktiviitas radikal
bebaas. Nilai % inhibisi antioksidan
a
n α-Tokoferrol secara berturut-tuurut adalah
3,35%
%, 12,28%, 19,64% dan
d 25,67%
%. Kenaikan
n persen inhhibisi ini teerjadi pada
daginng maupun jeroan keraang simpingg. Ekstrak daging keraang simpingg memiliki
pengghambatan aktivitas
a
anntioksidan yang
y
lebih tinggi
t
jika dibandingkkan dengan
ekstrrak jeroan kerang
k
simpiing.

11

Tabel 4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Daging dan Jeroan Ekstrak
Sampel
Daging n-Heksana
Daging Etil Asetat
Daging Metanol
Jeroan n-Heksana
Jeroan Etil Asetat
Jeroan Metanol

200 ppm
2,74
2,06
17,45
1,57
1,35
0,60

% Inhibisi
400 ppm 600 ppm
4,97
6,52
4,80
16,81
21,18
26,86
5,29
7,84
2,24
6,28
1,35
9,42

800 ppm
12,01
20,07
30,59
10,59
10,76
15,25

IC50
3454,42
1684,09
1648,45
3451,35
3286,34
2167,31

Inhibitory Concentration 50 (IC50) didefinisikan sebagai konsentrasi
senyawa antioksidan yang menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH. Suatu
senyawa memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50
ppm, kuat jika nilai IC50 antara 50-100 ppm, sedang jika nilai IC50 101-150 ppm,
dan lemah jika nilai IC50 antara 150-200 ppm. Semakin kecil nilai IC50 berarti
aktivitas antioksidannya semakin besar (Molyneux 2004).
Konsentrasi larutan α-Tokoferol (2, 4, 6 dan 8 ppm) yang digunakan
dalam penelitian ini dipilih berdasarkan hasil penelitian Agustina (2012). Nilai
IC50 α-Tokoferol diperoleh pada penelitiannya sebesar 49,55 ppm. Hasil penelitian
ini menunjukkan nilai IC50 sebesar 14,36 ppm dan tetap menunjukkan bahwa
antioksidan α-Tokoferol merupakan antioksidan dengan aktivitas yang sangat kuat
(