Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan Selatan Branch Office

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM DIPLOMA III

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA

PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) MEDAN SELATAN BRANCH OFFICE

SKRIPSI MINOR

Diajukan Oleh :

MANGATUR AGUNG SIRAIT 052101159

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Guna memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Metodologi Penelitian ... 3

E. Sistematika Pembahasan ... 5

BAB II : PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) MEDAN SELATAN BRANCH OFFICE ... 7

A. Sejarah Perusahaan... 7

B. Struktur Organisasi ... 11

C. Laporan Keuangan ... 17

D. Ratio Keuangan ... 34

1. Ratio Likuiditas... 36

2. Ratio Solvabilitas ... 39

3. Ratio Rentabilitas ... 42

BAB III : ANALISA DAN EVALUASI ... 52

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran... 58


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan memberikan gambaran mengenai perkembangan usaha suatu perusahaan. Perkembangan perusahaan ini sangat penting untuk diketahui oleh berbagai pihak sebagai dasar untuk mengambil keputusan.

Laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang kondisi keuangan suatu perusahaan dari hasil usahanya akan menjadi semakin berarti jika dianalisa lebih lanjut. Sifat dan analisa yang dilakukan tergantung dari kepentingan pihak pemakai. Dengan penganalisaan laporan keuangan yang ditujukan terhadap analisa dan pos-pos neraca dan rugi laba dapat diperoleh informasi mengenai perkembangan hasil usaha perusahaan pada suatu periode tertentu.

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyajikan informasi dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang menggunakan informasi dari laporan keuangan terdiri dari pihak intern dan ekstern, yaitu para pemilik perusahaan, pihak manajemen, para kreditur, investor, pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisili, karyawan perusahaan dan serikat pekerjanya, serta masyarakat umum.

Masing-masing pihak tersebut berbeda-beda kepentingannya dalam menganalisis data keuangan suatu perusahaan. Karenanya, dalam melakukan analisis


(4)

data keuangan suatu perusahaan, sifat analisis dan informasi yang dibutuhkan tergantung pada kebutuhan para pemakai dan masalah yang tercakup.

Melihat peranan penting dari analisis laporan keuangan sebagi masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan kegiatan pengelolaan perusahaan, maka penulis tertarik untuk menganalisis laporan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya dalam skripsi ini dengan judul Analisis Rasio Laporan Keuangan untuk menilai keadaaan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya (PERSERO) Medan Selatan Branch Office.

B. Perumusan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang terdapat dalam menganalisis laporan keuangan, penulis merasa perlu merumuskan masalah dalam pembuatan skripsi ini sehingga jelas dan mudah dimengerti. Dalam pembahasan skripsi ini masalah yang dirumuskan yaitu sejauh mana perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan pada PT. Asuransi Jiwasraya (PERSERO) Medan Selatan Branch Office yaitu laporan keuangan pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Sedangkan masalah penelitian yang akan dibahas adalah bagaimana keadaan keungan PT. Asuransi Jiwasraya (PERSERO) Medan Selatan Branch Office, dengan menggunakan analisis rasio keuangan.


(5)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui hasil analisis rasio keuangan pada PT. Asuransi Jiwasraya (PERSERO) Medan Selatan Branch Office.

2. Untuk mengetahui keadaan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya (PERSERO) Medan Selatan Branch Office.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan di bidang keuangan pada PT. Asuransi Jiwasraya (PERSERO) Medan Selatan Branch Office.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi perusahaan, dapat dijadikan bahan masukan mengenai manfaat penggunaan analisis ratio keuangan ini.

2. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan bahan studi perbandingan antara kenyataan dan teori.

3. Untuk dapat memberikan masukan atas perencanaan operasi mendatang.

D. Metodologi Peneliltian

Untuk mengetahui bagaimana analisis ratio diterapkan pada kenyataan, diambil PT. Asuransi Jiwasraya (PERSERO) Medan Selatan Branch Office sebagai perbandingan teori. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dimana akan dibandingkan antara kenyataan dengan teori.

Dalam rangka penulisan skripsi ini maka digunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu :


(6)

1. Penelitian di perpustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan memperlihatkan data-data yang tersedia di dalam perpustakaan, yaitu dengan cara membaca buku-buku, majalah-majalah,

serta literatur-literatur lainnya. 2. Penelitian di lapangan

Penelitian ini dilakukan dengan mengunjungi perusahaan, dalam hal ini PT. Asuransi Jiwasraya (PERSERO) Medan Selatan Branch Office guna memperoleh data yang diperlukan. Adapun hal ini dilakukan dengan jalan :

a. Wawancara

Wawancara adalah tindakan melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan berkaitan dengan masalah yang akan ditulis.

b. Pengamatan

Pengamatan adalah tindakan mengamati kegiatan perusahaan secara langsung.

Dari pengumpulan data di atas akan diperoleh dua macam data, yaitu : 1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari perusahaan baik hasil tanya jawab maupun pengamatan.

2. Data sekunder


(7)

Kemudian kedua macam data tersebut diolah dan dianalisa serta disajikan dalam bentuk tertulis dengan tabel dan grafik dari perusahaan. Kemudian dari hasil pengolahan dan analisa diambil kesimpulan.

E. Sistematika Pembahasan

Agar diperoleh suatu gambaran mengenai skripsi ini maka disusun sistematika pembahasan ini :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang

permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, serta sistematika pembahasan skripsi ini.

BAB II PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) MEDAN SELATAN BRANCH OFFICE

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai sejarah, struktur organisasi perusahaan, laporan keuangan, ratio keuangan kegiatan usaha perusahaan, dan obyek penelitian.

BAB III ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini akan dibahas mengenai laporan keuangan komparatif pada PT. Asuransi Jiwasraya (PERSERO) Medan Selatan Branch Office, serta cara mengatasi masalah.


(8)

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yang ditarik dari analisa dan pembahasan dengan ditambah saran-


(9)

BAB II

PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO)

A. SEJARAH PT. ASURANSI JIWASRAYA

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Nama besar Asuransi Jiwasraya sebagai asuransi terbesar dan tertua di Indonesia, tidak lepas dari sejarah perjalanan panjang yang dilaluinya. Ibarat buah kelapa,semakin tua semakin banyak santannya. Demikian pula Asuransi Jiwasraya yang telah berdiri sejak 145 tahun yang lalu, kini masih tetap tegar berdiri, bahkan menjadi asuransi terbesar di Indonesia. Perjalanan panjang Asuransi Jiwasraya berasal dari kemunculan kaum politikeis, baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang mengubah pandangan politik mereka terhadap praktek kolonialisme.

Pada awal paruh kedua abad ke-19 atau sekitar tahun 1850, susunan pemerintah kolonialisme Belanda di Indonesia belum lengkap dengan segala urusan yang masih terpusat di kantor Gubernur Jenderal, sedang urusan di daerah-daerah ditangani oleh pejabat “controleur”, semacam pengawas yang bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan-keputusan gubernur. Dari pandangan tersebut, maka berdirilah perusahaan yang bernama NILLMIJ pada tahun 1859. Perusahaan ini berdiri dengan tujuan mulia yaitu mendidik masyarakat untuk merencanakan masa depan. Tanggal 31 Desember 1859 menjadi awal kiprah Jiwasraya di Indonesia yang lahir dengan nama NILLMIJ ( Nederlansche Indische Leverzekering en Lifferente


(10)

Maatscheppij) yang secara bebas dapat diterjemahkan menjadi “Perusahaan Asuransi Jiwa Hari Tua Hindia Belanda”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1960 yang masa berlakunya surat sejak tanggal 3 Desember 1957, maka di dalam pasal yang bersangkutan dengan asuransi jiwa perusahaan-perusahaan asuransi yang tadinya milik pemerintah Belanda maka terhitung mulai berlakunya peraturan pemerintah tersebut dinasionalisasikan menjadi perusahaan milik Pemerintah Republik Indonesia yang kemudian dijadikan Perusahaan Milik Negara. Perusahaan yang dinasionalisasikan tersebut adalah:

A. NILLMIJ Van 1859, kantor pusat Jakarta.

B. De Nederlanden Van 1845, Cabang Jakarta, pusat di Gravenhage (Belanda). C. De Olveh Van 1879, Cabang Jakarta, pusat di Gravenhage (Belanda).

