Studi Waktu dan Aplikasinya untuk Optimasi Tata Laksana Kerja Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Pasang kayu, Sulawesi Barat.

i

STUDI WAKTU DAN APLIKASINYA UNTUK OPTIMASI
TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI
PERKEBUNAN PASANGKAYU, SULAWESI BARAT

KURNIA LESTARI

TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Waktu dan

Aplikasinya untuk Optimasi Tata Laksana Kerja Pemanenan Kelapa Sawit di
Perkebunan Pasangkayu, Sulawesi Barat adalah benar karya saya denganarahan
dari bimbingan Dr Ir M. Faiz Syuaib, M.Agr sebagai pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Kurnia Lestari
NIM F14090077

iv

ABSTRAK
KURNIA LESTARI. Studi Waktu dan Aplikasinya untuk Optimasi Tata Laksana
Kerja Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Pasangkayu, Sulawesi
Barat.Dibimbing oleh M. FAIZ SYUAIB.
Waktu kerja pemanenan kelapa sawit sangat bervariasi dalam

penyelesaiannya, nantinya waktu kerja ini akan mempengaruhi kualitas panen dan
produktivitis kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan waktu baku,
kapasitas panen berdasarkan waktu baku dan menentukan tata laksana kerja
pemanenan berdasarkan optimasi sekuensial elemen-elemen kerja pemanenan.Hasil
studi terhadap waktu pemanenan menunjukkan bahwa waktu panen dipengaruhi oleh
kondisi kerja, diantaranya ketinggian pohon dan topografi lahan. Oleh karena itu
diperlukan penyesuaian waktu terhadap kondisi kerja. Elemen kerja yang
memerlukan penyesuaian waktu terhadap kondisi kerja yaitu elemen Ve, elemen Pr,
elemen Cu, dan elemen Br. Waktupemanenan pada lahan flat yang dibutuhkan relatif
lebih cepat dibandingkan pemanenan pada lahan rolling. Sementara, ketinggian
pohon mempengaruhi terhadap lamanya waktu pemanenan dengan adanya
pertambahan tinggi pohon yang dipanen. Tata laksana kerja untuk pemanenan kelapa
sawit dengan memparalelkan kegiatan perpindahan kosong dan mengidentifikasi
tandan matang serta mengadopsi teknologi Tomasun untuk pemotongan sisa tangkai
tandan.
Kata kunci: kelapa sawit, pemanenan, studi waktu, kondisi kerja, tata laksana

ABSTRACT
KURNIA LESTARI. Time Study and Its Application For Optimization of Harvesting
Working Procedure at Pasangkayu Oil Palm Plantation, West Sulawesi.Supervised

byM. FAIZ SYUAIB.
Working time of palm oil harvesting vary greatly in settlement, which will
affect harvest quality and productivity of work. The purpose of this study wasto
determine the standard time, the capacity of harvesting based on the standard time
and to determine of harvesting working procedure based on sequential optimization
elements of harvesting work. Results of the study showed that the harvesting time
was influenced by the working conditions, such as tree height and land topography.
Therefore, its necessary for time adjustment to working conditions. Work elements
that require adjustment to the working conditions were the time element of Ve, Pr, Cu
and Br. Time of harvesting on flat land was relatively shorter than the time of
harvesting on rolling land. Meanwhile, the tree height affect the length of harvesting
time. A better working procedure for harvesting oil palm way obtained by conducting
empty displacement activities and identify ripe fruit simultaneously, and adapting
cutting technology of rod cluster.
Keywords: oil palm, harvesting, time study, working conditions, working procedure

v

STUDI WAKTU DAN APLIKASINYA UNTUK OPTIMASI
TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI

PERKEBUNAN PASANGKAYU, SULAWESI BARAT

KURNIA LESTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

vi

Judul Skripsi: Studi Waktu dan Aplikasinya untuk Optimasi Tata Laksana Kerja
Pemanenan KeJapa Sawit di Perkebunan Pasangkayu, Sulawesi

Barat.
: Kumia Lestari
Nama

NIM

: F14090077

Disetujui oleh

DrlrM

Tanggal Lulus:

? 3 AUG 2013

vii

Judul Skripsi : Studi Waktu dan Aplikasinya untuk Optimasi Tata Laksana Kerja
Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Pasangkayu, Sulawesi

Barat.
Nama
: Kurnia Lestari
NIM

: F14090077

Disetujui oleh

Dr Ir M. Faiz Syuaib, MAgr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii


ix

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah ergonomika dengan judul Studi Waktu dan
Aplikasinya untuk Optimasi Tata Laksana Kerja Pemanenan Kelapa sawit di
Perkebunan Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Dengan diselesaikannya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis
ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Orang tua yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayangnya
hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Dr Ir M. Faiz Syuaib, MAgr selaku dosen pembimbing skripsi, yang selalu
memberikan bimbingan, masukan, dan saran-sarannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr Ir Wawan Hermawan, MS dan Dr Ir Emmy Darmawati, MSiselaku
dosen penguji, atas masukan dan saran-sarannya.
4. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Fakultas Teknologi

Pertanian yang telah membantu dan memberikan ijin pelaksanaan
penelitian.
5. Rekan satu bimbingan di Laboratorium Ergonomika yaitu ka Dadang, ka
Raizummi, ka Tri, ka Kurnia Ayu, Irvan, Nugrahaning, Ilham dan Ni
Wayan Desi memberikan masukan dan semangat selama penyusunan
skripsi ini.
6. Teman-teman TMB angkatan 46 atas kebersamaannya dibangku kuliah.
7. Teman-teman (Ahmad Hidayat, Nuzul, Famul, Aditya, Naila, Rusnadi,
Lesy dan Irvan DP) atas perhatian dan semangatnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belu
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
sebagai upaya perbaikan selanjtunya, serta penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Agustus 2013
Kurnia Lestari

x

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODOLOGI

5


Waktu dan Lokasi Penelitian

5

Peralatan dan Subjek Penelitian

6

Pelaksanaan Penelitian

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Pemanenan Kelapa Sawit

8

Analisis Waktu

12

Waktu Normal

14

Waktu Normal Rata-rata pemanen

19

Faktor Kesulitan

21

Waktu Baku

28

Kapasitas Panen Berdasarkan Waktu Baku

31

Analisis Optimasi Tata Laksana Kerja

32

SIMPULAN DAN SARAN

36

Simpulan

36

Saran

37

DAFTAR PUSTAKA

37

RIWAYAT HIDUP

42

i

DAFTAR TABEL
1 Data Produksi PT. Pasangkayu tahun 2008-2011
2 Bentuk wilayah, kelerengan, luas dan porositas area perkebunan PT.
Pasangkayu
3 Derajat kematangan buah kelapa sawit
4 Peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
5 Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
6 Waktu rata-rata masing-masing pemanen untuk setiap elemen kerja
7 Waktu normal rata-rata pemanen pada aktivitas pemanenan kelapa
sawit
8 Faktor kesulitasn elemen kerja Ve dengan variasi kerja
9 Faktor kesulitasn elemen kerja Pr dengan variasi kerja
10 Faktor kesulitasn elemen kerja Cu dengan variasi kerja
11 Faktor kesulitasn elemen kerja Br dengan variasi kerja
12 Total waktu baku memanen satu tandan dengan berbagai variasi kondisi
topografi dan ketinggian pohon
13 Waktu baku masing-masing elemen kerja dengan variasi topografi dan
ketinggian pohon berbeda
14 Kapasitas panen kelapa sawit berdasarkan waktu baku untuk masingmasing variasi kondisi kerja
15 Total waktu hasil optimasi berdasarkan kapasitas (jumlah tandan)
dalam satu jam untuk pemanenan dodos dan egrek kurang dari 3 meter
(E1)
16 Efisiensi waktu untuk masing-masing optimasi

