Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

ANALISIS KREDIT PERBANKAN DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA

IKA SYAHFITRI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kredit
Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Ika Syahfitri
NIM H14090064

ABSTRAK
IKA SYAHFITRI. Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM.
Kredit perbankan memiliki peran penting dalam pembiayaan perekonomian
nasional dan merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Secara teori,
kredit perbankan memiliki hubungan kausalitas yang positif dengan pertumbuhan
ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kausalitas antara
kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi serta mengetahui hubungan jangka
pendek dan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, suku bunga
kredit dan pengembangan pasar kredit di Indonesia. Metode yang digunakan
adalah VAR/VECM. Data yang digunakan adalah data time series kuartalan
2000:Q1 –2012:Q4. Uji kausalitas Granger menunjukan adanya hubungan
kausalitas antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi. Hasil estimasi
VECM menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara positif terhadap
kredit perbankan. Sedangkan inflasi dan suku bunga kredit memiliki efek yang

negatif.
Kata kunci: kredit perbankan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga kredit,
VECM

ABSTRACT
IKA SYAHFITRI. Analysis of Banking Credit and Economic Growth in
Indonesia. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM.
Banking credit has an important role in financing the national economy and
as engine of economic growth. Theoretically, bank credit has a positive causal
relationship with economic growth. The purpose of this study was to determine
the causal relationship between bank credit and economic growth as well as to
investigate the short-run and the long-run relationship between economic growth,
inflation rate, interest rate and credit market development in Indonesia. The
method used is VAR / VECM. The data used are quarterly time series data
2000:Q1 - 2012:Q4. The Granger causality test shows that there is a causal
relationship between bank credit and economic growth. The VECM estimation
results indicated that economic growth have a positive effect on credit market
development, while inflation rate and interest rate have a negative effect.
Keywords: bank credit, economic growth, inflation, interest rates, VECM


ANALISIS KREDIT PERBANKAN DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA

IKA SYAHFITRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Nama
: Ika Syahfitri

NIM
: H14090064

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan
penulisan skripsi ini yang berjudul Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini

masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai
pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril
dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Muhammad Firdaus, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu
Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan
yang telah memberikan saran yang membangun bagi perbaikan skripsi ini.
3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM-IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama
menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.
4. Kedua orang tua tercinta Bapak Subandi dan Ibu Suhayanah. Kedua kakak
yaitu Rinaldi, SP dan Dodi Saputra serta seluruh keluarga besar, yang telah
memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi,dukungan baik moril maupun
material serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Rismayani Nursyah, Indri Mutia
Maulani, Evanti Andriani S, dan Fauzi Mauludin Fahmi

6. Kepada sahabat-sahabat penulis Yeni, Intan, Yusi, Fildah, Fauzah, Bagastari,
Adis, Rini, Pritha, Isna dan Dica.
7. Teman-teman Ilmu Ekonomi 46 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas
bantuan, kebersamaan dan semangat yang telah menguatkan langkah
perjalanan penyelesaian skripsi ini..
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013
Ika Syahfitri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


vii

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Perumusan Masalah



Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian




Ruang Lingkup Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA



Kredit



Teori Klasik Kuantitas Uang



Teori Permintaan uang Keynes


10 

Suku Bunga Kredit

13 

Inflasi

14 

Pertumbuhan Ekonomi

15 

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

17 

Hubungan Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi


18 

Penelitian Terdahulu

19 

Kerangka Pemikiran

20 

Hipotesis

22 

METODE

22 

Jenis dan Sumber Data


22 

Definisi Operasional Variabel

22 

Metode Analisis dan Pengolahan Data

23 

Model Penelitian

26 

HASIL DAN PEMBAHASAN

27 

Pengujian Akar Unit (unit root test)

27 

Penentuan Lag Optimum

28 

Uji Stabilitas VAR

29 

Uji Kausalitas Granger

29 

Uji Kointegrasi

31 

Hasil Estimasi VECM

31 

SIMPULAN DAN SARAN

37 

Simpulan

37 

Saran

37 

DAFTAR PUSTAKA

38 

LAMPIRAN

40

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Hasil Pengujian Akar Unit Tingkat Level dan First Difference
Hasil Pengujian Lag Optimal
Hasil Uji Stabilitas VAR
Hasil Granger Causality
Hasil Uji Kointegrasi Johanssen’s Trace Statistic
Hasil Estimasi VECM

28 
28 
29 
30 
31 
32 

DAFTAR GAMBAR
1 Presentase aset Lembaga Keuangan tahun 2012
2 Jumlah kredit perbankan
3 Grafik pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi, suku bunga kredit
dan inflasi
4 Teori Preferensi Likuiditas
5 Keseimbangan Penawaran dan Permintaan terhadap dana pinjaman
6 Kerangka Pemikiran




12 
13 
21 

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Uji Stasioneritas Data
Uji Optimum Lag
Uji Stabilitas VAR
Uji Kointegrasi
Uji Kausalitas Granger
Hasil Estimasi VECM
Hasil Impulse Response Function
Variance Decomposition of RER