D. Easte Nederlandsh Verzerkering Op Het Leven Entegen Invailiqiteria NV, Cabang Surabaya, pusat di Gravenhage (Belanda).

E. Amstelveen, Cabang Surabaya, pusat Belnda.

F. Nasional Levenverzekerings Bank Cabang Jakarta, pusat di Rotterdam. G. Holandshe Societeit Van Levenzekering Cabang Jakarta, pusat di Amsterdam. H. Levenverzekering Maatshappy HAV – BANK Cabang Jakarta, pusat di Schieden

(Belanda).


(11)

Perusahaan-perusahaan yang sudah dinasionalisasi oleh pemerintah RI sesuai dengan keputusan Menteri Kehakiman RI No. JA/5/126/10 pada tanggal 17 Desember 1960 yang seyogyanya penggabungannya diberi nama “Nillmi Van 1859” menjadi “PT. Pertanggungan Eka Sejahtera”. Mulanya beralamat di jalan Hindu No. 8 dan selanjutnya di jalan Perdana No. 42 Medan.

Dalam perkembangan “Pertanggungan Eka Sejahtera” terdapat hambatan-hambatan, sehingga perusahaan meninjau status perusahaan tersebut dengan PP No. 214 tahun 1961, PT. Pertanggungan Jiwa Eka Sejahtera menjadi perusahaan Negara Asuransi Jiwa Eka Sejahtera (PN Asuransi Jiwa Eka Sejahtera). Kemudian pemerintah melalui Menteri Pendapatan Pembiayaan dan Pengawasan setelah meneliti dengan seksama perkembangan “PN Asuransi Jiwa Eka Sejahtera”, mengambil sikap mengubah kembali nama perusahaan tersebut menjadi “Perusahaan Negara Asuransi Jiwa Jasa Sejahtera”, terhitung mulai tanggal 27 Agustus 1964.

Dalam perjalanannya, perseroan mengalami peleburan dengan tujuh perusahaan milik pemerintah Indonesia, sehingga nama yang dipakai hingga saat ini adalah PT. Asuransi Jiwasraya (Persero).


(12)

Visi dan Misi Visi

Visi dari Asuransi Jiwasraya (Persero) adalah menjadi perusahaan yang terpercaya dan dipilih untuk memberikan solusi bagi kebutuhan asuransi jiwa dan perenanaan keuangan.

Dalam memberikan pelayanan, Jiwasraya selalu melakukan upaya perbaikan dengan meningkatkan ketelitian yang tinggi, kesungguhan, ketabahan hati, integritas, dan adanya kesatuan pikiran, kata serta perbuatan, bergerak lebih cepat dan membenahi beberapa sektor.

Misi

Misi dari Asuransi Jiwasraya (Persero) adalah berani menampakkan jati diri dengan 3P- nya (Product, Process, People). Ini yang akan dijadikan sebagai ciri khas yang membedakan antara Jiwasraya dengan perusahaan asuransi lainnya. Kekuatan itulah yang diunggulkan untuk meraih keperayaan dari masyarakat. Begitu banyak yang harus dibenahi, namun ditengah pembenahan diri, peningkatan SDM, SDA maupun pendapatan, Jiwasraya tetap peduli dengan masalah sosial yang sedang dihadapi bangsa ini. Kegiatan sosial sebagai respon terhadap lingkungan sekitar, diwujudkan dengan membantu korban bencana alam dan bakti sosial. Bentuk tanggung jawab sosial lainnya juga diwujudkan dengan program PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi) dan BL (Bina Lingkungan).


(13)

B. Struktur Organisasi PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan Selatan

Branch Office

Organisasi merupakan wadah (wahana) bagi orang yang bekerja sama, termasuk sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam upaya mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya perkembangan dan pertumbuhan perusahaan yang semakin besar menyebabkan tugas dan pekerjaan yang harus diselesaikan oleh atasan yang semakin banyak, sebab masalah yang terjadi dan akan muncul sebagai kompleks. Oleh sebab itu, harus dilakukan pembagian tugas dan pekerjaan untuk meringankan beban kerja seorang atasan oleh beberapa orang yang mempunyai kemampuan dalam menjalankan tugas dan pekerjaan tersebut.

Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi yang berbeda-beda sesuai dengan perusahaan tersebut. Bentuk struktur organisasi suatu perusahaan hendaknya disusun dengan terperinci dan memperhatikan hal-hal yang bersifat penting. Di mana struktur organisasi hendaknya disusun dengan memberikan gambaran yang jelas dan tepat mengenai pembagian tugas dan tanggung jawab antara antasan dan bawahan yang terdapat dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan perusahaan. Semakin besar jenis kegiatan suatu perusahaan, maka akan semakin kompleks struktur organisasi dari perusahaan tersebut dan demikian sebaliknya, semakin kecil jenis kegiatan suatu perusahaan, maka akan semakin sederhana pula struktur organisasi perusahaan tersebut.

Struktur organisasi yang terdapat pada PT. Asuransi Jiwasraya (Perseo) Medan Selatan Branch Office adalah berbentuk fungsional. Kantor cabang


(14)

merupakan suatu profit dan loss yang mana pimpinan berkewajiban mengelola seluruh harta melalui fungsi-fungsi kegiatan perusahaan yang terlihat pada susunan organisasi perusahaan.

Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan Selatan Branch Office dapat kita lihat sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI

PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) MEDAN SELATAN BRANCH OFFICE

Abdul Hakim Dalimunthe Kasi Opreaional Sukriman Marwanto S Kasi Pertanggungan Daimah Nurhayati Simatupang

Kasi Adm & Logistik

1. Eva Renata Sitorus (peg I) 2. Yollanda Putria

(peg II) 3. Siti Suherni

(peg III) 1. Masni (peg II)

2. Maria Irene Napitupulu (peg II)

1. Rosmiaty (peg I)

2. Roland Jonathan Sianturi (peg II)

Ediwardi Ritonga, S. Sos

Insturktur Junior Sutrisno Branch Manager LS Pingkir Siagian, SH AM Sidikalang AO Piamma P Pasaribu, SH

AM SM Raja AO

Kita Ginting, SE

AM Kabanjahe AO

M. Ginting

AM Lubuk Pakam AO


(15)

Tugas dan Fungsi Kepegawaian

Tugas dan fungsi kepegawaian PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan Selatan Branch Office adalah sebagai berikut:

1. Branch Manager

Branch Manager memiliki tugas dan wewenang antara lain:

a. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program kerja yang telah digariskan perwakilan dalam menjual produk asuransi jiwa.

b. Menagih, melaksanakan, dan menyelenggarakan administrasi keuangan dan administrasi umum perwakilan sesuai dengan kebijaksanaan pokok yang telah digariskan oleh direksi.

c. Mencari, mengadakan, dan memelihara hubungan baik dengan pihak ketiga, terutama dengan calon dan para tertanggung dan pemegang polis dan instansi-instansi yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. d. Mengoordinasi dan membimbing semua unit kegiatan daerah seksi-seksi

perwakilan serta berusaha maksimalkan agar sektor kegiatan dapat mencapai sasaran yang ditentukan.

e. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian pegawai bila dianggap perlu.

