Studi Gerak dan Aplikasinya untuk Peningkatan Efektivitas dan Keselamatan Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual

STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK
PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN
KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL

NUGRAHANING SANI DEWI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Gerak dan
Aplikasinya untuk Peningkatan Efektivitas dan Keselamatan Kerja Pemanenan
Kelapa Sawit Secara Manual adalah benar karya saya dengan arahan dan
bimbingan Dr Ir M. Faiz Syuaib, M.Agr sebagai pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Nugrahaning Sani Dewi
NIM F14090045

ABSTRAK
NUGRAHANING SANI DEWI. Studi Gerak dan Aplikasinya untuk Peningkatan
Efektivitas dan Keselamatan Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual.
Dibimbing oleh M. FAIZ SYUAIB.
Pemanenan kelapa sawit secara manual berpotensi menimbulkan
permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja. Pada penelitian ini studi gerak
dengan menggunakan analisis sudut gerak dan kesesuaiannya terhadap selang
alami gerakan (SAG) telah dilakukan. Manfaat yang diharapkan adalah kerja
gerak pemanenan lebih aman dan efektivitas kerja dapat ditingkatkan. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui pola distribusi resiko gerakan, tingkat resiko
gerak pada anggota tubuh pemanen dan membuat good practice model dengan
melakukan simulasi posisi dan gerakan yang aman untuk mengurangi resiko dan
meningkatkan produktivitas. Hasil analisis SAG terhadap prosedur pemanenan

yang dilakukan saat ini menunjukkan bahaya resiko ergonomi yang secara umum
terjadi pada semua anggota tubuh bagian atas, yaitu leher, bahu dan lengan bawah.
Penggunaan dodos terbukti lebih aman dibandingkan egrek untuk tinggi target
potong < 3 m dan optimal digunakan pada tinggi 1 m. Good practice model untuk
penggunaan egrek menunjukkan bahwa posisi ideal pemanen berada pada 30-45o
relatif dari posisi target pelepah atau tandan yang akan dipotong dengan rumus
jarak aman pemanen terhadap pohon � = 0.5 ℎ − � + 0.3, dimana h merupakan
tinggi target potong dan t merupakan tinggi pemanen.
Kata kunci: ergonomika, kelapa sawit, pemanenan, SAG, studi gerak.
ABSTRACT
NUGRAHANING SANI DEWI. Motion Study and The Application to Increase
the Effectiveness and Safety of Oil Palm Manual Harvesting. Supervised by M.
FAIZ SYUAIB.
Oil palm harvesting activities may cause manual occupational safety and
health problems. Motion study using natural range of motion (ROM) is needed to
repair the process of harvesting so the movement can be more efficient and the
fatigue can be reduced. Manual harvesting activities by using conventional tools
named ‘dodos’ and ‘egrek’ were studied in this research. The aims of this research
is to know the movement pattern and the risks distribution of the work motions,
determine the level of the motion risks of harvesting procedure to minimize the

risk. The result of ROM analysis show that the ergonomic risk occur in all of the
upper body, such as the neck, shoulder and forearm. It is revealed that ‘dodos’
more effective than ‘egrek’ for 3 m bunches’s height and be optimum for 1 m
bunches’s height. The good practice models for ‘egrek’ revealed that the ideal
position of harvester is 30-45o relative from the position of the bunch and the
formula for the distance is � = 0.5 ℎ − � + 0.3, where d is the distance between
harvester’s position and the tree, h is bunches’s height and t is the harvester’s
height.
Keywords : ergonomic, harvesting, motion study, oil palm, ROM.

STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK
PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN
KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT

NUGRAHANING SANI DEWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Studi Gerak dan Aplikasinya untuk Peningkatan Efektivitas dan
Keselamatan Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual
Nama
NIM

: Nugrahaning Sani Dewi
: F14090045

Disetujui oleh

Dr Ir M Faiz Syuaib, M.Agr
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, M.Eng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah ergonomika dengan judul Studi Gerak dan
Aplikasinya untuk Peningkatan Efektivitas dan Keselamatan Kerja Pemanenan
Kelapa Sawit Secara Manual.
Dengan diselesaikannya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis
ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Orang tua yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayangnya
hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Dr Ir M. Faiz Syuaib, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi, yang

selalu memberikan bimbingan, masukan, dan saran-sarannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr Ir Sam Herodian, MS dan Dr Ir Emmy Darmawati, M.Si selaku dosen
penguji, atas masukan dan saran-sarannya.
4. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Fakultas Teknologi
Pertanian yang telah membantu dan memberikan ijin pelaksanaan
penelitian.
5. Rekan-rekan Laboratorium Ergonomika dan seluruh teman-teman TMB
angkatan 46 yang selalu memberikan masukan dan semangat selama
penyusunan skripsi ini.
6. Teman-teman kosan sinabung (Kak Nura, Kak Esa, Sari, Fitri, Nadia, dan
Grevi) atas perhatian dan semangatnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
sebagai upaya perbaikan selanjutnya, serta penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juni 2013
Nugrahaning Sani Dewi


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA
METODE

3
11

Waktu dan Tempat


11

Peralatan dan Subjek Penelitian

11

Pelaksanaan Penelitian

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

24

Analisis Elemen Gerak dan Resiko Gerakan Cutting

24

Simulasi Posisi dan Gerak Kerja yang Aman


42

SIMPULAN DAN SARAN

51

Simpulan

53

Saran

54

DAFTAR PUSTAKA

54

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
Selang gerak dari beberapa zona gerakan
Karakteristik subjek penelitian tingkat resiko gerakan
Dimensi batang egrek dan dodos
Daftar parameter pengukuran tubuh
Data antropometri pemanen pada ketiga lokasi penelitian
Data selang gerak pemanen dengan menggunakan dodos (D) pada lahan
datar (F)
Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E1) pada
lahan datar (F) untuk kategori tinggi pohon 0-3m
Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E2) pada
lahan datar (F) untuk kategori tinggi pohon 3-6 m
Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E3) pada
lahan datar (F) untuk kategori tinggi pohon 6-12 m
Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E3) pada
lahan rolling (R) untuk kategori tinggi pohon 6-12 m
Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E4) pada
lahan datar (F) untuk kategori tinggi pohon 12-18 m
Jarak aman yang terbentuk dari simulasi posisi dan gerak kerja yang
aman untuk ketinggian target potong 3, 6, 12 dan 18 m

4
10
12
16
19
21
28
33
34
36
38
39
51

DAFTAR GAMBAR
1 Anggota tubuh manusia
2 Sistem penghubung (link) dari anggota gerak atas bagian kanan (right
upper limb)
3 Selang Alami Gerakan (SAG) tubuh manusia
4 Bagan alir penelitian
5 Tahapan proses pemanenan kelapa sawit
6 Kondisi lahan : (a) lahan datar (F) (b) lahan berbukit (R)
7 Bagian-bagian egrek :egrek, pisau egrek dan klem
8 Gambar ortogonal egrek
9 Pisau dodos yang digunakan pemanen
10 Gambar ortogonal dodos
11 Model antropometri pemanen kelapa sawit pada posisi berdiri normal
tampak samping
12 Parameter simulasi posisi dan gerak kerja yang aman
13 Tiga tahapan gerakan cutting dengan menggunakan dodos yang
dilakukan oleh subjek A5
14 Manekin subjek A5
15 Tiga tahapan gerakan cutting dengan menggunakan egrek yang
dilakukan oleh subjek C4
16 Manekin subjek C4
17 Grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada leher dengan
ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar

6
7
9
13
14
15
16
17
17
18
22
23
25
25
29
30
40

18 Grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada bahu dengan
ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar
19 Grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada leher dengan
ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar
20 Perbandingan Penggunaan Dodos dan Egrek Terhadap Besarnya Sudut
Gerak Kerja pada Leher, Bahu dan Lengan Bawah untuk Ketinggian
Target Potong < 3 m dan Lahan Datar (F)
21 Simulasi posisi dan jarak pemotongan dengan dodos untuk subjek
persentil 5 pada ketinggian pohon : (a) 1 m, (b) 2 m dan (c) 3 m
22 Gaya maksimal saat menarik (kiri) dan saat mendorong (kanan) dalam
pentuk presentase berat badan
23 Simulasi posisi dan jarak pada egrek untuk ketinggian maksimal 3m
24 Simulasi posisi dan jarak pada egrek untuk ketinggian maksimal 6 m
25 Simulasi posisi dan jarak pada egrek untuk ketinggian maksimal 12 m
26 Simulasi posisi dan jarak pada egrek untuk ketinggian maksimal 18 m
27 Gambaran perumusan jarak yang aman dalam contoh simulasi posisi
dan gerak kerja yang aman untuk tinggi target potong 6 m dengan
menggunakan tinggi pemanen persentil 5
28 Radius kerja pemanen untuk setiap kategori tinggi pohon

40
41

42
44
46
47
48
49
50

51
53

PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor penting untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat suatu pekerjaan. Undangundang No. 13 Tahun 2003 melindungi setiap pekerja/ buruh untuk memperoleh
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Agar dapat bekerja
dengan optimum dan memacu produktivitas yang tinggi, pekerja harus
memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan kerja dan memastikan bekerja
dalam kondisi yang aman. Tidak terkecuali pada proses budidaya kelapa sawit
yang memiliki banyak resiko kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Hasil penelitian Hendra dan Rahardjo (2009) tentang keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSD) pada pemanen kelapa sawit menyatakan bahwa resiko pekerjaan
pemanenan (panen dan muat) mempunyai kategori tinggi (skor 8-10) berdasarkan
metode Rapid entire Body Assessment (REBA). Selain itu, Syuaib et al. (2012)
dalam Laporan Hasil Kajian Ergonomi untuk Penyempurnaan Sistem dan
Produktivitas Kerja Panen-muat Sawit di Kebun PT Astra Agro Lestari
menyatakan bahwa pekerjaan memotong tandan dan pelepah (cutting)
menyebabkan zona bahaya yang beresiko pada leher, bahu, lengan/ siku dan
pergelangan kaki.
Menurut data BPS (2010), jumlah produksi minyak kelapa sawit pada tahun
2009 sebesar 13,872,602 ton kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi
sebesar 14,038,148 ton. Hal ini berdampak pada terus ditingkatkannya
produktivitas kelapa sawit yang mencapai 19.844.901 ton dan menempatkan
Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia (Ditjebun 2010). Kunci
daya saing minyak kelapa sawit terletak pada mutu. Bukan hanya mutu produk
yang dihasilkan saja tetapi juga mutu pengolahan, mutu management, mutu
lingkungan, mutu personal, serta mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
yang diterapkan pada perusahaan. Banyak sedikitnya kecelakaan kerja yang
terjadi pada suatu perusahaan akan mempengaruhi image perusahaan yang
berdampak langsung pada daya saing kelapa sawit di pasaran.
Aktivitas kerja di perkebunan kelapa sawit khususnya pekerjaan
pemanenan masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga manusia.
Kegiatan pemanenan tentu saja berpotensi untuk menimbulkan banyak
permasalahan K3 terhadap pemanen, seperti resiko nyeri otot akibat keseleo atau
terkilir karena mengangkat dan membawa beban berlebihan, melakukan pekerjaan
yang sama berulang-ulang dan bekerja dengan postur tubuh yang salah serta
resiko- resiko lain yang menyebabkan kelelahan kerja. Beban kerja fisik yang
terlalu berat, yakni yang melebihi kapasitas kemampuan tubuh manusia akan
menimbulkan kelelahan yang dapat terakumulasi. Apalagi kegiatan pemanenan
kelapa sawit dilakukan di lahan perkebunan yang sangat bervariasi situasi dan
kondisi lingkungannya serta keragaman tinggi pohonnya. Kondisi topografinya
ada yang berupa lahan datar, rawa dan berbukit. Kelelahan inilah yang pada
akhirnya akan menyebabkan seseorang merasa sakit atau cedera. Bahkan apabila
tidak memperhatikan faktor keselamatan dan prosedur yang benar dalam proses
pemanenan akan menyebabkan berbagai resiko yang berakibat fatal.

2
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan K3 bagi pemanen kelapa sawit.
Salah satunya dengan memahami keterbatasan manusia dari beban kerja yang
dibebankan pada anggota tubuh manusia, dan daya fisik manusia saat pemanen
bekerja untuk meminimumkan kelelahan pada sistem kerangka otot agar
produktivitas kerja dapat meningkat. Untuk itu diperlukan studi gerak yang
diperlukan untuk perbaikan proses pemanenan agar mempermudah pekerja.
Gerakan yang dihasilkan lebih efisien sehingga kelelahan kerja dapat dikurangi.
Studi gerak adalah metode pendekatan ergonomika yang diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas panen melalui peningkatan keselamatan, efektivitas,
efisiensi dan kenyamanan kerja. Rohman (2008) telah melakukan studi gerak
pada proses pemanenan tebu yang bertujuan untuk membuat sistem dan metode
yang lebih baik dengan menguraikan siklus kerja berdasarkan 17 gerakan
THERBLIGS. Sedangkan studi gerak yang akan diterapkan disini menggunakan
analisis sudut gerakan yang menyesuaikan selang alami gerakan (SAG) yang
berasal dari Openshaw (2006) dan digolongakan berdasarkan data Mc Cormick
(1993). Metode ini juga dilakukan oleh Sari (2012) untuk menganalisis segmen
gerakan mencangkul untuk mendesain ganggang cangkul. Gerakan dengan SAG
yang benar akan mendukung peredaran darah yang lancar dan kelenturan tubuh
sehingga menghasilkan kenyamanan kerja, peningkatan produktifitas, mengurangi
kelelahan dan kelainan pada otot (Openshaw 2006).