40 
43 
43 
44 
45 
46 
48 
49 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sukirno (2006) menjelaskan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran
kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu
tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan demi
kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Lee (2005)
menjelaskan setidaknya terdapat dua kemungkinan hubungan antara variabelvariabel keuangan dan variabel-variabel riil. Hubungan pertama adalah bahwa
perkembangan sektor keuangan mengikuti pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini
pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan kenaikan permintaan terhadap produkproduk keuangan, sehingga menghasilkan kenaikkan aktivitas pasar keuangan dan
kredit. Dengan demikian, perkembangan sektor keuangan merupakan demandfollowing. Hubungan kedua adalah perkembangan sektor keuangan merupakan
determinan perkembangan ekonomi atau supply leading . Hipotesis supply leading
ini menunjukkan kausalitas berasal dari perkembangan keuangan ke arah
pertumbuhan riil, dimana perkembangan sektor keuangan merupakan necessary
condition but not sufficient untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang
sustainable.
Secara teoritis struktur sistem keuangan (financial system) terdiri atas dua
komponen (Mishkin, 2006) yaitu, financial markets (pasar modal) dan financial
intermediaries (lembaga intermediasi keuangan). Sistem keuangan di Indonesia
pun terdiri dari dua komponen tersebut. Akan tetapi, struktur sistem keuangan di
Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh struktur perbankan kendati dalam
pasca krisis 1997-1998 peran lembaga keuangan bukan bank dan pasar modal
terus meningkat seiring dengan menurunnya kinerja intermediasi keuangan.
Berdasarkan data Bank Indonesia pada Gambar 1, perbankan mendominasi sistem
keuangan Indonesia dibanding dengan lembaga keuangan lain. Perbankan
mendominasi dengan pangsa aset lebih dari 75%.
0%

1%3% 0% 1%

3%
6%
10%
1%

75%

Bank Umum
BPR
Asuransi
Dana Pensiun
Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan Model Ven
Perusahaan Sekuritas
Mutual Funds
Perusahaan Penjamin
Pegadaian

Gambar 1 Presentase aset Lembaga Keuangan tahun 2012
Sumber: Bank Indonesia dan Bapepam LK (diolah)

2

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan sumber
pembiayaan guna mendorong dunia usaha. Kebutuhan dana yang tidak sedikit
untuk pembangunan di berbagai sektor usaha dan industri sangat ditentukan oleh
sektor perbankan. Hal ini, terlihat jelas adanya perkembangan jumlah kredit
perbankan sebagai sumber pembiayaan bagi sektor-sektor tersebut sehingga dapat
memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan tentunya sistem perekonomian nasional.
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan dana dari masyarakat peranan dunia
perbankan sangat besar sebagai lembaga keuangan yang berperan dalam sirkulasi
dana bank. Bank bukan hanya perusahaan jasa biasa. Kegiatan perbankan
menempati posisi yang penting dalam tataran perekonomian makro. Selain
memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi bank juga berfungsi sebagi media
transmisi kebijkan moneter bank sentral. Dengan fungsi khusus ini, bank menjadi
obyek penting dalam analisis efektifitas kebijakan moneter. Penyaluran kredit
merupakan fokus dan merupakan kegiatan utama perbankan dalam menjalankan
fungsi intermediasinya. Oleh karena itu, perkreditan tidak dapat dipisahkan dari
gerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2500000

Milliar Rupiah

2000000
1500000
1000000
500000

Q412

Q112

Q211

Q310

Q409

Q109

Q208

Q307

Q406

Q106

Q205

Q304

Q403

Q103

Q202

Q301

Q400

Q100

0

Gambar 2 Jumlah kredit perbankan
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
Sejak kuartal 1-2000 sampai kuartal 4-2012, jumlah kredit perbankan yang
disalurkan cenderung meningkat. Meskipun terjadi krisis finansial pada semester
akhir tahun 2008,namun jumlah kredit yang disalurkan perbankan Indonesia pada
kuartal 4-2008 tercatat sebesar Rp. 1 057 083 milyar, mengalami peningkatan
sebesar 33.27 persen dibandingkan dengan jumlah kredit pada kurtal ke 4-2007
yang tercatat sebesar Rp. 793 186 milyar. Pada kuartal 4-2012 jumlah kredit
perbankan tercatat sebesar Rp. 2 327 325 milyar mengalami peningkatan sebesar
23.97 persen dari tahun sebelumnya. Di lain pihak, PDB yang menggambarkan
pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar Rp. 2 618 139.20 milyar pada tahun 2012.
Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya PDB hanya tercatat
sebesar Rp. 2 464 676.50 milyar. Jadi pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar
6.22 persen (BPS, 2012).