2. Kepala Seksi Operasional


(16)

a. Mengadakan atau mendidik sesuai dengan pola keagenan yang ada.

b. Melaksanakan dan memeriksa pengisian persyaratan Surat Permintaan (SP), PP maupun PK serta mencatat data produksi dan evaluasi terhadap aparat operasional pemasaran ataupun penagihan.

c. Menerima dan memeriksa kuitansi-kuitansi premi dan inventaris dari kantor pusat, kantor cabang dan kantor perwakilannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk selanjutnya didistribusikan kepada agen atau penagih untuk dilaksanakan sesuai jadwal dan rayonasi penagihan yang diatur.

d. Membuat dan melayani kepentingan lain yang berhubungan dengan hak-hak para aparat operasional menurut jadwal yang telah ditetapkan.

e. Melaksakan dan mengatur pemasaran dari berbagai jenis jasa.

3. Kepala Seksi Pertanggungan

Kepala Seksi Pertanggungan memiliki tugas dan wewenang untuk:

a. Melaksanakan pemeliharaan pertanggungan dan kegiatan yang berhubungan dengan masalah-maslah pertanggungan lainnya, baik untuk petanggungan perorangan maupun kumpulan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Membuat perhitungan-perhitungan percobaan untuk semua jenis pertanggungan kumpulan berikut nota penutupnya.


(17)

c. Mencetak polis-polis dan sertifikat berikut perlengkapan dan lampiran-lampirannya atas pertanggungan kumpulan.

d. Melakukan penelitian persyaratan serta perhitungan-perhitungan kembali atas premi asuransi pertanggungan perorangan berdasarkan Surat Permintaan (SP) dan Surat Keterangan Kesehatan (SKK) sebelum dikirim ke kantor cabang.

4. Kepala Seksi Administrasi dan Logistik

Tugas dan wewenang Kepala Seksi Administrasi dan Logistik adalah:

a. Mengatur semua penerimaan atau pengeluaran uang perusahaan, baik melalui kas perusahaan maupun melalui bank atau kantor perwakilan. b. Membuat berita pos silang atau keselamatan dan keamanan atas semua

alat pembayaran.

c. Menerima, meneliti, dan memeriksa kebenaran atas bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang perusahaan untuk selanjutnya dibuat Slip Penerimaan, Surat Izin Pembayaran (SIP) dan kode rekening serta penyelenggaraan administrasi kas dan bank kantor perwakilan termasuk rekening, bilyet giro, nota-nota pemindah bukuan serta melaksanakan dan mengatur kas intransit.

d. Melakukan pengaturan, pengawasan, pencatatan atau pembukuan atas transaksi-transaksi keuangan perusahaan atau menatausahakan sesuatunya


(18)

yang berhubungan dengan masalah-masalah umum lainnya yang ada dalam perusahaan.

e. Membuat daftar pertanggungan jawaban inkaso yang terdiri dari: a. Daftar sisa kuitansi yang dibuat setiap triwulan.

b. Surat konfirmasi kepada pemegang polis PP dan PK, dan c. Laporan-lapoaran lainnya yang diperlukan.

5. Area Manager/Kepala Unit Daerah Tugas Kepala Unit Daerah:

a. Melakukan penutupan asuransi dan mengkoordinir, membina serta membimbing Kepala Unit Produksi dan para agen dalam upayanya mencapai target produksi dan mengadakan seleksi terhadap surat permintaan asuransi yang masuk.

b. Mengkoordinir penagihan premi dan melaksanakan

administrasi/pembukuan keuangan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

6. Agen Kepala/Kepala Unit Produksi Daerah Tugas Agen Kepala adalah:

a. Memasukkan SPAL calon pemegang polis ke perusahaan atau mencari calon tertanggung.


(19)

c. Mencari agen dinas luar.

d. Mencari peluang pasar yang akan dimasuki.

e. Mendidik dan membina calon agen dinas luar dan tugasnya dibantu oleh agen koordinator, agen senior, dan agen perintis.

f. Mendidik dan membina calon agen dinas luar dan tugasnya dibantu oleh agen koordinator, agen senior, dan agen perintis.

C. Laporan Keuangan

Pengertian Manajemen Keuangan

Dalam suatu perusahaan, peranan dari manajemen keuangan sangat penting. Berikut ini akan disajikan pengertian manajemen keuangan.

Pengertian Manajemen Keuangan menurut Abdullah (2001:4) adalah : "Semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha

mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin."

Meskipun tugas dan tanggungjawab manajemen keuangan berlainan di setiap perusahaan, namun tugas pokoknya meliputi keputusan tentang investasi,

pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan. Dengan demikian tugas pokok manajer keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh data dan menggunakan data tersebut untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Kegiatan penting yang lain dari manajer keuangan menyangkut empat aspek, yaitu: 1. Perencanaan dan peramalan.


(20)

3. Penggunaan dana perusahaan yang efisien. 4. Penggunaan pasar uang dan pasar modal.

Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Myer yang diterjemahkan oleh Munawir (2002:7) mengatakan : Laporan Keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan).

Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan modal, dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan, tetapi dalam prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya.

Dalam Analisa Laporan Keuangan (Munawir, 2002:6) dikatakan bahwa “Laporan Keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba serta


(21)

keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana.” Untuk perusahaan besar yang banyak pemegang sahamnya, maka di samping laporan keuangan (finansial) termasuk di atas sebaiknya ditambah keterangan-keterangan tentang :

• Kondisi dan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi.

• Usaha-usaha yang lalu, sekarang maupun yang akan datang.

• Luasnya produksi.

• Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan.

• Penelitian dan pengembangan.

• Kebijakan mengenai deviden, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk Laporan Keuangan

Sebelum menganalisa dan menafsirkan suatu laporan keuangan, seorang penganalisa harus mempunyai pengertian yang mendalam tentang bentuk-bentuk maupun prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah-masalah yang mungkin timbul dalam penyusunan laporan tersebut. Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk laporan keuangan.

Neraca

Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk mewujudkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu


(22)

dimana bukti-bukti ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet. Neraca terbagi atas tiga bagian utama, yaitu aktiva, hutang dan modal.

1. Aktiva

Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya, misalnya : goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya.

Aktiva dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal).

Penyajian pos-pos aktiva lancar didasarkan pada urutan likuiditasnya, sehingga penyajiannya adalah sebagai berikut :

a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit.


(23)

Investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. c. Piutang wesel

Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam Undang-Undang.

d. Piutang dagang

Tagihan kepada pihak lain (kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dengan secara kredit.

e. Persediaan

Semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau masih belum laku dijual.

f. Hutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima.

Penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa atau prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.

Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah :

a. Investasi jangka panjang.


(24)

• Saham dari perusahaan lain, obligasi atau pinjaman kepada perusahaan lain.

• Aktiva tetap yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan.

• Dalam bentuk dana-dana yang sudah mempunyai tujuan tertentu. b. Aktiva tetap

Yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak atau konkrit. Aktiva tetap dapat berupa :

• Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan untuk operasi perusahaan.

• Bangunan

• Mesin

• Inventaris

• Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya. c. Aktiva tetap tidak berwujud

Yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud adalah :

• Hak cipta

• Merk dagang

• Biaya pendirian


(25)

• Goodwill, dan sebagainya. d. Beban yang ditangguhkan

Yaitu menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun) atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Yang termasuk beban yang ditangguhkan adalah :

• Biaya pemasaran

• Diskonto

• Obligasi

• Biaya pembukaan perusahaan

• Biaya penelitian dan sebagainya e. Aktiva lain-lain

Yaitu menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya : gedung dalam proses tanah, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang dan sebagainya.