Perumusan Masalah
1. Tuntutan tingginya produktivitas kelapa sawit dewasa ini belum diiringi
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja pada proses pemanenan
kelapa sawit .
2. Pekerjaan pemanenan masih dilakukan secara manual dan mengandalkan
tenaga manusia yang memiliki keterbatasan kapasitas kerja.
3. Tingginya resiko kerja pada proses pemanenan kelapa sawit.
4. Masih sangat terbatasnya data dan penelitian mengenai ergonomika,
keselamatan dan kesehatan kerja pada proses pemanenan kelapa sawit.

Tujuan Penelitian
Studi gerak yang dilakukan pada proses kegiatan pemanenan kelapa sawit
bertujuan untuk :
1. Menentukan tingkat resiko gerak pada anggota tubuh pemanen.
2. Mengetahui pola distribusi resiko gerak pada anggota tubuh pemanen saat
melakukan kegiatan pemanenan kelapa sawit yaitu pemotongan pelepah
dan tandan kelapa sawit secara manual dengan dodos dan egrek.
3. Membuat model simulasi posisi dan gerakan yang aman untuk mengurangi
resiko kerja.
4. Membuat good practice model berupa prosedur, posisi dan gerak yang
ideal.

3
Ruang Lingkup Penelitian
Agar dapat fokus dalam pemecahan masalah, maka diperlukan batasan
masalah dalam penelitian ini. Berikut ini adalah batasan-batasan terhadap masalah
yang akan dibahas, yaitu :
1.
Proses pemanenan kelapa sawit yang yang diteliti adalah pemotongan
pelepah dan Tandan Buah Segar (TBS).
2.
Pola distribusi resiko gerakan dianalisis dari data 2 dimensi.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemanenan Kelapa Sawit
Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga
pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2007). Pemanenan yang
menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang
pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit
akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis 1992). Selanjutnya Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen
didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang
panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana panen. Keseluruhan faktor tersebut
merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain.
Persiapan Panen
Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan
pekerjaan potong buah yaitu mempersiapkan kondisi areal, penyediaan tenaga
potong buah, pembagian seksi potong buah dan penyediaan alat-alat kerja. Alatalat kerja untuk pemootong buah yang digunakan berbeda berdasarkan tinggi
tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat
untuk memotong Tandan Buah Segar (TBS) berupa dodos dan egrek, alat untuk
bongkar muat TBS yaitu gancu dan tojok/tombak serta alat untuk membawa TBS
ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) yang terdiri dari angkong, goni, pikulan,
dan keranjang (Pahan 2008).
Kriteria Matang Panen dan Sistem Panen
Kiswanto et al. (2008) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit mulai
berbuah setelah 2,5 tahun dan masak sekitar 5,5 bulan setelah penyerbukan.
Kemudian, kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,
sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah
matang panen. Ciri-ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang
lepas/ jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau

4
sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman
berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir,
jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar
15-20 butir (Kiswanto et al. 2008). Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan
antara panen terakhir dengan panen berikutnya pada tempat yang sama.
Perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari,
artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari. Pada sistem
panen yang dilakukan, dikenal istilah seksi panen dan ancak. Pada sistem panen
yang dilakukan, dikenal dua istilah panen yaitu seksi panen dan ancak. Seksi
panen adalah luasan panen yang harus dituntaskan dalam 1 hari. Jumlah seksi
panen disusun menjadi 6 seksi yaitu A, B, C, D, E, F sehingga rotasi panen per
bulan bervariasi 3,5-4,5 kali. Penetapan seksi panen dilakukan searah atau
berlawanan dengan arah jarum jam sedangkan luasan setiap seksi ditentukan
berdasarkan perhitungan potensi produksi masing-masing blok dari hasil sensus
produksi semester. Sedangkan ancak adalah luasan panen yang harus dituntaskan
1 pemanen dalam 1 hari. Luasan ancak 2.5-3 ha untuk Tanaman Menghasilkan
(TM) tua dan 2-2.5 Tanaman Menghasilkan (TM) muda, penentuan ancak
berdasarkan topografi, ketersediaan pemanen dan produktivitas pemanen (Pahan
2008).
Tahapan Proses Pemanenan
Menurut Syuaib et al. (2012) aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat
diuraikan menjadi 9 elemen kerja yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Elemen Kerja
Mengidentifikasi/ verifikasi tandan matang
Menyiapkan alat panen
Memotong tandan dan pelepah
Mencacah dan memindahkan pelepah
Memuat tandan ke angkong
Memungut brondolan
Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain
Membongkar dan
merapihkan
tandan di
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
Membuang sisa Tandan Buah Segar (TBS)/
cangkam kodok

Lambang Huruf
Ve
Pr
CuD/CuE
Ba
Lo
Br
Mo
Un
Ck

5
Ergonomika
The International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan
ergonomika sebagai disiplin ilmu yang mempelajari pemahaman dasar tentang
interaksi antara manusia dan bagian lain dari sistem yang berkontribusi pada
rancangan tugas, pekerjaan, produk dan lingkungan agar sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan dan keterbatasan manusia. Sanders dan Cormick (1993) menyatakan
bahwa yang dilakukan ergonomika atau disebut juga dengan human factor adalah
mengubah alat dan lingkungan yang digunakan pekerja agar lebih cocok dengan
kemampuan (capabilities), keterbatasan (limitation), dan kebutuhan seseorang
(needs).
Implementasi dari ilmu ergonomika untuk merancang sebuah sistem yang
lebih baik adalah dengan menghilangkan aspek-aspek dari sebuah sistem yang
menghasilkan hal-hal yang tidak diinginkan, tidak dapat dikontrol dan tidak dapat
diperhitungkan, seperti ketidakefisienan (inefficiency), kelelahan kerja (fatigue),
kecelakaan kerja (accidents), cidera (injuries), kesalahan kerja (errors), kesulitan
pengguna dan rendahnya semangat kerja (low morale and apathy). Di dalam
ergonomika kesalahan-kesalahan tersebut dianggap sebagai permasalahan sebuah
sistem daripada permasalahan yang ditimbulkan oleh manusia (people problems).
Pada kasus proses pemanenan kelapa sawit kita dapat mengubah sistem kerja agar
lebih cocok dengan karakteristik pemanen dan berbagai keterbatasannya untuk
mengurangi ketidakefisienan (inefficiency), kelelahan kerja (fatigue), kecelakaan
kerja (accidents), cidera (injuries), dan kesalahan kerja (errors).

Tubuh Manusia dan Selang Alami Gerakan (SAG)
Tubuh manusia adalah sebuah sistem mekanis yang mengikuti aturan
hukum-hukum fisika (Bridger 2002). Postur tubuh dan mekanisme kontrol
keseimbangan tubuh penting untuk setiap aktivitas dasar kita. Kerusakan sistem
inilah yang membuat kita memiliki keterbatasan fisik. Pemahaman akan
keterbatasan fisik inilah yang menjadi dasar aplikasi ergonomika.
Tubuh manusia secara garis besar terdiri atas bagian tubuh atas (upper
body) dan bagian tubuh bawah (lower body) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Anggota tubuh atas terdiri dari kepala, punggung dan anggota gerak atas (upper
limbs) sedangkan anggota tubuh bawah terdiri dari anggota gerak bawah (lower
limbs) yang berupa tungkai atas (upper leg), tungkai bawah (lower leg) dan
telapak kaki (foot). Upper limbs sendiri terdiri dari bahu (shoulder), lengan bawah
(lower arm) dan telapak tangan (hand).