3

Kredit perbankan memiliki peran penting dalam pembiayaan perekonomian
nasional dan merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan
kredit memungkinkan rumah tangga untuk melakukan konsumsi yang lebih baik
dan memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi yang tidak bisa
dilakukan dengan dana sendiri. Selain itu dengan permasalahan moral hazard dan
adverse selection yang umum terjadi, bank memainkan peran penting dalam
mengalokasikan kapital dan melakukan pemantauan untuk memastikan bahwa
dana masyarakat disalurkan pada kegiatan yang memberikan benefit optimal.
Selain itu, perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan
lapangan kerja baik melalui perluasan produksi dan kegiatan usaha lainnya
maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong munculnya unit-unit usaha baru.
Selain itu, kredit perbankan dapat diarahkan untuk pemerataan kesempatan
berusaha seperti alokasi pemberian kredit menurut prioritas pembangunan dan
golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat memperluas pemerataan hasilhasil pembangunan.
Secara teori, kredit perbankan memiliki hubungan kausalitas yang positif
dengan pertumbuhan ekonomi. Hubungan timbal balik tersebut terjadi karena
semakin tinggi kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka akan memacu
pertumbuhan ekonomi pada sektor yang disalurkan kredit dan akhirnya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, kredit digunakan sebagai
penggerak pertumbuhan ekonomi, dimana kredit sebagai fungsi pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menyebabkan
permintaan kredit yang semakin tinggi juga. Jika kondisi perekonomian kurang
bergairah atau tidak stabil maka permintaan kredit juga akan berkurang. Dalam
hal ini, pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari kredit. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan Inggrid (2006) bahwa kredit perbankan memiliki
hubungan kausalitas dengan pertumbuhan ekonomi.
Implikasi kebijakan dari adanya hubungan timbal balik dan kointegrasi
antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi yaitu kebijakan dalam
memproyeksi kredit yang harus disalurkan perbankan dan target pertumbuhan
ekonomi yang akan dicapai. Sesuai dengan asumsi bahwa hubungan kausalitas
dan kointegrasi antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi tersebut akan
terjadi, sehingga dalam membuat proyeksi kredit perbankan harus
memperhitungkan variabel pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya dalam
memproyeksi angka pertumbuhan ekonomi, maka variabel kredit perbankan harus
dijadikan salah satu faktor penentu. Dalam hal ini, Bank Sentral memiliki tugas
untuk menetapkan peraturan dan mengendalikan jumlah kredit yang harus
disalurkan bank-bank yang ada sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi.
Stabilitas makro ekonomi merupakan prasyarat utama tercapainya stabilitas
sistem keuangan; instabilitas sistem keuangan (krisis keuangan) selain
mempengaruhi likuiditas perbankan juga mendorong terjadinya peningkatan
kredit bermasalah sehingga mengakibatkan perlambatan pertumbuhan kredit
maupun pembiayaan lainnya, karenanya perbankan harus semakin selektif dalam
penyaluran kreditnya. Untuk mendukung pemberian kredit oleh Bank, maka harus
dilihat beberapa indikator lainnya seperti inflasi dan suku bunga kredit.
Inflasi mencerminkan stabilitas ekonomi, jika tingkat inflasi meningkat,
masyarakat cenderung mengurangi saving/investasi, maka aset perbankan secara
rill akan menurun, sehingga akan memengaruhi kemampuan operasi perbankan

4

dalam penyaluran kreditnya (Haryati 2007). Tekanan inflasi yang cukup kuat
dapat mendorong Bank Sentral melakukan kebijakan moneter melalui
peningkatan suku bunga, bank akan mengalami perlambatan dalam menghimpun
dana masyarakat sehingga dana yang dialokasikan dalam kredit menjadi
berkurang.
Dari segi makroekonomi, perubahan suku bunga akan berpengaruh
terhadap perubahan harga barang yang dikonsumsi masyarakat. Suku bunga
merupakan faktor yang penting dalam memberikan profitabilitas bagi perbankan
dan perekonomian suatu negara. Fluktuasi suku bunga kredit juga akan
memengaruhi permintaan akan kredit tersebut. Misalkan dengan tingginya suku
bunga kredit, hal ini akan sangat meresahkan para pengusaha, yang dengan
demikian akan dapat mengurangi permintaan kredit para pengusaha kepada pihak
perbankan karena dana yang ditawarkan sangat mahal.
Studi empiris yang mengaitkan hubungan kredit perbankan dan
pertumbuhan ekonomi antara lain penelitian yang dilakukan Pradhan et al (2009)
membuktikan bahwa terdapat hubungan kointegrasi dan kausalitas dua arah antara
kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi di India. Dan hasil penelitian yang
dilakukan Inggrid (2006) juga membuktikan adanya hubungan kointegrasi dan
kausalitas dua arah antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.

Perumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia setelah tahun 2000 semakin membaik.
Tahun 2001 pertumbuhannya sebesar 3.45 persen atau sekitar Rp 1 442 984
milyar. Tahun 2003 dan 2004, pertumbuhan ekonomi berkisar 4.31 persen dan
4,78 persen. Kemudian pada tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi mencapai
5.03 persen, tahun 2005 naik menjadi 5.69 persen atau menjadi Rp 1 749 546
milyar. Sementara itu, perekonomian dunia pada tahun 2005 mengalami
pelambatan akibat lebih tingginya tingkat bunga di Amerika Serikat, menguatnya
USD di pasar global, serta terus berlanjutnya harga minyak yang cukup tinggi.
Sehingga meningkatkan inflasi yang cukup tinggi pada tingkat 17.11 persen.
Namun dengan adanya kondisi yang tidak kondusif tersebut, perekonomian
di dalam negeri tidak lantas turut menjadi goyah. Kondisi ekonomi negeri ini
justru melemah pada tahun 2006 akibat merosotnya daya beli masyarakat pasca
kenaikan harga BBM pada akhir 2005. Namun demikian, konsistensi Pemerintah
untuk tidak menaikkan kembali harga BBM dan tarif listrik di tahun 2006
direspon dengan baik sehingga menimbulkan ekspektasi positif dari para investor
dan pelaku pasar global atas pertumbuhan ekonomi kedepannya. Akan tetapi
dengan kondisi tersebut terjadi penurunan terhadap pertumbuhan kredit yaitu
sebesar 14.11 persen.
Pada tahun 2008 perekonomian dunia diguncangkan dengan adanya krisis
global, namun adanya krisis global ini ternyata tidak terlalu berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak
mengalami penurunan yang cukup berarti seperti saat periode krisis ekonomi,
pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,02 persen, serta laju
inflasi meningkat sebesar 11,06 persen. Akan tetapi penyaluran kredit menngkat