3
3
8
8
9
18
19
24
25
26
27
28
29
32

33
34

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja
Diagram alir tahapan penelitian
Peralatan yang digunakan pada pemanenan kelapa sawit
Kegiatan pemanenan kelapa sawit
Urutan proses pemanenan kelapa sawit
Gambar pola pemanenan sebelum dan sesudah dilakukan optimasi

5
7
9
10
15
35

DAFTAR LAMPIRAN
1 Faktor kesulitan untuk Ve dengan variasi kondisi lahan. Topografi dan
ketinggian pohon
2 Faktor kesulitan untuk Pr dan Br dengan variasi kondisi lahan.
Topografi dan ketinggian pohon
3 Faktor kesulitan untuk Cu dengan variasi kondisi lahan. Topografi dan
ketinggian pohon

39
40
41

ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu kegiatan dalam rangkaian budidaya kelapa sawit adalah panen.
Aktivitas panen terdiri dari rangkaian kegiatan dimulai dari memotong tandan
matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip
brondolan serta menyusun tandan buah segar (TBS) di tempat pengumpulan hasil
(TPH) berikut brondolannya. Tujuan panen ini adalah untuk memanen seluruh
buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga
potensi produksi minyak dan inti sawit yang maksimal dapat dicapai. Dalam
proses pemanenan kelapa sawit, kematangan TBS perlu diperhatikan dengan baik.
Salah satunya cara yang lazim dilakukan adalah dengan melihat brondolan yang
jatuh disekitar piringan pohon.Selain harus memperhatikan kematangan tandan
pemanen juga harus berjalan menaiki bukit dengan membawa egrek/dodos dan
angkong yang mengingat kondisi topografi dan ketinggian pohon kelapa sawit
bervariasi, sehingga waktu panen TBS bervariasi mengikuti variabel kondisi
kerja. Oleh karena itu, studi waktu perlu dilakukan untuk memberikan penetapan
waktu yang dibutuhkan dalam aktivitas pemanenan agar tujuan dari panen itu
sendiri tercapai.
Produktivitas diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap
pendapatan dan kesejehteraan pekerja yang nantinya akan berpengaruh terhadap
pendapatan pabrik. Tata laksana kerja dalam pemanenan perlu dipelajari guna
dapat meningkatkan jumlah tandan yang diperoleh (kapasitas panen) salah
satunya dengan optimasi sekuensial elemen kerja pemanenan. Keluaran hasil dari
optimasi sekuensial elemen kerja berupa efisiensi waktu kerja terhadap waktu
panen pada lokasi studi. Beberapa perangkat yang digunakan yaitu metode kerja
dan studi terhadap waktu (time study).
Berdasarkan uraian tersebut, studi waktu diperlukan dalam penetapan waktu
panen di lokasi studi yang nantinya akan digunakan untuk melakukan optimasi
sekeunsial kerja. Studi terhadap waktu ini dapat menunjukkan ukuran kerja yang
melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku untuk melakukan pekerjaan
berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kesulitan,
pekerja, dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan.Hasil dari studi ini adalah
berbentuk waktu baku dan tata laksana kerja pemanenan ideal yang nantinya dapat
dipergunakan oleh perusahaan untuk mencapai target produksi yang efektif dan
efisien.

Tujuan Penelitian
Studi waktu dan optimasi tata laksana kerja yang dilakukan pada aktivitas
pemanenan kelapa sawit ini bertujuan :
1. Menentukan waktu normal panen per elemen kerja di lokasi studi.
2. Menentukan waktu baku pada setiap elemen kerja dan waktu baku total panen
per tandan untuk setiap variasi kerja pemanenan kelapa sawit di lokasi studi.

2

3. Menentukan kapasitas panen (jumlah tandan) yang diperoleh per hari kerja
per orang pemanen berdasarkan waktu baku.
4. Menentukan tata laksana kerja pemanenan yang ideal berdasarkan optimasi
sekuensial elemen-elemen kerja pemanenan.

Ruang Lingkup Permasalahan
Untuk lebih memusatkan perhatian pada pemecahan masalah maka perlu
dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang
akan dibahas yaitu :
1. Proses pemanenan kelapa sawit yang dimaksud adalah proses pekerjaan
memanen tandan buah masak dari pohon, dan mengevakuasi hingga
meletakkan hasil pada tempat pengumpulan hasil (TPH) yang telah
ditetapkan.
2. Studi waktu yang dimaksud di sini adalah analisa waktu kerja pada aktivitas
pemanenan kelapa sawit.
3. Tata laksana kerja yang dimaksud di sini adalah sekuen/urutan elemenelemen kerja yang harus dilakukan dalam suatu rangkaian proses pemanenan
kelapa sawit.
4. Optimasi tata laksana kerja adalah menentukan alternatif sekuen kerja yang
paling ideal di antara kemungkinan yang ada.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Perusahaan
PT. Pasangkayu adalah salah satu anak perusahaan PT. Astra Agro Lestari
Tbk. yang terletak di Pulau Sulawesi, tepatnya di desa Marta Jaya, Kecamatan
Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, yang bergerak dibidang
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaesis guineensis Jacg) dengan izin HGU (Hak Guna
Usaha) 2/HGU/BPN/1997 Desa Marta Jaya dan Luas HGU sebesar 9319.10 Ha
dan areal efektif yang dikelola perusahaan sebesar 6731.45 Ha.
Pabrik Pengelolaan Kelapa Sawit Pasangkayu didirikan mulai tahun 1997
menempati areal seluas 8876.22 m2 dan beroperasi 1999 dengan produk utama
CPO (Cruide Palm Oil) dan Kernel dengan kapasitas terpasang 60 ton TBS/jam.
Pembangunan kebun PT. Pasangkayu dimulai pada tahun 1988 yang terdiri dari
tahap persiapan/pra-konstruksi, tahap pemabangunan fisik/konstruksi dan tahap
produksi dan pengolahan/pasca konstruksi.
Tahap produksi kebun dimulai tahun 1997, awalnya PT. Pasangkayu
mengolah buah kelapa sawit ke PT. Letawa, yang kemudian mulai tahun 1999
buah TBS diolah di Pabrik PT. Pasangkayu sendiri. Selain itu, PT. Pasangkayu
juga mengolah TBS yang berasal dari PT. Mamuang dan kebun-kebun masyarakat
sekitarnya. Produksi TBS olah, CPO (Crude Palm Oil), Kernel olah dan PKO
(Palm Kernel Oil) dapat dilihat pada Tabel 1.

