Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun)

MANFAAT EKONOMI SISTEM PENGELOLAAN
HUTAN RAKYAT
(Studi Kasus : Dusun Marubun Pane Kecamatan Tigarunggu
Kabupaten Simalungun)

PANTAS H SITANGGANG
031201008/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

2

ABSTRACT


Pantas Halomoan Sitanggang, The Economic advantage of Populance
Forest Management System, Case in Dusun Marubun Pane, Kecamatan
Tigarunggu, Kabupaten Simalungun . Led by Oding Affandi and April Harini.
Forest is having a very important role for our living in directly advantages
and indirectly advantages. The advantages can be felt when it gives contribution
of its existancy directly and indirectly for the population around forest.
The production of populance forest in Nagori Tigarunggu Dusun Marubun
Pane is started with some steps like preparition, planting, maintenance, harvesting
until the last step is result analize.
The economic value that get from the advantages of populance forest
product is Rp 186.800.000 or about 31.29% from the total of farmer income come
from the section in agriculture, plantation and from others income.
Because of the advantages of populance Forest is very important for the
population around forest and the farmer, so that populance forest must be in
protected and useful for all the time.
Key word : Public Forestry, Advantages, Economic Value

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.

USU Repository © 2009

3

ABSTRAK
Pantas Halomoan Sitanggang. Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan
Hutan Rakyat ( Studi Kasus Dusun Marubun Pane Kecamatan Tigarunggu
Kabupaten Simalungun ), Dibimbing Oleh Oding Affandi dan April Harini.
Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan, yaitu
berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.
Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan apabila hutan tersebut terjamin
eksistensinya, sehingga dapat berfungsi secara optimal. Hutan Rakyat mempunyai
peranan yang sangat penting jika dikaji dari manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung bagi masyarakat sekitar hutan.
Pembuatan hutan rakyat di Nagori Tigarunggu Dusun Marubun Pane telah
melewati sejarah yang cukup panjang dimulai dari tahun 1970 an dan berlangsung
sampai dengan sekarang. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Dusun Marubun
Pane ini dimulai dengan tahap persiapan, tahap penanaman, tahap pemeliharaan
,tahap pemanenan hasil dan yang terakhir analisa hasil.
Adapun nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan hasil hutan rakyat ini

adalah Rp186.800.000 atau berkisar 26,42% dari keseluruhan pendapatan petani
baik itu dari sektor pertanian, sektor perkebunan, dan sumber pendapatan lainnya.
Mengingat bahwa manfaat hutan rakyat sangat cukup penting bagi
masyarakat sekitar hutan dan petani pengelola hutan rakyat, untuk itu Hutan
Rakyat harus senantiasa dijaga dan dimanfaatkan secara berkesinambungan.
Kata Kunci : Hutan Rakyat, potensi, manfaat nilai ekonomi.

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

4

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematang Raya Kabupaten Simalungun, pada tanggal
27 Maret 1984, dari Ayahanda Drs Dj. Sitanggang dan Ibunda R. Sipayung.
Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri no 091410
Sidamanik Sarimatondang Kabupaten Simalungun pada tahun 1996, pendidikan
sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Pematang Siantar Kabupaten

Simalungun pada tahun 1999, dan menyelesaikan sekolah menengah umum di
SMU Budi Murni 2 Medan tahun 2002.
Penulis mengikuti perkuliahan di Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SPMB dengan jurusan Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas
Pertanian pada tahun 2003. Selama kuliah penulis pernah aktif Unit Kegiatan
Mahasiswa KMK USU, IMAS ( Ikatan Mahasiswa Simalungun), dan Organisasi
Gerakan Aksi Penghijauan (GAP). Menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) sektor Aek Nauli Kabupaten
Simalungun. Judul penelitian penulis dalam menyelesaikan studi adalah Manfaat
Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat di Dusun Marubun Pane Nagori
Tigarunggu Kabupaten Simalungun.

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

5

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan berkat dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Adapun tema penelitian ini adalah
Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus Dusun
Marubun Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun)
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Oding Affandi, S.Hut, MP dan Ibu Ir.April Harini selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan yang sangat
bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih juga kepada para Dosen dan Staf
Pegawai Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Terutama kepada
kedua orang tua penulis, keluarga dan teman-teman yang memberikan dukungan
pada

penulis dalam penyempurnaan tulisan ini. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada Bapak Amiruddin Purba dari Dinas Kehutanan Kabupaten
Simalungun yang telah mendampingi dan telah banyak berkorban bagi penulis
selama penulis berada di lokasi penelitian mulai dari awal sampai berakhirnya
penelitian ini.

Harapan penulis kiranya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca tulisan ini, juga bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembacanya
dalam penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2009
Penulis

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

6

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT ..................................................................................................
i
ABSTRAK..................................................................................................... ii

ii RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... . vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................
Perumusan Masalah ..............................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................................

1
3
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Kehutanan Masyarakat ...........................................................................
Hutan Rakyat .........................................................................................

Konsepsi Hutan Rakyat ..........................................................................
Manfaat Hutan Rakyat ...........................................................................

5
6
8
9

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................
Bahan dan Alat .......................................................................................
Objek dan Data Kegiatan........................................................................
Metode Pengumpulan Data ....................................................................
Analisis Potensi Hutan Rakyat ...............................................................

12
12
12
13
14


KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Fisik Lingkungan ......................................................................
Topografi, Keadaan Tanah dan Iklim .....................................................
Aksesibilitas ...........................................................................................
Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat .....................................................
Kependudukan .......................................................................................
Mata Pencaharian...................................................................................
Sarana dan Prasarana .............................................................................

16
16
16
16
16
17
18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Hutan Rakyat......................................................................