.

6

Gambar 1 Anggota tubuh manusiaa
a

Sumber : www.ergosystemconsulting.com

Jung et al. (1995) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tubuh manusia
terdiri dari multi–link system. Tubuh manusia terdiri dari banyak sudut derajat
bebas yang memberikan fleksibilitas gerakan. Hal ini juga diungkapkan oleh
Chaffin dan Anderson (1984) yang diacu oleh (Nurmianto 2004) yang
menyebutkan bahwa tubuh manusia terdiri dari 6 penghubung (link) yaitu:
1. Link lengan bawah, dibatasi sendi pergelangan tangan dan siku.
2. Link lengan atas, dibatasi sendi siku dan bahu.
3. Link punggung, dibatasi sendi bahu dan pinggul.
4. Link tungkai atas (paha), dibatasi sendi pinggul dan lutut.
5. Link tungkai bawah (betis), dibatasi sendi lutut dan mata kaki.
6. Link kaki, dibatasi sendi pergelangan kaki dan telapak kaki.
Lebih rinci lagi Jung et al. (1995) menjelaskan bahwa upper limb dibagi
menjadi 2 bagian yaitu bagian kanan dan kiri. Setiap upper limb terdiri dari 4
penghubung (link) yaitu badan (trunk), lengan atas (upper arm), lengan bawah
(lower arm), dan tangan (hand). Keempat link tersebut mempunyai 8 derajat bebas

7
pada hip joint (trunk flexion, trunk lateral bending, trunk rotation), shoulder joint
(flexion-extention, abduction-adduction, dan rotation) dan wirst joint (flexionextention). Contoh sistem dari upper limb bagian kanan dijelaskan pada Gambar 2.
Sedangkan link yang menghubungkan tungkai atas dan tungkai bawah adalah
sendi lutut sedangkan link yang menghubungkan tungkai bawah dengan telapak
kaki adalah sendi pergelangan kaki.

Gambar 2 Sistem penghubung (link) dari anggota gerak atas bagian kanan (right
upper limb) ( Jung et al. 1995)
Selang Gerak Alami (SAG)
Menurut Saladin (2011), range of motion (ROM) atau biasa kita sebut
dengan selang gerak adalah jumlah derajat bebas yang dapat dicapai oleh tulang
relatif terhadap sendi pada tulang. Misalnya pergelangan kaki mempunyai ROM
sekitar 74o dan lutut memiliki ROM sekitar 130o-140o. Selang gerak ini berakibat
pada fungsional anggota tubuh seseorang dan kualitas hidupnya. Sedangkan
menurut Openshaw (2006), tubuh manusia memiliki Selang Alami Gerakan
(SAG) atau natural range of motion. Gerakan dengan SAG yang benar akan
mendukung peredaran darah yang lancar dan kelenturan tubuh sehingga
menghasilkan kenyamanan kerja, peningkatan produktifitas, mengurangi
kelelahan dan kelainan pada otot. Dalam melakukan gerakan, pengguna
seharusnya menghindari gerakan yang berulang dan gerakan yang ekstrim pada
SAG selama periode waktu yang lama. Hal-hal tersebut tentunya akan
meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

8
Terdapat empat zona yang dihadapi manusia ketika duduk atau berdiri
(Openshaw 2006), yaitu:
1. Zona 0, yaitu merupakan zona yang dianjurkan untuk melakukan
sebagian besar gerakan. Pada zona ini terdapat tekanan minimal pada
otot dan sendi.
2. Zona 1 (zona hijau), yaitu zona dimana terjadi pergerakan sendi yang
lebih besar dari zona 0, merupakan zona yang masih dianjurkan untuk
melakukan sebagian besar gerakan.
3. Zona 2 (zona kuning), yaitu zona dimana terdapat banyak posisi tubuh
yang ekstrim. Pada zona ini terdapat lebih besar tekanan pada otot dan
sendi.
4. Zona 3 (zona merah), yaitu zona dimana terdapat sangat banyak posisi
tubuh yang ekstrim, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama
ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang dilakukan berulangulang.
Zona-zona diatas merupakan selang gerak dimana anggota gerak tubuh
dapat bergerak secara bebas. Pada SAG terdapat gerakan pergelangan tangan,
punggung, tulang belakang dan kaki. Gerakan-gerakan tersebut terdiri atas
gerakan fleksi (flexion), ekstensi (extension), deviasi ulnar (ulnar deviation),
adduksi (adduction), abduksi (abduction), membengkok kesamping (lateral bend)
dan berputar (rotation). Gerakan fleksi (flexion) adalah pergerakan dari segmen
tubuh dikerenakan penurunan sudut pada sendi, seperti membengkokkan
pergelangan tangan, bahu, punggung dan kaki. Ekstensi (extension) merupakan
pergerakan yang berlawanan arah dengan fleksi yang disebabkan penambahan
sudut pada sendi, seperti meluruskan pergelangan tangan, bahu, punggung dan
kaki. Adduksi (adduction) merupakan pergerakan segmen tubuh terhadap garis
tengah tubuh seperti ketika memindahkan lengan dari posisi horizontal ke posisi
vertikal. Abduksi (abduction) merupakan pergerakan segmen tubuh yang
menjauhi garis tengah tubuh seperti mengangkat lengan ke samping.
Sanders dan McCormick (1993) menyatakan bahwa Selang Alami Gerakan
(SAG) merupakan sejumlah gerakan yang melalui bagian tertentu yang terjadi
pada sendi dan dinyatakan dalam derajat pergerakan seperti dijelaskan pada
Gambar 3a dan Tabel 2. Selain itu contoh gerakan SAG lainnya berdasarkan
Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006) diberikan
pada Gambar 3 b.

