Uji Palatabilitas Beberapa Macam Hijauan Dan Bahan Pakan Pada Rusa Sambar (Cervus Unicolor)

UJI PALATABILITAS BEBERAPA MACAM HIJAUAN DAN
BAHAN PAKAN PADA RUSA SAMBAR (Cervus unicolor)

SKRIPSI

Oleh:

RAFAEL SIMAMORA
050306041

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

2

Universitas Sumatera Utara

3


UJI PALATABILITAS BEBERAPA MACAM HIJAUAN DAN
BAHAN PAKAN PADA RUSA SAMBAR (Cervus unicolor)

SKRIPSI

Oleh :
Rafael Simamora
050306041/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Judul Skripsi


: Uji palatabilitas beberapa macam hijauan dan bahan pakan

Universitas Sumatera Utara

4

Nama
NIM
Departemen
Program Studi

pada rusa sambar (Cervus unicolor)
: Rafael Simamora
: 050306041
: Peternakan
: Ilmu Produksi Ternak

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


(Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si)
Ketua

(Dra. Irawati Bachari)
Anggota

Mengetahui,

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)
Ketua Departemen Peternakan

Tanggal Acc :

Desember 2009

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


RAFAEL SIMAMORA: Uji Palatabilitas Beberapa Macam Hijauan dan Bahan
Pakan Pada Rusa Sambar, dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan IRAWATI
BACHARI.
Rusa sambar mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai ternak baru
di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik berupa daging
maupun ranggah. Penelitian dilakukan pada Juni – Agustus 2009 di penangkaran
hewan milik USU, Medan, menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk menduga tingkat daya makan sukarela terhadap konsumsi segar,
mengukur tingkat kesukaan rusa sambar terhadap beragam hijauan dan bahan
pakan serta mengamati tingkah laku rusa sambar. Penelitian ini dibagi menjadi
tiga tahapan yaitu (1) pengukuran konsumsi dan identifikasi hijauan, (2) uji
palatabilitas menggunakan empat hijauan (Penisetum purpereum, Paspalum
conjungatum, Asystasia, Calopongonium Sp) dan bahan pakan (ampas tahu,
bungkil inti sawit, bungkil kelapa, dedak halus), (3) aktivitas makan harian dan
aktivitas lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) persentase kebutuhan bahan
kering hijauan sebesar 7,044 – 13,979 kg/ekor/hari (3,15 - 4,21% dari bobot
badan) dan rusa cenderung mengkonsumsi daun-daunan dan rumputan dalam
jumlah yang sama (2) pengamatan palatabilitas menunjukkan secara berurutan
hijauan yang lebih disukai adalah Asystasia (31%), Calopongonium Sp (24%),

Penisetum purpereum (24%), Paspalum conjungantum (21%) dan lebih menyukai
ampas tahu dan bungkil kelapa daripada bungkil inti sawit dan dedak halus (3)
tingkah laku yaitu makan dan minum (26,51%), istirahat dan berdiri (34,32%),
berjalan (19,94%), ruminasi (15,69%) dan aktivitas lainnya (3,54%).
Kata Kunci: Konsumsi, Hijauan, Bahan Pakan, Palatabilitas, Tingkah Laku

i

Universitas Sumatera Utara

ii

ABSTRACT

RAFAEL SIMAMORA: Palatability of forages and feed stuff on Sambar Deer.
Under the supervision of MA’RUF TAFSIN and IRAWATI BACHARI.
Sambar deer had potential to being develop as a new livestock in
Indonesia because it has high economical value either in the form of meat or
velvet. The research has been done on June - August 2009 in animal dipute of
USU, Medan, using descriptive method. The aim of this research is to estimate

the level of voluntary feed intake dan palatability of some forages and feed stuff.
The research comprises of three stage that is (1) estimate daily consumption and
forages identification species, (2) palatability trial using four forages (Penisetum
purpereum, Paspalum conjungatum, Asystasia, Calopongonium Sp) dan feed stuff
(soybean curd waste, palm kernel cake, coconut meal, rice bran), (3) daily activity
including feeding and other activity.
The result indicated that (1) dry matter intake of sambar deer as big as
7,044 – 13,979 kg/head/day (3,15 - 4,21% from body weight) and deer inclined to
consumption leaves and grass in the same consumption, (2) that palatability study
indicated forage preferences is Asystasia (31%), Calopongonium Sp (24%),
Penisetum purpereum (24%), Paspalum conjungantum (21%) respectively and
while feed stuff palatability indicated that soybean curd waste or coconut meal
than palm kernel cake or rice bran, (3) daily activities indicated that eat and drink
(26,51%), rest and stand (34,32%), walks (19,94), rumination (15,69%) and
another activity (3,54%).
Keywords: consumption, forages, feed stuff, palatability, behaviour

Universitas Sumatera Utara

iii


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampar pada tanggal 12 Mei 1987 dari ayah
M. Simamora dan ibu M. Munthe. Penulis merupakan putra ketiga dari lima
bersaudara.
Penulis lulus SD Taruna Karya pada tahun 1999, lulus SLTP Free
Metodist 1 Medan pada tahun 2002 dan lulus dari SMA Negeri 12 Medan pada
tahun 2005. Pada tahun 2005 mengikuti ujian tertulis Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru dan lulus pada program studi Imu Produksi Ternak Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian USU, Medan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Peternakan, dan Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Nagori Seimangke
Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun dari tanggal 20 Juni 2008
sampai tanggal

20 Juli 2008. Pada Bulan Juni sampai Agustus 2009

melaksanakan penelitian di penangkaran hewan USU, Medan.