5

persen

sebesar 33 persen. Hal ini disebabkan karena pemerintah ingin menjaga
pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan meningkatkan penyaluran kredit
perbankan.
Dampak adanya krisis global ini justru baru dirasakan pada tahun 2009.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 ternyata mengalami penurunan yang lebih
besar jika dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4.63 persen, serta
laju inflasi makin menurun sebesar 2.78 persen, jika dibandingkan tahun 2008
pertumbuhan ekonomi tahun 2009 penurunan sebesar 1.39 persen. Pada tahun
2010 laju inflasi makin meningkat sebesar 6,96 persen.
Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2010 sampai sekarang
kembali menunjukkan kondisi yang cukup baik, pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2010 tumbuh 6,2 %, meningkat dibandingkan tahun 2009 dan mampu lebih
tinggi dari tahun 2008. Pada kuartal 4-2012 jumlah kredit perbankan tercatat
sebesar Rp. 2 327 325 milyar mengalami peningkatan sebesar 23.97 persen dari
tahun sebelumnya yang berjumlah Rp. 1 877 355. Di lain pihak, PDB yang
menggambarkan pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar Rp. 2 618 13.,20 milyar
pada tahun 2012. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya
PDB hanya tercatat sebesar Rp. 2 464 676.50 milyar. Jadi pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 6.22 persen. Inflasi pada akhir tahun 2012 tercatat sebesar 4.30
persen naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 3.72 persen. Dan
suku bunga kredit pada akhir tahun 2012 tercatat sebesar 11.50 persen lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 12.16 persen.
40
35
30
25
20
15
10
5
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
pertumbuhankredit

pertumbuhan ekonomi

SBK

inf

Gambar 3 Grafik pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi, suku bunga kredit
dan inflasi
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya secara teori, kredit perbankan
memiliki hubungan kausalitas yang positif dengan pertumbuhan ekonomi.
Hubungan timbal balik tersebut terjadi karena semakin tinggi kredit yang

6

disalurkan oleh pihak perbankan, maka akan memacu pertumbuhan ekonomi pada
sektor yang disalurkan kredit dan akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Kredit perbankan merupakan salah satu faktor yang cukup penting dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan bahwa
perubahan jumlah kredit perbankan akan mengakibatkan perubahan jumlah uang
yang beredar di masyarakat. Jumlah uang beredar ini dapat dimanfaatkan oleh
otoritas moneter sebagai alat untuk memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Selain
pertumbuhan ekonomi Indonesia, tingkat inflasi yang stabil dan suku bunga kredit
yang ditawarkan bank umum memiliki keterkaitan terhadap jumlah kredit
perbankan yang disalurkan.
Laju inflasi yang tinggi akan menyebabkan masyarakat untuk mengurangi
tabungan, sehingga aset riil perbankan akan menurun dan berpengaruh terhadap
penyaluran kredit. Adanya tekanan inflasi menyebabkan tingkat suku bunga kredit
semakin tinggi. Perbankan mengambil kebijakan ini untuk menarik kembali
jumlah uang yang beredar di masyarakat yang banyak. Hal ini juga memengaruhi
perbankan menaikkan cadangan wajibnya. Tetapi seperti yang diketahui bahwa
naikknya tingkat suku bunga mengakibatkan sulitnya para kreditor atau investor
untuk meminjam kredit dan memperbaiki kinerja usahanya yang sedang berjalan.
Tetapi jika hal ini tidak dilakukan juga akan mengganggu perekonomian yang
sedang berjalan. Hal tersebut pada akhirnya akan memengaruhi jumlah kredit
perbankan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.
Apakah terdapat hubungan kausalitas (timbal balik) antara kredit perbankan
dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
2.
Bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, suku bunga
kredit dan pengembangan pasar kredit di Indonesia?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1.
Menganalisis hubungan kausalitas (timbal balik) antara kredit perbankan
dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
2.
Menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, suku
bunga kredit dan pengembangan pasar kredit di Indonesia

Manfaat Penelitian
1.

2.
3.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan antara
pertumbuhan ekonomi, inflasi dan suku bunga kredit dengan kredit
perbankan dalam jangka pendek dan jangka panjang
Sebagai pelengkap dan bahan tambahan untuk penelitian sebelumnya
Sebagai bahan studi atau literatur bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian selanjutnya

7

4.

5.

Sebagai bahan masukan yang berguna bagi instansi atau badan yang
berhubungan dengan penelitian ini, seperti: bank-bank, kreditur/investor,
atau masyarakat umum
Sebagai sarana pembelajaran bagi penulis dalam memahami lebih lanjut dan
mendalam mengenai penelitian ini, serta sarana dalam mengaplikasikan
ilmu yang dimiliki.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas melihat hubungan kausalitas
antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi. Dan melihat indikator
pengaruh variabel lain dalam pemberian kredit oleh sektor perbankan seperti
inflasi dan suku bunga kredit. Variabel yang digunakan adalah jumlah kredit
perbankan, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan suku bunga kredit.

TINJAUAN PUSTAKA
Kredit
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang
atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya
kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Kredit berasal dari kata credere
yang berarti kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh
kredit maka orang tersebut sudah diberikan kepercayaan. Sedangkan bagi pemberi
kredit artinya ia telah memberi kepercayaan bahwa uang yang telah dipinjamkan
akan kembali. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kredit adalah pinjaman
sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan
pemberian bunga. Adapun menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
(PAPI) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur)
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
Proses perkreditan dilakukan secara hati - hati oleh bank dengan maksud
untuk mencapai sasaran dan tujuan pemberian kredit. Ketika bank menetapkan
keputusan pemberian kredit maka sasaran yang hendak dicapai adalah aman,
terarah, dan menghasilkan pendapatan. Aman dalam arti bahwa bank akan dapat
menerima kembali nilai ekonomi yang telah diserahkan, terarah maksudnya
adalah bahwa penggunaan kredit harus sesuai dengan perencanaan kredit yang
telah ditetapkan, dan menghasilkan berarti pemberian kredit tersebut harus