Potensi Hutan Rakyat .............................................................................
Manfaat Ekonomis Hutan Rakyat ...........................................................
Penambahan Pendapatan Petani..............................................................
Penyerapan Tenaga Kerja .......................................................................

19
27
29
31
41

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

7

Halaman
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................ 44

Saran ...................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 45
LAMPIRAN ................................................................................................. 47

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

8

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Taksiran Potensi Tegakan pada Lahan Setiap Responden................................ 28
2. Taksiran Nilai Tegakan Hutan Rakyat di Dusun Marubun Pane...................... 29
3. Pendapatan Masyarakat Rata-rata Pertahun dari Sumber Pertanian,
Perkebunan dan Hutan Rakyat......................................................................... 32

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

9

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia............................................... 17
2. Petani Hutan Rakyat Sedang Melakukan Pembibitan....................................... 17
3. Sarana Pendidikan Sekolah yang Ada di Kecamatan Tigarunggu.................... 18
4. Saluran Pemasaran Hasil Hutan Rakyat Dusun Marubun Pane........................ 26
5. Petani Hutan Rakyat yang Mengumpulkan Kayu Bakar.................................. 27
6. Hutan Rakyat yang Ada di Dusun Marubun Pane ………............................... 30

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

10

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data Pengukuran Potensi Plot Contoh Tanaman Hutan Pinus...........................47
2. Data Responden Petani Hutan Rakyat Dusun Marubun Pane........................... 57
3. Tabel Plot Contoh Pada Setiap Lahan Hutan Rakyat Responden..................... 58
4. Sumber – Sumber Pendapatan Petani Hutan Rakyat Pinus
Tahun 2006 – 2007 ……………....................................................................... 59
5. Peta situasi kelurahan Tigarunggu pada Kecamatan Tigarunggu..................... 60

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

11

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan,yaitu
berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.
Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan apabila hutan terjamin eksistensinya,
sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan
sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumber
daya alam berupa hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan
pembangunan nasional berkelanjutan.
Menurut Reksohadiprojo (1994), pentingnya hutan bagi kehidupan sosial
ekonomi suatu masyarakat kini dirasakan semakin meningkat, hal ini menurut
kesadaran untuk mengelola sumber daya hutan tidak hanya dari segi finansial saja
namun diperluas menjadi pengelolaan sumber daya hutan secara utuh.
Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem
yang didominasi oleh pohon. Menurut Helms (1998) hutan adalah suatu ekosistem
yang dicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih padat dan tersebar,
seringkali terdiri dari tegakan-tegakan yang beragam ciri-cirinya seperti
komposisi jenis, struktur, klas umur, dan proses-proses yang terkait, dan
umumnya mencakup padang rumput, sungai-sungai kecil, dan satwa liar.
Definisi tersebut menekankan komponen pohon yang dominan terhadap
komponen lainnya dari ekosistem itu, dan mensyaratkan adanya kondisi iklim dan
ekologis yang berbeda dengan kondisi luarnya. Penekanan hutan sebagai suatu
ekosistem mengandung maksud bahwa di dalam hutan terjadi hubungan saling
tergantung satu komponen dengan komponen lainnya yang terjalin sebagai suatu
system. Sehingga apabila salah satu komponen dari system itu rusak (tidak
berfungsi) akan menyebabkan komponen lain terganggu, dan akibatnya sistem itu
tidak dapat berjalan normal. Hutan itu sendiri sebagai bagian dari ekosistem yang
lebih besar, sehingga apabila hutan rusak akan mengganggu system yang lebih
besar itu.

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

12

Pengertian Hutan Rakyat menurut UU No. 41/1999 tentang kehutanan,
hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik.
Definisi diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang
tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam
pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat
berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan
masyarakat lokal (biasa disebut masyarakat hukum adat).
Unsur-unsur hutan rakyat dalam materi dan penjelasan pasal 3 Undang –
undang Pokok Kehutanan no 5 dicirikan sebagai berikut :
a) Hutan yang diusahakan sendiri, bersama orang lain atau badan hukum.
b) Berada diatas tanah milik atau orang hak orang lain

berdasarkan aturan

perundang-undangan.
c) Dapat dimiliki berdasarkan penetapan Menteri Kehutanan.
Pengertian

hutan

rakyat

seperti

itu

menimbulkan

konsekuensi-

konsekuensi. Pertama, hutan-hutan yang tumbuh di atas tanah adat dan dikelola
oleh keluarga-keluarga petani sebagai anggota suatu kelompok masyarakat adat
diklaim oleh pemerintah sebagai hutan negara dan tidak termasuk hutan rakyat.
Kedua, hutan-hutan yang tumbuh di atas tanah milik dan diusahakan oleh orangorang kota yang menyewa atau membeli tanah masyarakat lokal masih dapat
dikategorikan sebagai hutan rakyat. Dengan demikian, pengertian di atas
mempertentangkan "hutan rakyat" dan "hutan negara" dilihat berdasarkan status
kepemilikan tanahnya atau sifat dari obyek (tanah dan hutan), bukan berdasarkan
pelakunya atau subyek yang mengelola hutan. Dalam undang-undang Pokok
Kehutanan juga secara implisit disebutkan tentang hutan dengan status hak guna
usaha. Dengan demikian jika rakyat secara perorangan atau kelompok
memperoleh hak guna usaha, hutannya tidak disebut sebagai hutan rakyat,
melainkan hutan hak guna usaha. Kategorisasi tersebut sangat membingungkan,
mengapa hutan di tanah milik tidak disebut "hutan milik" saja, bukan "hutan
rakyat".
Keberadaan hutan rakyat tidaklah semata-mata akibat interaksi alami
antara komponen botani, mikro organisme, mineral tanah, air dan udara,
melainkan juga adanya peran manusia dan kebudayaannya. Kreasi budaya yang
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

