Pertumbuhan Beberapa Varietas Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Dengan Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Di Bawah Tegakan Kelapa Sawit

DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2002. Horticulture: Principlesand Practices. 2nd Ed. Pearson
Education. New Jersey. 787 p.
Balittas.2010.Kenaf.http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com
cconten&view=category&layout=blog&id=47&Itemid=69. Tanggal askses
17 Desember 2014.
Balittas.2014. Biologi Tanaman Kenaf. Balai Penelitian Tanaman Tembakau Dan
Serat, Malang.
Ben-Hill, J., L.O. Overhold, H.W. Popp, and A.R. Grove. 1960. Botany. Mc.
Graw Hill Book Company, Inc. New York, Toronto, London.
Berger, J. 1969. The World's Major Fiber Crops, Their Cultivation and Manuring.
Centre D'Etude Del Azote 6, Zurich.
Buckman, H.O dan N.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah, Bharata Karya Aksara,
Jakarta.
Brink, M.. and R.P. Escobin (ed). 2003. PROSEA. Plant Resources of South-East
Asia. No. 17. Fibre Plants. Backhuys Publishers, Leiden, The
Netherlands. P. 456.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik perkebunan Indonesia 2010-2013:
Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan.
Dempsey, J.M. 1963. Long vegetable fiber development in South Vietnam and

Other Asian Countries. USOM-Saigon.Disbun TIt. I Jawa 1imur. 1992.
Laporan evaluasi Program ISKARA 1991/1992.Surabaya.
Fatimah, S., B. M. Handarto. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata
Nees). Embryo 5(2):133-148. Diakses dari http://pertanian.trunojoyo.ac.id
/wp-content/uploads/2012/03/2FATIMAH-SAMBILOTO.pdf
Foth, H. D., dan John W. Schafer. 1980. Soil Geography and Land Use. John
Willey and Sons. New York.
Ghosh, T. 1978. Jute manual. Agric. Res. lost. Yesin, Burma.
Hanum, M. 2010. Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit
Tanaman Asparagus (Asparagus officinalis L.). Skripsi Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
123456789/27514/A10mha1.pdf?sequence=4

Hakin, R. dan Estri Laras. A. 2014. Keragaman Morfologi Kenaf (Hibiscus
cannabinus L.) KR 11 Mutan EMS (Ethyl Methanesulfonate) Berdasarkan
Panduan Karakteristik Kenaf. Jurnal Biotropika.vol 2 No.1, Malang.
Iswindiyono, S. dan A Sastrosupadi. 1987. Pengaruh Interval Pemberian Air Pada
Tenaf Dan Jute Terbadap Pertumbuhan. Skripsi SI Rttultas Pertanian, UPN
"Veteran", Surabaya.

Kurniaty, R., B. Budiman dan M. Suartana. 2009. Pengaruh Media
dan Naungan Terhadap Mutu Bibit Suren (Toona sureni
Merr.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 7(2):77-83. Diakses dari
http://forda-mof.org/files/7.2.2010_pengaruh_media.pdf
Nadalia, D. 2009. Perbedaan Karakterisik Tanah Pada Lahan
Reklamasi Pascatambang Dengan Tanah Asli Tanpa Top
Soil. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13220/A09dna.pdf
Ochse, J.J., M.J. Soule, Jr., M.J. Dijkman, C. Wehlbur. 1961. Tropical and
subtropical agriculture. Vol. II. The Macmillan, New York. p. 1139–
1177.
Rahmalia,W., Yulistira, F. Ningrum. J. Qurbaniah. M. dan Ismadi. M. 2006.
Pemanfaatan potensi tandan kosong kelapa sawit (Elais guineensis Jacq)
sebagai bahan dasar c-aktif untuk adsorpsi logam perak.
Sastrosupadi, A. 1983. Pengaruh Umur Dan Lama Penggenangan Terhadap
Pertumbuhan, Produksi, Dan Kualitas Kenaf Hc G4. Balai Penelitian
Tanaman Industri, Malang.
Setyo,U dan Budi. 2013. Biologi Tanaman Kenaf. Balai Penelitian Tanaman
Tembakau Dan Serat, Malang.
Sastrosupadi.A.,B. Santoso dan Sudjidro.1996. Budidaya Kenaf ( Hibiscus

cannabinus L.) Masing –masing Ahli Penelitian Utama, Balai Penelitian
Tembakau dan Tanaman Serat.
Sastrosupadi, A. dan M. Sahid. 1996. Potensi Tanaman Serat Karung Sebagai
Penghasil Bahan Baku Pulp. Monograf Blittas No. 1. Dept. Pertanian,
Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian, Balai Penelitian Tembakau
dan Tanaman Serat Malang.
Schuchardt, F., E. Susilawati, dan P. Guritno. 1998. Influence of C/N ratio and
inoculum upon rotting characteristics of oil palm empty fruit bunc.
Proc.1998. International Oil Palm Conference. Bali, Indonesia. 501-510.
Soetopo, R., S., Septiningrum, K. dan Surahman A. 2010. Potensi Kompos Dari
Limbah Padat Pabrik Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman. Berita
Selulosa, Vol. 45, No. 1: 32 - 43.

