Kesimpulan Saran KEKUATAN PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERLAWANAN SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN (Studi Pada Perkara Nomor 144/Pid/B/2007/PN TK)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan dalam penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keterangan saksi yang saling berlawanan dapat dijadikan sebagai alat bukti didasarkan pada keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri, meskipun telah terdapat dua atau lebih dari saksi, akan tetapi dua atau lebih saksi yang ada ini memberikan kesaksiannya di depan Pengadilan namun keterangan mereka berdiri sendiri atau berbeda satu dengan lainnya dan tidak memberikan keterkaitan antara satu dengan lainnya maka meskipun secara kuantitatif keterangan tersebut telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang diisyaratkan dalam Pasal 183 KUHAP, keterangan tersebut tidak dapat dianggap sebagai keterangan saksi yang memenuhi unsur pembuktian. Oleh karena itu perlu dilihat bahwa selain kuantitatif perlu diperhatikan pula kualitatif dari keterangan saksi. Dari beberapa keterangan saksi yang saling berlawanan, keterangan saksi yang memiliki nilai objektiflah yang memiliki nilai kekuatan pembuktian dan dapat dijadikan pertimbangan oleh majelis hakim untuk mengambil keputusan. 2. Dasar pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan perkara pada kasus tindak pidana penganiayaan jika terdapat keterangan saksi yang saling berlawanan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut, yaitu : a. Keterangan para saksi yang tidak obyektif sehingga harus dikesampingkan; b. Keterangan para saksi yang bertentangan dengan alat bukti yang lain; c. Para saksi A Decharge yang netral yang memberikan keterangan yang obyektif dan dapat dipercaya secara hukum; d. Keterangan para saksi yang saling bersesuaian; e. Hal-hal yang menguntungkan terdakwa.

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan mengetahui hasil penelitian maka penulis mengajukan saran sebagai berikut: a. Sebaiknya hakim dalam menerapkan alat bukti keterangan saksi tidak berdasarkan pendapatnya sendiri karena dapat merugikan salah satu pihak. Diharapkan bagi para hakim dalam memutus perkara pada kasus-kasus seperti ini untuk lebih memperhatikan alat-alat bukti yang ada dan sah menurut Undang-undang agar putusan yang dibuat tidak merugikan pihak-pihak yang berperkara. b. Hakim dalam mempertimbangkan suatu putusan harus berdasarkan kepada Pasal 188 ayat 3 KUHAP menyatakan : “penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya”. KEKUATAN PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERLAWANAN SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN Studi Pada Perkara Nomor 144PidB2007PN TK Oleh TRI AGUNG SUBIANTORO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 DAFTAR PUSTAKA Hamzah, Andi, 1980, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ghalia, Jakarta Sasangka, Hari dan Lily Rosita, 1996, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana. Cetakan Pertama. Sinar Wijaya. Surabaya. Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta. Subekti, R., 1980, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta. Sudarto, 1986, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung. Tirtamidjaja, M.H., 1995, Pokok-pokok Hukum Pidana, Fresco, Jakarta. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana KUHAP. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman www.wikipedia.org DAFTAR PUSTAKA Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1987, Metode Penelitian dan Survey, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta. Universitas Lampung, 2008, Format Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Lampung, Bandar Lampung. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian

Dokumen yang terkait

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK (Studi Perkara Nomor 1727/PID.B/2009/PN.TK)

0 6 77

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Studi Perkara Nomor 17/Pid.B.(A)/2011/PN.TK)

0 20 70

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERBANKAN DALAM PERKARA NOMOR: 483/Pid.Sus./2013/PN.TK

0 4 60

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA DI BAWAH PIDANA MINIMAL KHUSUS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN TERHADAP ANAK (Studi Perkara Nomor: 168/Pid.B/2013/PN.TK)

0 7 78

PENULISAN SKRIPSI HUKUM DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN BERAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SLEMAN).

0 2 13

PENULISAN SKRIPSI HUKUM DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PENULISAN SKRIPSI HUKUM DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN BERAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SLEMAN).

0 3 13

PENDAHULUAN PENULISAN SKRIPSI HUKUM DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN BERAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SLEMAN).

0 4 18

PENUTUP PENULISAN SKRIPSI HUKUM DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN BERAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SLEMAN).

0 3 4

REKONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA PIDANA (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Surakarta dalam Perkara Pidana Nomor 118 / Pid. B / 2004 dan Perkara Pidana Nomor 79 / Pid. B / 2007).

0 2 20

PENILAIAN KEKUATAN PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN ANAK DENGAN DISUMPAH DALAM PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN NEGERI PATI MEMUTUS PERKARA PENCABULAN OLEH ANAK ( Studi Putusan Nomor 2/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Pti ).

0 0 10