13

dikembangkan dalam interaksinya dengan hutan, berbeda-beda antar kelompok
masyarakat.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dikemukakan disini adalah apakah pengelolaan hutan
rakyat yang dilakukan oleh para petani di Dusun Marubun Pane Kecamatan
Tigarunggu telah memperhatikan aspek kelestarian hutan dan kelestarian hasil,
seberapa besar kontribusi hutan rakyat tersebut terhadap peningkatan pendapatan
para petani, dan apa saja manfaat ekonomis yang didapatkan masyarakat pada
umumnya dan petani hutan rakyat pada khususnya dengan keberadaan hutan
rakyat di Dusun Marubun Pane. Aspek produksi , khususnya tentang sruktur
tegakan dan potensi produksi, penelitian Hardjanto (2003) menemukan bahwa
disatu sisi struktur tegakan kayu rakyat menunjukkan struktur hutan normal,
namun disisi lain ternyata pohon-pohon yang dijual mengalami penurunan kelas
diameter. Hal ini berarti akan mengancam kelestarian tegakan hutan rakyat dan
sekaligus berarti mengancam pula kelestarian usahanya. Aspek pengolahan
dimaksud disini adalah semua jenis tindakan yang merubah bahan baku (kayu
bulat) menjadi barang setengah jadi. Masalah terbesar saat ini adalah dilihat pada
aspek pengolahan yaitu masalah jumlah dan kontinuitas sediaan bahan baku.
Sementara itu permasalahan pada aspek pemasaran meliputi beberapa hal
diantaranya : sistem distribusi, sruktur pasar, penentuan harga, prilaku pasar, dan
keragaan pasar. Kelembagaan yang mendukung pada setiap sub sistem juga masih
perlu disempurnakanagar kinerja usaha hutan rakyat secara keseluruhan menjadi
lebih baik.
Pengusahaan hutan rakyat juga secara kumulatif menunjukkan berbagai
kekurangan, kelemahan serta kurang akurat. Gejala kelemahannya tidak
meletakkan posisi dan kedudukan hukum hutan rakyat ini kedalam status legal
dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, antara lain:
a. Belum semua data potensi dan kepemilikan hutan rakyat teridentifikasi dengan
baik.
b. Secara umum areal hutan rakyat belum diukur dan dipetakan sebagaimana
dilakukan terhadap hutan negara.
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

14

c. Belum diterbitkannya aturan-aturan teknis pembinaan administrasi dan tata cara
pengelolaan hutan rakyat sebagai payung untuk dipedomani secara seragam
disetiap wilayah.
d. Sistem pungutan, retribusi dan perizinan usaha hutan rakyat, diperlakukan
serupa dengan hutan negara, contohnya: Dalam penggunaan Surat Angkutan
Kayu Bulat (SAKB), yang digunakan dalm kegiatan eksploitasi tebangan
dikawasan hutan negara juga, digunakan bagi eksploitasi dihutan rakyat.
e. Gambaran umum usaha hutan rakyat yang belum terdata jelas dari setiap
penghasilan yang diterima masyarakat setiap bulannya atau pertahunnya.
f. Tidak adanya aturan hukum yang jelas tentang kepemilikan hutan rakyat secara
yuridis formal, terkait erat dengan kebijakan hukum pertanahan yang masih
terus dibebani dewasa ini.

Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Dusun Marubun Pane.
2. Mengetahui potensi hutan rakyat di Dusun Marubun Pane.
3. Mengetahui manfaat ekonomis dari hutan rakyat berupa tambahan pendapatan
petani, penyerapan tenaga kerja.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Departemen Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten Simalungun ,bahwa
hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai alat kontrol dan masukan
atas dampak yang terjadi dengan adanya kegiatan pengelolaan hutan rakyat.
2. Untuk memperkaya dan melengkapi kajian tentang kegiatan pengelolaan
hutan rakyat dalam hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat dan
perubahan pendapatan masyarakat yang bersangkutan.
3. Sebagai bahan informasi bagi instansi-instansi terkait serta pihak lainnya
untuk penelitian selanjutnya.

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

TINJAUAN PUSTAKA

Kehutanan Masyarakat
Konsepsi kehutanan masyarakat (community forestry) sebenarnya relatif
baru karena community forestry (CF) muncul sebagai tanggapan dari kegagalan
konsep industrialisasi kehutanan yang populer pada sekitar tahun 1960-an.
Kristalisasi pikiran-pikirannya tentang CF ini kemudian banyak dipublikasikan
FAO. Dan kemudian pada tahun 1983, secara resmi FAO mendefinisikan CF
sebagai

konsep radikal kehutanan yang berintikan partisipasi rakyat, artinya

rakyat diberi wewenang merencanakan dan memutuskan sendiri apa yang mereka
kehendaki. Hal ini berarti memfasilitasi mereka dengan saran dan masukan yang
diperlukan untuk menumbuhkan bibit, menanam, mengelola dan melindungi
sumber daya hutan milik mereka dan memperoleh keuntungan maksimal dari
sumber daya itu dan memanennya secara maksimum. CF didedikasikan sebagai
gagasan untuk meningkatkan keuntungan langsung sumber daya hutan kepada
masyarakat pedesaan yang miskin (Awang et al. , 2001).
Beberapa tahun terakhir ini, konsepsi kehutanan masyarakat (CF) sering
dikonfrontasikan dengan konsep perhutanan sosial yang merupakan terjemahan
dari social forestry (SF). Konsepsi SF lebih dikonotasikan sebagai bentuk
pengusahaan kehutanan yang dimodifikasi supaya keuntungan yang diperoleh dari
pembalakan kayu didistribusikan kepada masyarakat lokal. Dan kemudian di
Indonesia Perum Perhutani sebagai salah satu pelopor SF di Indonesia
mendefinisikan bahwa SF adalah

