10 penguatan pemanfaatan TIK untuk e-pembelajaran, e-
manajemen dan e-layanan dilakukan antara lain melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut.
a Penyediaan sarana dan prasarana TIK serta muatan
pembelajaran berbasis TIK untuk penguatan dan perluasan e-pembelajaran pada SMK;
b Pengembangan e-manajemen, e-pelaporan, dan e- layanan untuk meningkatkan efektivitas tata kelola dan
layanan publik; c Pengembangan sistem pengelolaan pengetahuan untuk
mempermudah dalam
berbagi informasi
dan pengetahuan antar peserta didik dan tenaga pendidik;
d Pengembangan pusat sumber belajar berbasis TIK di SMK;
e Peningkatan kemampuan SDM untuk mendukung pendayagunaan TIK di pusat dan daerah.
6. Penyediaan buku teks murah berbasis TIK e-books;
Dalam rangka meningkatkan jumlah buku teks dan peralatan, serta mendorong kreativitas serta motivasi siswa
SMK, Direktorat Pembinaan SMK akan meneruskan program perakitan peralatan oleh SMK dan pembuatan buku sekolah
elektronik BSE. Penyusunan BSE dan perakitan Peralatan yang dilakukan oleh SMK tersebut dimaksudkan untuk
mendukung program buku dan peralatan murah pemerintah. Penyediaan buku teks dan peralatan praktek yang bermutu,
diusahakan agar mudah diperoleh siswa dengan harga yang terjangkau
serta meniadakan
monopoli perakitan,
pengadaan, dan pendistribusian peralatan. Namun demikian penyusunan BSE dan perakitan peralatan
oleh SMK yang telah dilakukan belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan buku teks dan peralatan bagi seluruh
siswa SMK. Penyusunan BSE dan pengadaan peralatan murah dilakukan antara lain melalui kebijakan-kebijakan
sebagai berikut: a Penyediaan bantuan peralatan hasil rakitan SMK dengan
menunjuk SMK-SMK yang berkompeten sebagai SMK
11 perakit seusai dengan kompetensi keahliannya masing-
masing; b Penyusunan Buku sekolah elektronik pada mata
pelajaran produktif yang selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman yang langsung di-
upload
ke dalam website Direktorat PSMK dan Pusat Layanan TIK
SMK. Hal tersebut dimaksudkan agar Sekolah dapat mendapatkan buku tersebut secara mudah, cepat, dan
murah;
c Bekerjasama dengan perusahaan nasional dan berusaha untuk meningkatkan proporsi kandungan lokal dari
peralatan yang dirakit; d Mengevaluasi sistem perakitan peralatan SMK untuk
meningkatkan kualitas dan pemanfaatan peralatan tersebut;
Mendorong satuan pendidikan lain untuk memanfaatkan peralatan hasil rakitan SMK.
7. Pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha;
Kontribusi dunia usaha dan dunia industri dalam pengembangan pendidikan menengah kejuruan masih
rendah. Hal ini diakibatkan karena belum adanya pola kemitraan pendidikan dengan dunia usaha dan dunia
industri, serta organisasi masyarakat. Sementara itu, pendidikan
tidak dapat
berdiri sendiri
lepas dari
keterkaitannya dengan dunia usaha dan dunia industri, baik proses pendidikannya, pendidiknya, dan maupun peserta
didiknya. Untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan beberapa kebijakan yang antara lain adalah sebagai berikut.
a Pembentukan sistem yang mengatur kemitraan sinergis
dengan dunia usaha dan dunia industri untuk peningkatan relevansi lulusan dengan kebutuhan dunia
usaha dan industri. b Optimisasi
pemanfaatan dana
Corporate Social
Responsibility CSR untuk bidang pendidikan. c Pembentukan sistem yang mengatur kemitraan sinergis
dengan organisasi
kemasyarakatan seperti
12 penyelenggaraan SMK dengan organisasi profesi seperti
penyusunan program sertifikasi profesi. d Membangun mekanisme kemitraan antara Direktorat
Pembinaan SMK dan SMK dengan pelaku usaha untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan berkualitas.
e Mendorong pihak swasta untuk membangun lembaga pendidikan dan pelatihan khususnya yang terkait dengan
kebutuhan SDM. f Pemanfaatan potensi yang ada di masyarakat, dunia
usaha dan dunia industri untuk peningkatan kualitas pendidikan.
g Optimalisasi utilitas SMK diluar jam belajar mengajar untuk pemberdayaan masayarakat sekitar SMK.
8. Koordinasi antar kementerian danatau Lembaga