8

memberikan kontribusi pendapatan bagi bank, perusahaan debitur, dan
masyarakat umumnya.
Kredit yang makin tinggi akan meningkatkan akses kepada sektor keuangan
dan dapat mendukung pertumbuhan investasi dan perekonomian. Namun di sisi
lain kondisi ini dapat mengarah pada kerentanan sektor keuangan melalui
penurunan standar pemberian pinjaman, leverage yang berlebihan serta inflasi
harga asset (Reinhart dan Rogoff , 2009).
Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu yang tidak akan
terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu
kredit antara lain (Kasmir,2007):
1.
Mencari keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit yaitu untuk memperoleh hasil dari
pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang
diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang
dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup
bank.
2.
Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut
pihak debitur akan dapat memperluas dan mengembangkan usahanya.
3.
Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya
peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Selain memiliki tujuan pemberian kredit juga memiliki fungsi yang sangat
luas. Fungsi kredit menurut Kasmir (2007) adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang
berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk
menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu
wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang
dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan
uang dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan oleh debitur untuk
mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu
wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu
wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan
jumlah barang yang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

9

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada
usaha-usaha antara lain: pengendalian inflasi, peningkatan ekspor dan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi penerima kredit akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha,
apalagi bila nasabah memiliki modal yang terbatas.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan akan semakin baik terutama dalam
hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun
pabrik maka tentunya membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula
mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik dapat
juga meningkatkan pendapatannya.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian kredit
oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama di bidang lainnya.

Teori Klasik Kuantitas Uang
Teori kuantitas uang dibangun oleh Ekonom Klasik, teori kuantitas uang
adalah teori bagaimana jumlah nilai dari pendapatan agregat ditentukan. Karena
teori ini menggambarkan kepada kita bagaimana uang dipegang dalam sejumlah
tertentu dari pendapatan agregat maka disebut teori permintaan uang. Bagian
penting dari teori menyatakan bahwa tingkat bunga tidak memiliki pengaruh pada
permintaan uang (Mishkin, 2007).
Kecepatan Perputaran Uang dan Persamaan Transaksi
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Irving Fisher dalam buku The
Purchasing Power of Money tahun 1911 (Mishkin, 2007). Fisher menguji
hubungan antara jumlah kuantitas uang M (Penawaran Uang) dan total
pengeluaran pada barang dan jasa dihasilkan dalam perekonomian (P x Y). P
adalah tingkat harga dan Y merupakan total output (pendapatan). P x Y juga
disebut sebagai jumlah pendapatan agregat perekonomian atau GDP). Gambaran
konsep yang menghubungkan antara kuantitas uang dan pendapatan disebut
kecepatan perputaran uang (velocity of money). Persamaan teori kuantitas uang
dinotasikan berikut :
M.V = P. Y
Dimana :
M adalah jumlah uang beredar; V adalah kecepatan perputaran uang; P · Y
merupakan GDP.
Persamaan pertukaran menjelaskan bahwa jumlah kuantitas uang akan
dilipatkan angka tertentu oleh jumlah berapa kali uang dibelanjakan dalam tahun
tertentu harus sama dengan jumlah total pendapatan. Persamaan diatas merupakan
persamaan identitas, untuk menerjemahkan persamaan dari pertukaran (dari
sebuah identitas) ke dalam teori dari bagaimana jumlah pendapatan ditentukan
memerlukan sebuah pemahaman dari faktor-faktor yang menentukan kecepatan
perputaran uang.

10

Irving Fisher berpendapat bahwa kecepatan perputaran uang ditentukan oleh
otoritas moneter/lembaga keuangan yang mempengaruhi masyarakat melakukan
transaksi. Jika masyarakat lebih suka menggunakan kartu kredit dan debit dalam
berbelanja maka uang diperlukan lebih sedikit dalam memengaruhi pendapatan
nasional (M turun relatif dengan GDP dan v akan meningkat). Sebaliknya, jika
masyarakat lebih suka menggunakan uang tunai dan cek, M akan naik relatif
dengan GDP dan v akan turun.
Teori Kuantitas
Fisher menyatakan bahwa velocity tidak berubah dalam jangka pendek
mengubah persamaan dari pertukaran dalam teori kuantitas uang, dimana jumlah
pendapatan nominal ditentukan nyata pergerakan jumlah uang. Ketika kuantitas
uang berlipat ganda maka nilai GDP juga berlipat dua kali. Karena klasik
berpendapat bahwa upah dan harga fleksibel berubah, tingkat agregat output Y
dalam perekonomian full employment sehingga Y dalam persamaan dianggap
konstan. Teori kuantitas uang memberikan penjelasan perubahan pada tingkat
harga : perubahan tingkat harga akan mempengaruhi secara nyata perubahan
kuantitas uang.
Teori Kuantitas Permintaan Uang
Berdasarkan rumus Fisher
.