Medan,

Desember 2009

Penulis

Universitas Sumatera Utara

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia yang telah
dilimpahkanNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Uji Palatabilitas Beberapa Macam Hijauan dan Bahan Pakan Terhadap
Rusa Sambar (Cervus unicolor)”.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah membesarkan dan
mendidik penulis dengan penuh kasih sayang. Penulis mengucapan terima kasih

kepada bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si sebagai ketua dan Dra. Irawati Bachari
sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam
penulisan skripsi penelitian ini. Khususnya untuk ibu Dr. Nevi Diana Hanafi, S.Pt,
M.Si dan ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP, penulis menyampaikan terima kasih
atas bantuannya baik dalam bentuk moril maupun materil selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih Prof. Dr. Ir.
Zulfikar Siregar, MP sebagai ketua Departemen dan seluruh staf dosen pengajar di
Departemen Peternakan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
Khususnya untuk Jefri Sitio dan Leonora Sitinjak serta semua rekan mahasiswa
dan sahabat yang tak dapat disebutkan satu persatu disini yang telah membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaaat.
Medan,

Desember 2009

Penulis

Universitas Sumatera Utara


v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................

i

ABSTRACT ...................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .................................................................................

iv


DAFTAR ISI ...............................................................................................

v

DAFTAR TABEL ........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan Penelitian ..........................................................................................
Kegunaan Penelitian .....................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Rusa Sambar ............................................................................
Penyebaran Rusa Sambar ..............................................................................
Pakan Rusa Sambar ......................................................................................
Hijauan .........................................................................................................

4
5
6
7

Asystasia (Bayaman) ............................................................................
Axonopus compresus ............................................................................
Calopongonium ....................................................................................
Commelina diffusa ...............................................................................
Cleome rutidosperma (Cabe-cabean) ....................................................
Cyclosorus aridus (Pakis Kadal) ..........................................................
Cyrtococcum oxyphyllium (Rumput Kretekan) .....................................
Dactyloctenium aegyptium ...................................................................
Eleusine indica ....................................................................................
Mikania mikranta .................................................................................
Otochola nodusa ..................................................................................
Paspalum conjungatum ........................................................................
Passiflora Sp ........................................................................................
Penisetum purpereum (Rumput gajah) .................................................
Ampas tahu ...................................................................................................
Bungkil Inti Sawit .........................................................................................

8
8
9
10
10
11
11
11
12
12
13
13
13
14
15
15

Universitas Sumatera Utara

vi

Bungkil Kelapa .............................................................................................
Dedak Padi ...................................................................................................
Aktivitas Makan Rusa Sambar ......................................................................
Konsumsi Pakan Ternak ...............................................................................
Palatabilitas/ Preferensi Ransum ...................................................................
Sistem Pencernaan Ternak Ruminasia ...........................................................

16
17
18
18
19
19

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................
Bahan dan Alat Penelitian .............................................................................
Bahan ...................................................................................................
Alat ...................................................................................................
Metode Penelitian .........................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................

22
22
22
22
23
24

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Konsumsi dan Identifikasi Jenis Hijauan....................................
Pengukuran konsumsi ..........................................................................
Identifikasi jenis hijauan.......................................................................
Uji Palatabilitas.............................................................................................
Palatabilitas hijauan .............................................................................
Palatabilitas bahan pakan konsentrat ....................................................
Studi Tingkah Laku dan Ruminasi ................................................................
Aktivitas harian ....................................................................................
Ruminansi ............................................................................................

26
26
27
30
30
33
34
34
36

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................................
Saran ............................................................................................................

38
38

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

39

LAMPIRAN .................................................................................................

43

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR TABEL

No
1 Komposisi kimia, alang-alang, kolonjono, rumput gajah, jerami padi,
rumput lapangan, dan rumput gajah................…………………………

Hal

2 Komposisi zat-zat makanan ampas tahu.................................................

15

3 Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit..................................................

16

4 Kandungan nilai gizi bungkil kelapa.......................................................

17

5 Kandungan nilai gizi dedak padi.............................................................

17

6 Rataan konsumsi hijauan dan konsentrat (g/ekor/hari)...........................

26

7 Identifikasi jenis hijauan…………………………………………….....

27

8 Peringkat palatabilitas hijauan…………………………………………

29

9 Palatabilitas hijauan (gr/ekor/hari)……………………………………..

30

10 Palatabilitas bahan pakan (g/ekor/hari)...................................................

33

11 Tingkah Laku…………………………………………………………..

34

12 Rataan ruminansi selama 16 jam pengamatan........................................

36

7

Universitas Sumatera Utara

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No

Hal

1 Bobot badan rusa (kg)……………………………………………......

43

2 Data konsumsi bahan kering dan konsentrat (g/ekor/hari)..................

43

3 Rataan persentase identifikasi hijauan (%)…………………………..

43

4 Data harian konsumsi palatabilitas hijauan (gr/ekor/hari)…………...

45

5 Data harian konsumsi palatabilitas bahan pakan (gr/ekor/hari)……...

45

6 Tingkah laku ternak (menit)………………………………………….

46

7 Data ruminansi………………………………………………….........

46

8 Rataan bahan kering (BK) hijauan dan bahan pakan...........................

47

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

RAFAEL SIMAMORA: Uji Palatabilitas Beberapa Macam Hijauan dan Bahan
Pakan Pada Rusa Sambar, dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan IRAWATI
BACHARI.
Rusa sambar mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai ternak baru
di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik berupa daging
maupun ranggah. Penelitian dilakukan pada Juni – Agustus 2009 di penangkaran
hewan milik USU, Medan, menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk menduga tingkat daya makan sukarela terhadap konsumsi segar,
mengukur tingkat kesukaan rusa sambar terhadap beragam hijauan dan bahan
pakan serta mengamati tingkah laku rusa sambar. Penelitian ini dibagi menjadi
tiga tahapan yaitu (1) pengukuran konsumsi dan identifikasi hijauan, (2) uji
palatabilitas menggunakan empat hijauan (Penisetum purpereum, Paspalum
conjungatum, Asystasia, Calopongonium Sp) dan bahan pakan (ampas tahu,
bungkil inti sawit, bungkil kelapa, dedak halus), (3) aktivitas makan harian dan
aktivitas lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) persentase kebutuhan bahan
kering hijauan sebesar 7,044 – 13,979 kg/ekor/hari (3,15 - 4,21% dari bobot
badan) dan rusa cenderung mengkonsumsi daun-daunan dan rumputan dalam
jumlah yang sama (2) pengamatan palatabilitas menunjukkan secara berurutan
hijauan yang lebih disukai adalah Asystasia (31%), Calopongonium Sp (24%),
Penisetum purpereum (24%), Paspalum conjungantum (21%) dan lebih menyukai
ampas tahu dan bungkil kelapa daripada bungkil inti sawit dan dedak halus (3)
tingkah laku yaitu makan dan minum (26,51%), istirahat dan berdiri (34,32%),
berjalan (19,94%), ruminasi (15,69%) dan aktivitas lainnya (3,54%).
Kata Kunci: Konsumsi, Hijauan, Bahan Pakan, Palatabilitas, Tingkah Laku