3

Tabel 1 Data Produksi PT. Pasangkayu Tahun 2008-2011
Tahun
Data
2009
2010
2011
TBS Olah (ton/tahun)
267.670
262.943
338.380
TBS Produksi (ton/tahun)
126.951
113.921
140.790.67
Produksi CPO (ton/tahun)
61.841
58.771
76.889,89
Kernel olah (ton/tahun)
20.989
21.037
11.288
Kernel produksi (ton/tahun)
12.892
12.266
14.631,41
Produksi PKO (ton/tahun)
7.096
7.751
4.451,05
Sumber: Laporan Bulanan Pabrik PT. Pasangkayu, hingga desember 2011
(mengacu pada Dewi 2012)

Secara rinci areal perkebunan PT. Pasangkayu bentuk wilayah, luas dan
presentasi masing-masing berdasarkan morfologi dan fisiologi untuk lokasi kebun
yang dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Moi dan Sunagi Bayu yang termasuk
pada DAS sungai Pasangkayu. Agar lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Bentuk Wilayah, Kelerengan, Luas, dan Porositas Area Perkebunan
PT.Pasangkayu.
No
Bentuk Wilayah Kelerengan (%)
Luas (Ha)
Presentase (%)
1
Datar
0-3
1.800
22,5
2
Bergelombang
5-8
3.500
43,75
3
Agak berbukit
8-15
1.700
21,25
4
Berbukit
15-25
800
10,00
5
Bergunung
25-40
200
2,50
6
Terjal
> 40
Sporadis
Total
8000
100
Sumber: 1. Pengukuran lereng dilapangan oleh Tim Konsultan PT. AGRIMUDA
KARSAWIDYA,1995 (mengacu pada Dewi 2012)
2. Peta satuan lahan dan tanah tinjau lembar Sulawesi Selatan skala 1:250.000
(Dalam dokumen ANDAL PT. Pasangkayu 2009 mengacu pada Dewi 2012)

Studi Waktu
Pengukuran waktu (Time Study) pada dasarnya merupakan suatu usaha
untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang
operator/pekerja yang terlatih untuk menyelesaikan beberapa suatu pekerjaan
yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, dan dalam lingkungan
kerja yang terbaik pada saat itu. Pengukuran waktu tersebut merupakan suatu
upaya diarahkan untuk mendapatkan suatu kriteria objektif. Peranan penentuan
waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi seperti untuk
sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak
pabrik, penganggaran dan sebagainya (Sulistyadi 2003).
Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja yang melibatkan
teknik dalam penetapan waktu standar yang diijinkan untuk melakukan tugas yang
telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan
faktor kelelahan pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa

4

studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah
standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data
dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan,
pengambilan contoh kerja, dan penghitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik
mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi. Studi analisis waktu harus
dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian
menggunakan teknik tersebut secara benar (Niebel1976).
Studi waktu adalah bagian dari prosedur kerja yang digunakan, di mana
usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa prosedur
yang digunakan untuk “human time” untuk beberapa konsep dari sebuah level
standar dari suatu usaha (Mundel and Danner 1950). Pengukuran kerja merupakan
sebuah ketentuan umum yang digunakan oleh banyak teknik sistematik dalam
pengembangan koefisien numerik untuk mengubah pernyataan kuantitatif dari
beban kerja menjadi sebuah pernyataan kuantitatif dari waktu yang dibutuhkan
dalam penggunaan sumber daya seperti mesin, manusia atau robot. Aspek studi
waktu terdiri dari bermacam-macam prosedur untuk menentukan jumlah waktu
yang diperlukan dan kondisi standar yang dapat diukur, yang meliputi tugas
manusia, mesin atau kombinasi keduanya.

Teknik Tata Cara Kerja
Teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip
untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Teknik dan
prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen sistem kerja yang terdiri dari
manusia dengan sifat dan kemampuan, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja
serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan
produktifitas yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang
dipakai serta akibat psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan (Sutalaksana
2004).
Hal yang dicari dengan teknik-teknik dan prinsip-prinsip pada sistem kerja
yang terbaik yaitu memiliki efisiensi dan produktifitas cukup tinggi. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup teknik tata cara kerja dapat dibagi
ke dalam dua bagian besar, yaitu pengaturan kerja dan pengukuran kerja.
Pengaturan kerja berisi prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen sistem
kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Pengetahuan
yang diperlukan untuk melakukan pengaturan terhadap pekerja, bahan, peralatan,
dan perlengkapan serta lingkungan kerja adalah apa yang dipelajari melalui
ergonomika, studi gerakan, dan ekonomi gerakan. Setelah mendapatkan beberapa
alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah memilih satu diantara yang terbaik
(Wignjosoebroto 1995).
Empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang
kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologis dan sosiologis.
Berdasarkan keempat kriteria tersebut dipilih satu sistem kerja terbaik yang
memiliki syarat memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang
diperlukan untuk penyelesaian kerja tersebut sedikit dan mudah, serta dampakdampak psikologis dan sosiologis yang mungkin ditimbulkan sangat sedikit.
Penelitian kerja dapat dilihat pada Gambar 1.

5

PRINSIP-PRINSIP PENGATURAN
METODE KERJA
 Ergonomi
 Studi Gerakan
 Ekonomi Gerakan

PENELITIAN KERJA
TEKNIK-TEKNIK
PENGUKURAN KERJA
 Pengukuran Waktu
 Pengukuran Tenaga
 Pengukuran Dampak
 Psikologis & Sosiologis

Beberapa
alternatif
sistem kerja

Alternatif
sistem kerja
terbaik

Produktivitas
lebih tinggi

Gambar 1 Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja
(Wignjosoebroto 1995)
Teknik tata cara kerja terdiri dari dua elemen dasar pemikiran, yaitu
pemikiran ke arah usaha pencapaian efisiensi kerja dan pemikiran untuk
mempertimbangkan perilaku manusia sebagai unsur pokok suksesnya usaha kerja
mereka. Pemikiran mengenai efisiensi akan menghasilkan langkah-langkah kerja
secara lebih sistematis dengan urutan-urutan yang logis. Sedangkan pertimbangan
mengenai perilaku manusia akan menuju pada faktor-faktor penyebab yang
mempengaruhi perilaku manusia pekerja di dalam usaha memenuhi kepuasan
kerja dan kebutuhannya.