9

(a)

(b)
Gambar 3 Selang Alami Gerakan (SAG) tubuh manusia
a

Sumber (a) Houy (1983) diacu dalam Sanders dan McCormick (1993) (b) Chaffin (1999) dan
Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006)

10
Tabel 2 Selang gerak dari beberapa zona gerakana
Selang dari zona gerakan (dalam °)
Gerakan

Siku terhadap lengan
tangan**

Zona 0

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Fleksi

0-28

29-62

63-124

125+

Supinasi

0-21

22-48

49-96

97+

Pronasi

0-13

14-29

30-59

60+

Ekstensi

0-7

8-16

17-32

33+

Fleksi

0-6

7-13

14-26

27+

Fleksi

0-21

22-48

49-94

95+

Adduksi

0-5

7-12

13-23

24+

Abduksi

0-12

13-27

28-53

54+

Fleksi

0-22

23-50

51-99

100+

Fleksi

0 – 10

11 – 25

26 – 50

51+

Ekstensi

0–9

10 – 23

24 – 45

46+

Deviasi Radial

0–3

4–7

8 – 14

15+

Deviasi Ulnar

0–5

6 – 12

13 – 24

25+

Fleksi

0 – 19

20 – 47

48 – 94

95+

Ekstensi

0–6

7 – 15

16 – 31

32+

Adduksi

0–5

6 – 12

13 – 24

25+

Abduksi

0 – 13

14 – 34

35 – 67

68+

Fleksi

0 – 10

11 – 25

26 – 45

46+

Ekstensi

0–5

6 – 10

11 – 20

21+

Rotasi

0 – 10

11 – 25

26 – 45

46+

Membengkok ke samping

0–5

6 – 10

11 – 20

21+

Fleksi

0–9

10 – 22

23 – 45

46+

Ekstensi

0–6

7 – 15

16 – 30

31+

Rotasi

0–8

9 – 20

21 – 40

41+

Membengkok ke samping

0–5

6 – 12

13 – 24

25+

Lengan tangan**

Pergelangan kaki**
Lutut**

Pinggul**

Pergelangan tangan*

Bahu*

Punggung*

Leher*

a

Sumber : *)Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006)
** )
Diolah berdasarkan data bersumber dari Houy 1983 diacu dalam Sanders dan McCormick 1993

11

METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2013 di Laboratorium
Ergonomika Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Sedangkan observasi dilakukan
pada bulan Juni sampai Agustus 2012 di PT Astra Agro Lestari, tbk yang
bertempat di tiga anak perusahaannya yaitu PT Sari Lembah Subur, Riau, PT
Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur dan PT Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Peralatan dan Subjek Penelitian
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat komputer
dan alat tulis. Komputer dan alat tulis ini digunakan untuk proses pengolahan data.
Beberapa perangkat lunak yang digunakan adalah spreadsheet, Computer Aided
Design (CAD) dan media capture photo.
Subjek
Subjek yang digunakan untuk mendapatkan data antropometri pemanen
kelapa sawit berjumlah 48 pemanen di PT Sari Lembah Subur, Riau, 43 pemanen
di PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur, dan 50 pemanen di PT
Pasangkayu, Sulawesi Barat. Sedangkan subjek yang diteliti untuk mengetahui
tingkat resiko gerakan pada proses pemanenan kelapa sawit berjumlah 9 pemanen
di PT Sari Lembah Subur, Riau, 5 pemanen di PT Waru Kaltim Plantation,
Kalimantan Timur, dan 11 pemanen di PT Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Karakteristik dari subjek dapat dilihat pada Tabel 3.

12
Tabel 3 Karakteristik subjek penelitian tingkat resiko gerakan
Subjek

Umur
(Tahun)

Tinggi
Badan (cm)

Berat
Badan (kg)

1

A1

27

167.0

61

2

A2

25

162.5

62

3

A3

29

159.0

55

A4

33

146.5

51

A5

39

160.0

64

6

A6

40

156.0

51

7

A7

29

157.0

48

8

A8

35

149.5

50

9

A9

36

159.5

57

10

B1

20

163.0

48

B2

33

155.0

59

B3

45

160.0

58

13

B4

21

170.0

60

14

B5

40

163.0

63

15

C1

32

154.2

55

16

C2

35

162.3

69

17

C3

28

171.0

63

18

C4

40

168.5

60

19

C5

35

175.0

62

C6

52

150.7

53

21

C7

32

155.8

52

22

C8

29

168.9

56

23

C9

38

156.0

55

24

C10

35

170.0

67

25

C11

34

178.0

60

No

Lokasi
Penelitian

4
5

PT Sari Lembah
Subur

11
12

20

PT Waru Kaltim
Plantation

PT Pasangkayu

Pelaksanaan penelitian
Penelitian yang dilakukan terdiri dari penelitian pendahuluan, pengolahan
data, analisis data, simulasi posisi dan gerakan yang aman. Secara umum akan
dijelaskan pada bagan alir berikut ini.

13

Mulai
Penelitian Pendahuluan
(Pengamatan prosedur kerja dan metode pemotongan tandan atau pelepah melalui
video pemanenan, penentuan subjek dan objek, mempelajari data antropometri dan
data dimensi alat panen)
Pengolahan Data

Video Panen
(resolusi 230 k
pixel)

Rekaman
Video (Motion
Picture) Proses
Pemotongan
Tandan dan
Pelepah

Data Dimensi
Alat Panen

Data
Antropometri

Pemotongan
Video
(Capture
Photo)

Foto (Still
Picture)

Model
Manekin
Pemanen

Analisis Data

Analisis
Gerak
(Motion
Analysis)

Pola dan
Data Sudut
Gerak
Tubuh

Pemilihan
Parameter
Antropometri
yang
Dibutuhkan

Analisis Resiko
Gerakan Berdasarkan
Selang Alami Gerakan
(SAG)

Tingkat dan Distribusi
Resiko Gerakan Setiap
Bagian Tubuh pemanen

Simulasi Posisi dan
Gerak kerja
Good practice model
(Prosedur, posisi dan gerak yang ideal)

Selesai
Gambar 4 Bagan alir penelitian

14
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengamati dan mempelajari
prosedur kerja dan metode pemotongan tandan dan pelepah dari rekaman video
proses pemanenan. Selain itu, kita juga memepelajari data antropometri pemanen
dan mengamati alat-alat yang digunakan dalam proses pemanenan. Rekaman
video, data antropometri dan dimensi alat pemanenan bersumber dari penelitian
Syuaib et al. (2012).
Rekaman video proses pemanenan Dari rekaman video yang ada,
selanjutnya dipilih rekaman video yang menunjukkan proses pemanenan dengan
jelas untuk dijadikan sampel. Langkah berikutnya adalah menentukan subjek
pemanen dari rekaman video yang sudah kita pilih. Dari pengamatan rekaman
video diketahui tahapan proses pemanenan, metode kerja, ketinggian pohon
kelapa sawit, kondisi lingkungan kerja seperti kondisi lahan, topografi dan cuaca
pada saat itu. Video proses pemanenan kelapa sawit pada penelitian ini diambil di
tiga lokasi yang merupakan anak perusahaan dari PT Agro Lestari, tbk yaitu PT
Sari Lembah Subur, Riau, PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur dan PT
Pasangkayu, Sulawesi Barat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada
ketiga lokasi pengambilan data, tahapan proses pemanenan hampir sama, yang
berbeda adalah variasi urutan tahapan proses pemanenannya saja. Secara umum,
tahapan proses pemanenan kelapa sawit ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Tahapan proses pemanenan kelapa sawit
Tahap Verifikasi (Ve) yaitu menentukan kematangan Tandan Buah Segar (TBS)
dengan berjalan di area kebun untuk melihat tingkat kematangan TBS baik
melalui jumlah berondolan yang jatuh di tanah ataupun melihat warna dari TBS
apabila tinggi tanaman masih dapat dijangkau oleh penglihatan pemanen. Setelah
melakukan verifikasi kematangan buah, pemanen menentukan pohon mana yang
akan diambil TBS dan melakukan persiapan alat (Pe) seperti mengatur panjang