i

Universitas Sumatera Utara

ii

ABSTRACT

RAFAEL SIMAMORA: Palatability of forages and feed stuff on Sambar Deer.
Under the supervision of MA’RUF TAFSIN and IRAWATI BACHARI.
Sambar deer had potential to being develop as a new livestock in
Indonesia because it has high economical value either in the form of meat or
velvet. The research has been done on June - August 2009 in animal dipute of
USU, Medan, using descriptive method. The aim of this research is to estimate
the level of voluntary feed intake dan palatability of some forages and feed stuff.
The research comprises of three stage that is (1) estimate daily consumption and
forages identification species, (2) palatability trial using four forages (Penisetum
purpereum, Paspalum conjungatum, Asystasia, Calopongonium Sp) dan feed stuff
(soybean curd waste, palm kernel cake, coconut meal, rice bran), (3) daily activity
including feeding and other activity.
The result indicated that (1) dry matter intake of sambar deer as big as
7,044 – 13,979 kg/head/day (3,15 - 4,21% from body weight) and deer inclined to
consumption leaves and grass in the same consumption, (2) that palatability study
indicated forage preferences is Asystasia (31%), Calopongonium Sp (24%),
Penisetum purpereum (24%), Paspalum conjungantum (21%) respectively and
while feed stuff palatability indicated that soybean curd waste or coconut meal
than palm kernel cake or rice bran, (3) daily activities indicated that eat and drink
(26,51%), rest and stand (34,32%), walks (19,94), rumination (15,69%) and
another activity (3,54%).
Keywords: consumption, forages, feed stuff, palatability, behaviour

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rusa Sambar (Cervus unicolor) merupakan satwa liar asli Indonesia yang
salah satu habitat aslinya di pulau Sumatera (Sutriyono, 2001) dan termasuk rusa
tropik yang mempunyai bobot badan terbesar (Semiadi, 2002). Dilain pihak, rusa
sambar mempunyai nilai ekonomis yang tinggi baik berupa daging (venison)
maupun ranggah (Scur, 2006). Kondisi tersebut membawa potensi pengembangan
rusa sambar sebagai “ternak domestik” yang dipelihara dalam penangkaran
(Nurcahyo et al., 2002). Beberapa negara saat ini sudah mengembangkan rusa
sebagai produk unggulan seperti di New Zealand sudah memelihara rusa untuk
tujuan industri komersial (Archer, 2006). Salah satu konsumen terbesar untuk
ranggah adalah korea, kebutuhannya mencapai 200 ton/tahun (Park et al., 2006).
Di Indonesia dengan adanya Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990
tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan telah
diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pertanian No.362/Kpts/TN.120/5/1990
yang memasukkan rusa sebagai salah satu jenis ternak yang dapat dibudidayakan
dan dikembangkan sebagai ternak. Selanjutnya SK Menteri Pertanian No.
404/Kpts/OT.210/6/2002 tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha
Peternakan rusa dimasukkan sebagai salah satu jenis hewan yang dapat
dibudidayakan dan dikembangkan sebagi ternak untuk mendukung otonomi
daerah maka dalam pengembangan budidaya rusa kewenangan pemberian izin dan
pengawasan dilimpahkan kepada daerah (Direktorat Pengembangan Peternakan,
Ditbangnak, 2003). Universitas Sumatera Utara (USU) saat ini telah
mengembangkan usaha penangkaran rusa yang sampai saat ini masih berorientasi

1

Universitas Sumatera Utara

2

sebagai penangkaran. Melihat potensi yang ada, maka dapat dikembangkan kearah
pembentukan komoditas ternak unggulan baru.
Keberhasilan menjadikan rusa sebagai “ternak baru” sangat ditentukan
oleh aspek pembibitan, pemberian makanan, dan manajemen yang baik. Kajian
mengenai pemberian pakan hijauan dan konsentrat untuk menilai tingkat
palatabilitas rusa terhadap hijauan dan konsentrat tersebut yang selanjutnya dalam
pemberiannya dapat optimal. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menggali
informasi mengenai palatabilitas pakan di lokasi penangkaran rusa milik
Universitas Sumatera Utara Medan.
Berdasarkan hasil pengamatan awal dalam penelitian ini, terdapat
beberapa macam hijauan yang diberikan. Penyediaan bahan pakan hijauan ini
tidak konstan disebabkan karena masih minimnya ketersediaan hijauan disekitar
penangkaran rusa, sehingga hijauan yang diberikan sangatlah beragam. Studi
pendahuluan menunjukkan bahwa terdapat 36 spesies hijauan dan bahan pakan
didalam penangkaran rusa Universitas Sumatera Utara Medan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menduga tingkat daya makan sukarela
(voluntary feed intake) terhadap konsumsi segar, mengukur tingkat kesukaan (uji
palatabilitas/preferensi) rusa sambar terhadap beragam sumber hijauan dan bahan
pakan serta mengamati tingkah laku pada rusa sambar.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat
kesukaan (uji palatabilitas/preferensi) terhadap beragam sumber hijauan dan
bahan pakan serta tingkat daya makan sukarela (voluntary feed intake) terhadap