Suatu sistem dimana masyarakat lokal

berpartisipasi dalam manajemen hutan dengan tekanan pada pembuatan hutan
tanaman. Tujuan sistem SF adalah reforestasi yang jika berhasil akan
meningkatkan fungsi hutan, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan
kesejahteraan sosial (Awang et al. , 2001).
Perkembangan teori pengelolaan hutan dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori yaitu kategori hutan konvensional dan kategori kehutanan modern. Teori
pengelolaan hutan yang termasuk kedalam kehutanan konvensional adalah
penambangan kayu atau timber extarction (TE) dan perkebunan kayu atau timber
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

16

management (TM). Sementara itu yang termasuk kedalam golongan kehutanan
sosial adalah pengelolaan hutan sebagai sumber daya atau forest resource
management (FRM) dan pengelolaan hutan sebagai ekosistem atau forest
ecosistem management (FEM). Keempat teori pengelolaan hutan tersebut secara
evolutif berkembang sejak dari mulai penambangan kayu (TE) hingga sampai
pada ekosistem hutan (Simon, 1998).

Hutan Rakyat
Menurut UU No.41/1999) hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas
tanah yang dibebani hak milik. Definisi ini diberikan untuk membedakannya dari
hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik
atau tanah negara. Dari sudut pandang pemerintah mengatakan bahwa
keberhasilan pembangunan hutan rakyat karena ada dukungan progam
penghijauan dan kegiatan pendukung seperti demplot dan penyuluhan. Hutan
rakyat atau hutan milik adalah semua hutan yang ada di Indonesia yang tidak
berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, dimiliki oleh masyarakat,
proses terjadinya dapat dibuat oleh manusia, dapat juga terjadi secara alami, dan
dapat juga karena upaya rehabilitasi tanah kritis (Hardjosoediro, 1980).
Sebagian besar penulis artikel dan peneliti tentang hutan rakyat sepakat
bahwa secara fisik hutan rakyat itu tumbuh dan berkembang di atas lahan milik
pribadi, dikelola dan dimanfaatkan oleh keluarga, untuk meningkatkan kualitas
kehidupan, sebagai tabungan keluarga, sumber pendapatan dan menjaga
lingkungan. Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh
organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat,
maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan
ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan,
satuan usaha tani semusim, peternakan, barang dan jasa, serta rekreasi alam.
Bentuk dan pola hutan rakyat di Indonesia sebagai inisiatif masyarakat adalah
antara lain hutan rakyat sengon, hutan rakyat jati, hutan rakyat campuran, hutan
rakyat suren (Awang, 2001).
Istilah hutan rakyat sudah lebih lama digunakan dalam program-program
pembangunan kehutanan dan disebut dalam Undang-Undang Pokok Kehutanan
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

17

(UUPK) tahun 1967 dengan terminologi ‘hutan milik”. Di Jawa, hutan rakyat
dikembangkan pada tahun 1930-an oleh pemerintah kolonial. Setelah merdeka
pemerintah Indonesia melanjutkan pada tahun 1952 melalui gerakan “Karang
Kitri”. Secara nasional, pengembangan hutan rakyat selanjutnya berada di bawah
payung program penghijauan yang diselenggarakan pada tahun 1960-an dimana
Pekan Raya Penghijauan I diadakan pada tahun 1961. Sampai saat ini hutan rakyat
telah diusahakan di tanah milik yang diakui pada tingkat lokal (tanah adat). Di
dalam hutan rakyat ditanam aneka pepohonan yang hasil utamanya bisa beraneka
ragam. Untuk hasil kayu misalnya, sengon (Paraserianthes falcataria), jati
(Tectona grandis), akasia (Acacia sp), mahoni (Swietenia mahagoni) dan lain
sebagainya. Sedang yang hasil utamanya getah antara lain kemenyan (Styrax
benzoin), damar (Shorea javanica). Sementara itu yang hasil utamanya berupa
buah antara lain kemiri, durian, kelapa dan bambu (Suharjito dan Darusman,
1998)
Sasaran pembangunan hutan rakyat menurut Jaffar (1993) adalah lahan
milik dengan kriteria:
1. Areal kritis dengan keadaan lapangan berjurang dan bertebing yang
mempunyai kelerengan lebih dari 30%.
2. Areal kritis yang telah diterlantarkan atau tidak digarap lagi sebagai lahan
pertanian tanaman pangan semusim.
3. Areal kritis yang karena pertimbangan-pertimbangan khusus seperti untuk
perlindungan mata air dan bangunan pengairan perlu dijadikan areal tertutup
dengan tanaman tahunan.
4. Lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkan
bila dijadikan hutan rakyat daripada untuk tanaman semusim.