. .
Persamaan diatas menyatakan bahwa k adalah tetap, tingkat transaksi
dihasilkan pada tingkat pendapatan tertentu akan menentukan kuantitas
permintaan uang masyarakat. Maka teori permintaan uang Fisher menyatakan
bahwa Permintaan uang sepenuhnya ditentukan tingkat pendapatan, dan tingkat
bunga tidak berpengaruh pada permintaan uang. Fisher sampai pada kesimpulan
karena masyarakat memegang uang hanya pada saat transaksi dan tidak memiliki
kebebasan dalam kegiatan ini.
Permintaan uang ditentukan oleh (1) tingkat transaksi dihasilkan oleh
tingkat jumlah pendapatan (GDP) dan (2) institusi perekonomian yang
mempengaruhi cara masyarakat melakukan transaksi dan kemudian menentukan
kecepatan perputaran uang.
Teori Permintaan uang Keynes
JM Keynes menyanggah teori klasik permintaan uang yang menyakini
velocity konstan dan mengembangkan teori permintaan uang yang menekankan
pentingnya tingkat bunga. Keynes menjelaskannya dalam buku The General
Theory of Employment, Interest, and Money tahun 1936. Teori permintaan uang
Keynes dikenal sebagai Liquidity Preference Theory (teori preferensi likuiditas).
Keynes mempostulat teori motif masyarakat memegang uang adalah motif
transaksi (transaction), berjaga-jaga (precautionary), dan spekulasi (speculative).
Keynes membedakan antara kuantitas nominal dan kuantitas riil permintaan
uang dengan motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Uang dinilai dari

11

kegunaan dari apa yang dapat dibeli. Jika harga meningkat dua kali maka uang
akan dapat membeli sebagian jumlah barang. Keynes berpendapat bahwa
masyarakat memegang uang karena keseimbangan uang riil (M/P) yang
berhubungan dengan tingkat pendapatan (Y) dan tingkat suku bunga (i). Keynes
menyatakan permintaan uang yang dikenal dengan fungsi preferensi likuiditas
berikut:
,

Kesimpulan Keynes bahwa permintaan uang berhubungan tidak hanya
dengan pendapatan tetapi juga dengan tingkat suku bunga. Dengan cara
menderivasi fungsi likuiditas preferen untuk PY/M diperoleh bahwa kecepatan
perputaran uang tidak konstan, tetapi seringkali berubah sesuai dengan perubahan
tingkat suku bunga.
Preferensi likuiditas ditulis persamaan berikut:
,
Mengalikan kedua sisinya dengan Y dan Md dapat diganti dengan M karena
harus sama di dalam keseimbangan pasar uang maka rumus kecepatan perputaran
ditulis berikut :
,
Permintaan uang dipengaruhi negatif oleh tingkat suku bunga, ketika tingkat
suku bunga naik, f (i,Y) akan turun, dan kecepatan perputaran uang akan naik.
Jika tingkat suku bunga naik, maka masyarakat akan terdorong memegang lebih
sedikit keseimbangan uang riil pada tingkat pendapatan tertentu, kemudian tingkat
kecepatan perputaran uang menjadi lebih tinggi. Implikasi dari teori likuiditas
preference adalah tingkat suku bunga yang selalu mengalami fluktuasi yang
menyebabkan kecepatan perputaran uang juga berfluktuasi.
Model Keynesian permintaan uang spekulasi memberikan alasan kecepatan
perputaran uang tidak tetap. Jika masyarakat berharap suku bunga di masa
mendatang lebih tinggi dibandingkan saat ini maka masyarakat akan berekspektasi
harga obligasi turun dan akan mengantisipasi kerugian modal. Harapan
pendapatan dari memiliki obligasi akan turun, dan uang kas lebih menarik
dibandingkan obligasi. Hasilnya, permintaan uang akan meningkat, nilai riil uang
akan turun dan kecepatan perputaran uang akan turun.

12

i

Ms

i0

Md

Y
M0
Gambar 4 Teori Preferensi Likuiditas
Menurut Keynes dalam analisis Likuiditas Preferensi, dua faktor yang
menyebabkan pergerakan permintaan uang yaitu pendapatan dan tingkat harga.
Peningkatan pendapatan menyebabkan permintaan uang akan meningkat
sebaliknya jika pendapatan menurun akan menurunkan permintaan uang.
Pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan uang. Peningkatan inflasi
akan meyebabkan permintaan uang bertambah dan sebaliknya. Inflasi
berpengaruh positif terhadap permintaan uang.
Penawaran uang sepenuhnya dikontrol oleh Bank Sentral, sehingga jumlah
uang beredar Autonomous. Guna melihat kerangka likuiditas preferensi dapat
digunakan analisis perubahan tingkat bunga. Kita dapat melihat beberapa
perubahan aplikasi yang dapat berguna dalam melihat pengaruh kebijakan
moneter pada tingkat bunga. Ketika pendapatan meningkat maka permintaan
uang meningkat dan menyebabkan tingkat bunga meningkat.
Ekuilibrium di Pasar Uang:Penawaran dan Permintaan terhadap Dana
Pinjaman
Terdapat persamaan antara penawaran dan permintaan terhadap barang dan
jasa, serta penawaran dan permintaan terhadap dana pinjaman (kredit). Dalam
kasus ini “barang” adalah dana pinjaman dan “harga” adalah tingkat bunga.
Tingkat bunga merupakan biaya pinjaman dan pengembalian karena
meminjamkan dana ke pasar keuangan, maka peran suku bunga lebih mudah
dipahami dalam perekonomian dengan mengkaji pasar uang.
Y- C- G = I
Y- C- G adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan
pemerintah dipenuhi, inilah yang disebut tabungan nasional (S). Tabungan
nasional menunjukkan penawaran dari dana pinjaman, dan investasi menunjukkan
permintaan terhadap dana ini. Dalam bentuk ini, pendapatan nasioanl
menunjukkan bahwa tabungan sama dengan investasi.
S = (Y - T - C) + (T –C) =I
Y – C ( Y – T) – G = I (r)