Universitas Sumatera Utara

3

konsumsi segar pada rusa sambar dan sebagai bahan informasi bagi para peneliti
dan kalangan akademis maupun instansi yang berhubungan dengan peternakan
rusa sambar serta sebagai acuan penyediaan hijauan dan dasar penyusunan ransum
sesuai dengan kebutuhan rusa sambar.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Rusa Sambar
Rusa sambar merupakan salah satu rusa terbesar bila dibandingkan dengan
jenis rusa lain yang ada di Indonesia . Tinggi pundak rusa ini khususnya rusa
sambar yang dipelihara di India mencapai 102-160 cm dengan berat badan
mencapai 546 kg. Ada juga yang menyebutkan ukuran tubuh rusa sambar
mempunyai tinggi pundak sekitar 120 cm, dengan berat badan dewasa mencapai
60 kg untuk betina dan 65 kg untuk jantan (Naipospos, 2003).
Berikut klasifikasi rusa sambar berdasarkan tata nama ilmiah adalah
sebagai berikut:
Kingdom

: animalia

Phylum

: chordata

Class

: mamalia

Ordo

: artiodactyla

Sub ordo

: ruminantia

F amily

: cervidae

Sub family

: cervinae

Genus

: cervus

Spesies

: cervus unicolor

(Eco India, 2008).
Famili cervidae merupakan kelompok kompleks yang terdiri atas sekitar
57 spesies dan hampir 200 sub spesies (Nugent et al., 2001). Sambar adalah nama
umum untuk beberapa rusa Asia yang mempunyai ciri berwarna coklat gelap dan

4

Universitas Sumatera Utara

5

tinggi pundak mencapai 102-160 cm dengan berat

mencapai 546 kg

(Wikipedia, 2008).
Produk utama yang dihasilkan oleh rusa sambar adalah daging (venison)
dan ranggah (velvet antler). Daging rusa mempunyai flavour yang khas dan
banyak disukai masyarakat Eropa (Semiadi, 2002). Daging rusa mempunyai nilai
gizi yang terbaik karena rendah kandungan kolesterol dan kalorinya yang saat ini
menjadi pilihan bagi masyarakat modern (Semiadi, 2001). Kandungan protein
daging rusa mencapai 21,1% dengan kandungan lemak 7%, sedangkan daging
sapi mempunyai kandungan protein 18,8% dan kandungan lemak 14%
(Semiadi, 1998).
Produk lainnya adalah ranggah merupakan bahan yang banyak digunakan
untuk bahan obat-obatan dan suplemen makanan serta produk turunan lainnya.
Ranggah

mempunyai

komponen

kimia

utama

berupa

asam amino,

polisakarida, asam lemak, fosfolipid, kolesterol dan mineral (Moon et al.,
2006). Produk tersebut mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan mempunyai
nilai ekspor yang besar terutama ke negara Cina dan Korea yang sebagian besar
(60%) mengimpor produk tersebut dari New Zealand, Rusia dan negara lainnya
(Park et al., 2006).

Penyebaran Rusa Sambar
Rusa sambar merupakan salah satu rusa asli Indonesia yang tersebar di
seluruh Asia mulai dari Asia Selatan, Cina bagian selatan dan Asia Tenggara.
Sedangkan di Indonesia sendiri penyebarannya hanya terbatas pada pulau
Sumatera dan Kalimantan. Walaupun secara nasional rusa sambar belum berada di
ambang kritis, namun populasinya terus mendapat tekanan akibat perburuan dan

Universitas Sumatera Utara

6

penyempitan luas lahan hutan akibat perusakan hutan maupun bencana alam
seperti kebakaran hutan (Semiadi, 2003).
Di beberapa negara seperti New Zealand, industri peternakan rusa
berkembang pesat dan terdapat sekitar 4000 peternakan dengan populasi mencapai
2,6 juta ekor pada tahun 2001 (Chardonet et al., 2002) meskipun rusa tersebut
merupakan hewan introduksi (Game Animal Panel, 2007). Hal ini disebakan
karena permintaan produk asal rusa yang semakin meningkat, terutama
permintaan dari Cina dan Korea. Sedangkan peternakan rusa di Indonesia sampai
sekarang ini belum ada kegiatan yang bersifat komersial. Padahal kebijakan
pemerintah di Indonesia saat ini cukup mendukung usaha penangkaran dan
pemanfaatannya sebagai usaha konservasi ex-situ (Saparjadi, 2003) maupun
kemudahan dalam hal perijinannya (Susmianto, 2002).

Pakan Rusa Sambar
Dalam usaha peternakan, pakan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting. Keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh kondisi pakan yang
dikonsumsi oleh ternak. Pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk
mengatasi lapar ataupun sebagai pengisi perut saja melainkan harus bermanfaat
untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel rusak dan
untuk produksi. Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi dan
mengandung zat-zat yang diperlukan ternak dalam hidupnya seperti karbohidrat,
lemak, protein, mineral dan air (Murtidjo, 1993).
Kualitas produksi ternak sangat erat hubungannya dengan kualitas pakan
lokal yang tersedia. Sehingga pemanfaatan sumber pakan lokal secara optimal

Universitas Sumatera Utara

7

dapat menentukan tercapainya produktivitas secara maksimal pula. Makanan
pokok ternak ruminansia pada umumnya berasal dari hijauan dalam jumlah besar
(90%) dari berbagai jenis rumput dan dedaunan (Orskov, 1982).
Kebutuhan pakan ternak akan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur,
fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan
lingkungan tempat hidupnya serta bobot badannya. Jadi setiap ekor yang berbeda
kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra,1997). Kandungan
nutrisi beberapa hijauan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia, alang-alang, kolonjono, rumput benggala, jerami padi,
rumput lapang, dan rumput gajah.
Komponen (%)

Alangalang

Kolonjono

Rumput
benggala

Jerami Rumput
padi
lapang

Rumput
gajah

Bahan kering

93,00

91,60

92,20

90,26

94,29

91,48

Bahan organik
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
Abu
BETN
Kalsium
Phosphor

90,00
9,60
38,28
1,88
11,90
38,54
0,38
0,43

88,57
6,82
31,24
1,63
16,13
44,19
0,35
0,87

89,70
5,67
28,44
2,82
14,77
48,30
0,48
0,81

87,95
3,55
33,11
1,49
21,18
40,67
0,37
0,76

91,67
5,80
41,82
1,26
7,36
43,74
2,01
0,92

88,22
10,07
35,57
3,55
18,84
31,97
1,12
0,45

Keterangan: BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen
Sumber : Harfiah (2007)

Hijauan
Hijauan adalah bahan makanan yang berbentuk daun-daunan, kadangkadang bercampur batang, ranting serta bunga. Bahan makanan ternak terutama
ternak ruminansia terdiri dari hijauan, hasil tanaman ataupun sisa tanaman setelah
hasil utamanya telah diambil untuk kebutuhan manusia.