Materi dan penjelasan Pasal 2 Undang-undang Pokok Kehutanan, unsurunsur hutan rakyat dicirikan antara lain:
a

Hutan yang diusahakan sendiri, bersama orang lain atau badan hukum.

b. Berada diatas tanah milik atau hak lain berdasarkan aturan perundangundangan.
c. Dapat dimiliki berdasarkan penetapan Menteri Kehutanan.
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

18

Bila diurut kebelakang, bagaimana luas perimbangan, perhatian dan
kebijakan perundang-undangan, terhadap pembinaan hutan negara dan hutan
rakyat, maka prioritas pembinaan dititikberatkan kepada kawasan hutan negara.
Sedangkan hutan rakyat seperti dirumuskan Pasal 12 UU Pokok Kehutanan
sekadar materi muatan yang aturan pelaksanaannya masih menunggu tindak lanjut
(Dephut, 1974).
Kepustakaan ilmu kehutanan dapat ditemukan istilah Hutan Rakyat, hutan
rakyat ini dapat mencakup hutan individu, hutan kelompok, hutan keluarga, hutan
kolektif. Dengan demikian membuat klasifikasi tentang hutan dapat bermacammacam dengan dasar klasifikasi yang berbeda, namun konsisten dan sepadan
(apakah menurut jenis, habitat, status hak atau pelaku). Istilah hutan rakyat tidak
dikenal dalam bahasa kelompok-kelompok masyarakat pengelola hutan, meskipun
dalam undang-undang kehutanan disebutkan bahwa hutan hak yang berada pada
tanah yang dibebani hak milik lazim disebut hutan rakyat. Kata lazim di sini
menurut pihak pembuat undang-undang, tetapi tidak lazim dalam masyarakat.
Istilah yang digunakan berbeda-beda antar kelompok masyarakat, ada talun,
leuweung, wono, lembo, tembawang, repong, tombak dan lain-lain sebutannya
(Sutidja, 1993).

Konsepsi Hutan Rakyat
Istilah ‘Hutan Rakyat’ merupakan fenomena yang relative baru untuk
Indonesia. Oleh karena itu dalam UUPK No.5 Tahun 1967 tentang Ketentuan
Pokok Kehutanan, perihal istilah hutan rakyat juga belum dimasukkan secara
proporsional. Di dalam undang-undang tersebut istilah yang digunakan adalah
hutan milik, yaitu lahan milik rakyat yang ditanami dengan pepohonan (Simon,
1998). Sementara itu Departemen Kehutanan mendefinisikan bahwa hutan rakyat
adalah

Suatu lapangan di luar hutan Negara yang didominasi oleh pohon-

pohonan, sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan merupakan persekutuan
hidup alam hayati beserta lingkungannya (Dephut, 1998).
Definisi ini sesungguhnya hanyalah untuk membedakan hutan yang
tumbuh di lahan negara dan lahan milik rakyat. Sedangkan menurut Kamus
Kehutanan (1990), hutan rakyat adalah Lahan milik rakyat atau milik adat atau
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

19

ulayat yang secara terus menerus diusahakan untuk usaha perhutanan yaitu jenis
kayu-kayuan, baik tumbuh secara alami maupun hasil tanaman.

Manfaat Hutan Rakyat
Hutan rakyat yang berada masyarakat ini juga mempunyai fungsi yang
sama dengan hutan alam. Ia juga dapat mengatur tata air, mempengaruhi iklim
mikro, mencegah erosi, menyuplai bahan mineral tanah, memproduksi kayu, dan
lainnya. Sementara masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hutan, jumlahnya
cukup besar dan mereka sangat familiar dengan tanam menanam pohon. Hal ini
merupakan potensi yang sangat besar jika ingin menjadikan hutan rakyat
primadona kehutanan. Bagi kelompok masyarakat yang langsung berinteraksi
dengan hutan, hutan tidak hanya dipandang sebagai kumpulan benda-benda fisik
yang kasat mata atau sebagai sumber makanan yang dapat dipungut langsung.
Pada hutan yang dapat diintervensi manusia untuk manfaat langsungnya diberi
istilah yang berbeda dengan hutan yang fungsi utamanya ekologis yang masih
digambarkan sebagai kramat, tempat dewa-dewa atau semayang nenek moyang.
Hutan juga sebagai sumber inspirasi kreasi budaya, seperti ragam seni tari, seni
ukir, seni lukis pada masyarakat adat Dayak. Dari hutan pula suatu kelompok
masyarakat menciptakan symbol-simbol, seperti suara burung dan ular melintas
ditafsirkan sebagai tanda suatu kejadian atau peristiwa yang akan terjadi. Bahkan
suatu jenis pohon atau tumbuhan dijadikan sebagai simbol nenek moyangnya
(Steenlin dan Hansjurg, 1988).
Menurut Jaffar (1993) tujuan pembangunan hutan rakyat adalah :
1. Meningkatkan produktivitas lahan kritis atau areal yang tidak produktif secara
optimal dan lestari.
2. Membantu penganekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat.
3. Membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan baku
industri serta kayu bakar.
4. Meningkatkan

pendapatan

masyarakat

tani

di

pedesaan

sekaligus

meningkatkan kesejahteraannya.
5. Memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik rakyat yang
berada di kawasan perlindungan daerah hulu DAS.
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

20

Berbagai faktor telah mendorong budidaya hutan rakyat, seperti faktor
ekologi, ekonomi, dan budaya. Hutan rakyat umumnya dibudidayakan di arealareal lahan kering daerah atas (upland areas). Budidaya hutan rakyat bukan
pilihan yang utama bagi masyarakat pada umumnya. Jika kondisi lingkungan alam
memungkinkan, pilihan yang utama adalah budidaya tanaman yang cepat
menghasilkan dengan keuntungan tingggi. Kondisi lingkungan alam memang
memberikan batasan-batasan pilihan manusia. Namun manusia dapat memperluas
pilihan-pilihan