13

S = I (r)
Sisi kiri dari persamaan ini menunjukkan bahwa penawaran atas dana
pinjaman tergantung pada pendapatan dan kebijakan fiskal. Sisi kananya
menunjukkan bahwa permintaan terhadap dana pinjaman tergantung pada tingkat
bunga. Tingkat bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan terhadap dana pinjaman.

r

S

r0

I(r)

S0

Investasi,
Tabungan

Gambar 5 Keseimbangan Penawaran dan Permintaan terhadap dana pinjaman
Tingkat bunga menyesuaikan sampai jumlah perusahaan yang ingin
menanamkan modal sama dengan jumlah rumah tangga yang ingin menabung.
Jika tingkat bunga terlalu rendah, investor menginginkan output perekonomian
lebih banyak dibanding rumah tangga yang ingin menabung. Dengan kata lain
jumlah dana pinjaman yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan. Bila ini
terjadi, tingkat bunga meningkat. Sebaliknya, jika tingkat bunga terlalu tinggi,
rumah tangga ingin menabung lebih banyak dibanding perusahaan yang ingin
menanamkan modal, karena jumlah dana pinjaman yang ditawarkan lebih besar
dibanding jumlah yang diinginkan, tingkat bunga turun. Tingkat bunga
keseimbangan berada di perpotongan kedua kurva itu.

Suku Bunga Kredit
Dalam dunia perbankan dan perkreditan, bank sering mengalami kasus
asymmetric information dimana pihak bank tidak mengetahui secara pasti kondisi
keuangan para debitur sehingga seringkali terjadi adverse selection dimana bank
salah dalam memberikan kredit kepada debitur. Selain itu sering juga terjadi
moral hazard dari pihak debitur yang mempunyai maksud tidak baik dalam
mengembalikan pinjaman. Untuk mengatasi asymmetric information maka pihak
bank menetapkan suku bunga kredit.
Suku bunga merupakan salah satu variabel makroekonomi yang senantiasa
diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Suku bunga memengaruhi
secara langsung kehidupan masyarakat dan mempunyai dampak penting terhadap
kesehatan perekonomian. Selain itu, suku bunga pun memengaruhi keputusan

14

seseorang atau rumah tangga dalam hal mengkonsumsi, membeli obligasi atau
menaruhnya dalam rekening tabungan. Dan bagi pengusaha atau pimpinan
perusahaan suku bunga memengaruhi keputusan ekonomi apakah akan melakukan
investasi pada proyek baru atau perluasan kapital.
Menurut Puspopranoto (2004) Harga sewa dari uang disebut suku bunga
dan biasanya dinyatakan sebagai persentase tahunan dari jumlah nominal yang
dipinjam, jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan
daya belinya. Menurut Keynes bunga itu adalah pengganti dari pengorbanan
likuiditas. Suku bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam
perekonomian, yaitu:
1. Membantu mengalirnya tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung
pertumbuhan perekonomian
2. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan
dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.
3. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari
suatu Negara
4. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui
pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.
Dalam kegiatan perbankan konvensional sehari-hari, ada dua macam bunga
yang diberikan kepada nasabahnya yaitu:
1. Bunga Simpanan
Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik
simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa, kepada
nasabah yang menyimpan uangnya di bank.
2. Bunga Pinjaman
Bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga jual
yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank bunga
pinjaman merupakan harga jual dan contoh harga jual adalah bunga kredit.
Menurut Fahmi (2010:65) bunga kredit adalah sejumlah nilai uang yang
diwajibkan kepada pihak yang meminjamnya dengan perhitungan berdasarkan
persentase dan dilakukan berdasarkan periode atau waktu yang ditentukan. Selain
itu, pengertian bunga kredit adalah suatu jumlah ganti rugi/ balas jasa atas
penggunaan uang oleh nasabah bank, bagi pengusaha kredit berarti nasabah
memerlukan suatu likuiditas untuk kegiatan usahanya.

Inflasi
Puspopranoto (2004) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan tingkat harga
rata-rata untuk semua barang dan jasa. Inflasi menurut Fahmi (2010), merupakan
suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang
mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami pelemahan, dan jika terjadi
secara terus-menerus akan mengakibatkan memburuknya kondisi ekonomi secara
menyeluruh serta mampu mengguncang tatanan politik suatu negara. Inflasi
didefinisikan sebagai suatu kenaikan tingkat harga secara keseluruhan di dalam
suatu perekonomian (Mankiw, 2003). Terjadinya inflasi merupakan akibat dari
kenaikan tingkat harga di atas rata-rata yang berlaku umum yang dapat diukur
dengan indeks harga barang-barang konsumsi dari tahun ke tahun.

15

Inflasi dapat disebabkan dari dua sisi yaitu sisi pemintaan (Demand Pull
Inflation), dan sisi penawaran (Cost-Push Inflation). Demand Pull Inflation yaitu
inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand
masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya,
akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi
excess demand, yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus inflasi jenis
ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan
output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih belum mencapai
kondisi full-employment.
Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate
supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply
curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik
yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi,
sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus
cost push inflation, kenaikan harga sering kali diikuti oleh kelesuan usaha.
Secara teoritis variabel inflasi memengaruhi jumlah kredit secara tidak
langsung tetapi melalui berbagai jalur. Inflasi akan memengaruhi tingkat suku
bunga SBI, selanjutnya suku bunga SBI akan memengaruhi kondisi internal bank.
Ketika naiknya suku bunga SBI akan menyebabkan naiknya suku bunga deposito,
suku bunga tabungan. Kenaikan suku bunga deposito akan berpengaruh terhadap
suku bunga kredit. Inflasi menyebabkan tingginya suku bunga sehingga
menyebabkan para kreditur sulit untuk meminjamkan dana dari bank karena
tingkat bunga kredit juga melambung tinggi.