2. Hutang

Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang.


(26)

Hutang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar meliputi :

a. Hutang dagang

Yaitu hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dengan secara kredit. b. Hutang wesel

Yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan Undang-Undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang.

3. Modal

Modal adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.

Untuk jelasnya, dibawah ini diberikan sebuah contoh neraca yang dikutif dari Munawir (2002:25):


(27)

Tabel 1.1 PT. ABC

Neraca Per 31 Des 19XX A K T I V A

Aktiva Lancar :

K a s ……….. XXX Surat-surat Berharga ………. XXX

Wesel Tagih (Piutang Wesel) ……… XXX Piutang Dagang ………. XXX

Persediaan Barang Dagangan ……… XXX Penghasilan Yang Masih Harus Diterima ………. XXX

Total Aktiva Lancar ……….. XXX +

Total Aktiva Lancar ………

XXX Investasi :

Saham PT. ABC ……… XXX Obligasi Negara ……… XXX + Aktiva Tetap

Tanah ……….XXX

Bangunan ……….. XXX

Akumulasi Penyusutan ………. XXX -

Mesin-mesin ………. XXX

Akumulasi Penyusutan ………. XXX - Perabot (inventaris) ……….. XXX Akumulasi Penyusutan ………. XXX -

Jumlah Aktiva Tetap ………

XXX Aktiva Tetap Intangible

Goodwill ……….. XXX

Patent ……… XXX +

XXX

Beban yang ditangguhkan ……….. XXX

Aktiva lain-lain :

Piutang Jangka Panjang ……….. XXX Bangunan dalam pendirian ……….. XXX +

Jumlah Aktiva lain-lain ……… XXX +

TOTAL AKTIVA ……….

XXX

P A S I V A ====

Hutang Lancar :


(28)

Wesel Bayar (Hutang Wesel) ……….. XXX Biaya Yang Masih Harus Dibayar ……….. XXX

Hutang-hutang pajak ……… XXX

Penerimaan dimuka ………. XXX +

Total Hutang Lancar ………. XXX

Hutang Jangka Panjang :

Hutang Hipotik ……… XXX

Hutang Obligasi. ………. XXX

Modal :

Modal Saham ……….. XXX

Laba Yang Ditahan ……….. XXX

Cadangan Pelunasan Obligasi ……….. XXX + XXX +

TOTAL PASIVA ……….. XXX

=====

Laporan Rugi Laba

Seperti diketahui laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Berikut ini disajikan prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan dalam laporan rugi laba.

1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan) diikuti dengan harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.

2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi.


(29)

3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan.

4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak.

Untuk lebih jelasnya pada tabel berikut ini diberikan contoh perlindungan rugi laba yang dikutip dari Munawir (2002:29):

Tabel 1.2 PT. ABC

Laporan Rugi Laba Tahun 19XX

Penjualan bruto ……… Rp. ……… Potongan/return penjualan ………... Rp. ……… (-) Penjualan netto ……… Rp. ……… Harga Pokok Penjualan ……….. Rp. ……… (-)

Laba Penjualan ……… Rp. ……… Biaya-biaya Operasi :

Biaya Penjualan ……… Rp. ……….. Biaya Umum dan Administrasi …… Rp. ………..

Rp. ……… (-) Laba Bersih Operasional ……… Rp. ……… Penghasilan dan Biaya non Operasional

Penghasilan ……….. Rp. ……….. Biaya ……… Rp. ………..

Rp. ……… (+)

Rp. ………

Rubi/Laba insidentil ……… Rp. ……… (+) Pendapatan netto sebelum pajak ………. Rp. ………


(30)

Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Dalam prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia secara terperinci menjelaskan tentang sifat dan keterbatasan laporan keuangan menurut (Munawir, 2002:10) sebagai berikut:

a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan beberapa pertimbangan.

d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilakukan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.

e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

f. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakaian laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.


(31)

g. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/ transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas).

h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.

i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

Berikut ini adalah laporan keuangan yang terdapat pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan Selatan Branch Office pada tahun 2005-2006.


(32)

IKHTISAR KEUANGAN

(dalam juta rupiah)

2006 2005 No.

URAIAN Konsolidasi Jiwasraya Konsolidasi Jiwasraya

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Penjualan/Pendapatan Usaha Pendapatan Premi Bruto Pendapatan Premium Netto

Laba (rugi) Kotor

Laba (rugi) Usaha

Laba (rugi) Bersih Thn. Berjalan

Laba (rugi) Bersih persaham

Modal Kerja Bersih Cadangan teknis Pembayaran Benefit Jumlah Investasi Jumlah Aktiva Jumlah Kewajiban Jumlah Equitas Rasio-rasio Keuangan: a. Risk Based Capital b. Rasio Likuiditas

c. Rasio Perimbangan Investasi dengan kewajiban. d. Rasio Perimbangan Premi Retensi sendiri dengan modal sendiri.

e. Rasio Pendapatan investasi Neto

f. Rasio Beban klaim, beban usaha

dan komisi.

g. Rasio Perubahan Modal Sendiri 2,400,826.68 2,101,278.46 2,090,432.15 40,226.97 60,194.91 39,511.78 0.17 215,822.99 3,903,820.85 1,131,424.83 4,041,898.590 4,393,119.26 4,006,519.06 385,425.30 138.44 2,196.36 106.24 485.32 7.79 111.70 7.18 2,391,098.01 2,101,278,46 2,090,432.15 39,607.35 56,156.86 39,511.78 0.17 233,698.78 3,903,820.85 4,080,134.03 4,080,134.023 4,432,747.41 4,001,653.31 431,094.10 138.44 2,196.36 106.24 485.32 7.79 111.70 7.18 1,584,336.36 1,255,396.59 1,244,325.97 26,626.72 44,154.63 25,824.64 0.11 226,241.93 3,225,401.64 927,858.13 3,259,554.97 3,631,709.81 3,295,012.56 335,782.69 139.14 2,029.74 105.20 325.67 9.88 123.48 1032 1,575,606.56 1,255,396.59 1,244,325.97 26,345.39 39,130.68 25,824.64 0.11 244,169.84 3,255,401.64 927,858.13 3,297,627.55 3,671,326.22 3,289,874.73 381,451.49 139.14 2,029.74 105.20 325.67 9.88 123.48 10.32


(33)

Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan bersangkutan. Agar data keuangan tersebut akan lebih berarti maka laporan keuangan itu harus dianalisa. Jadi analisis laporan keuangan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang manager keuangan untuk mengetahui adanya hambatan-hambatan atau masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil untuk operasi perusahaan di masa yang akan datang.

Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan, faktor yang paling utama yang perlu diperhatikan oleh penganalisa adalah sebagai berikut :

a. Likuiditas

Adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

b. Solvabilitas

Adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya, apabila perusahaan tersebut dilikudasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Rentabilitas atau profitability

Adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.


(34)

d. Stabilitas usaha

Adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya.

Faktor-faktor tersebut di atas akan dapat diketahui dengan cara menganalisa dan menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik analisa yang tepat atau sesuai dengan tujuan analisa.

Metode dan Teknik Analisa

Analisa-analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan-hubungan dari tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.

Ada dua metode yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu analisa horisontal dan analisa vertikal. Analisa horisontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisa vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan.


(35)

Menurut Hernanto (2003:30) Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Analisa perbandingan laporan keuangan

Adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.