Sudjindro. 2010. Produk – Produk Diversifikasi Kenaf. Balai Penelitian
Tembakau dan Tanaman Serat, Malang
Yunindanova, M B. 2009. Tingkat kematangan kompos tandan kosong kelapa
sawit dan penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat ( Lycopersicon esculentum Mill.) dan cabai
(Capsicum annuum L.). Skripsi Program Studi Agronomi. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Wijaya, T.,Rosyid,M.J. dan Boerhendhy, I .2001. Teknologi pengelolaan nutrisi
dan air pada perkebunan karet. Pusat Penelitian Karet.
Wijiastuti, S., 2013. Monograf Balittas KENAF (Hibiscus cannabinus L.). Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Badan Litbang Pertanian. Departemen
Pertanian.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kebun Silau Dunia, PT Perkebunan Nusantara III,
Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara dengan
ketinggian tempat 60–90 meter dpl. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei
sampai dengan September 2015 pada tegakan pohon kelapa sawit tanaman
menghasilkan (TM) umur 8 tahun keatas.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Varietas kenaf
Karangploso 11, Karangpoloso 12 dan Karangploso 14, kompos tandan kosong
kelapa sawit (TKKS), pupuk urea, SP- 36 dan KCl, dan air.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, tugal, gembor,
meteran, jangka sorong, timbangan analitik, oven, tali plastik, pacak yang terbuat

dari bambu, pisau, plang nama, kalkulator, alat tulis, amplot dan kamera.
Metode Penelitian
Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor 1

: Varietas (V) dengan tiga jenis, yaitu :

V1

: KR 11

V2

: KR 12

V3

: KR 14


Faktor 2

: Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) (T) dengan empat taraf,
yaitu

T0

: 0 g (Kontrol)

T1

: 50 g / Lubang tanam

T2

: 100 g / Lubang tanam

T3

: 150 g / Lubang tanam


Sehingga diperoleh 12 kombinasi :
V1T0

V2T0

V3T0

V1T1

V2T1

V3T1

V1T2

V2T2

V3T2


V1T3

V2T3

V3T3

Jumlah ulangan

:3

Jumlah plot

: 36

Ukuran plot

:4mx4m

Jarak Tanam


: 40 cm x 30 cm

Jumlah tanaman/plot

: 130 tanaman

Jumlah sampel per plot

: 10 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 4680 tanaman

Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linear sebagai berikut :
Yijk= µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk+ εijk
i = 1,2,3

j = 1,2,3,


k = 1,2,3,4

Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat varietas (V) ke-j dan pengaruh
dosis kompos TKKS (T) pada taraf ke-k
µ

: Nilai tengah

ρi

: Efek dari blok ke-i

αj

: Efek perlakuan pemberian varietas (V) ke-j

βk


: Efek dosis kompos TKKS (T) pada taraf ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara varietas (V) ke-j dan dosis kompos TKKS (T)
pada taraf ke-k
εijk

: Galat dari blok ke-i, varietas (V) ke-j dan dosis kompos TKKS (T) pada
taraf ke-k
Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, sidik ragam yang nyata

dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf
α = 5% (Steel dan Torrie, 1995).

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan dibuat pada naungan kelapa sawit dengan plot ukuran 4 m x 4 m
dilakukan 2 minggu sebelum penanaman dan dibuat saluran drainase dengan
ukuran 30 cm antar plot dan 3 m antar blok. Lahan yang diolah sesuai dengan
perlakuan serta dibersihkan dari gulma dan meratakan lapisan tanah bagian atas.
Olah tanah sempurna diolah dengan cara membalik tanah secara sempurna,
dihaluskan dan diratakan dengan menggunakan cangkul.
Penyediaan Media Tanam
Media tanam kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dimasukkan ke
dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan cara tugal dan disiapkan dengan
dosis secara merata.
Penanaman Benih
Penanaman dilakukan dengan tugal, yakni menugal lahan kira – kira
sedalam 2 – 3 cm dari permukaan tanah. Sebelumnya benih direndam air selama 5
jam . Kemudian dimasukkan benih pada tiap lubang tanam terdapat 2 benih/
lubang tanam dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm . Kemudian ditutup dengan
tanah dengan tipis hingga benih tanaman tidak nampak dan kemudian dilakukan
penyiraman.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari. Pelaksanaan penyiraman
dikurangi tergantung keadaan cuaca. Bila areal hujan, tidak perlu dilakukan
penyiraman.

Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada

2 minggu setelah tanam, dengan cara

memotong tanaman menggunakan pisau atau gunting. Dipilih bibit dengan
pertumbuhan yang baik dan sehat kemudian disisakan satu pada tiap lubang
tanam.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali selama tanam. Pemberian
pertama 96 g urea/plot, 160 g P/plot dan 160 KCl/plot pemupukan diberikan
setelah tanaman berumur 10 hari pada alur pupuk selang dua baris tanaman.
Pemupukan kedua 224 g/ plot diberikan setelah tanaman berumur 30 hari dengan
cara disebar.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan interval 1 kali dalam 2 minggu secara
manual dengan tangan ataupun dengan cangkul, baik didalam plot atau diluar
plot. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman utama
dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara dari tanah.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dengan cara mengemburkan tanah pada areal
batang tanaman, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang
tanaman kenaf. Dengan tujuan untuk memperkokoh kedudukan tanaman dan
untuk menekan penguapan air tanah.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung pada kondisi
lapangan. Bila terjadi serangan hama dan penyakit maka dilakukan penyemprotan

dengan insektisida, yang bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang
menyerang tanaman kenaf.
Panen
Tanaman kenaf dapat dipanen pada umur 3-4 bulan. Ciri-ciri tanaman
kenaf yang sudah layak panen adalah jika kuncup bunga ke sepuluh sudah mekar
dan membentuk buah (kapsul) yang terletak pada bagian ujung batang tanaman,
dan berwarna coklat tua.
Peubah Amatan
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga pucuk daun
tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan 4 - 13 minggu
setelah tanam (MST) dengan interval sekali seminggu.
Diameter batang (mm)
Pengukuran diameter batang dilakukan 4 - 13 minggu setelah tanam
dengan interval 1 minggu sekali. Pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
pada bagian pangkal batang.
Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung terhadap daun-daun

yang tumbuh yang sudah

mengalami membuka sempurna pada 4 – 13 minggu setelah tanam dengan
interval 1 minggu sekali.
Panjang akar (cm)
Panjang akar diukur pada minggu 15 terhadap akar yang tumbuh dari
pangkal batang pokok, diukur dari leher akar sampai ujung terpanjang pada akhir
percobaan setelah tanaman dicabut dari media tanam.

Bobot Segar Tajuk (g)
Bobot segar tajuk tanaman dihitung saat setelah panen. Bobot segar Tajuk
sampel dihitung dalam keadaan segar dengan menggunakan timbangan digital,
yakni dengan dibersihkan dahulu kemudian dipotong-potong dengan seragam.
Bobot Segar Akar (g)
Bobot segar akar tanaman dihitung saat setelah panen. bobot segar akar
sampel dihitung dalam keadaan segar dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot kering akar (g)
Bobot kering akar tanaman dihitung dengan cara menimbang seluruh
bagian akar tanaman sampel yang telah dikeringovenkan selama 24 jam dengan
suhu 800C.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bobot kering tajuk tanaman di hitung dengan cara menimbang seluruh
bagian tanaman sampel yang telah dikeringovenkan selama 24 jam dengan suhu
800C.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan beberapa
varietas berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman kenaf dan
berpengaruh tidak nyata pada parameter lainnya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos tandan
kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang serta berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.
Interaksi kedua perlakuan menunjukkan berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun kenaf pada umur 4, 5, 6, 11, 12 dan 13 MST, dan diameter batang
pada umur 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 MST serta berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter lainnya.
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 7 sampai 16), diketahui bahwa
pemberian beberapa varietas kenaf berpengaruh

tidak nyata, sedangkan

pemberian tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada umur 4-13 MST.
Rataan tinggi tanaman umur 4-13 MST pada perlakuan beberapa varietas
dan kompos tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman kenaf pada umur 9-13 MST pada perlakuan
beberapa varietas dan pemberian tandan kosong kelapa sawit
Kompos TKKS
T0
T1
T2
T3
Umur
Varietas
Rataan
(0 g/
(50 g/
(100 g/
(150 g/
tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
72.56
74.43
80.93
79.91
76.96
V1 (KR 11)
79.49
68.85
96.00
64.36
77.17
V2 (KR 12)
9
MST V3 (KR 14)
79.13
62.21
83.95
76.86
75.54
77.06ab
68.50b
86.96a
73.71b
76.56
Rataan
88.58
89.97
95.81
94.85
92.30
V1 (KR 11)
94.27
80.76
116.07
74.39
91.38
V2 (KR 12)
10
MST V3 (KR 14)
95.55
74.05
100.65
91.19
90.36
92.80ab
81.59b
104.18a
86.81b
91.35
Rataan
103.05
105.41
112.48
110.88
107.96
V1 (KR 11)
108.34
94.40
136.09
85.85
106.17
V2 (KR 12)
11
MST V3 (KR 14)
111.94
86.80
119.37
105.84
105.99
107.78ab
95.54b
122.65a
100.86b 106.71
Rataan
112.83
116.25
121.80
121.23
118.03
V1 (KR 11)
118.68
103.90
151.55
95.28
117.35
V2 (KR 12)
12
MST V3 (KR 14)
125.07
95.25
131.23
116.77
117.08
118.86ab
105.13b
134.86a
111.09b 117.49
Rataan
121.60
125.97
129.87
130.27
126.93
V1 (KR 11)
127.97
112.60
165.57
102.50
127.16
V2 (KR 12)
13
MST V3 (KR 14)
134.27
104.08
142.68
125.63
126.67
127.94ab
114.22b
146.04a
119.47b 126.92
Rataan
Keterangan: Angka yang dihitung oleh huruf yang berbeda nyata pada kolom
yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf 5%
Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman pada umur 9-13 MST tertinggi
diperoleh pada perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 100
g/tanaman (T2) dengan tinggi 146.04 cm dan terendah pada perlakuan T1 dengan
tinggi 114.22 cm.
Jumlah Daun (helai)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 17 sampai 26), diketahui
bahwa beberapa varietas kenaf berpengaruh tidak nyata terhadap parameter