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Sukirno (2006) menjelaskan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran
kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu
tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Prof. Simon Kuznets dalam kuliahnya pada peringatan Nobel
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam
kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barangbarang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan
kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukannya (Jhingan, 2008:57). Sementara Todaro (2006) mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses yang baik dimana kapasitas produksi
dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat
pendapatan yang semakin besar.
Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi
adalah pendapatan nasional seperti Gross National Product (GNP) dan Gross
Domestic Product (GDP). Dalam prakteknya GDP lebih lazim digunakan
daripada GNP, mengingat batas wilayah perhitungan GDP terbatas pada negara
yang bersangkutan. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai GDP yang

16

digunakan adalah nilai GDP riil. Hal ini dikarenakan bahwa dengan menggunakan
harga konstan, pengaruh perubahan harga telah dihilangkan sehingga sekalipun
angka yang muncul adalah nilai uang dari total output barang dan jasa, perubahan
nilai GDP sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa
yang dihasilkan selama periode pengamatan (Rahardja dan Manurung, 2001).
Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Setiap perekonomian pada dasarnya harus mencadangkan atau menabung
sebagian dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan
barang-barang modal yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu
pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto
terhadap cadangan atau stok modal (Todaro, 2006). Bila diasumsikan ada
hubungan ekonomi langsung antara besarnya stok modal (K) dengan GDP total
(Y). Hubungan ini dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai rasio modal-output
(capital-output ratio). Setiap tambahan neto terhadap stok modal dalam bentuk
investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasonal atau GDP.
Teori Harrod-Domar dapat diformulasikan sebagai berikut:
Persamaan tersebut merupakan versi sederhana dari teori pertumbuhan
Harrod-Domar, yang menyatakan tingkat pertumbuhan GDP ( ⁄ ) ditentukan
secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio modal-output
nasional ( ). Tingkat pertumbuhan pendapatan nasional berpengaruh positif atau
berbanding lurus dengan rasio tabungan tetapi berpengaruh negatif atau
berbanding terbalik terhadap rasio modal output. Jadi setiap perekonomian harus
menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari GDPnya agar
laju pertumbuhan perekonomian akan semakin cepat.
Teori Pertumbuhan Sollow-Swan
Robert Solow dari MIT dan Trevor Swan dari Australian National
University secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi
yang sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo-Klasik.
Seperti halnya dengan model Harrod-Domar, model Solow-Swan memusatkan
perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital,
kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan
ekonomi.
Walaupun dalam kerangka umum dari model Solow-Swan mirip dengan
model model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih “luwes” karena :
a. Menghindari masalah “ketidakstabilan” yang merupakan ciri warranted rate of
growth dalam model Harrod-Domar
b. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi
pendapatan.
Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan swan
menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah dimanipulasikan secara
aljabar. Dalam model Harrod-Domar, output dan capital dan output dan tenaga
kerja masing-masing dihubungkan oleh satu “fungsi produksi” dengan koefisien
yang tidak bisa berubah, yaitu Qp = hK dan Qn, = nN. Dalam model Neo-Klasik
dari Solow dan Swan dipergunakan suatu fungsi produksi yang lebih umum, yang

17

bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara capital (K) dan tenaga
kerja (L). Bentuk fungsi produksi adalah:
Q = F ( K, L )
Yang memungkinkan berbagai kombinasi penggunaan K dan L untuk
mendapatkan suatu tingkat output. Fungsi produksi semacam ini (yang sering
dijumpai dalam teori ekonomi mikro) disebut fungsi produksi Neo-Klasik. Dalam
menggunakan fungsi semacam inilah Solow dan Swan bisa menghindari masalah
“ketidakstabilan” dan mengambil kesimpulan-kesimpulan baru mengenai
distribusi pendapatan dalam proses pertumbuhan (seperti halnya kaum Klasik).
Dengan digunakannya fungsi produksi Neo-klasik tersebut, ada satu
konsekuensi lain yang penting. Konsekuensi ini adalah bahwa seluruh faktor yang
tersedia, baik berupa K maupun berupa L akan selalu terpakai atau tergunakan
secara penuh dalam proses produksi. Ini disebabkan karena dengan fungsi
produksi Neo-Klasik tersebut, berapapun K dan L yang tersedia akan bisa
dikombinasikan untuk proses produksi, sehingga tidak ada lagi kemungkinan
“kelebihan” dan “kekurangan” faktor produksi seperti dalam model misalnya,
Harrod-Domar atau Lewis. Posisi “full employment” ini membedakan model NeoKlasik. Dengan adanya model Keynesian (Harrod-Domar) maupun model Klasik.
Jadi jelas bahwa penggunaan fungsi produksi Neo-Kalsik sehingga selalu jelas
terdapat ”full employment” merupakan ciri utama yang membedakan model ini
dengan model-model pertumbuhan lain.

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Mekanisme transmisi kebijakan moneter menjelaskan bagaimana kebijakan
moneter berpengaruh terhadap sektor riil. Mekanisme transmisi kebijakan moneter
dapat terjadi melalui jalur moneter langsung, jalur suku bunga, jalur nilai tukar,
jalur harga aset, jalur kredit dan jalur ekspektasi. Sektor perbankan memegang
peranan penting dalam proses transmisi kebijakan moneter tersebut, khususnya
pada jalur kredit. Jalur kredit ini merupakan mekanisme transmisi yang