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Juni 2013 di Laboratorium
Ergonomika, TMB, FATETA, IPB. Data penelitian ini diperoleh dari hasil
penelitian Syuaib et al. (2012) di PT Astra Agro Lestari, Tbk yang bertempat di
salah satu anak perusahaannya yaitu PT Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Peralatan dan Subjek
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat
komputer, alat tulis dan stopwatch. Komputer dan alat tulis digunakan untuk
proses pengolahan data, sementara stopwatchdigunakan untuk menghitung waktu
elemen kerja yang terlihat pada video.

6

Subjek
Subjek yang digunakan untuk mendapatkan waktu kerja pemanen kelapa
sawit yang berjumlah 16 pemanen di PT Pasangkayu, Sulawesi Barat. Subjek ini
terbagi dalam pemanenan berdasarkan ketinggian pohon yang berada di lokasi
studi yaitu ketinggian pohon ± 3 meter (E1) berjumlah, ketinggian pohon 3-6
meter (E2), ketinggian pohon 6-12 meter (E3) berjumlah dan ketinggian pohon ≥
12 meter (E4). Dari rekaman video dapat diketahui bahwa kondisi lahan berupa
lahan kering dyang berupa tanah mineral dengan bentuk topografi berbukit
(rolling) dengan kemiringan 8-40%, dan datar (flat) dengan kemiringan 0-8%
berdasarkan pengukuran lereng di lapangan oleh tim konsultan PT Agrimu
Karsawidya tahun 1995.
Pelaksanaan Penelitian
Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan dilakukan untuk mempelajari sistem dan tata cara
kerja pemanenan dari video proses pemanenan. Rekaman video tersebut
bersumber pada penelitian Syuaib et al (2012). Rekaman video yang digunakan
hanyalah rekaman video pemanenan perkebunan PT Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Pengambilan data proses pemanenan diambil dalam bentuk video yang direkam
oleh digital video camera. Data yang dibutuhkan adalah tahapan proses
pemananenan, waktu kerja, alat panen yang digunakan, ketinggian pohon, kondisi
lingkungan seperti kondisi lahan dan topografi.
Tahap Pengolahan Data
Video yang berisi aktivitas pekerja dianalisis dan dibagi menjadi beberapa
elemen kerja pada pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keseragaman kerja.
Selanjutnya adalah menghitung waktu setiap elemen kerja dengan menggunakan
stopwatch. Data waktu yang telah diperoleh dari video dicatat dalam time and
motion sheet dan dilakukan pengolahan data menggunakan spread-sheet.
Waktu yang didapat setelah melakukan pengolahan data merupakan waktu
normal pada setiap elemen pekerjaan. Waktu baku didapat dari waktu normal
yang paling minimum dikali dengan (1+faktor kesulitan). Faktor kesulitan ini
dilihat dari topografi, dan ketinggian pohon. Secara umum akan dijelaskan pada
bagan alir dan beberapa formula hitung yang digunakan sebagai berikut ini.


Wn =
............................................………………..
FK = WKa – Wn
............................................................
Wn
Wb = Wn x (1 + FK) .......................……….........................
Keterangan:

N
Wn
Wka
FK
Wb

= Jumlah data yang digunakan
= Data pengukuran ke-i
= Waktu normal
= Waktu kerja aktual
= Faktor kesulitan
= Waktu baku

(1)
(2)
(3)

7

Mulai
Mempelajarkegiatan
pemanenan kelapa sawit
dan tata cara kerja pemanen

Tahap Pendahuluan

Pengolahan Data

Rekaman Video
Proses Pemanenan
kelapa sawit

Faktor kesulitan
per elemen kerja

Konversi Video ke
Waktu

Analisa elemen kerja

Waktu Normal per
elemen kerja(s)

Analisis Faktor
Kesulitan

Waktu Baku per
elemen kerja (s)

Total Waktu Baku
kerja (s/tandan)

Kapasitas tandan
(tandan/jam)

Jam Kerja
Efektif
(jam/hari)

Kapasitas panen
(tandan/hari)

Optimasi sekuensial
kerja

N
Sekuen optimal
Y
Rekomendasi Tata Laksana Kerja
Optimal

Selesai

Gambar 2 Diagram alir tahapan penelitian

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanenan Kelapa Sawit
Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang
panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta
menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Sistem panen terdiri dari
dua, yaitu ancak tetap dan ancak giring. Ancak tetap adalah setiap pemanen diberi
ancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari itu.
Ancak giring adalah setiap pemanen diberikan ancak per baris tanaman dan
digiring bersama-sama (Koedadiri et al. 2005).
Kelapa sawit yang dipanen di perkebunan Pasangkayu harus memiliki
kriteria tandan buah berwarna merah oranye dan sudah fraksi dua. Di mana Fraksi
dua memiliki arti dua brondolan dipiringan setiap 1 kilogram bobot tandan. Selain
itu, terdapat 10 buah brondolan yang ada dipiringan. Berikut merupakan Tabel 3
derajat kematangan buah kelapa sawit dan beberapa peralatan yang digunakan
beserta fungsinya pada Tabel 4 dan Gambar 3.

Fraksi
00
0
1
2
3
4
5

Tabel 3 Derajat kematangan buah kelapa sawit
Derajat
Jumlah brondolan yang jatuh
Kematangan
Sangat mentah, tidak ada buah yang
Sangat mentah
memberondol, warna buah hitam.
Bagian buah luar ada yang memberondol
Mentah
1%-12.5%.
12.5%-25% buah luar memberondol.
Kurang matang
25%-50% buah luar memberondol.
Matang 1
50%-75% buah luar memberondol.
Matang 2
75%-100% buah luar memberondol.
Lewat matang 1
Buah bagian dalam ikut memberondol.
Lewat matang 2

Sumber : Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir(Pohan 2004)

Tabel 4 Peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
No
Alat
Fungsi
1

Egrek

2

Dodos

3
4
5

Angkong
Gancu
Parang

6

Karung goni

Untuk memotong tandan kelapa sawit yang tinggi
pohon lebih dari 3 meter
Untuk memotong tandan kelapa sawit yang tinggi
pohon kurang dari 3 meter
Alat angkut tandan buah segar (TBS) dan brondolan
Alat muat dan bongkar TBS
Alat untuk memotong tangkai tandan buah sawit
sehingga membentuk cangkam kodok atau huruf V
pada bekas potongannya
Untuk menampung brondolan

9

(a)

(c)

(b)

a)

(d)

(e)

Gambar 3 Peralatan yang digunakan pada pemanenan kelapa sawit, (a) Egrek, (b)
Pisau dodos, (c) Gancu, (d) Angkong, (e) Parang.
Menurut Syuaib et al (2012), adanya pembagian operasi pada kegiatan
pemanenan dapat dijadikan beberapa elemen kerja guna mempermudah
menganalisa aktivitas pemanenan kelapa sawit. Pembagian elemen kerja tersebut
didefinisikan sebagai berikut (Syuaib et al.2012). Dari aktivitas pemanenan
kelapa sawit tersebut akan mendapatkan pola keseragaman kerja. Aktivitas
pemanenan kelapa sawit dapat diuraikan menjadi 9 elemen kerja. Elemen kerja
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
No
Elemen Kerja
Lambang Huruf
1
Mengidentifikasi/verifikasi tandan matang
Ve
2
Menyiapkan alat panen
Pr
3
Memotong tandan dan pelepah
CuD/CuE
4
Mencacah dan memindahkan pelepah
Ba
5
Memuat tandan ke angkong
Lo
6
Memungut brondolan
Br
7
Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain
Mo
8
Membongkar dan merapihkan tandan di TPH
Un
9
Membuang sisa TBS/cangkam kodok
Ck