jumlah daun pada umur 4-13MST, sedangkan pemberian tandan kosong kelapa
sawit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Interaksi antara pemberian tandan
kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 4-6
MST dan 11-13 MST.
Rataan jumlah daun umur 9-13 MST pada perlakuan beberapa varietas
kenaf dan pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) tanaman kenaf umur 4-13 MST pada
perlakuan beberapa varietas dan pemberian tandan kosong kelapa sawit
Kompos TKKS
T0
T1
T2
T3
Umur
Varietas
Rataan
(0 g/
(50 g/
(100 g/
(150 g/
tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
19.87
18.57
19.43
19.70
19.39
V1 (KR 11)
18.50
17.50
22.67
16.50
18.79
V2 (KR 12)
9
MST V3 (KR 14)
19.43
16.17
20.07
18.90
18.64
19.27ab
17.41b
20.72a
18.37ab
18.94
Rataan
23.03
21.77
22.47
23.47
22.68
V1 (KR 11)
21.60
20.40
26.43
18.90
21.83
V2 (KR 12)
10
MST V3 (KR 14)
23.30
18.63
23.63
22.13
21.93
22.64ab
20.27b
24.18a
21.50b
22.15
Rataan
26.47b
25.40b
25.53b
26.70b
26.03
V1 (KR 11)
24.77b
24.60b
31.20a
21.70ab
25.57
V2 (KR 12)
11
MST V3 (KR 14)
25.87b
22.00b
26.60b
25.53b
25.00
25.70
24.00
27.78
24.64
25.53
Rataan
29.20b
28.07b
28.50b
30.23ab
29.00
V1 (KR 11)
27.70b
25.70b
35.70a
23.93c
28.26
V2 (KR 12)
12
MST V3 (KR 14)
29.17b
23.73c
30.27b
27.97b
27.78
28.69
25.83
31.49
27.38
28.35
Rataan
31.90b
31.23b
30.33b
33.33ab
31.70
V1 (KR 11)
30.60b
28.73b
39.23a
27.20b
31.44
V2 (KR 12)
13
MST V3 (KR 14)
31.80b
27.07b
34.23ab
30.77b
30.97
31.43
29.01
34.60
30.43
31.37
Rataan
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%

Tabel 2 menunjukkan rataan jumlah daun tertinggi pada perlakuan
pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 100 g/tanaman (T2)
pada varietas KR 12 dengan jumlah daun yang terbanyak 39.23 helai dan yang
terendah 27.07 helai daun.
Diameter Batang (mm)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 27 sampai 36.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang dan pemberian tandan kosong
kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap diameter batang kenaf pada 10, 11, 12
dan 13 MST serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap diameter batang
kenaf pada 4,5,6,7,8 dan 9 MST.
Rataan diameter batang umur 4-13 MST pada perlakuan beberapa
varietas kenaf dan pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada tabel
3.

Tabel 3. Rataan diameter batang (mm) tanaman kenaf umur 9-13 MST pada
perlakuan beberapa varietas dan pemberian tandan kosong kelapa sawit
Kompos TKKS
T0
T1
T2
T3
Umur
Varietas
Rataan
(0 g/
(50 g/
(100 g/
(150 g/
tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
6.57b
5.93b
6.15b
6.25b
6.22
V1 (KR 11)
5.66b
5.08b
9.23a
4.35b
6.08
V2 (KR 12)
9
MST V3 (KR 14)
6.19b
4.63b
6.50b
5.77b
5.77
6.14
5.21
7.29
5.46
6.03
Rataan
7.40
6.57
7.05
7.12
7.03
V1 (KR 11)
6.53
5.91
10.01
4.95
6.85
V2 (KR 12)
10
MST V3 (KR 14)
7.02
5.29
7.41
6.52
6.56
6.98b
5.92b
8.15a
6.19b
6.81
Rataan
8.35
7.41
7.78
8.06
7.90
V1 (KR 11)
7.35
6.56
10.92
5.71
7.64
V2 (KR 12)
11
MST V3 (KR 14)
8.03
6.08
8.50
7.46
7.52
7.91ab
6.68b
9.06a
7.08b
7.68
Rataan
9.37
8.32
8.99
9.29
8.99
V1 (KR 11)
8.19
7.57
12.88
6.52
8.79
V2 (KR 12)
12
MST V3 (KR 14)
8.83
6.88
9.61
8.40
8.43
8.80b
7.59b
10.50a
8.07b
8.74
Rataan
8.66
9.27
9.50
9.63
9.26
V1 (KR 11)
8.76
8.30
12.16
7.17
9.10
V2 (KR 12)
13
MST V3 (KR 14)
9.18
7.57
10.48
9.36
9.15
8.86b
8.38b
10.71a
8.72b
9.17
Rataan
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter batang kenaf pada 13 MST
perlakuan beberapa varietas KR 11 (V1) yaitu 9.26 mm lebih tinggi dibandingkan
dengan KR 12 (V2) yaitu 9.10 mm. Sedangkan pada perlakuan pemberian
kompos tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 100 g (T2) dengan nilai 10.71
mm yang berbeda nyata dengan dosis 50 g (T1) dengan nilai 8.38 mm.