Universitas Sumatera Utara

8

Ternak ruminansia mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari bobot
badannya setiap hari dan konsentratnya sekitar 1,5-2%, dari jumlah tersebut
termasuk suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan dan
sejenisnya terutama rumput dari berbagai jenisnya terutama rumput dari berbagai
spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia (Pilliang, 1997).
Beberapa hijauan yang diberikan pada rusa sambar antara lain:

Beberapa Hijauan yang diberikan pada Rusa Sambar
Asystasia (Bayaman)
Asystasia ini cepat tumbuh, menyebar, penutup tanah yang dapat tumbuh
300 mm sampai 600 mm tingginya. Daunnya sederhana dan berwarna hijau tua
batangnya berongga dan berwarna hijau tua. Menghasilkan bunga berwarna krem
dengan ungu di langit-langit (kelopak bawah mahkota) di musim semi dan musim
panas. Di daerah tropis dapat tumbuh cepat. Asystasia dapat tumbuh subur di
semi-naungan dan juga di titik-titik cerah jika menerima uap air yang memadai.
Dapat juga ditanam di tanah apapun di kebun, tetapi akan lebih baik jika banyak
kompos ditambahkan (SA National Biodiversity Institute, 2009).

Axonopus compresus (Rumput pait)
Axonopus compresus merupakan rumput tahunan dan berdaun pita,
berumpun, membentuk geragih (stolon) yang beruas-ruas dan menjalar, batang
pembawa bunga tegak. Di lapangan tumbuh mengelompok dan rapat sehingga
membentuk ”sheet”. Ciri pengenalannya batang tidak berongga (padat/masif),
bentuknya tertekan ke arah lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh
tegak berumpun, sering membentuk geragih yang pada setiap ruasnya dapat

Universitas Sumatera Utara

9

membentuk akar dan tunas baru dan helai daun berbentuk lanset, pada bagian
pangkal meluas dan melengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah atas
ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar sedang sebelah bawah tidak berbulu,
ukuran panjangnya 2,5 – 37,5 cm dan lebar 6 – 16 mm (Nasution, 1983).

Calopogonium Sp.
Calopogonium adalah leguminosa yang bersifat memanjat dan merambat,
di atas tanah dapat membentuk hamparan setebal kurang lebih 50 cm. Batang
seolah olah terbagi ke dalam dua bagian, bagian bawah menjalar sedangkan
bagian atas memanjang. Berdaun tiga pada suatu tangkai, helai daun berbentuk
oval ditutupi bulu-bulu halus coklat keemasan di kedua permukaannya, berbunga
kupu-kupu tersusun seperti tandan berwarna kebiruan. Berbuah polong panjang
antara 2,5–3,8 cm berwarna kuning kecoklatan dan tertutup bulu-bulu lebat. Tiap
buah berisi 4–8 biji berwarna coklat muda atau coklat tua, berukuran 2,5 x 2,5 mm
Jayadi (1991). Sedangkan Skerman (1977) menambahkan bahwa calopogonium
adalah tanaman yang merambat, menjalar dengan batang ditutupi dengan bulubulu coklat yang panjang, merambat pada bagian yang rendah; nodul pada akar
akan kontak dengan tanah, ketika bagian atas batang menjadi kuat. Daun trifoliat,
daun muda berbulu pada bagian atas, lebih kecil dibandingkan dengan Pueraria
phaseoloides, helai daun kasar berbentuk oval-palrerogram, berukuran (1,5-)410(-15)cm x (1-)2-5(-9) cm (Chen dan Aminah, 1992), panjangnya sekitar 4 - 5
cm dan sedikit lebih pendek pada luasnya. Stipules kecil dan triangular; memuat
bunga pada axillary tandan terdiri dari 4-12 diatas peduncles yang berbulu. Bunga
terdiri dari 2–6 helai, berwarna biru dengan titik-titik hijau kekuningan atau ungu.
Polong linear dengan panjang 2,5–4 cm, berwarna kuning kecoklatan, ditutupi

Universitas Sumatera Utara

10

dengan bulu yang lebat, terdiri dari 4–8 biji, Biji kasar bentuknya bujur sangkar
sampai persegi dengan ujung bulat, warnanya coklat tua atau coklat muda, tidak
bercorak dan berukuran 3,5 x 2,5 mm.

Commelina diffusa (Brambangan)
Batang commelina diffusa tumbuh menjalar, bentuknya bulat dan lunak,
tidak

berambut,

warnanya

hijau

muda

bercorak

ungu,

buku-bukunya

mengeluarkan akar dan tunas cabang, bagian ujung batang tagak atau melengkung
tingginya 5-60 cm. helai daun berbentuk lanset umumnya berukuran panjang
kurang dari enam kali lebarnya, permukaannya licin, pangkalnya berbentuk
bundar dan tidak simetris, ujungnya agak runcing, tepinya terasa kasar bila diraba,
ukurannya 2,5-8 cm panjang dan 0,75-2,5 cm lebar (Nasution, 1983)

Cleome rutidosperma (Cabe-cabean)
Cleome rutidosperma merupakan tumbuhan lunak dan pendek, biasanya
tumbuh rapat dan mengelompok. Batabg bersegi dan berbulu halus, tumbuh tegak
atau melengkung, tingginya 15 – 80 cm, agak lunak/lemas, membentuk
percabangan yang banyak dan tersebar, daun-daun yang terdapat di sebelah atas
bertangkai lebih pendek. Daun majemuk dengan tiga anak daun tak bertangkai,
bentuk anak daun bulat panjang dengan pangkal yang lancip dan ujung yang
runcing, permukaannya berbulu halus, ukurannya 2 – 5 cm panjang dan 0,5 – 2,5
cm lebar, tangkai daun majemuk berbulu dan berukuran 1,5 – 5 cm
(Nasution, 1983).