15
egrek untuk tanaman yang mempunyai tinggi lebih dari 3 m. Setelah alat sudah
siap, alat ditegakkan sampai pisau egrek ataupun dodos menyentuh TBS untuk
selanjutnya dilakukan pemotongan TBS dan pelepah (Cu). TBS dan pelepah yang
berhasil dipotong dirapikan (Ba) dan dibuang pangkal tandannya. Pembuangan
pangkal tandan TBS di PT Pasangkayu biasa disebut dengan cangkam kodok (Ck)
oleh para pemanen karena bekas pemotongannya menyerupai mulut katak.
Berondolan yang jatuh berserakan dikutip oleh para pemanen untuk dikumpulkan
kembali di karung atau angkong (Br). Selanjutnya TBS yang sudah dibuang
pangkal tandannya dibawa dengan menggunakan angkong (Lo) ke Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH). Setelah sampai pada TPH, TBS diangkat dari angkong
dengan menggunakan gancu sejenis alat yang terbuat dari batang besi kolom
berbentuk sabit yang ujungnya tajam. TBS tersebut kemudian ditata dan diberi
tanda untuk diangkut (Un) oleh para petugas pengangkut dengan menggunakan
truk. Dari semua tahapan proses pemanenan tadi yang menjadi kajian utama
dalam penelitian ini adalah tahapan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah
yang merupakan inti kegiatan dari proses pemanenan. Dari rekaman video dapat
diketahui bahwa kondisi lahan berupa lahan kering yang berupa tanah mineral
dengan bentuk topografi berbukit (rolling) dengan kemiringan 8-40%, dan datar
(flat) dengan kemiringan 0-8 % berdasarkan pengukuran lereng dilapangan oleh
tim konsultan PT Agrimu Karsawidya tahun 1995. Gambar 6 menunjukan dua
macam kondisi lahan dalam proses pemanenan, yaitu lahan datar (F) dan lahan
berbukit (R).

(a)

(b)
Gambar 6 Kondisi lahan : (a) lahan datar (F) (b) lahan berbukit (R)

16
Data dimensi alat panen Berdasarkan pengamatan di tiga lokasi penelitian,
alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan pemotongan tandan kelapa sawit
dan pelepah hampir sama. Untuk tinggi pohon kurang dari 3 meter, alat yang
digunakan adalah dodos dan untuk tinggi diatas 3 m menggunakan egrek. Lebih
lanjut, gambar egrek yang ada ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Bagian-bagian egrek (a) egrek (b) pisau egrek (c) klem pada pipa egrek
Egrek yang digunakan oleh pemanen diberikan langsung dari perusahaan
sehingga untuk dimensi panjang dan diameter pipa yang dimiliki setiap pemanen
sama. Egrek terdiri dari 3 bagian yaitu pipa, pisau egrek dan klem penyambung.
Pipa terdiri dari 3 sambungan yang tiap sambungannya berukuran panjang 3 m,
dengan diameter pipa 1, 2 dan 3 secara berurutan adalah 4.4 cm, 3.8 cm dan 3.2
cm yang ditunjukkan pada Tabel 4. Sedangkan untuk panjang pisau egrek adalah
30 cm. Berikut ini disajikan Gambar 8 yang menunjukkan gambar ortogonal egrek
beserta dimensinya.

No
1
2
3
4

Tabel 4 Dimensi batang egrek dan dodos
Diameter Luar
Tebal
Bagian-bagian Alat
(cm)
(mm)
Pipa Sambungan Egrek 1
4.4
2
Pipa Sambungan Egrek 2
3.8
1.5
Pipa Sambungan Egrek 3
3.2
1.5
Pipa Dodos
3.2
1.5

Jenis Bahan
Pipa Aluminium
Pipa Aluminium
Pipa Aluminium
Pipa Galvanis

17

Gambar 8 Gambar ortogonal egrek (Arisandy 2013)
Dodos terdiri dari 2 bagian yaitu pipa dodos dan pisau dodos. Batang pipa terbuat
dari pipa galvanis dan mempunyai panjang yaitu 2.75 m. Berdasarkan Tabel 4
dodos mempunyai diameter luar sebesar 3.2 cm dan tebal 1.5 mm. Sedangkan
panjang pisaunya adalah 21 cm. Gambar 9 menunjukkan pisau dodos yang ada di
lapangan, sedangkan Gambar 10 menunjukkan gambar ortogonal dodos beserta
dimensinya.

18

Gambar 9 Pisau dodos yang digunakan pemanen

Gambar 10 Gambar ortogonal dodos (Arisandy 2013)
Data antropometri Data antropometri berasal dari 141 pemanen di tiga
lokasi pengambilan data dan terdiri dari 51 parameter pengukuran. Pengukuran
tubuh dilakukan pada posisi berdiri dan duduk. Daftar parameter data pengukuran
tubuh yang dijelaskan pada Tabel 5.

19
Tabel 5 Daftar parameter pengukuran tubuh
Posisi dan Ilustrasi Pengukuran

Posisi Berdiri

Posisi Duduk

No

Parameter Pengukuran

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

Berat badan
Tinggi badan
Tinggi mata
Tinggi bahu
Tinggi siku tangan
Tinggi pinggang
Tinggi pinggul
Tinggi genggaman tangan (knuckle)
Tinggi ujung tangan
Jangkauan tangan keatas terbuka
Jangkauan tangan keatas menggenggam
Jangkauan tangan kedepan terbuka
Jangkauan tangan kedepan menggenggam
Jengkal 2 tangan kesamping terbuka
Jengkal 2 tangan kesamping menggenggam
Jengkal 2 siku
Panjang telapak kaki
Lebar telapak kaki
Lebar telapak tangan
Diameter genggaman tangan
Panjang telapak tangan
Keliling genggaman tangan
Panjang ibu jari
Panjang jari telunjuk
Panjang jari tengah
Panjang jari manis
Panjang jari kelingking
Panjang jengkal tangan
Tinggi duduk
Tinggi mata
Tinggi bahu
Tinggi siku tangan
Jangkauan tangan keatas terbuka
Jangkauan tangan keatas menggenggam
Tinggi lutut
Tinggi lipatan lutut dalam
Jangkauan tangan kebawah terbuka
Jangkauan tangan kebawah menggenggam
Panjang lengan atas
Panjang lengan bawah terbuka
Panjang lengan bawah tergenggam
Jarak pantat lutut
Jarak pantat lipatan lutut dalam
Panjang leher
Lebar leher
Lebar bahu (biacromial)
Lebar bahu (bideltoid)
Lebar pinggul
Tebal dada
Tinggi dudukan paha
Panjang lengan