Grafik diameter batang kenaf pada perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit umur 13 MST dapat dilihat pada gambar
3.
12,00

Diameter batang (mm)

10,00
8,00
6,00

y = -1E-05x3 + 0,002x2 - 0,0855x + 8,8649
R² = 1

4,00
2,00
0,00
0

50

100

150

200

Kompos tandan kosong kelapa sawit

Gambar 1. Hubungan diameter batang tanaman kenaf pada umur 13 MST pada
berbagai dosis pemberian tandan kosong kelapa sawit.
Pada gambar 1 memperlihatkan bahwa grafik kubik pada pemberian
kompos tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 0 g menurun pada dosisi 50 g
sedangkan pada dosis 100 g meningkat kembali dengan ketinggian 10.71 mm dan
dosis 150 g menurun kembali, dimana pada grafik ini menunjukkan bahwa
diameter batang terbesar pada dosis 100 g/tanaman.
Bobot Basah Tajuk (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 37.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot basah tajuk kenaf.

Rataan bobot basah tajuk pada perlakuan beberapa varietas kenaf dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 4.

Varietas

V1 (KR 11)
V2 (KR 12)
V3 (KR 14)
Rataan
Keterangan:

Kompos TKKS
T0
T1
T2
T3
Rataan
(0 g/
(50 g/
(100 g/
(150 g/
tanaman)
tanaman)
tanaman)
tanaman)
------------------------------ g -----------------------------102.76
86.86
80.01
104.67
93.57
78.82
72.49
98.99
50.48
75.19
98.63
57.71
101.82
85.82
85.99
93.40
72.35
93.60
80.32
84.92
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%

Tabel 4 menunjukkan bahwa bobot basah tajuk kenaf pada perlakuan
varietas KR 11 (V1) yaitu 93.57 g lebih tinggi dibandingkan KR 12 (V2) yaitu
75.19 g. Sedangkan perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit yang
tertinggi dengan dosis 100 g (T2) yaitu 93.60 g dan yang terendah dengan dosis
50 g (T1) yaitu 72.35 g.
Bobot Basah Akar (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot basah akar kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 38.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot basah akar.

Rataan bobot basah tajuk pada perlakuan beberapa varietas kenaf dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 5.

Varietas

V1 (KR 11)
V2 (KR 12)
V3 (KR 14)
Rataan
Keterangan:

Kompos TKKS
T0
T1
T2
T3
Rataan
(0 g/
(50 g/
(100 g/
(150 g/
tanaman)
tanaman)
tanaman)
tanaman)
------------------------------ g -----------------------------11.19
13.12
10.71
12.70
11.93
8.90
8.34
11.73
5.32
8.57
11.57
7.91
12.57
10.61
10.66
10.55
9.79
11.67
9.54
10.39
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot basah akar kenaf pada perlakuan
varietas varietas KR 11 (V1) yaitu 11.93 g lebih tinggi dibandingkan KR 12 (V2)
yaitu 8.57 g. Sedangkan perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit yang
tertinggi dengan dosis 100 g (T2) yaitu 11.67 dan yang terendah dengan dosis 50
g (T3) yaitu 9.54 g.

Panjang Akar (cm)
Data pengamatan dan sidik ragam panjang akar kenaf dapat dilihat pada
Lampiran 39
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap panjang akar kenaf.

Rataan panjang akar pada perlakuan beberapa varietas kenaf dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 6.

Varietas

V1 (KR 11)
V2 (KR 12)
V3 (KR 14)
Rataan
Keterangan:

Kompos TKKS
T0
T1
T2
T3
Rataan
(0 g/
(50 g/
(100 g/
(150 g/
tanaman)
tanaman)
tanaman)
tanaman)
----------------------------- cm -----------------------------20.59
18.98
21.37
21.73
20.67
20.78
17.12
20.73
16.79
18.85
18.33
16.47
21.09
19.69
18.90
19.90
17.52
21.06
19.40
19.47
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang akar kenaf pada perlakuan varietas
varietas KR 11 (V1) yaitu 20.67 cm lebih tinggi dibandingkan KR 12 (V2) yaitu
18.85 cm. Sedangkan perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit yang
tertinggi dengan dosis 100 g (T2) yaitu 21.06 cm dan yang terendah dengan dosis
50 g (T1) yaitu 17.52 cm.
Bobot Kering Tajuk (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 40
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot kering tajuk kenaf.

Rataan panjang akar umur 14 MST pada perlakuan beberapa varietas
kenaf dan pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 7.