melalui

penambahan

pengetahuan,

penggunaan

peralatan

(keterampilan) serta membangun aturan main berorganisasi sosial.
Budidaya hutan rakyat pada umumnya dengan hasil utama kayu dapat
dikembangkan karena adanya pasar untuk peralatan rumah tangga, peti kemas,
pulp dan lain-lain penggunaan. Pasar itulah yang menentukan pilihan jenis
tanaman (sengon, mahoni, jati, kayu afrika dll). Kayu sengon lebih banyak
digunakan untuk peti kemas, pulp, perabot rumahtangga, bahan bangunan. Kayu
jati lebih utama digunakan untuk perabot rumahtangga dan bahan bangunan
rumah yang tergolong mewah. Hasil penting lain dari hutan rakyat adalah kayu
bakar yang banyak dikonsumsi oleh industri-industri kecil seperti industri
genteng, bata dan industri makanan. Keberhasilan pengembangan hutan rakyat
terutama ditentukan oleh kesesuaian jenis pohon dengan kondisi lahan tempat
pembudidayaannya. Untuk itu petani perlu memiliki pengetahuan yang memadai
mengenai kesesuaian jenis pohon yang akan ditanam dengan kondisi lahan yang
dimilikinya. Kemampuannya tumbuh baik di tanah yang miskin hara,
memungkinkan pembudidayaannya tidak mengurangi lahan untuk tanaman
pangan.
Penanaman pepohonan di tanah milik masyarakat oleh pemiliknya, yang
tanamannya sekarang dikenal sebagai hutan rakyat, merupakan salah satu butir
kearifan masyarakat agraris dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan rumah
tangganya.

Dengan

semakin

meningkatnya

jumlah

penduduk

berikut

kebutuhannya, serta semakin terbatasnya kepemilikan tanah, peran hutan rakyat
bagi kesejahteraan masyarakat semakin penting. Pengetahuan tentang kondisi
tanah dan faktor-faktor lingkungannya untuk dipadukan dengan pengetahuan
mengenai jenis-jenis pohon yang akan ditanam untuk mendapatkan hasil yang
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

21

diharapkan oleh pemilik lahan, merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
pembangunan hutan rakyat. Keempat jenis pohon yang disajikan dalam tulisan ini
tergolong jenis pohon multi guna (Multi Purpose Tree Species), dapat beradaptasi
pada berbagai jenis dan kondisi tanah dan iklim, tumbuh cepat, dan tidak
memerlukan pemeliharaan intensif, sehingga cocok untuk dibudidayakan dalam
bentuk hutan rakyat.

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun
Pane Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2008 di Dusun
Marubun Pane Kecamatan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera
Utara.

Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :
1. Peta wilayah kabupaten dan dokumen lain yang berkaitan dengan lokasi studi.
2. Kuesioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun primer.
3. Laporan-laporan hasil penelitian ( individu dan lembaga ) terdahulu dan berbagai
pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk melengkapi pengamatan
langsung di lapangan.
4. Tape recorder untuk pengumpulan informasi melalui wawancara dan kamera untuk
dokumentasi dan visualisasi obyek kegiatan guna kelengkapan pelaporan.
5. Alat inventarisasi hutan (pita ukur, tambang, alat pengukur tinggi pohon, dan tally
sheet).

Objek dan Data Kegiatan
1. Objek Kegiatan
Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dengan pengelolaan dan hutan rakyat
di wilayah studi, dengan objek penelitian :
a. Aparat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat
b. Kawasan hutan rakyat, baik pekarangan, kebun maupun ladang

2. Data Penelitian
Data penelitian yang diambil adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah : kondisi umum lokasi penelitian atau
data umum yang ada pada instansi pemerintahan desa dan kecamatan. Sedangkan data
primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi masyarakat, bentuk
pengelolaan dan hasil penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian.
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun Pane
Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

23

Metode Pengumpulan Data
1. Pengambilan Sampel
a. Sampel Desa
Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah metode
Purposive Sampling (penarikan contoh secara bertujuan), dimana dalam hal ini desa
yang diambil adalah Dusun Marubun Pane, Kecamatan Tigarunggu Kabupaten
Simalungun.
b. Sampel Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok tani yang
berada di Dusun Marubun Pane Kecamatan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun.
Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil jumlah
responden 12 kepala keluarga pemilik hutan rakyat, jumlah yang ada di dusun tersebut
adalah sebanyak 368 jiwa.

2. Teknik dan Tahapan Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan sebagai berikut :
1. Identifikasi jenis dan inventarisasi tanaman hutan yang dibudidayakan masyarakat di
wilayah studi.
2. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan tanaman hutan rakyat yang ada di
lapangan untuk memperoleh informasi mengenai proses pengelolaannya.
3. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para pelaku (aktor
utama) yang mewakili dan para pihak pemangku kepentingan dalam pengelolaan
tanaman hutan rakyat.
4. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya diedit dan ditabulasikan
sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data
primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan
penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak
yang terkait dalam pengelolaan hutan rakyat, sedangkan data yang bersifat kuantitatif
diolah secara tabulasi.

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun Pane
Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

24
Teknik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan dengan
wawancara dan pengukuran langsung di lapangan. Informasi yang diperoleh dari setiap
responden meliputi :
a. Identifikasi diri responden.
b. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman hutan rakyat.
c. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman hutan rakyat atau teknis
budidayanya (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan) serta
waktu kegiatan tersebut dilakukan.
d. Kebutuhan input untuk kegiatan budidaya hutan rakyat dan harga input yang
digunakan.
e. Metode penjualan hasil kayu yang dilakukan petani dan harga jualnya.
f. Potensi tanaman hutan rakyat yang dibudidayakan yang meliputi jenis, sebaran
diameter, tinggi pohon, luas bidang dasar, dan volume tegakan.