20
Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari pengolahan rekaman video, data antropometri
dan data dimensi alat panen.
Rekaman video proses pemanenan Rekaman video yang berisi tahapan
dan proses pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah diputar dengan
menggunakan media capture photo untuk selanjutnya dibagi menjadi elemenelemen gerak dengan mengubah data video (motion picture) menjadi bagianbagian foto (still photo) pergerakan pemanen setiap 5 detik gerakan. Setiap subjek
diambil 24 foto yang terdiri atas 8 kali pengulangan, setiap pengulangan terdiri
dari 3 foto. Tiga foto tersebut merupakan step gerakan pemotongan tandan kelapa
sawit dan pelepah yang terdiri dari 3 gerakan yang berbeda.
Data antropometri Pengukuran antropometri pemanen kelapa sawit dari
tiga lokasi penelitian menghasilkan data antropometri yang kemudian
digabungkan. Data antropometri dari 141 pemanen tersebut diolah untuk dicari
rata-rata, data ukuran tubuh minimum dan maksimum pemanen. Selain itu kita
menggunakan ukuran presentil dalam data antropometri yang berguna untuk
menunjukkan bahwa ukuran tubuh pemanen tersebut termasuk dalam kelompok
rata-rata, diatas atau dibawah rata-rata. Presentil yang digunakan adalah presentil
5, 50 dan 90. Presentil ke 5 menunjukkan bahwa 5% populasi memiliki ukuran
tubuh kurang dari atau sama dengan nilai ukuran tubuh tersebut. Sedangkan
presentil 95 berarti terdapat 5% pemanen yang memiliki ukuran tubuh tebesar
yaitu kurang dari atau sama dengan ukuran tubuh tersebut. Hasil pengukuran data
antropometri ditunjukkan pada Tabel 6.
Dari 51 parameter pengukuran tubuh yang ada, selanjutnya kita memilih
parameter pengukuran tubuh yang akan digunakan sebagai model manekin.
Parameter pengukuran tubuh yang digunakan adalah lebar leher, panjang leher,
tinggi mata, tinggi bahu, tinggi pinggang, tinggi lutut, panjang lengan atas,
panjang lengan bawah, dan panjang telapak tangan. Parameter pengukur tubuh
tersebut menjadi dasar pembuatan manekin pemanen. Model antropometri
pemanen kelapa sawit dibuat dengan posisi berdiri normal untuk presentil 5,
presentil 50 dan presentil 95 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11.

21
Tabel 6 Data antropometri pemanen pada ketiga lokasi penelitian (n=141)a
5

Persentil
50

95

82.00
175.00
165.70
145.10
199.50
108.00
97.80
93.40
82.10
222.20
215.00
87.20
89.30
196.50
169.70
99.00
28.00
13.00

46.00
149.50
137.40
123.00
91.20
83.50
77.60
60.00
51.50
187.80
178.00
66.50
57.70
152.50
135.50
73.00
22.00
9.30

55.00
160.00
149.10
133.50
99.50
93.50
86.00
68.10
57.90
202.00
192.00
77.00
66.00
167.30
147.00
84.60
24.40
10.50

71.00
170.00
160.00
141.20
109.00
103.50
95.00
76.00
63.00
217.80
208.00
85.00
73.50
178.00
157.90
93.00
26.50
11.50

12.50
10.40
71.90
31.00
63.00
97.00
12.00
110.40
9.10
24.40
93.00
80.50
78.20
30.00
153.40
133.40
58.00
51.00
87.00
73.10
36.50
50.00
46.00
60.00
51.00
22.00
20.00
86.00
54.00
38.40
26.00
58.00
86.50

8.10
5.50
16.40
23.60
5.60
6.60
7.20
6.80
5.20
17.50
76.00
64.00
50.40
16.70
114.20
105.00
44.50
36.00
67.20
56.00
26.00
39.40
30.00
48.10
37.90
16.60
14.60
23.00
38.50
28.00
17.60
10.16
46.70

9.10
7.40
18.00
27.00
6.20
8.80
9.80
9.00
7.00
20.50
82.30
71.20
56.10
21.00
125.40
114.30
49.00
40.30
73.70
62.00
31.00
44.00
34.00
53.50
43.40
18.00
15.90
31.40
42.90
32.00
20.30
26.50
55.50

11.10
8.50
20.00
29.20
7.20
9.90
11.20
10.50
8.50
23.00
88.20
77.00
60.80
26.00
135.60
126.80
53.00
45.00
79.00
69.20
35.00
48.00
39.30
58.00
49.00
20.00
19.00
35.50
48.00
35.90
24.00
53.50
80.00

Ratarata

SD

Min

Maks

1
Berat badanb
2
Tinggi badan
3
Tinggi mata
4
Tinggi bahu
5
Tinggi siku tangan
6
Tinggi pinggang
7
Tinggi pinggul
8
Tinggi genggaman tangan (knuckle)
9
Tinggi ujung tangan
10
Jangkauan tangan keatas terbuka
11
Jangkauan tangan keatas menggenggam
12
Jangkauan tangan kedepan terbuka
13
Jangkauan tangan kedepan menggenggam
14
Jengkal 2 tangan kesamping terbuka
15
Jengkal 2 tangan kesamping menggenggam
16
Jengkal 2 siku
17
Panjang telapak kaki
18
Lebar telapak kaki
Posisi Duduk

56.16
160.07
148.78
133.03
101.21
93.42
85.83
68.34
57.84
201.78
192.08
76.11
65.85
165.64
147.29
84.25
24.33
10.45

7.94
6.60
7.05
5.93
12.61
6.50
5.59
5.54
4.67
9.46
9.51
6.15
5.17
13.98
7.41
6.07
1.45
0.76

38.00
139.50
127.00
115.90
85.60
68.40
70.00
52.70
42.20
175.60
166.00
61.20
54.90
60.60
127.00
56.50
20.50
8.40

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

9.45
7.17
18.33
26.71
6.74
9.04
9.41
9.43
6.98
20.28
82.22
70.82
56.23
21.30
125.40
115.04
48.68
40.49
73.28
62.43
30.74
43.80
34.20
53.28
43.58
18.16
16.12
31.22
42.77
31.88
20.46
24.88
59.91

1.13
1.01
4.80
1.75
4.80
7.54
1.35
8.65
1.04
1.90
3.82
3.85
3.67
3.11
6.74
6.65
2.98
2.94
3.88
3.88
3.00
2.63
2.98
3.06
3.33
1.05
1.25
5.81
3.55
2.61
1.87
14.79
11.46

7.50
4.90
8.20
21.50
5.20
6.00
6.50
6.00
4.70
9.20
73.00
61.70
48.40
14.40
105.40
91.90
40.20
33.00
63.20
53.00
21.20
38.00
29.00
45.60
36.00
15.00
14.00
21.00
25.00
26.00
15.90
9.40
42.80