10

Pr

Ve

CuD/CuE

Ba

Lo

Mo

Un

Br

Ck

Gambar 4 Kegiatanpemanenan kelapa sawit
Elemen Kerja Mengidentifikasikan Buah Matang (Verifikasi : Ve)
Elemen kerja ini dilakukan oleh mata. Gerakan ini dimulai ketika mata
pemanen mulai mencari tandan buah yang masak dengan melihat jumlah
brondolan yang ada di piringan sebanyak 10 buah serta melihat warna tandan
buah tersebut dan berakhir ketika buah yang matang telah ditemukan.
Elemen Kerja Menyiapkan Alat Panen (Preparasi : Pr)
Elemen kerja ini dimulai pada saat pemanen sudah menentukan pohon
mana yang akan dipanen dan mengatur panjang egrek untuk tanaman yang
mempunyai tinggi lebih dari 3 meter dan menegakkannya hingga pisau ataupun
dodos menyentuh TBS.

11

Elemen Kerja Memotong Pelepah dan Tandan ( Cutting Egrek : CuE/
Cutting Dodos : CuD)
Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai mengarahkan egrek ke
pelepah/tandan dan kemudian memotong pelepah/tandan sampai pelepah/tandan
tersebut. Gerakan ini biasanya tidak hanya dilakukan dalam sekali tarikan, tetapi
berulang-ulang sampai pelepah dan tandan benar-benar terpotong. Gerakan ini
dilakukan oleh kedua tangan dan termasuk gerakan yang efektif. Ketinggian
pohon dibedakan menjadi 4 bagian yaitu ketinggian pohon < 3 m (E1), ketinggian
pohon 3-6 m (E2), ketinggian pohon 6-12 m (E3) dan ketinggian pohon lebih dari
12 m (E4).
Elemen Kerja Mencacah dan Memindahkan Pelepah ( Branching : Ba)
Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen menggerakan tangannya untuk
mengambil parang dan mencacah pelepah. Selanjutnya pemanen membawa
pelepah tersebut untuk dipindahkan ke gawangan mati dan berakhir ketika
pemanen melepas pelepah atau sudah tidak lagi menyentuh pelepah tersebut.
Elemen Kerja Memungut Brondolan (Brondolan : Br)
Elemen kerja ini dimulai ketika tangan mulai mengambil serokan dan garu
dan mata mulai bergerak memilih brondolan yang tercampur dengan serasah,
tanah, dll yang ada di piringan dan berakhir saat brondolan telah diambil
semuanya. Elemen kerja ini dilakukan dengan tangan kanan dan kiri. Tangan
kanan memegang garu seraya memungut brondolan dan tangan kiri memegang
serokan. Namun ada beberapa pemanen yang memungut brondolan dengan kedua
tangan dan langsung diletakkan pada angkong.
Elemen Kerja Memuat Tandan ke Angkong ( Loading : Lo)
Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen menggerakan tangannya untuk
mengambil gancu sampai pemanen menancapkan gancu tersebut ke TBS.
Selanjutnya pemanen membawa TBS tersebut untuk dipindahkanke angkong dan
berakhir ketika pemanen melepas TBS atau sudah tidak lagi menyentuh TBS
tersebut. Elemen kerja ini dilakukan oleh satu tangan. Namun terkadang ketika
TBS mempunyai beban yang lebih berat pemanen menggunakan kedua tangannya
untuk memindahkan TBS tersebut.
Elemen Kerja Perpindahan dari Satu Tempat ( Moving : Mo)
Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai berjalan menuju pohon
berikutnya atau menuju TPH untuk membongkar muatan angkong dan berakhir
ketika sudah tidak melakukan perpindahan lagi. Dalam aktivitas pemanenan
kelapa sawit, perpindahan ini terbagi menjadi 4 macam yaitu pertama perpindahan
dengan membawa angkong kosong (UDA), kedua perpindahan dengan membawa
TBS (MoT), ketiga perpindahan dengan membawa angkong dan tandan (MoAT),
keempat perpindahan tanpa membawa angkong dan tandan (UDK). Perpindahan
dengan membawa angkong kosong (UDA) dan perpindahan tanpa membawa
tandan dan angkong (UDK) termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan
(unavoidable delay).

12

Elemen Kerja Membongkar dan Merapikan Tandan di TPH (Unloading :
Un)
Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen tiba di TPH kemudian
membongkar muatan tersebut. Selanjutnya menyusundanmerapikan TBS. Elemen
kerja ini berakhir ketika TBS sudah tersusun rapi.
Elemen Kerja Membuang Sisa TBS ( Cangkam Kodok : Ck)
Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai mengarahkan parang ke tangkai
TBS dan kemudian memotong tangkai TBS sampai tangkai tersebut terpotong.
Dari hasil pengamatan, gerakan ini biasanya dilakukan dalam 1-2 ayunan. Namun
terkadang tidak hanya dilakukan dalam 1-2 ayunan, tetapi berulang-ulang sampai
tangkai benar-benar terpotong. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran tandan tersebut
dan juga ketajaman dari parang tersebut.

Analisis Waktu Kerja
Sesuai dengan batasan masalah yang diuraikan, bahwa aktivitas pemanenan
kelapa sawit dimulai dari pemanen membawa egrek/dodos. Selanjutnya pemanen
mengidentifikasi/mencari tandan buah matang dengan melihat brondolan yang
berada di pinggiran berjumlah 10 buah. Setelah memastikan buah matang,
pemanen menyiapkan alat panen (egrek) sesuai dengan ketinggian pohon yang
dipanen. Kemudian pemanen memotong pelepah terlebih dahulu yang menyangga
tandan kemudian memotong tandan sawit. Biasanya memanen dengan
menggunakan egrek harus menurun pelepah terlebih dahulu sementara memanen
dengan menggunakan dodos langsung memotong tandan sawit. Kemudian
pemanen memindahkan pelepah dan menyusunnya di gawangan mati.
Proses pemanenan dilanjutkan dengan memotong tangkai TBS yang masih
panjang dengan menggunakan parang serta menomori tandan buah segar TBS
tersebut. Sisa tangkai tidak boleh lebih dari 2 cm. Pemanen kemudian pindah ke
pohon berikutnya hingga jumlah tandan yang dipanen cukup. Pemanen membawa
angkong kosong untuk mengangkut tandan-tandan yang telah dipanen tersebut
dengan mengambil brondolan disetiap pohon dan memasukkannya ke dalam
angkong. Setelah angkong terisi penuh dengan TBS, pemanen membawa angkong
bermuatan tersebut menuju tempat pengumpulan terakhir (TPH). Pemanen
menyusun dan merapikan TBS sementara brondolan dimasukkan ke dalam karung
yang telah disediakan di TPH.
Pekerjaan pemanenan tersebut dilakukan seluruhnya oleh pekerja pria
dikarenakan mayoritas pekerjaannya membutuhkan tenaga yang besar seperti
memotong dan mengangkutnya sampai ke tempat pengumpulan hasil (TPH) yang
membutuhkan fisik yang kuat dan tahan terhadap sengatan panas matahari. Ouput
dari pekerjaan ini yaitu kapasitas panen tandan buah yang diperoleh pekerja
selama bekerja. Pekerjaan ini dilakukan setiap hari Senin hingga hari Sabtu mulai
dari pagi sampai siang. Urutan aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat dilihat
pada Gambar 5.