2. Trend atau tendensi

Trend atau tendensi adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun yang dinyatakan dalam prosentase. 3. Laporan dengan persentase per komponen.

Laporan dengan persentase per komponen adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya.

4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja.

Analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis sumber dan penggunaan kas.

Analisis sumber dan penggunaan kas adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas dan untuk


(36)

mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

6. Analisis ratio

Analisis ratio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7. Analisis perubahan laba kotor

Analisis perubahan laba kotor adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode lain.

8. Analisis Break-Even

Analisis break even adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.

D. Ratio Keuangan

Pengertian Analisis Ratio Keuangan

Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat mengetahui kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam


(37)

jumlah rupiah, persentase serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa beberapa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio adalah suatu analisa yang menggunakan rasio atau perbandingan antara dua macam data keuangan guna mengetahui kondisi dan prestasi dari sebuah perusahaan.

Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisa yang lain adalah "future oriented”, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor-faktor-faktor di masa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.

Tujuan tiap penganalisa pada umumnya adalah untuk mengetahui tingkat rentabilitas dan likuiditas dari perusahaan yang bersangkutan, oleh karena itu angka-angka rasio pada dasarnya juga dapat digolongkan antara lain:

a. Rasio-rasio likuiditas b. Rasio-rasio solvabilitas c. Rasio-rasio rentabilitas

Menurut Munawir (2002:67) Angka-angka rasio keuangan yang diperoleh dapat dianalisa dengan memperbandingkan angka rasio tersebut dengan :

a. Standard rasio atau rasio rata-rata dari seluruh industri semacam dimana perusahaan yang data keuangannya sedang dianalisa menjadi anggotanya. Standard rasio atau rasio rata-rata untuk Indonesia sampai saat ini belum


(38)

dapat dilakukan karena belum ada lembaga atau badan yang menyusun rasio industri.

b. Rasio-rasio yang semacam di waktu-waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan.

c. Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik atau berhasil dalam usahanya.

Macam-macam Rasio Keuangan

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, dan sangat membantu manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, serta penting bagi kredit jangka panjang dan pemegang saham untuk mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang.

Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu :

a. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada saat ditagih (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern).

b. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern).


(39)

d. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.

e. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada saat ditagih (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern).

f. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern).

g. Membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan. h. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.

Beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menginterpretasikan data dalam analisis posisi keuangan jangka pendek (likuiditas) yaitu :

1. Rasio Lancar

Yang dimaksud dengan rasio lancar yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar, yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja atau likuiditas suatu perusahaan.

Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang. Akan tetapi suatu perusahaan dengan rasio lancar yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar kemungkinan sulit untuk


(40)

ditagih. Rasio lancar yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebagainya.

Sebelum membuat kesimpulan akhir dari analisa rasio lancar penganalisa harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

a. Distribusi atau proporsi dari aktiva lancar.

b. Data trend dari aktiva lancar dan hutang lancar untuk jangka waktu 5 tahun atau lebih dari waktu yang lalu.

c. Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam mengadakan pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan dalam menjual barangnya.

d. Present value dari aktiva lancar, sebab ada kemungkinan perusahaan memiliki saldo piutang tersebut sudah lama terjadi dan sulit ditagih sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan.

e. Kemungkinan persediaan dalam hubungannya dengan volume penjualan sekarang atau di masa yang akan datang yang mungkin adanya over investment dalam persediaan.

f. Kebutuhan jumlah modal kerja di masa mendatang, makin besar kebutuhan modal di masa yang akan datang maka semakin besar pula rasio yang dibutuhkan. g. Jenis perusahaan, misalnya perusahaan yang memproduksi sendiri barang yang


(41)

Harta Lancar Rasio lancar = --- Kewajiban Lancar 2. Rasio Cair

Rasio cair yaitu perbandingan antara aktiva lancar (tidak termasuk persediaan) dengan hutang lancar yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang.

Rasio cair ini lebih tajam dibandingkan dengan rasio lancar, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likwid dengan hutang lancar. Apabila rasio lancar tinggi tetapi rasio cair rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.

Harta Lancar – Persediaan Rasio cair = --- Kewajiban Lancar

Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangan yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang, baik dalam keadaan perusahaan masih berjalan dalam keadaan perusahaan dilikuidasi.


(42)

Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel.

Rasio-rasio keuangan yang termasuk dalam rasio solvabilitas, antara lain:

a. Rasio modal sendiri dengan total aktiva (Proprietory ratio/ stockholder's equity). Rasio ini menunjukkan pentingnya sumber modal pinjaman, dan tingkat

keamanan yang dimiliki oleh kreditor. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva

perusahaan.

Modal Sendiri Ratio modal dengan aktiva = --- Total Aktiva

b. Rasio modal sendiri dengan aktiva tetap

Yaitu rasio yang ditentukan atau dihitung dengan cara membagi total hak pemilik perusahaan dengan nilai buku dari aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Apabila rasio ini lebih dari 100% berarti modal sendiri melebihi total aktiva tetap dan menunjukkan aktiva tetap seluruhnya dibiayai oleh pemilik perusahaan dan sebagian dari aktiva lancar juga dibiayai oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya apabila rasio dibawah 100% berarti sebagian aktiva tetap perusahaan dibiayai dengan modal


(43)

pinjaman jangka pendek/jangka panjang, sedang aktiva lancar seluruhnya dibiayai dengan modal pinjaman.

Modal sendiri yang lebih besar daripada aktiva tetap keadaannya lebih menguntungkan karena aktiva tetap adalah berjangka panjang, sehingga sudah sewajarnya jika aktiva tetap dibiayai dengan modal sendiri sehingga tidak menimbulkan tekanan dari likwiditas perusahaan apabila saat hutang tersebut jatuh tempo.

Sebaliknya dengan modal sendiri yang lebih kecil daripada aktiva tetap, maka kemungkinan terdapat over investment dalam aktiva tetap, atau kurangnya modal yang beradal dari pemilik perusahaan.

Modal Sendiri Ratio modal dengan aktiva tetap = --- Aktiva Tetap

c. Rasio Aktiva tetap dengan hutang tetap

Yaitu dimaksud dengan rasio aktiva tetap dengan hutang tetap adalah :

a. Rasio yang diperoleh dengan membagi total aktiva tetap dengan total hutang jangka panjang.

b. Suatu rasio yang merupakan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka panjang, apalagi jika hutang jangka panjang itu dinyatakan secara khusus untuk dijamin dengan aktiva tetap tertentu.

c. Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetap.


(44)

Semakin tinggi aktiva dengan hutang tetap ini, maka semakin besar jaminan dan kreditor jangka anjang semakin terjamin, serta semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman. Aktiva tetap yang digunakan untuk menentukan rasio adalah nilai pada neraca, bukan nilai pengganti.

Aktiva Tetap Ratio aktiva tetap dengan hutang = ---

Hutang

Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi perusahaan, atau rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Beberapa rasio rentabilitas antara lain :

a. Ratio operating income dengan operating assets.

Profitability suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (operating assets).

Yang dimaksud dengan operating assets adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak diragukan dalam usaha pokok perusahaan.

Ratio operating income dengan operating assets ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa mengingat darimana sumber modal dan


(45)

menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan sehari-hari, dan sangat berguna untuk membandingkan antara dua perusahaan atau lebih yang memiliki struktur permodalan yang berbeda atau untuk membandingkan perusahaan yang sama untuk dua periode yang berbeda, karena dengan demikian maka akan diketahui earning power atau return on investment dari perusahaan yang bersangkutan.

Rasio yang rendah menunjukkan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut: 1. Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan untuk operasi

dalam hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut.

2. Merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan ongkos-ongkos yang diperlukan.

3. Adanya inefisiensi dalam produksi, pembelian dan pemasaran. 4. Adanya kegiatan ekonomi yang menurun.

b. Turnover dari Operating Assets Ratio

Merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut. Dengan rasio ini dapat diketahui tentang sampai seberapa jauh suatu aktiva telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode tertentu, biasanya, biasanya satu tahun.


(46)

Rasio perputaran dari operating assets ini mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain :

1. Hanya menunjukkan hubungan antara penghasilan dengan aktiva yang dipergunakan dan tidak memberikan gambaran tentang laba yang diperoleh.

2. Penjualan adalah suatu periode, sedangkan total operating assets adalah akumulasi kekayaan perusahaan selama beberapa periode, mungkin terdapat ekspansi yang tidak segera dapat menghasilkan tambahan penjualan sehingga rasio pada tahun pertama adanya ekspansi menunjukkan rasio yang rendah.

3. Tingkat penjualan yang diperoleh kemungkinan sekali dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar kemampuan perusahaan untuk diatasi.

Untuk menghindari kelemahan-kelemahan tersebut di atas, maka turnover ini dapat dihubungkan dengan tingkat profit margin, yang diperoleh dengan cara membagi laba yang diperoleh dengan total penjualan netto.

c. Return On Investment

Return on investment (ROI) merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan, dan dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh. Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.


(47)

Besarnya return on investment dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

1. Turn over dari operating assets, yaitu tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi.

2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih, dimana profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.

Kegunaan atau keuntungan dari return on investment adalah : a. Mempunyai sifat yang menyeluruh.

b. Dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal dengan perusahaan lain yang sejenis.

c. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan yang dilakukan oleh bagian lain, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan.

d. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

e. Berguna untuk keperluan pengawasan dan perencanaan.

Sedangkan kelemahan-kelemahan dari return on investment adalah :

a. Sukar untuk membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis karena praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan berbeda-beda.


(48)

c. Tidak dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan menggunakan kesimpulan yang memuaskan.

Analisis Rasio Keuangan

Berdasarkan laporan keuangan dapat dikutip rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas adalah sebagai berikut:

Rasio likuiditas

Harta Lancar a. Rasio Lancar = --- Kewajiban Lancar 226.241,92

Rasio Lancar tahun 2005 = --- = 7% 3.225.401,44

215.822,99

Rasio Lancar tahun 2006 = --- = 5,52% 3.903.820,85

Keterangan: bahwa dalam rasio lancar menunjukkan penurunan persentase dari tahun 2005 ke tahun 2006 dari 7% menjadi 5,52%

Harta Lancar - Persediaan b. Rasio Cepat = --- Kewajiban Lancar

226.241,92 – 16,19

Rasio cepat tahun 2005 = --- = 0,07 kali 3.225.401,44


(49)

215.822,99- 13,43

Rasio cepat tahun 2006 = --- = 0.05 kali 3.903.820,85

Keterangan: dalam rasio cepat setiap tahunnya ada penurunan yang tahun 2005 dari 0,07 kali di tahun 2006 menjadi 0,05 kali.

Rasio Solvabilitas

Jumlah Hutang a. Rasio Hutang = --- Jumlah Harta

3.295.012,56

Rasio Hutang tahun 2005 = --- = 90,7% 3.631.709,81

4.006.519,06 Rasio Hutang tahun 2006 = --- = 91,1%

4.393.119,26

Keterangan: rasio hutang dalam tahun 2005 menaik dari 90,7% menjadi 91,1% di tahun 2006.

Rasio Rentabilitas

1. Yang berkaitan dengan jumlah penjualan. a. Operating Profit Margin


(50)

Rasio ini menunjukkan besarnya persentase antara laba operasi sebelum pajak (EBIT) dengan penjualn netto. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan penggunaan dana secara efisien untuk biaya-biaya dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungan dengan penjualan.

Rumus:

EBIT

Operating Profit Margin = --- x 100% Penjualan

26.626,71

Tahun 2005 = ---x 100% = 1,680% atau Rp. 0,0168 1.584.336,36

40.226,96

Tahun 2006 = --- x 100%= 1,675% atau Rp. 0,0167 2.400.826,67

b. Operating Ratio

Rasio ini menunjukkan tingkat efiensi dari perusahaan, karena dari rasio ini dapat diketahui besarnya biaya yang dipakai dalam penjualan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keadaan yang kurang baik karena itu berarti penjualan yang dilakukan membutuhkan biaya yang tinggi.

Rumus:

HPP + Biaya Operasi

Operating Ratio = --- x 100% Penjualan


(51)

328.842,8

Tahun 2005 = --- x 100% = 20,75% atau Rp. 0,207 1.584.336,36

536.051,24

Tahun 2006 = --- x 100% = 22,32% atau Rp. 0,223 2.400.826,67

c. Net Profit Margin

Rasio ini adalah perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan bersih. Ratio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari penjualan, semakin besar rationya berarti semakin besar pula tingkat laba bersih yang diperoleh perusahaan.

Rumus:

EAT

Net Profit Margin = --- x 100% Penjualan

25.824,63

Tahun 2005 = --- x 100% = 1,629% atau Rp. 0,0162 1.584.336,36

39.511,78

Tahun 2006 = --- x 100% = 1,645% atau Rp.0,0164 2.400.826,67

2. Yang berkaitan dengan penggunaan aktiva d. Ratio Earning Power to Total Investment


(52)

Merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan jumlah aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi setiap investor.

Rumus:

EBIT

Operating Profit Margin = --- x 100%

Penjualan

26.626,71

Tahun 2005 = --- x 100% = 0,733% atau Rp0,0073 3.631.709,80

40.226,96

Tahun 2006 = --- x 100% = 0,915% atau Rp.0,0091 4.393119,25

e. Net Earning Power Ratio

Ratio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari penggunaan dana yang ditanamkan dalam menghasilkan keuntungan. Atau dengan kata lain ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan dana yang tertanam di dalam aktiva untuk mendapatkan laba.

Rumus:

EAT

Net Earning Power = --- x 100% Total Aktiva


(53)

25.824,63

Tahun 2005 = --- x 100% = 0,711% atau Rp. 0,0071 3.631.709,80

39.511,78

Tahun 2006 = --- x 100% = 0,899% atau Rp.0,0089 4.393119,25

f. Ratio Rate of Return For The Owners

Ratio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Semakin besar rasio ini berarti akan semakin baik bagi peruahaan karena semakin besar laba yang diperoleh oleh perusahaan.

Rumus:

EAT

Rate of Return For The Owners = --- x 100% Jumlah Modal Sendiri

25.824,63

Tahun 2005 = --- x 100% = 7,69 % atau Rp. 0,076 335.782,68

39.511,78

Tahun 2006 = --- x 100% = 10,25 % atau Rp.0,103 385.425,30


(54)

BAB III

ANALISA DAN EVALUASI

Salah satu tujuan dari perusahaan adalah memperoleh laba. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan juga dapat mengembangkan perusahaan yang baik dalam bentuk kuantitasnya (operasional perusahaan) maupun dalam bentuk kualitasnya (pelayanan terhadap konsumen).

Pada peruahaan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) dapat dilihat dari laporan keuangannya bahwa perkembangan dari pos-pos neraca maupun rugi laba tidak stabil. Untuk itu akan dianalisa perkembangan dari pos-pos yang berkaitan terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dibandingkan dengan investasi yang ditanam di dalam perusahaan.