No

Parameter Pengukuran

Posisi Berdiri

a

Lebar telapak tangan
Diameter genggaman tangan
Panjang telapak tangan
Keliling genggaman tangan
Panjang ibu jari
Panjang jari telunjuk
Panjang jari tengah
Panjang jari manis
Panjang jari kelingking
Panjang jengkal tangan
Tinggi duduk
Tinggi mata
Tinggi bahu
Tinggi siku tangan
Jangkauan tangan keatas terbuka
Jangkauan tangan keatas menggenggam
Tinggi lutut
Tinggi lipatan lutut dalam
Jangkauan tangan kebawah terbuka
Jangkauan tangan kebawah menggenggam
Panjang lengan atas
Panjang lengan bawah terbuka
Panjang lengan bawah tergenggam
Jarak pantat lutut
Jarak pantat lipatan lutut dalam
Panjang leher
Lebar leher
Lebar bahu (biacromial)
Lebar bahu (bideltoid)
Lebar pinggul
Tebal dada
Tinggi dudukan paha
Panjang lengan

Sumber : Syuaib et al. (2012)
Satuan panjang dalam cm dan satuan berat dalam kg

b

22

Gambar 11 Model antropometri pemanen kelapa sawit pada posisi berdiri normal
tampak samping
Analisis Data
Sampel foto dianalisis elemen gerak dan resiko yang terjadi di setiap
gerakannya. Setiap gerakan dicari dan digambar sudutnya dengan menggunakan.
Computer Aided Design (CAD). Data sudut yang terbentuk dari gerakan setiap
subjek dikumpulkan dan diolah pada spreadsheet. Setelah semua data sudut
gerakan terkumpul, tahapan selanjutnya adalah membandingkan sudut-sudut
gerakan pemanen pada saat pemanenan kelapa sawit dengan referensi berupa
selang alami gerak dari Chaffin (1999) dan Woodson (1992) yang diacu dalam
Openshaw (2006) untuk dipetakan distribusi resiko gerakan yang terjadi di setiap
bagian tubuh. Dari analisis elemen gerak akan didapat informasi mengenai tingkat
dan distribusi resiko gerakan setiap bagian tubuh pemanen. Informasi inilah yang
akan menjadi dasar simulasi posisi dan gerak kerja yang akhirnya akan
menghasilkan prosedur, jarak dan gerakan yang ideal. Gerakan ideal artinya
gerakan memanen yang aman yang dilakukan subjek sesuai dengan Selang Alami
Gerakan (SAG) sehingga gerakan yang dilakukan nantinya akan mengurangi atau
bahkan menghilangkan resiko terjadinya cidera.
Simulasi Posisi dan Gerak Kerja yang Aman
Simulasi posisi dan gerak kerja yang aman dibuat dari informasi mengenai
tingkat dan distribusi resiko gerakan setiap bagian tubuh pemanen, model
manekin pemanen dan data dimensi alat. Dalam pembuatan simulasi ini
ditentukan parameter-parameter yang mengatur 3 unsur utama yang berpengaruh
dalam ergonomi yaitu pengguna (user), alat dan lingkungan kerjanya. Parameterparameter tersebut dijelaskan dalam Gambar 12.

23
Pemanen
 Antropometri
pemanenpersentil 5
 Sudut gerak pemanenleher,
bahu dan lengan bawah
 Sudut pandang optimal15o
(Grandjean et al. 1984)

Alat Panen
 Jenis alatdodos atau egrek
 Panjang alatdodos (2.75 cm)
dan egrek (1 sambungan = 3 m)

Lingkungan Kerja
 Tinggi target potong
 (pelepah atau tandan)3 m, 6 m,
12 m, 18 m
 Kondisi lahandatar (F)

Gambar 12 Parameter simulasi posisi dan gerak kerja yang aman
Dalam simulasi, model pemanen dibuat dengan parameter antropometri,
Sudut gerak pemanen, dan sudut pandang optimal. Data antropometri yang
digunakan menggunakan persentil lima yang menunjukkan 5% populasi memiliki
ukuran tubuh kurang dari atau sama dengan nilai ukuran tubuh tersebut. Misalnya
untuk tinggi pemanen persentil 5 adalah 149.5 cm yang berarti 5 % pemanen
memiliki ukuran tubuh kurang dari atau sama dengan 149.5 cm. Simulasi
dilakukan dengan tujuan mencari kondisi yang paling tidak menguntungkan yang
mungkin terjadi sehingga dihasilkan jarak pemotongan yang paling maksimum
yang bisa dilakukan pemanen agar gerakannya tetap aman. Semakin tinggi atau
besarnya ukuran tubuh pemanen maka proses cutting akan lebih mudah. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi pemanen maka jarak pandang pemanen dengan posisi
tandan atau pelepah lebih dekat dari pemanen yang memiliki tinggi tubuh yang
pendek. Sehingga area kerja pemanen juga dapat lebih dekat dari posisi pohon
yang dapat mengurangi melintingnya egrek saat egrek dibentangkan terlalu
panjang karena jarak orang dengan posisi pohon jauh. Maka dari itu diambil
persentil 5 dengan tujuan dapat mencari posisi maksimal sebagai batasan jarak
aman posisi pemanenan. Hal ini menunjukkan bahwa 95 % populasi dapat
menggunakan jarak aman posisi pemanenan tersebut. Sudut gerak kerja yang
paling diperhatikan adalah pada bagian leher, bahu dan lengan bawah, selain
karena sebagian besar gerakan pemanenan dilakukan pada anggota tubuh atas,

24
pada bagian-bagian tersebut diindikasikan memiliki resiko gerak yang tinggi.
Menurut Grandjean et al. (1984), zona pandang optimal agar mata dapat fokus
pada suatu titik atau benda adalah 15o. Sehingga untuk semua simulasi yang
dilakukan, area pandang pemanen berada pada selang 15o.
Alat panen yang digunakan dalam pembuatan simulasi terdiri dari dodos
dan egrek. Panjang masing-masing alat tersebbut juga diperhatikan. Dodos
memiliki panjang 2.75 m dan untuk setiap sambungan batang egrek memiliki
panjang 3 m. Untuk unsur lingkungan kerja, tinggi posisi tandan dan pelepah
sangat berpengaruh dalam menentukan jarak posisi antara pemanen dengan pohon.
Tinggi posisi tandan dan pelepah atau target potong yang digunakan adalah
maksimum untuk ketinggian 3, 6, 12 dan 18 m. Kondisi lahan yang dibuat untuk
simulasi adalah lahan datar (F) karena terkadang untuk lahan rolling dengan posisi
tandan yang menghadap ke lereng atau bukit akan memudahkan pemanen.
Dengan kondisi tersebut pemanen akan mempunyai posisi lebih tinggi dari
pangkal batang sehingga jarak pandang menjadi semakin dekat dengan target
potong. Hal ini akan mengurangi resiko gerak pada leher. Sehingga kondisi lahan
yang dipakai dibuat normal yaitu lahan datar (F).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Elemen Gerak dan Resiko Gerakan Pemotongan Tandan Kelapa
Sawit dan Pelepah (Cutting)
Kegiatan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah dalam penelitian ini
dilakukan di dua lahan yaitu lahan datar (flat) dengan kemiringan 0-3% yang
diberi simbol F, dan lahan berbukit (rolling) dengan kelerengan 15-25 %, diberi
simbol R. Kegiatan pemotongan tandan kelapa sa