13

Mulai

Mengidentifikasi/verifikasi tandan masak (Ve)
Menyiapkan peralatan (Pr)

Mencacah dan memindahkan pelepah ke gawangan mati
(Ba)

Memotong sisa tangkai TBS (Ck)

Pohon berikutnya

Memotong tandan dan pelepah (Cu)

Belum
Satu baris
Tanaman ?
Sudah

Berjalan dan mengambil angkong
(UDK & UDA)

Memuat TBS ke angkong (Lo)
Belum

Pohon
berikutnya

Memungut brondolan (Br)

Angkong
Penuh ?
Sudah

Pohon berikutnya

Membawa angkong bermuatan tandan (MoAT)
Membongkar dan merapihkan TBS di TPH (Un)

Belum
Semua TBS
sudah
dipindahkan ?
Sudah

Selesai

Gambar 5 Urutan proses pemanenan kelapa sawit

14

Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan pemanen untuk melakukan
serangkaian kegiatan pemanenan kelapa sawit tanpa memperhitungkan faktor lain
dalam kondisi sealami/senormal mungkin. Di mana faktor lain merupakan kondisi
yang dapat mempercepat atau memperlambat waktu yang diperlukan dalam
pemanenan. Oleh karena itu, waktu normal untuk aktivitas pemanenan masingmasing pemanen untuk variabel kondisi kerja dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan tabel 6 dibawah terlihat waktu normal rata-rata pemanen
kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja pada kondisi kerjanya. Elemen
kerja mengidentifikasikan tandan matang (Ve) untuk seluruh pemanen di lokasi
tersebut memiliki waktu minimum sebesar 6.50 detik dan waktu maksimum
sebesar 21.00 detik. Waktu minimum ini diperoleh dari waktu rata-rata pemanen
A, sementara untuk waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen I.
Nilai koefisien keragaman (CV) sebesar 0.32, nilai ini menunjukkan bahwa data
pada elemen kerja Ve relatif baik. hal ini disebabkan karena nilai koefisien pada
elemen Ve bernilai lebih kecil dari nilai CV yang ditetapkan pada perhitungan
waktu ini yaitu 40%.
Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) untuk seluruh pemanen di lokasi
memiliki waktu minimum sebesar 7.00 detik, sementara waktu maksimum sebesar
37.88 detik. Waktu minimum ini diperoleh dari waktu rata-rata pemanen F dan
waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen I. Nilai koefisien
keragaman yaitu 0.4, nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki keragaman data
yang relatif baik dari nilai CV yang telah ditetapkan yaitu sebesar 40%.
Elemen kerja memotong pelepah dan tandan (Cu) untuk seluruh pemanen di
lokasi, untuk ketinggian pohon 0-3 meter dengan menggunakan dodos, memiliki
nilai minimum sebesar 19.41 detik dan waktu maksimum sebesar 19.75 detik.
Waktu minimum ini diperoleh dari waktu rata-rata pemanen D dan waktu
maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen G. Nilai koefisien keragaman
sebesar 0.01, nilai ini menunjukkan bahwa CuD memiliki keragaman data yang
relatif baik dari nilai CV yang telah ditetapkan yaitu 40%. Selain itu juga pada
pemanenan menggunakan dodos jumlah pemanen yang melakukan panen pada
lahan tersebut hanya dua pekerja yang dapat direkam.
Elemen kerja Cu pada ketinggian 0-3 meter dengan menggunakan egrek
(E1) pada lahan flat (F1) memiliki waktu minimum sebesar 20.25 detik dan waktu
maksimum sebesar 89.50 detik. Waktu minimum ini diperoleh dari waktu ratarata pemanen F dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen G.
Nilai koefisien keragaman sebesar 0.63 lebih besar dari nilai CV yang telah
ditetapkan yaitu 40%. Oleh karena itu, 63% data waktu pada elemen kerja CuE1
beragam. Hal ini disebabkan adanya faktor yang terdapat di lokasi yaitu pemanen
melakukan beberapa kali tarikan agar pelepah dan tandan dapat terpotong.
Elemen kerja Cu pada ketinggian 3-6 meter dengan menggunakan egrek
(E2) pada lahan flat (F2) memiliki waktu minimum sebesar 11.25 detik dan waktu
maksimum sebesar 24.50 detik. Waktu minimum ini diperoleh dari waktu ratarata pemanen B dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen N.
Nilai koefisien keragaman yaitu 0.37, nilai ini menunjukkan bahwa CuE2 pada
lahah F2 memiliki keragaman data yang relatif baik dari nilai CV yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 40%.