Universitas Sumatera Utara

11

Cyclosorus aridus (Pakis kadal)
Cyclosorus aridus memiliki tanda pengenalnya di lapangan adalah helai
daunnya melengkung, anak daun duduk dan satu sama lain berantara, tepinya
bergigi agak dalam bertulang menyirip. Rimpang tegak, yang tua berwarna
coklat-hitam, bersisik coklat muda keputih-putihan, helai daun umumnya
melengkung, panjangnya 50 – 100 cm dan lebarnya 15 – 30 cm, anak daun
dibagian tengah paling panjang sedang di bagian pangkal sebelah bawah lebih
pendek dan umumnya steril (Nasution, 1983).

Cyrtococcum oxyphyllium (Rumput kretekan)
Cyrtococcum oxyphyllium merupakan rumput tahunan berdaun pita yang
menjalar mempunyai batang berbentuk bulat tidak berongga, beberapa ruas bagian
pangkal tumbuh menjalar, bagian yang tumbuh tegak 15 – 60 cm tingginya,
bagian yang menjalar membentuk akar memanjang dan tunas baru dari bukubukunya. Helai daun berbentuk garis meruncing unjungnya runcing, ukuran
panjangnya 5 – 18 cm dan lebar 5 – 15 mm, tulang-tulang daun tidak jelas terlihat,
sekitar dpangkal helai daun berbentuk bulat memyerupai bentuk umbi dan
ditumbui bulu yang agak panjang, permukaan helai daun tidak berbulu kecuali
pada bagian tepi terdapat bulu-bulu halus (Nasution, 1983).

Dactyloctenium aegyptium (Tapak jalak)
Dactyloctenium aegyptium memiliki batang yang tidak berongga dan tidak
berbulu, bentuknya bulat sedikit tertekan, tumbuh menjalar dengan ujung tumbuh
tegak atau miring, pada buku-bukunya tumbuh akar serabut dan berbentuk tunastunas baru, batang yang tegak membentuk bungga tingginya 7 – 60 cm, buku-

Universitas Sumatera Utara

12

bukunya tidak berbulu. Helai daun berbentuk garis, tidak menyempit di bagian
pangkal, ujungnya runcing, tepi daun bagian pangkal ditumbuhi bulu bewarna
bening, permukaan daun datar atau agak bergelombang berbulu panjang tapi
jarang, berukuran panjang 2 -28 cm dan lebar 3 – 10 mm (Nasution, 1983).

Eleusine indica (Rumput belulang)
Batang eleusine indica membentuk rumpun yang kokoh dengan perakaran
yang lebat, tumbuh tegak atau adakalanya sebagian merambat, membentuk
cabang, dan sering membentuk akar pada buku terbawah, tingginya 12-85 cm,
bentuk batang agak pipih, upih daun membungkus pangkal batang bertumpang
tindih. Helai daun panjang, bentuk garis, bagian pangkal tidak menyempit,
ujungnya runcing atau agak tumpul, pada bagian pangkal selalu terdapat beberapa
rambut panjang yang jarang, sering melipat kedalam, ukurannya 12-40 cm
panjang dan 4- 10 mm lebar (Nasution, 1983).

Mikania micranta (Areu caputuheur)
Batang mikania micrantatumbuh menjalar, membelit/memanjat, bewarna
hijau muda adakalanya bercorak ungu, bentunya bersergi/bertulang membujur,
berambut halus dan jarang, duduknya daun-daun berhadapan, daun-daun sebelah
ujung berukuran lebih kecil, buku-bukunya dipermukaan tanah mengeluarkan
akar, panjang batang mencapai 3 – 6 cm. helai daun berbentuk hati atau bulat telur
segitiga, pangkalnya bersegi tumpul, permukaannya tak berambut, ukurannya 3 –
8 cm panjang dan lebar 1,5 – 6 cm, tangkai panjang yaitu 1 – 6 cm, berambut
halus (Nasution, 1983).

Universitas Sumatera Utara

13

Otochloa nodusa (Rumput rawa)
Batang otochloa nodusa berbentuk bulat tidak berbulu, tumbuh menjalar
membentuk akar dan tunas baru pada buku-buku batang bagian pangkal, bagian
batang yang tumbuh tegak tingginya 30 – 100 cm dan berdaun banyak. Helai daun
berbentuk garis lansetdengan pangkalnya berbentuk bulat melebar atau berbentuk
hati dan ujungnya runcing, panjangnya mencapai 20 cm dan lebar 1 – 1,5 cm,
umumnya tidak berbulu pada permukaan atas dan bawah tetapi pada tepinya
terdapat rambut-rambut halus yang jarang, terdapat penggentingan yang melintang
helai daun disekitar dua perlima panjang helai daun dari bagian ujung, helai daun
paling atas dari batang yang sedang berbunga umunya paling panjang
(Nasution, 1983).

Paspalum conjungatum (Rumput pait)
Batang paspalum conjungatum agak pipih, tingginya 20 -75 cm, tidak
berbulu, warnanya hijau bercorak ungu, tumbuh tegak berumpun, membentuk
geragih yang bercabang-cabang. Pada setiap buku dari geragih dapat membentuk
akar dan batang baru. Helai daun berbentuk pita atau pita lanset ujungnya lancip,
berbulu sepanjang tepinya dan pada permukaannya. Helai daun paling atas sering
rudimenter. Upih daun bewarna hijau atau bercorak ungu, berbentuk lunas perahu
yang sangatpipih, tepinya berbulu halus (Nasution, 1983).

Passiflora Sp
Batang passiflora tumbuh menjalar atau memanjat, agak lunak,
berpenampang bulat, ditumbuhi rambut-rambut yang rapat, panjangnya 1,5 – 5 m,
duduk daun tersebar secara spiral, pada buku-buku terdapat sulur cabang pembelit

Universitas Sumatera Utara

14

untuk memanjat. Helai daun berbentuk hati dengan tiga tonjolan membulatyang
ujungnya runcing, tonjolan di tengah lebih besar, permukaannya beranbut halus
dan rapat, ukurannya 4,5 – 14,5 cm panjang dan 3,5 - 13 cm lebar, tangkai daun
berambut halus dan rapat, panjangnya 2 – 10 cm (Nasution, 1983).