Ratio lancar di tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 terus mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan tingkat keamanan (Margin of Safety) kredit jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutanag-hutang tersebut kurang baik. Untuk tahun 2005 setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,075 aktiva lancar sedangkan untuk tahun 2006 ternyata kurang baik yaitu untuk setiap Rp. 0,7 hutang lancar dengan Rp. 0,052 aktiva lancar.

Rasio cair mengalami perkembangan dari tahun 2005 ke tahun 2006. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan ternyata cukup baik.


(55)

Rasio hutang perusahaan di tahun 2005 sebesar 90,7%, tahun 2006 sebesar 91,1%. Dilihat dari besarnya rasio hutang yang rata-rata 90% maka ini berarti bahwa para kreditor telah menyediakan setengah dari jumlah pembiayaan perusahaan. Karena besarnya rasio hutang maka perusahaan akan mengalami kesulitan memperoleh dana pinjaman tambahan sebelum dapat meningkatkan modal sendiri atau mencari alternatif lain untuk pembiayaan aktiva, misalnya dengan menggunakan bagian dari laba bersih perusahaan, sehingga hutang tidak terlalu tinggi.

Operating profit margin adalah ratio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba operasi dalam periode tertentu dan membandingkannya dengan pendapatan yang diperoleh dalam periode yang sama.

Operating profit margin pada PT. Asuransi Jiwasraya pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 0,005%, dimana pada tahun 2005 operating profit margin perusahaan sebesar 1,680% sedangkan pada tahun 2006 operating profit margin perusahaan sebesar 1,675%, yang artinya bahwa pada tahun 2005 setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 0,0168 dan pada tahun 2006 setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 0,0167.

Penurunan operating profit margin yang terjadi pada tahun 2006 dapat terjadi karena pembiayaan perusahaan tidak sesuai dengan perencanaan dalam arti bahwa keseluruhan komponen biaya yang diperoleh dan direncanakan sebelumnya tidak dapat dijalankan karena keadaan perekonomian yang tidak stabil menyebabkan meningkatnya pengeluaran perusahaan secara tajam.


(56)

Dari hasil perhitungan diketahui besar operating ratio tahun 2005 20,75% dan pada tahun 2001 22,32%, berati jika tahun 2005 sebagai tahun dasar maka tahun 2006 operating ratio perusahaan sebesar 1,57%. Kenaikan gejala ini kurang baik, perusahaan harus menambah biaya operasi atau pendapatan yang diperoleh perusahaan semakin kecil karena perusahaan menggunakan dan untuk biaya operasi kurang efisien.

Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 setiap rupiah penjualan perusahaan mengeluarkan biaya operasi Rp. 0,207% dan pada tahun 2006 setiap rupiah penjualan mengeluarkan biaya operasi sebesar 0,223% berarti perusahaan menambah biaya operasi setiap rupiah penjualn sebesar Rp. 0, 016.

Net profit margin pada PT. Asuransi Jiwasraya dapat dilihat pada tahun 2005 sebesar 1,629% dan tahun 2006 sebesar 1,645%. Disini terlihat bahwa pada tahun 2005 net profit margin perusahaan naik sebesar 0,016%. Kenaikan angka ratio tersebut mungkin disebabkan karena menurunnya biaya-biaya produksi yang mengakibatkan naiknya laba perusahaan.

Yang artinya bahwa pada tahun 2005 perusahaan memperoleh laba dari setiap rupiah penjualan sebesar Rp. 0,0163 dan pada tahun 2006 perusahaan memperoleh laba dari setiap rupiah penjualan sebesar Rp. 0,0164 berati laba yang diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan mengalami penurunan sebesar Rp. 0,0001.

Earning power to total investment pada PT. Asuransi Jiwasraya pada tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,182 % dimana pada tahun 2005 earning power to total investment perusahaan sebesar 0.733 % dan pada tahun 2006 earning power to


(57)

total investment perusahaan sebesar 0,915 % yang artinya bahwa pada tahun 2005 dari setiap rupiah modal menghasilkan kerugian Rp 0,0073 untuk semua investor pada tahun 2006 dari setiap rupiah modal yang ditanamkan investor pada tahun 2006 sebesar 0,0018.

Hal ini disebabkan sudah cukup efisiennya dalam memperkirakan berapa besar piutang yang ada, sehingga manajemen bisa memperkirakan berapa besar laba/pendapatan yang akan diterima perusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui besarnya net earning power ratio perusahaan pada tahun 2005 sebesar 0,711 % dan pada tahun 2006 net earning power ratio perusahaan sebesar 0,899 % disini terlihat telah terjadi kenaikan pada tahun 2006 sebesar 0,188 %. Kenaikan ini merupakan indikasi yang positif terhadap kemampuan manajemen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan dana/aktiva perusahaan, sehingga mengakibatkan sedikitnya dana yang menganggur dalam perusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui besarnya rate of return for the owners pada tahun 2005 sebesar 7,69 % yang artinya setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan netto Rp 0,076 dan pada tahun 2006 rate of return for the owners perusahaan sebesar 10,25 % yang artinya setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuantungan netto sebesar Rp 0,102. Maka pada tahun 2006 rate of return for the owners perusahaan mengalami kenaikan sebesar Rp 2,56. Kenaikan ini disebabkan keadaan ekonomi yang stabil sehingga bank-bank menurunkan tingkat


(58)

bunga yang berakibat menurunnya biaya modal perusahaan dan disisi lain tingkat penjualan juga mengalami kenaikan.

Jika dilihat dari keseluruhan, maka perkembangan rasio-rasio keuangan peusahaan menunjukkan peningkatan yang stabil. Hal ini mungkin disebabkan karena biaya-biaya operasi yang dikeluarkan seimbang dengan pendapatan operasi setiap tahunnya. Kenaikan ini menunjukkan bahwa manajemen perusahaan sudah bisa mengendalikan biaya-biaya yang dipakai karena secara umum biaya-biaya tersebut telah direncanakan sebelumnya.


(59)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari analisa dan evaluasi yang telah dilakukan pad bab III terdahulu maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Perkembangan likuiditas pada perusahaan menunjukkan penurunan, disini terlihat tingkat keamanan (Margin of Safety) kredit jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutanag-hutang tersebut kurang baik. 2. Perkembangan ratio cair menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan ternyata cukup baik.

3. Perkembangan rentabilitas pada perusahaan menunjukkan kenaikan, disini terlihat cukup baiknya sistem perencanaan pada perusahaan. Baik itu dari segi pendapatan operasi maupun biaya-biaya operasi.

4. Perusahaan sudah mampu menggunakan seluruh kekayaannya secara produktif sehingga berakibat pada besarnya keuntungan yang diperoleh dalam setiap periode bila dibandingkan dengan aktiva yang digunakan.

5. Biaya operasi yang dikeluarkan seimbang dengan jumlah pendapatan operasi yang diperoleh. Penurunan pengeluaran untuk biaya operasi lebih kecil dari pemasukan pendapatan operasi yang diperoleh.


(60)

6. Perusahaan sudah mampu bekerja secara efisien dalam mengelola modal yang terdapat di dalam perusahaan sehingga tidak terjadi pemborosan.

7. Jika dilihat secara keseluruhan perkembangan ratio-ratio keuangan perusahaan telah menunjukkan peningkatan sesuai dengan yang diharapkan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi terhadap laporan keuangan maka akan dikemukakan beberapa saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak terkait.

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan merencanakan segala kegiatan yang berkaitan dengan pendapatan operasi dan biaya-biaya operasi dengan lebih baik. Demikian juga target yang ingin dicapai perusahaan, hendaknya dalam hal ini perusahaan harus merencanakannya lebih matang.