Varietas

V1 (KR 11)
V2 (KR 12)
V3 (KR 14)
Rataan
Keterangan:

Kompos TKKS
T0
T1
T2
T3
Rataan
(0 g/
(50 g/
(100 g/
(150 g/
tanaman)
tanaman)
tanaman)
tanaman)
---------------------------------- g ---------------------------------52.47
36.80
35.50
44.87
42.41
31.68
31.65
45.29
21.90
32.63
42.06
21.68
44.49
37.33
36.39
42.07
30.04
41.76
34.70
37.14
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot basah tajuk kenaf pada perlakuan
varietas varietas KR 11 (V1) yaitu 42.41 g lebih tinggi dibandingkan KR 12 (V2)
yaitu 32.63 g. Sedangkan perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit yang
tertinggi dengan dosis 0 g (T0) yaitu 42.07 g dan yang terendah dengan dosis 50 g
(T1) yaitu 30.04 g.
Bobot Kering Akar ( g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 3
Hasil

analisis

menunjukkan

bahwa

perlakuan

beberapa

varietas

berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan pemberian tandan kosong
kelapa sawit berpengaruh tidak nyata serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot kering akar kenaf.
Rataan bobot kering akar umur 14 MST pada perlakuan beberapa varietas
kenaf dan pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 8.

Varietas

V1 (KR 11)
V2 (KR 12)
V3 (KR 14)
Rataan
Keterangan:

Kompos TKKS
T0
T1
T2
T3
Rataan
(0 g/
(50 g/
(100 g/
(150 g/
tanaman)
tanaman)
tanaman)
tanaman)
---------------------------------- g ---------------------------------7.83
8.38
8.17
6.69
7.77a
6.31
4.10
6.26
3.08
4.94b
8.70
5.34
6.38
5.41
6.46b
7.61
5.94
6.94
5.06
6.39
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%

Tabel 8 menunjukkan bobot kering akar terbesar diperoleh pada perlakuan
varietas KR 11 (V1) dengan bobot 7.77 g dan terendah pada perlakuan KR 12
(V2) dengan bobot 4.94 g.Bobot kering akar kenaf pada perlakuan V1 berbeda
nyata dengan perlakuan V2 dan V3
Hubungan bobot kering akar tanaman kenaf dengan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 2.
9,00

Bobot Kering Akar (g)

8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
V1

V2

V3

Varietas

Gambar 2. Grafik bobot kering akar kenaf pada beberapa varietas.

Pada gambar 2 memperlihatkan bahwa bobot kering akar pada perlakuan
beberapa varietas dan pemberian tandan kosong kelapa sawit diperoleh tinggi
pada grafik KR 11 (V1) dengan nilai 7.77 cm dibandingkan dengan KR 12 (V2)
yaitu 4.94 cm, dimana perlakuan varietas yang terbaik yaitu KR 11.
Pembahasan
Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan beberapa
varietas berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar (Tabel 8) dan
berpengaruh tidah nyata terhadap parameter lainnya, sedangkan perlakuan
pemberian kompos tandan kosong

kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap

parameter tinggi tanaman (Tabel 1), jumlah daun (Tabel 2), diameter batang
(Tabel 3), dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya. Dimana
interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun
(Tabel 2), diameter batang (Tabel 3) pada umur 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 MST serta
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.
Perlakuan beberapa varietas kenaf dan pemberian kompos tandan kosong
kelapa sawit pada parameter tinggi tanaman (Tabel 2), diameter batang (Tabel 3)
pada tegakan kelapa sawit menghasilkan pertambahan tinggi kenaf yang berbeda
dengan parameter lainnya yang menunjukkan bahwa tinggi tanaman, diameter
batang yang paling baik dengan dosis 100 g/tanaman. Hal yang sama juga terjadi
pada parameter jumlah daun, dimana salah satu potensi TKKS yang cukup besar
sebagai bahan pembenah tanah dan sumber hara yang cukup tinggi, bersifat
homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman. Hal ini sesuai
dengan pernyataan (Soetopo dan Surahman . 2010) yang menyatakan bahwa
dapat memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan, membantu

kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat
homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan
pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah.
Parameter bobot basah tajuk, bobot basah akar, panjang akar, dan bobot
kering tajuk yang menghasilkan data tertinggi pada verietas KR 11 dan pemberian
kompos tandan kosong kelapa sawit pada dosis 100 g/tanaman lebih baik
dibandingkan dengan dosis lainnya. Pemberian kompos dengan dosis yang sesuai
dapat merangsang pertumbuhan tanaman yang baik, dimana pemberian kompos
dengan dosis yang lebih tinggi belum tentu meningkatkan pertumbuhan tanaman
yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusuma (2003) yang
menyatakan dalam pengaplikasian perlu diperhatikan ketepatan dosis, karena
dosis yang terlalu tinggi malah menghambat pertumbuhan tanaman dan
menyebabkan keracunan pada jaringan tanaman.
Pada Tabel 8 parameter bobot kering akar pada varietas KR 11 yaitu 7.77
g yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga pada varietas kr
11 dengan dosis 100 g mampu melakukan fotosistesis lebih baik