Penisetum purpereum (Rumput gajah)
Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (graminae ) yang
telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang
alamiah di Asia Tenggara. Rumput ini biasanya dipanen dengan cara membabat
seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan
untuk kerbau dan sapi, atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses
pengawetan pakan hijauan dengan cara silase dan hay. Nilai pakan rumput gajah
dipengaruhi oleh perbandingan (rasio) jumlah daun terhadap batang dan umurnya.
Kandungan nitrogen dari hasil panen yang diadakan secara teratur berkisar antara
2-4% Protein Kasar (CP; Crude Protein) selalu diatas 7% untuk varietas Taiwan,
semakin tua CP semakin menurun). Pada daun muda nilai ketercernaan (TDN)
diperkirakan mencapai 70%, tetapi angka ini menurun cukup drastis pada usia tua
hingga 55%. Batang-batangnya kurang begitu disukai ternak (karena keras)
kecuali yang masih muda dan mengandung cukup banyak air. Rumput ini secara
umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi
dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan
mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan
terdiri sampai 20 ruas / buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun
hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek; helai daun bergaris
dengan dasar yang lebar, ujungnya runcing (Manglayang Farm Online, 2009).

Universitas Sumatera Utara

15

Bahan Pakan yang digunakan sebagai Bahan Penyusun Konsentrat
Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang
banyak terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk
menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan
tahu terdiri dari dua tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, dan (2) penggumpalan
protein dari susu kedelai sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang
diinginkan. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai
sumber protein. Karossi, dkk (1982) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi
kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Pulungan, dkk.
(1985) melaporkan bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah
sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas
tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah. Komposisi zat gizi ampas tahu
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Zat-zat Makanan Ampas Tahu
Bahan BK PK SK
LK
ADF NDF Abu Ca
P
Eb
pakan %
%
%
%
%
%
%
%
%
%
Ampas 13.3
21 23.58 10.49 51.93 25.63 2.96 0.53 0.24 4730
tahu
Sumber: Pulungan, dkk., (1985)

Bungkil Inti Sawit
Bungkil inti sawit adalah limbah ikutan proses ekstraksi inti sawit. Limbah
ini dapat diperoleh dengan proses kimia dan mekanik. Walaupun kandungan
proteinnya

baik

namun

karena

kandungan

serat

kasarnya

tinggi dan

palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang sesuai untuk ternak unggas
(monogastrik) dan lebih sering diberikan kepada ternak ruminansia seperti domba.

Universitas Sumatera Utara

16

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum yang komponen utamanya bungkil
inti sawit dapat diperbaiki daya cernanya, serat kasarnya dan palatabilitasnya
dengan penambahan molases (Hutagalung, 1978).
Devendra (1977) melaporkan bawa bungkil inti sawit dapat diberikan
sebesar 30% dalam ransum domba tanpa memberikan efek samping yang
merugikan. Batubara et al., (1993) melaporkan bahwa bungkil inti sawit dapat
digunakan sebesar 40% dalam ransum domba ditambah molases 20%.
Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4:
Tabel 3. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit
Kandungan Zat
Bahan kering

Kadar Zat (%)
91.111)

Protein kasar

16.01)

Lemak kasar

7.711)

Serat dasar

10.501)

Abu

5.182)

TDN

81.001)

Sumber : 1) Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
2) Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan FP-USU, (2000)

Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa pada umumnya mengandung 20 protein kasar dari bahan
kering dan dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Namun kandungan
protein yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan secara optimum/sempurna oleh
ternak karena nilai kecernaan nutrient tersebut cukup rendah (Balitnak, 2009).
Kandungan nilai gizi bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nilai gizi bungkil kelapa

Universitas Sumatera Utara

17

Kandungan Zat
Kadar air % maksimum
Protein kasar % minimum
Serat kasar % maksimum
Abu % maksimum
Lemak % maksimum
Asam lemak bebas (% dari Lemak)
maksimum
Calsium
Fosfor
Aflatoxin (ppb) maksimum

Mutu I
12
18
14
7
12
7

Mutu II
12
16
16
9
15
9

0.05-0.30
0.40-0.75
100

0.05-0.30
0.40-0.75
100

Sumber : SNI 01-2904-1996

Dedak Padi
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil
ikutan penumbukan padi (Parakkasi, 1995), sedangkan menurut Rasyaf (1992)
dedak merupakan limbah dari proses pengolahan padi menjadi beras dan dapat
digunakan sebagai bahan makan asal nabati. Hal tersebut membuat kandungan
nutrisinya cukup baik.
Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi
Uraian
Bahan kering

Kandungan (%)
89.60

Protein kasar

11.90

TDN

67.00

Serat kasar

8.50

Lemak Kasar

9.10

Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2001)

Aktifitas Makan Rusa Sambar

Universitas Sumatera Utara

18

Menurut Semiadi et al., (1993) aktivitas makan pada rusa disebut grazing
(merumput) dan browser (memakan pucuk tumbuhan) didefinisikan sebagai
aktivitas makan. Namun demikian penghitungan lamanya waktu makan
didasarkan hanya pada aktivitas memasukkan makanan (hijauan) ke dalam mulut.
Pola aktif makan harian selama hari terang terdapat fluktuasi yang mengikuti
aktivitas harian kawanan (Lelono, 2001) dimana terlihat tiga puncak utama yaitu
pada pagi hari antara pukul 07.00 sampai 09.00, siang antara pukul 11.00 sampai
14.00 dan sore mulai pukul 17.00 – 18.00.
Konsumsi Pakan Ternak
Tingkat konsumsi (Voluntary feed Intake) adalah jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum.
Dalam mengkonsumsi ransum ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
tingkat energi, keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan ransum, aktivitas
ternak, berat badan, kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan. Tingkat
perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan
palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi
dibandingkan dengan makanan yang berkualitas rendah sehingga bila kualitas
pakan

relatif

sama

maka

tingkat konsumsinya

juga

tidak

berbeda

(Parakkasi, 1995).