2. Kebijaksanaan pemakaian dana harus lebih ditingkatkan lagi agar PT. Asuransi Jiwasraya dapat lebih maju dan berkembang. Selain ini juga penyebab turunnya ratio-ratio harus menjadi perhatian bagi pihak perusahaan yang dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang.

3. Perusahaan harus bekerja lebih efisien dalam mengelola modal yang terdapat di dalam perusahaan agar tidak terjadi pemborosan.

4. Pemberian kompensasi berdasarkan prestasi kerja agar benar-benar dilakukan agar pegawai (dinas luar) semakin efektif untuk bekerja karena pemberian kompensasi juga cukup berpengaruh terhadap efektifitas kerja pegawai.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Faisal, 2001, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Cetakan Kelima, Penerbit UMM Press, Malang.

Harahap, Sofyan Syafri, 2001, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Keempat, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hernanto, 2003, Akuntansi Keuangan Menengah, Buku Dua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Husein, Umar, 2002, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan Ketiga, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jumingan, 2007, Analisa Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Marom Chairul, 2001, Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Munawir, S. Akuntansi, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit BPFE Yogyakarta.

Soemarso, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(1)

Dari hasil perhitungan diketahui besar operating ratio tahun 2005 20,75% dan pada tahun 2001 22,32%, berati jika tahun 2005 sebagai tahun dasar maka tahun 2006 operating ratio perusahaan sebesar 1,57%. Kenaikan gejala ini kurang baik, perusahaan harus menambah biaya operasi atau pendapatan yang diperoleh perusahaan semakin kecil karena perusahaan menggunakan dan untuk biaya operasi kurang efisien.

Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 setiap rupiah penjualan perusahaan mengeluarkan biaya operasi Rp. 0,207% dan pada tahun 2006 setiap rupiah penjualan mengeluarkan biaya operasi sebesar 0,223% berarti perusahaan menambah biaya operasi setiap rupiah penjualn sebesar Rp. 0, 016.

Net profit margin pada PT. Asuransi Jiwasraya dapat dilihat pada tahun 2005 sebesar 1,629% dan tahun 2006 sebesar 1,645%. Disini terlihat bahwa pada tahun 2005 net profit margin perusahaan naik sebesar 0,016%. Kenaikan angka ratio tersebut mungkin disebabkan karena menurunnya biaya-biaya produksi yang mengakibatkan naiknya laba perusahaan.

Yang artinya bahwa pada tahun 2005 perusahaan memperoleh laba dari setiap rupiah penjualan sebesar Rp. 0,0163 dan pada tahun 2006 perusahaan memperoleh laba dari setiap rupiah penjualan sebesar Rp. 0,0164 berati laba yang diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan mengalami penurunan sebesar Rp. 0,0001.

Earning power to total investment pada PT. Asuransi Jiwasraya pada tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,182 % dimana pada tahun 2005 earning power to


(2)

total investment perusahaan sebesar 0,915 % yang artinya bahwa pada tahun 2005 dari setiap rupiah modal menghasilkan kerugian Rp 0,0073 untuk semua investor pada tahun 2006 dari setiap rupiah modal yang ditanamkan investor pada tahun 2006 sebesar 0,0018.

Hal ini disebabkan sudah cukup efisiennya dalam memperkirakan berapa besar piutang yang ada, sehingga manajemen bisa memperkirakan berapa besar laba/pendapatan yang akan diterima perusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui besarnya net earning power ratio perusahaan pada tahun 2005 sebesar 0,711 % dan pada tahun 2006 net earning power ratio perusahaan sebesar 0,899 % disini terlihat telah terjadi kenaikan pada tahun 2006 sebesar 0,188 %. Kenaikan ini merupakan indikasi yang positif terhadap kemampuan manajemen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan dana/aktiva perusahaan, sehingga mengakibatkan sedikitnya dana yang menganggur dalam perusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui besarnya rate of return for the owners pada tahun 2005 sebesar 7,69 % yang artinya setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan netto Rp 0,076 dan pada tahun 2006 rate of return for the owners perusahaan sebesar 10,25 % yang artinya setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuantungan netto sebesar Rp 0,102. Maka pada tahun 2006 rate of return for the owners perusahaan mengalami kenaikan sebesar Rp 2,56. Kenaikan ini disebabkan keadaan ekonomi yang stabil sehingga bank-bank menurunkan tingkat


(3)

bunga yang berakibat menurunnya biaya modal perusahaan dan disisi lain tingkat penjualan juga mengalami kenaikan.

Jika dilihat dari keseluruhan, maka perkembangan rasio-rasio keuangan peusahaan menunjukkan peningkatan yang stabil. Hal ini mungkin disebabkan karena biaya-biaya operasi yang dikeluarkan seimbang dengan pendapatan operasi setiap tahunnya. Kenaikan ini menunjukkan bahwa manajemen perusahaan sudah bisa mengendalikan biaya-biaya yang dipakai karena secara umum biaya-biaya tersebut telah direncanakan sebelumnya.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari analisa dan evaluasi yang telah dilakukan pad bab III terdahulu maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Perkembangan likuiditas pada perusahaan menunjukkan penurunan, disini terlihat tingkat keamanan (Margin of Safety) kredit jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutanag-hutang tersebut kurang baik. 2. Perkembangan ratio cair menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan ternyata cukup baik.

3. Perkembangan rentabilitas pada perusahaan menunjukkan kenaikan, disini terlihat cukup baiknya sistem perencanaan pada perusahaan. Baik itu dari segi pendapatan operasi maupun biaya-biaya operasi.

4. Perusahaan sudah mampu menggunakan seluruh kekayaannya secara produktif sehingga berakibat pada besarnya keuntungan yang diperoleh dalam setiap periode bila dibandingkan dengan aktiva yang digunakan.

5. Biaya operasi yang dikeluarkan seimbang dengan jumlah pendapatan operasi yang diperoleh. Penurunan pengeluaran untuk biaya operasi lebih kecil dari pemasukan pendapatan operasi yang diperoleh.


(5)

6. Perusahaan sudah mampu bekerja secara efisien dalam mengelola modal yang terdapat di dalam perusahaan sehingga tidak terjadi pemborosan.

7. Jika dilihat secara keseluruhan perkembangan ratio-ratio keuangan perusahaan telah menunjukkan peningkatan sesuai dengan yang diharapkan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi terhadap laporan keuangan maka akan dikemukakan beberapa saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak terkait.

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan merencanakan segala kegiatan yang berkaitan dengan pendapatan operasi dan biaya-biaya operasi dengan lebih baik. Demikian juga target yang ingin dicapai perusahaan, hendaknya dalam hal ini perusahaan harus merencanakannya lebih matang.

2. Kebijaksanaan pemakaian dana harus lebih ditingkatkan lagi agar PT. Asuransi Jiwasraya dapat lebih maju dan berkembang. Selain ini juga penyebab turunnya ratio-ratio harus menjadi perhatian bagi pihak perusahaan yang dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang.

3. Perusahaan harus bekerja lebih efisien dalam mengelola modal yang terdapat di dalam perusahaan agar tidak terjadi pemborosan.

4. Pemberian kompensasi berdasarkan prestasi kerja agar benar-benar dilakukan agar pegawai (dinas luar) semakin efektif untuk bekerja karena pemberian kompensasi


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Faisal, 2001, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Cetakan Kelima, Penerbit UMM Press, Malang.

Harahap, Sofyan Syafri, 2001, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Keempat, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hernanto, 2003, Akuntansi Keuangan Menengah, Buku Dua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Husein, Umar, 2002, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan Ketiga, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jumingan, 2007, Analisa Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Marom Chairul, 2001, Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Munawir, S. Akuntansi, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit BPFE Yogyakarta.

Soemarso, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.