dan

mengandung air lebih sedikit serta menghasilkan fotosintat yang lebih banyak dari
pada tanaman lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Huik (2004) yang
menyatakan bahwa hormon mengatur proses fisiologis tanaman, sehingga lebih
mudah dan leluasa menyerap hara dan air serta proses fotosistesis dapat
berlangsung lancar.
Berdasarkan hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan varietas
kenaf dan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit berpengaruh tidak
nyata terhadap parameter bobot basah tajuk, bobot basah akar, panjang akar, dan

bobot kering tajuk. Pertumbuhan kenaf yang mendapatkan cahaya matahari yang
cukup dapat menghambat proses fotosintesis sehingga dapat mengakibatkan bobot
tajuk pada tanaman jadi berkurang. Hal ini dijelaskan juga oleh Salisbury and ross
(1985) yang menyatakan bahwa cahaya merupakan energi yang mampu
mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa organik pada proses fotosintesis.
Cahaya yang cukup menjadikan klorofil berflourosensi yang akhirnya
meningkatkan laju fotosintesis pada kenaf. Kenaf yang ditanam pada kondisi
ternaungi memiliki laju tranportasi dan absorbsi yang rendah sehingga tanaman
terhambat tranportasi haranya sehingga menghambat fotosintesis.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa interaksi antara
perlakuan beberapa varietas kenaf dan pemeberian kompos tandan kosong kelapa
sawit berpegaruh nyata pada parameter jumlah daun pada 4-6 MST dan 11-13
MST, diameter batang pada 4, 5, 6, 7, dan 8 MST. Namun berpengaruh tidak
nyata terhadap parameter tinggi tanaman, bobot basah tajuk, bobot basah akar,
panjang akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Hal ini disebabkan
karena salah satu faktor yang lebih dominan dari faktor lainnya atau kedua faktor
tidak saling mendukung untuk pertumbuhan tanaman kenaf. Sesuai dengan
pernyataan Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa bila
masing- masing faktor perlakuan mempunyai sifat berbeda pengaruh dan sifat
kerjanya maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi
pertumbuhan suatu tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Perlakuan beberapa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter bobot
kering akar dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.

2.

Perlakuan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata
terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang
sedangkan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.

3.

Interaksi kedua perlakuan menunjukkan berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun dan diameter batang serta tidak berpengaruh

meningkatkan pada

parameter lainnya. Dan kombinasi perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan
pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 100 g/tanaman.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan untuk
pertumbuhan varietas kenaf yang terbaik KR 11 dan kompos tandan kosong
kelapa sawit dengan dosis 100 g/tanaman.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Sistematika kenaf menurut Ben-Hill et al. (1960) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Kelas:
Dicotyledoneae; Ordo: Malvales; Famili: Malvaceae; Genus: Hibiscus; Spesies:
Hibiscus cannabicus L.
Kenaf membentuk akar tunggang yang panjangnya dapat mencapai 25–75
cm. Akar lateralnya tegak lurus pada akar tunggang, panjangnya 25–30 cm.
Perakaran kenaf lebih kuat dibanding perakaran rosela. Dalam keadaan tergenang
air pada batas tertentu akar kenaf masih dapat bertahan. Perakaran tanaman kenaf
akan toleran di saat tanaman sudah berumur 1,5–2 bulan (Sastrosupadi, 1983).
Batang kenaf terdiri dari bagian kulit yang mengandung serat dan bagian
kayu. Untuk tujuan penghasil serat, maka diperlukan tanaman serat yang tanpa
cabang. Cabang pada batang kenaf tidak dibutuhkan karena menurunkan produksi
serat, sedangkan wiwilan adalah tunas kecil tidak menurunkan produksi serat
bahkan membantu mempertinggi fotosintesis. Batang berwarna hijau, merah, atau
campuran merah dan hijau tidak teratur. Diameter batang kenaf dapat mencapai 25
mm tergantung varietas dan lingkungan tumbuhnya. Permukaan batang kenaf ada
yang licin, berbulu halus, berbulu kasar dan ada juga yang berduri. Kandungan
serat terbanyak berada pada batang bawah setinggi 1-1,2,5 m (Wijiastuti, 2013).
Daun tanaman kenaf letaknya berselang-seling (alternate), dan terletak
pada cabang dan batang utama. Permukaan daun (atas dan bawah) ada yang
berduri, berbulu, berduri dan berbulu, maupun tidak berduri dan tidak berbulu.
Pada daun akan kelihatan perbedaan warna, terutama pada urat daun dan tepi