Palatabilitas/ Prefensi Ransum

Universitas Sumatera Utara

19

Palatabilitas merupakan sifat performans bahan-bahan pakan sebagai
akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang
dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin,
manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya
tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih
menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga lebih
menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan
fosfor (P) lebih tinggi (Sentra informasi IPTEK, 2005).
Rusa

sambar

mempunyai

strategi

pemanfaatan

yang

cenderung

memanfaatkan tanaman perdu (browse) sebagai salah satu sumber bahan
pakannya (Madhusudan, 2004). Di Kepulauan Manuwatu, rusa sambar umumnya
mengkonsumsi rumput-rumputan (65% dari total pakan), selanjutnya pada area
konservasi di Moutoa hampir seluruhnya bergantung pada tanaman rumputrumputan (graminoid). Rusa sambar yang hidup pada daerah hutan mempunyai
perilaku yang berbeda yaitu mengkonsumsi rumput-rumputan dan juga hijauan
yang berasal dari tanaman perdu (Departemen of Conservation Wanganui, 2005).
Laporan lain menyebutkan rusa sambar selektif dalam memilih pakan meskipun
hijauan utama yang dikonsumsi mempunyai kandungan nutrisi yang rendah
(Kelton dan Skipworth, 1987).

Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Ruminansia berasal dari kata latin “ruminate” yang berarti “mengunyah
berulang-ulang”. Proses ini disebut proses ruminansi yaitu suatu proses
pencernaan pakan yang dimulai dari pakan dimasukkan kedalam rongga mulut
dan masuk ke rumen setelah menjadi bolus-bolus dimuntahkan kembali

Universitas Sumatera Utara

20

(regurgitasi),

dikunyah

kembali

(remastikasi),

lalu

penelanan

kembali

(redeglutasi) dan dilanjutkan proses fermentasi di rumen dan kesaluran
berikutnya. Proses ruminansi berjalan kira-kira 15 kali sehari, dimana setiap
ruminansi berlangsung 1 menit sampai 2 jam (Prawirokusumo, 1994).
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun
mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi ataupun pengunyahan dalam
mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksikontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi
dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang
berupa getah-getah pencernaan. Mikroorganisme hidup dalam beberapa bagian
dari saluran pencernaan yang sangat penting dalam pencernaan ruminansia.
Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga dilakukan secara enzimatik yang
enzimnya dihasilkan oleh sel-sel mikroorganisme (Tillman et al.,1981).
Menurut Rangkuti et al., (1985) ruminansia mempunyai empat lambung
yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Pada waktu lahir abomasum
merupakan bagian utama, tetapi begitu susu diganti dengan rumput, rumen
tumbuh sampai 80% kapasitas lambung. Retikulum dan omasum berkembang
pada waktu yang sama.
Ternak ruminansia berbeda dengan ternak mamalia lainnya karena
mempunyai lambung sejati, yaitu abomasum, dan lambung muka yang membesar,
yang

mempunyai tiga ruangan,

yaitu

rumen,

retikulum dan omasum

(Tillman et al., 1981).
Tillman et al. (1981) menyatakan bahwa meskipun ruminansia mempunyai
kapasitas lambung yang besar tetapi jumlah yang dapat dimakan masih terbatas

Universitas Sumatera Utara

21

oleh kecepatan pencernaan dan sisa makanan yang dapat dikeluarkan dan saluran
pencemaan.
Ruminansia secara spesifik mampu mensintesis asam-asam amino dan
unsur-unsur yang dihasilkan oleh berbagai proses yang terjadi di dalam rumen.
Itulah sebabnya, ruminansia mampu mengkonsumsi urea (yang merupakan nonprotein nitrogen) dalam jumlah terbatas, yang di dalam rumen terurai menjadi
NH3 dan merupakan bahan utama pembentukan asam-asam amino. Selain dan
bahan pakan yang dikonsumsinya, kebutuhan tubuh ruminansia terhadap protein
juga dipenuhi dan mikroba rumen (Sodiq dan Abidin, 2002).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi penangkaran rusa Universitas
Sumatera Utara (USU), Kampus Padang Bulan, Medan. Lama penelitian
berlangsung selama 3 (tiga) bulan dimulai pada bulan Juni sampai bulan Agustus
2009.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan antara lain 6 ekor rusa sambar lepas sapih, hijauan
lapangan, blok multinutrien (BM) terdiri atas molases, urea, bungkil inti sawit
(BIS), tepung ikan, dedak padi, semen, kapur, garam dapur dan ultra mineral,
obat-obatan seperti obat kulit dan air minum.

Alat
Alat yang digunakan antara lain kandang 3 unit beserta perlengkapannya,
timbangan elektrik kapasitas 150 kg untuk menimbang pemberian hijauan,
timbangan kapasitas 5 kg dengan kepekaan 10 gram untuk menimbang sisa
hijauan, timbangan kapasitas 200 gr dengan kepekaan 0.1 gram untuk menimbang
hasil separasi hijauan, serta timbangan elektrik kapasitas 1000 kg untuk
menimbang rusa.

22

Universitas Sumatera Utara

23

Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan:
1. Pengukuran konsumsi dan identifikasi jenis hijauan yang disukai rusa
sambar dengan memakai 6 ekor rusa selama 6 hari dilakukan dalam 2
pengamatan yaitu:
a. Pengukuran konsumsi hijauan dalam bahan segar dan bahan
kering. Pengukuran konsumsi dilakukan dengan cara menimbang
hijauan dan konsentrat sebelum diberikan dan ditimbang kembali
yang sisa dalam periode satu hari.
b. Mengidentifikasi komposisi botani dari hijauan. Pengukuran
komposisi botani dilakukan dengan cara menseparasi hijauan
sebelum diberikan dan menseparasi kembali hijauan yang sisa dan
ditimbang kemudian dihitung dengan rumus:
Komposisi Botani =

bahan spesies sampel
total bahan sampel

2. Uji palat