Analisis Potensi Tanaman Hutan Rakyat
Data potensi tegakan diukur dengan membuat 3 petak ukur contoh berbentuk
lingkaran dengan luas 0,1 Ha dan diameter 17,8 meter pada masing-masing lahan
responden. Lalu dihitung jumlah pohon yang ada dalam plot dan diukur diameter
setinggi dada dan tinggi bebas cabang pohonnya. Alat yang digunakan antara lain adalah
pita ukur, christenmeter, tali rafia dan galah. Penaksiran potensi kayu tanaman hutan
rakyat dimulai dengan perhitungan potensi tanaman hutan rakyat yang dimiliki oleh
setiap sample responden pada desa atau wilayah kajian. Data dari hasil inventarisasi kayu
di tanaman hutan rakyat kemudian dapat dihitung parameter-parameter tegakannya yang
meliputi jenis pohon, jumlah pohon, luas bidang dasar (LBDS), dan volume per satuan
luas.
LBDS dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
LBDS = 0,25 x x Di
dimana
LBDS : luas bidang dasar tegakan (m2)
Di

: diameter batang (tinggi pengukuran 1,3 m) untuk pohon jenis i (m)
Penghitungan volume tegakan berdiri tanaman hutan rakyat dapat dihitung

dengan rumus berikut (Widayanti dan Riyanto, 2005)
Vi = LBDS x ti xfi
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun Pane
Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

25

dimana
Vi

: Volume pohon jenis i (m3)

ti

: Tinggi total pohon jenis i (m)

fi

: Bilangan bentuk pohon i (jati : 0,6 dan jenis lainnya : 0,7)
Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi dan grafik. Analisa

data dilakukan secara deskriptif berdasarkan tabulasi dan grafik yang didapat.

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun Pane
Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan fisik Lingkungan
Dusun Marubun Pane terletak di kecamatan Purba Nagori Tigarunggu Kabupaten
Simalungun, Propinsi Sumatera Utara dengan Luas 200 Ha. Secara geografis Dusun
Marubun Pane ini berbatasan dengan
Sebelah Timur

: Kecamatan Raya

Sebelah Barat

: Nagori Purba Tongah

Sebelah Utara

: Pematang Purba

Sebelah Selatan

: Kecamatan Dolok Pardamean

Topografi, Keadaan Tanah dan Iklim
Secara umum kondisi dan kemiringan lahan Nagori Tigarunggu, ketinggiannya
1300 m dpl diatas permukaan laut, kawasan ini adalah daerah datar, bergelombang dan
berbukit serta memiliki bentang alam yang tinggi. Pada umumnya tanah di daerah ini
dikategorikan subur sampai sedang. Iklim di daerah ini dikatagorikan sebagai iklim
tropis, dengan curah hujan 139 mm/tahun dan suhu udara 23-320C.

Aksesibilitas
Dusun Marubun Pane tepatnya di Nagori Tigarunggu, bisa dicapai dengan
menggunakan mobil ataupun kendaraan bermotor. Adapun jarak Dusun Marubun Pane
ke ibu kota kecamatan adalah 4 km, dari ibu kota kabupaten 40 km dan dari ibu kota
provinsi jaraknya 140 km.

Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat
Kependudukan
Berdasarkan monografi desa tahun 2008, jumlah penduduk Dusun Marubun Pane
adalah sebanyak 368 jiwa, yang terdiri dari Laki-laki 168 jiwa dan Perempuan 200 jiwa,
76 KK, dengan kriteria dari 0 sd 6 thn sd sebanyak 81 orang, 7 sd 10 thn sebanyak 79
orang, 11 sd 16 thn sebanyak 72 orang, 17 sd 55 thn sebanyak 105 orang, 55 keatas ada
sebanyak 31 orang. Dari status kependudukan kawin ada sebanyak 115 orang, belum
kawin 218 orang, janda 10 orang. Mayoritas penduduk di Dusun Marubun Pane ini
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun Pane
Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

27
adalah Kristen Protestan dengan jumlahnya 271 orang, Suku yang ada didalam Dusun
Marubun Pane mayoritas adalah suku Simalungun, dan minoritas suku batak Toba.

Jumlah Penduduk Berdasarkaan Umur

>55 thn
8%

0-6 thn
22%
0-6 thn

17-55 thn
29%

7-10 thn
11-16 thn
17-55 thn
11-16 thn
20%

7-10 thn
21%

>55 thn

Gambar 1. Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia

Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk di Dusun Marubun Pane Kecamatan Tigarunggu, mata
pencahariannya hidup sebagai petani yang memanfaatkan lahan kosong, untuk dijadikan
ladang ataupun sawah darat, hanya sebagian kecil saja yang bermata pencaharian sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS), pengusaha ataupun wiraswasta, dan abri.

Gambar 2. Para Petani Hutan Rakyat yang Sedang Membuat Pembibitan Pinus

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun Pane
Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

28

Sarana dan Prasarana
Beberapa sarana dan prasarana umum yang terdapat di Nagori Tigarunggu Dusun
Marubun Pane antara lain Sarana perhubungan seperti jalan tetapi belum dilapisi aspal,
yang peranannya sangat penting bagi kelancaran perekonomian masyarakat Dusun
Marubun Pane. Sarana Jalan ini digunakan untuk mengangkut hasil-hasil pertanian dan
perkebunan penduduk. Pada umumnya penduduk Dusun Marubun Pane menggunakan
sarana angkutan yaitu pedati dengan menggunakan tenaga kerbau dalam mengangkut
hasil pertanian mereka dari ladang ke pasar, sarana lain juga seperti sarana pendidikan
,sarana ibadah, sarana pengairan dan juga sarana perekonomian seperti pasar.
Dusun Marubun Pane juga mempunyai sarana ibadah seperti Gereja Kristen
Protestan Simalungun (GKPS) dan juga Mesjid, sedangkan sarana pendidikan yang
tersedia berupa satu buah sekolah dasar. Untuk sarana pendidikan tinggat SLTP dan
SLTA, bank, kantor pos, jasa telekomunikasi tersedia di Nagori Tigarunggu (ibu kota
kecamatan). Dusun marubun Pane juga sudah dimasuki jaringan listrik dari perusahaan
listrik negara (Monografi Nagori Tigarunggu).