15

Elemen kerja Cu pada ketinggian 6-12 meter dengan menggunakan egrek
(E3) pada lahan flat (F3) memiliki waktu minimum sebesar 25.20 detik dan waktu
maksimum sebesar 108.00 detik. Waktu minimum ini diperoleh dari waktu ratarata pemanen J dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen D.
Nilai koefisien keragaman sebesar 0.45 lebih besar dari nilai CV yang telah
ditetapkan yaitu 40%. Oleh karena itu, 45% data pada elemen kerja CuE3 pada
lahan F3 beragam. Hal ini disebabkan adanya faktor yang terdapat di lokasi yaitu
ketinggian pohon yang dipanen dan pemanen melakukan beberapa kali tarikan
agar pelepah dan tandan dapat terpotong.
Elemen kerja Cu pada ketinggian lebih dari 12 meter dengan menggunakan
egrek (E4) pada lahan flat(F4) memiliki waktu minimum sebesar 101.25 detik dan
waktu maksimum sebesar 120 detik. Waktu minimum ini diperoleh dari waktu
rata-rata pemanen D dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata
pemanen A. Nilai koefisien keragaman sebesar 0.08, nilai ini menunjukkan bahwa
CuE4 pada lahah F4 memiliki keragaman data yang relatif baik dari nilai CV yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 40%.
Elemen kerja Cu pada ketinggian 3-6 meter dengan menggunakan egrek
(E2) pada lahan rolling (R2) memiliki waktu sebesar 44.88 detik oleh pemanen E.
Pada elemen kerja ini tidak memiliki nilai koefisien keragaman. Hal ini
disebabkan karena pada elemen kerja ini terdapat data satu pemanen untuk
kegiatan pemanenan tersebut.
Elemen kerja Cu pada ketinggian 6-12 meter dengan menggunakan egrek
(E3) pada lahan rolling (F3) memiliki waktu minimum sebesar 73.00 detik dan
waktu maksimum sebesar 110.44 detik. Waktu minimum ini diperoleh dari waktu
rata-rata pemanen E dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata
pemanen H. Nilai koefisien keragaman sebesar 0.20, nilai ini menunjukkan CuE3
pada lahan R3 memiliki keragaman data yang realtif baik dari nilai CV yang telah
ditentukan yaitu sebesar 40%.
Elemen kerja Cu pada ketinggian lebih dari 12 meter dengan menggunakan
egrek (E4) pada lahan rolling(R4) memiliki waktu minimum sebesar 28.30 detik
dan waktu maksimum sebesar 50.40 detik. Waktu minimum ini diperoleh dari
waktu rata-rata pemanen L dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata
pemanen O. Nilai koefisien keragaman sebesar 0.28, nilai ini menunjukkan bahwa
CuE4 pada lahah R4 memiliki keragaman data yang relatif baik dari nilai CV
yang telah ditetapkan yaitu sebesar 40%.
Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) untuk seluruh
pemanen di lokasi, memiliki waktu minimum sebesar 7.70 detik dan waktu
maksimum sebesar 52.71 detik. Waktu minimum diperoleh dari rata-rata waktu
pemanen C dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen I. Nilai
koefisien keragaman sebesar 0.38, nilai ini menunjukkan bahwa elemen Ba
memiliki keragaman data yang relatif baik dari nilai CV yang telah ditetapkan
yaitu sebesar 40%.
Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) untuk seluruh pemanen di
lokasi, memiliki waktu minimum sebesar 5.50 detik dan waktu maksimum sebesar
22.50 detik. Waktu minimum diperoleh dari rata-rata waktu pemanen A dan
waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen L. Nilai koefisien
keragaman sebesar 0.47 lebih besar dari nilai CV yang telah ditetapkan yaitu 40%.
Oleh karena itu, 47% data pada elemen Ck beragam. Hal ini dapat terjadi

16

pemotongan sisa tangkai yang berulang-ulang akibat kurangnya ketajaman parang
yang digunakan.
Elemen kerja memungut brondolan (Br) untuk seluruh pemanen di lokasi,
memiliki waktu minimum sebesar 14.63 detik dan waktu maksimum sebesar
112.33 detik. Waktu minimum diperoleh dari rata-rata waktu pemanen P dan
waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen D. Nilai koefisien
keragaman sebesar 0.56 lebih besar dari nilai CV yang telah ditetapkan yaitu 40%.
Oleh karena itu, 56% data pada elemen Br beragam. Hal ini disebabkan pada
masing-masing subjek dalam memungut dan mengambil brondolan yang ada.
Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) untuk seluruh pemanen di
lokasi, memiliki waktu minimum sebesar 3.00 detik dan waktu maksimum sebesar
44.38 detik. Waktu minimum diperoleh dari rata-rata waktu pemanen C dan
waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen I. Nilai koefisien
keragaman sebesar 0.62 lebih besar dari nilai CV yang telah ditetapkan yaitu 40%.
Oleh karena itu, 62% data pada elemen Lo beragam. Hal ini disebabkan berat
TBS yang dihasilkan sehingga pemanen membutuhkan waktu yang lebih untuk
memuatkan TBS ke angkong.
Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong (UDA) untuk seluruh
pemanen di lokasi, memiliki waktu minimum sebesar 6.00 detik dan waktu
maksimum sebesar 93.00 detik. Waktu minimum diperoleh dari rata-rata waktu
pemanen F dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen M.
Nilai koefisien keragaman sebesar 0.62 lebih besar dari nilai CV yang telah
ditetapkan yaitu 40%. Oleh karena itu, 62% data pada elemen UDA beragam. Hal
ini disebabkan jarak antara TPH dan ancak cukup jauh.
Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun (UDK) untuk seluruh
pemanen di lokasi, memiliki waktu minimum sebesar 4.00 detik dan waktu
maksimum sebesar 129.67 detik. Waktu minimum diperoleh dari rata-rata waktu
pemanen C dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen O. Nilai
koefisien keragaman sebesar 0.91 lebih besar dari nilai CV yang telah ditetapkan
yaitu 40%. Oleh karena itu, 91% data pada elemen UDK beragam. Hal ini
disebabkan jarak tempuh pemanen untuk mengambil angkong yang diletakkan
jauh.
Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) untuk seluruh
pemanen di lokasi, memiliki waktu minimum sebesar 4.50 detik dan waktu
maksimum sebesar 57.00 detik. Waktu minimum diperoleh dari rata-rata waktu
pemanen D dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen J. Nilai
koefisien keragaman sebesar 0.97, nilai ini menunjukkan bahwa 97% data pada
elemen kerja MoT beragam. Hal ini disebabkan adanya faktor seperti jarak tandan
yang jatuh jauh dari penyimpanan angkong sehingga pemanen berjalan menuju
angkong dengan membawa tandan.
Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan (MoAT)
untuk seluruh pemanen di lokasi, memiliki waktu minimum sebesar 9.71 detik
dan waktu maksimum sebesar 51.00 detik. Waktu minimum diperoleh dari ratarata waktu pemanen D dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata
pemanen O. Nilai koefisien keragaman sebesar 0.50 lebih besar dari nilai CV
yang telah ditetapkan yaitu 40%. Oleh karena itu, 50% data pada elemen UDA
beragam. Hal ini disebabkan adanya faktor seperti jarak antar pohon yang cukup
jauh.

17

Elemen kerja membongkar dan merapikan TBS di TPH (Un) untuk seluruh
pemanen, memiliki waktu minimum sebesar 3.50 detik dan waktu maksimum
sebesar 17.50 detik. Waktu minimum diperoleh dari rata-rata waktu pemanen G
dan waktu maksimum diperoleh dari waktu rata-rata pemanen H. Nilai koefisien
keragaman sebesar 0.42 lebih besar dari nilai CV yang telah ditetapkan yaitu 40%.
Oleh karena itu, 42% data pada elemen UDA beragam. Hal ini disebakan adanya
faktor seperti pada pemanen mengangkat angkong sehingga TBS keluar yang
kemudian TBS tersebut disusun rapi oeh pemanen.
Kegiatan menganggur (AD) untuk seluruh pemanen memiliki waktu
minimum sebesar 6.00 detik dan waktu maksimum sebesar 140.50 detik. Waktu
minimum ini diperoleh oleh pemanen B sementara waktu maksimum diperoleh
pemanen H. Biasanya kegiatan mengganggur ini dilakukan pemanen seperti
berbicara, berdiam diri sejenak dan sebagainya.