Gambar 3. Sarana Pendidikan Sekolah yang Ada di Nagori Tigarungu.

Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun Pane
Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Hutan Rakyat
Pembuatan hutan rakyat di Nagori Tigarunggu Dusun Marubun Pane telah
melewati sejarah yang cukup panjang dimulai dari tahun 1970-an dan berlangsung
sampai dengan sekarang, sekalipun mulai ada perubahan-perubahan dari Dinas
Kehutanan setempat agar pengelolaan hutan rakyat dapat lebih baik lagi. Penanaman di
lahan kritis yang merupakan cikal bakal hutan rakyat yang ada sekarang ini yang pertama
kali dirintis oleh para orangtua terdahulu yang punya kesepakatan untuk menanami lahan
dari warisan leluhur mereka secara turun temurun. Juga hutan rakyat yang ditanami nanti
dapat meningkatkan produktifitas lahan dengan berbagai hasil tanaman hutan rakyat.
Pengelolaan hutan rakyat yang ada di Dusun Marubun Pane ini tidak mengenal
sistem silvikultur tertentu. Pada umumnya masyarakat ataupun petani hutan rakyat ini
mengelola hutannya secara sederhana, tidak menggunakan sistem teknologi, tapi sudah
turun temurun dari cara leluhur yang dahulu. Namun dengan melihat kegiatan-kegiatan
dalam pengelolaan yang mereka lakukan, sistem silvikultur pengelolaan hutan rakyat di
Dusun Marubun Pane ini dikategorikan dalam system tebang pilih dengan permudaan
alam (TPPA), ada juga dengan sistem borong. Biasanya petani hutan rakyat hanya akan
menebang tanaman dilahan hutannya bila tanaman benar-benar siap untuk ditebang
dengan beberapa kriteria (tebang pilih), antara lain adalah pohon yang ditebang telah
cukup diameternya untuk membuat rumah dengan perkiraan diameter 25-30 cm, selain
itu para petani akan menebang tanaman hutannya apabila benar-benar membutuhkan
saja. Setelah dilakukan penebangan, mereka biasanya tidak lagi menanami lahan yang
kosong ataupun yang disebut dengan replanting (mengganti tanaman yang baru setelah
tanaman yang lama ditebang), namun cukup mengandalkan permudaan alam yang
jumlahnya cukup banyak, sehingga tidak perlu menyediakan bibit tanaman. Hal inilah
yang akan menimbulkan adanya masalah baru, karena lahan pinus yang habis ditebang
jika dibiarkan begitu saja, akan mengakibatkan tanah lama kelamaan akan tandus, kering,
dan struktur tanahnya akan rusak, sehingga jika masyarakat ataupun petani hutan rakyat
melakukan penanaman kembali harus membutuhkan proses ataupun waktu yang lama,
mengingat lahannya harus produktif dulu diolah dan sruktur tanahnya sudah baik,
sehingga sudah siap untuk dilakukan penanaman.
Pantas H. Sitanggang : Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus : Dusun Marubun Pane
Kecamatan Tigarunggu Kabupaten Simalungun), 2009.
USU Repository © 2009

30
Melihat kondisi dan keadaan seperti ini, maka Dinas Kehutanan dan pemerintah
daerah Dusun Marubun Pane mengambil suatu kebijakan dalam hal pengelolaan hutan
rakyat, tujuannya agar masyarakat ataupun petani hutan rakyat benar benar menyadari
dan memahami pembuatan tanaman hutan rakyat yang benar dan mengikuti prosedur
yang berlaku.
Kegiatan pengelolaan hutan rakyat di desa ini dimulai dengan beberapa tahapan
yaitu :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini ada beberapa prosedur yang harus dilakukan, yaitu
pendaftaran peserta oleh ketua kelompok tani dari balai penyuluhan kehutanan atau
P3RPDAS, dilakukanlah penataan areal tanaman yang dimaksudan untuk pengaturan
tempat dan waktu, areal tanaman dibagi dalam beberapa blok sesuai dengan pembagian
kelompok. Kegiatan penataan areal tanaman meliputi pembersihan lapangan dan
pengolahan tanah, sebelum dilakukan pananaman, areal harus dibersihkan dengan
menebang sisa-sisa pohon, semak belukar, alang-alang, dan lain-lain. Kemudian
dilakukanlah tahap-tahap sebagai berikut : pemancangan tanda batas dan pengukuran
lokasi/lapangan yang tujuannya untuk menentukan luas serta letak yang pasti sehingga
memudahkan perhitungan kebutuhan bibit, setelah itu dilakukan penentuan arah larikan
serta pemancangan ajir/patokan yang disesuaikan dengan garis tinggi/kontur, kemudian
dilakukan pembuatan piringan tanaman disekitar ajir dengan diameter 1 meter, setelah itu
adalah pembuatan lobang tanaman yang ukurannya sesuai dengan keperluan masingmasing jenis tanaman yang dapat diisi pupuk jika tanahnya kurang baik/tandus, atau
tanpa pupuk jika tanahnya subur, yang gunanya agar tanah dapat gembur, dan yang
terakhir adalah pembuatan gubuk kerja dan papan pengenal dilapangan.
Tahap persiapan lahan ini