18

18

Tabel 6 Waktu rata-rata masing-masing pemanen untuk setiap elemen kerja pada variabel kondisi kerja.
Waktu rata-rata setiap pemanen untuk elemen kerja (det)
Subjek

Cu
Ve

UD

Pr

Ba
D

A

6.50

14.50

B

8.33

12.00

F1

F2

F3

F4

R2

R3

40.00

10.39

19.80

E

12.33

16.14

F

10.50

7.00

G

8.20

10.00

H

15.67

22.20

Un
K

9.20
20.00

47.83

3.00

45.25

38.62

7.76

112.33

3.86

32.80

40.80

10.11

52.86

3.00

8.00

20.25

15.67

6.15

15.50

4.67

6.00

89.50

38.23

8.09

78.00

5.83

20.60

6.50

74.00

24.75

78.20

73.80

72.00

44.38

72.80

25.50

33.00

41.50

56.71

101.25
44.88

73.00

110.44

I

21.00

37.88

59.63

52.71

19.63

J

13.25

17.44

25.20

21.00

14.11

K

18.50

16.40

40.90

L

16.25

16.89

M

14.00

26.10

N

11.00

O

19.00

14.90

P

19.00

21.29

Average

13.59

18.04

19.58

54.88

17.88

54.80

110.63

44.88

91.72

SD

4.35

7.28

0.17

34.63

6.63

24.44

9.38

0.00

18.72

CV

0.32

0.40

0.01

0.63

0.37

0.45

0.08

0.00

Min

6.50

7.00

19.41

20.25

11.25

25.20

101.25

44.88

Max

21.00

37.88

19.75

89.50

24.50

108.00

120.00

44.88

110.44

AD

AT
14.00

7.70
108.00

T

5.50

18.00

19.41

19.75

Mo

Lo
A

40.50

C
D

Br

R4

120.00
11.25

Ck

7.00

6.00

4.00
4.50

4.67

10.33

7.14

7.00

9.71

8.00

11.64

10.50

7.00

29.40

7.00

25.33

5.33

11.57

9.00

24.25

3.50

17.67

38.10

17.50

140.50

34.13

7.26

21.00

27.60

12.65

19.00

4.00

15.00

9.67

27.70

10.37

57.00

26.80

6.20

48.70

6.20

24.80

22.50

18.50

21.70

17.75

40.20

12.60

36.70

12.80

93.00

24.00

29.50

16.00

25.50

16.00

25.75

102.00

31.10

9.90

50.00

29.60

70.00

129.67

51.00

42.67

21.00

14.63

33.56

41.00

28.33

15.00

10.29

39.35

30.56

12.20

49.73

17.31

44.34

45.57

20.10

23.67

8.73

28.75

11.05

11.72

5.72

27.67

13.35

27.35

41.51

19.54

11.82

3.64

40.09

0.20

0.28

0.38

0.47

0.56

0.77

0.62

0.91

0.97

0.50

0.42

1.39

73.00

28.30

7.70

5.50

14.63

3.00

6.00

4.00

4.50

9.71

3.50

6.00

50.40

52.71

22.50

112.33

44.38

93.00

129.67

57.00

51.00

17.50

140.50

28.30
50.60
24.50
59.30

50.40

23.00

10.80

19

Waktu Normal Rata-rata pemanen
Waktu normal yang digunakan dalam perhitungan waktu baku diperoleh
dari waktu normal yang paling minimum dari waktu rata-rata dengan kondisi yang
bersifat alami yaitu topografi flat dan ketinggian pohon kurang dari 3 meter
dengan menggunakan egrek. Waktu normal rata-rata pemanen pada kondisi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Waktu normal rata-rata pemanen pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
(topografi flat dan ketinggian pohon < 3 meter dengan alat panen egrek)
Elemen
Kerja
Ve
Pr
Cu
Ba
Ck
UD
Lo
Br
Mo
Un
AD

D
E1

A
K

T
AT

Subjek
F

G

Rata-rata
(detik)

10.50
7.00

8.20
10.00

9.35
8.50

1.15
1.50

0.12
0.18

8.20
7.00

20.25
15.67
6.15
6.00
4.67
4.67
15.50
7.00
25.33
5.33
11.57

89.50
38.23
8.09

54.88
26.95
7.12
6.00
4.67
5.25
46.75
8.00
24.79
4.42
14.62

34.63
11.28
0.97
0.00
0.00
0.58
31.25
1.00
0.54
0.92
3.05

0.63
0.42
0.14
0.00
0.00
0.11
0.67
0.13
0.02
0.21
0.21

20.25
15.67
6.15
6.00
4.67
4.67
15.50
7.00
24.25
3.50
11.57

5.83
78.00
9.00
24.25
3.50
17.67

SD
(detik)

KK

Waktu Normal
(detik)

Berdasarkan Tabel 7 terdapat dua pemanen yang melakukan aktivitas
pemanenan pada kondisi alamai tersebut yaitu pemanen subjek F dan G. Elemen
kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu rata-rata sebesar 9.35
detik dengan standar deviasi sebesar 1.15 detik. Nilai koefisien keragaman sebesar
0.12 nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki keragaman data yang relatif baik
karena nilai CV yang dihasilkan lebih kecil dari nilai CV yang telah ditetapkan
yaitu sebesar 40%.
Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu rata-rata sebesar
8.50 detik dengan standar deviasi sebesar 1.50 detik. Nilai koefisien keragaman
sebesar 0.18 nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki keragaman data yang
relatif baik karena nilai CV yang dihasilkan lebih kecil dari nilai CV yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 40%. Beberapa faktor yang menyebabkan bervariasinya
waktu Pr salah satunya ketika memanjangkan fiber tersebut bergantung pada
ketinggian pohon yang cukup besar di lokasi studi sehingga membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk menyiapkan alat panen.
Elemen kerja memotong pelepah dan tandan (Cu) dengan menggunakan
egrek (E1) memiliki waktu rata-rata sebesar 54.88 detik dengan standar deviasi
sebesar 34.63 detik. maka koefisien keragaman sebesar 0.63 lebih besar dari nilai
CV yang telah ditetapkan yaitu 40%. Oleh karena itu, 63% data waktu pada

20

elemen kerja ini beragam. Hal ini disebabkan adanya faktor lingkungan yang
menyebabkan bervariasinya waktu elemen kerja ini dilakukan yaitu pemanen
memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan.
Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba)memiliki waktu
rata-rata sebesar 26.94 detik dengan standar deviasi sebesar 11.28 detik. maka
koefisien keragaman sebesar 0.42 lebih besar dari nilai CV yang telah ditetapkan
yaitu 40%. Oleh karena itu, 42% data pada elemen kerja Ba beragam.Hal ini
disebabkan adanya faktor lingkungan yang menyebabkan bervariasinya waktu
elemen kerja ini dilakukan yaitu jarak perpindahan pelepah ke gawangan mati dan
besar kecilnya ukuran pelepah yang mempengaruhi waktu untuk elemen kerja Ba
ini.