daun. Panjang tangkai daun (petiole) 3–18 cm dan tidak beruas. Warna tangkai
daun umumnya berbeda saat tanaman muda dengan tanaman menjelang panen.
Letak tangkai daun pada cabang berbeda pada setiap spesies antara lain
intermediate, horizontal, dan terkulai. Pada ketiak daun terdapat stipula. Tepi
daun kenaf umumnya bergerigi (Setyo dan Budi, 2013).
Tanaman kenaf termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri, tetapi sekitar
4% terjadi penyerbukan silang. Tanaman kenaf bersifat otosensitif, yaitu
pembungaannya dipengaruhi oleh panjang hari, yaitu akan berbunga awal jika
mendapat penyinaran yang lebih pendek dari fotoperiode. Kenaf mulai berbunga
pada minggu ke 12 setelah tanam. Bunga biasanya berdiri sendiri, terdapat pada
ketiak daun bagian atas. Bunga kenaf terdiri dari: 1) kelopak tambahan 7-10 helai,
berdaging tipis, hampir lepas, berbentuk garis; 2) kelopak yang berwarna hijau
terbagi lima, tidak lebih panjang dari kelopak tambahan; 3) tajuk atau mahkota
berjumlah lima kelopak berbentuk bulat telur terbalik, panjang sampai 6 cm,
berwarna kuning atau putih dengan noda merah tua pada pangkalnya; 4) benang
sari seluruhnya tertutup dengan kepalasari, dan 5) putik berwarna merah ada yang
menonjol dan ada yang pendek tangkai putiknya. Periode pembungaan kenaf tidak
serempak. Mekarnya sangat singkat, biasanya terjadi sebelum matahari terbit dan
akan menutup kembali pada siang hari atau sore hari (Wijiastuti, 2013).
Buah kenaf (kapsul) berbentuk bulat meruncing (seperti kerucut) dengan
panjang 2–2,5 cm dan diameter 1–1,5 cm. Permukaan buah terdapat bulu pendek,
halus dan banyak, ada juga yang berduri. Buah muda berwarna hijau. Sedangkan
buah

tua

berwarna

(Setyo dan Budi, 2013).

hijau

tua,

dan

buah

kering

berwarna

cokelat

Biji kenaf biasanya berbentuk ginjal berdiameter sekitar 0,3–0,5 cm,
berwarna

kelabu

agak

kecokelatan

Ada

juga

yang

berbentuk

reniform,subreniform, dan angular (Ochse et al., 1961).
Syarat Tumbuh
Tanah
Kenaf dapat tumbuh hampir pada semua tipe tanah, tetapi tanah yang ideal
untuk kenaf yaitu tanah lempung berpasir atau lempung liat berpasir dengan
drainase yang baik (Dempsey, 1963).
Kenaf mampu beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, tetapi yang
paling sesuai untuk pertumbuhan kenaf adalah pada tanah yang subur, remah dan
lempung

berpasir

yang mengandung humus dengan

drainase

baik

(Sastrosupadi, et al., 1996).
Kenaf agak tahan

pada kekeringan, namun karena seluruh bagian

vegetatifnya (batang) harus dipanen pada umur 3,5-4 bulan, maka ketersediaan air
selama pertumbuhan harus cukup. Kebutuhan air untuk kenaf sebesar 600 mm
selama empat bulan (Iswindiyono dan Sastrosupadi, 1987). Kisaran pH cukup
luas, yaitu dari 4,5-6,5 sehingga kenaf dapat tumbuh baik di tanah yang agak
masam, antara lain di lahan gambut.
Iklim
Curah hujan yang dikehendaki oleh kenaf selama pertumbuhannya sebesar
500-750 mm atau curah hujan setiap bulan 125-150 mm (Berger, 1969; Dempsey,
1963). Bila curah hujan kurang dari jumlah tersebut, umumnya perlu dibantu
dengan pengairan dari irigasi maupun pompa.

Daerah penyebaran kenaf sangat luas, terletak antara 450 LU sampai
dengan 30o LS. Kenaf sangat toleran terhadap temperatur harian dengan variasi
sekitar 10oC–50oC, tapi akan mati pada suhu dingin (frost). Kenaf akan tumbuh
baik pada daerah dengan kisaran temperatur 20oC–35oC, dengan curah hujan 500–
625 mm selama musim tanam (5–6 bulan), umumnya peka fotoperiodisitas dan
sedikit yang kurang peka fotoperiodisitas. (Brink dan Escobin, 2003).
Varietas Kenaf
Usaha peningkatan penggunaan tanaman kenaf dapat dilakukan dengan
menghasilkan varietas unggul kenaf yang mampu menghasilkan biomasa lebih
banyak. Karangploso 11 (KR11) merupakan varietas potensi serat yang tinggi
(2,75 – 4,20 ton/ha). Berumur dalam , mulai berbunga pda umur 86 – 92 hari dan
umur panen 130–140 hari. Tahan terhadap genangan dan kekeringan, serta
terpengaruh fotoperiodesitas. Dapat ditanam di sembarang waktu tanam. Agak
tahan terhadap hama wereng kenaf dan nematode puru akar setra memlilki
produktivitas benih rendah yaitu 0,5 – 0,7 ton/ha (Balittas, 2010).
Karangploso 12 (KR 12) merupakan varietas berumur genjah, dan pada
umur 130 – 140 hari telah dapat dipanen. Potensi hasil serat tinggi ( 2,75 – 4,20
ton/ha). Tahan terhadap genangan dan juga rekatifpeka terhadap fotoperiodisitas
dan serangan hama wereng serta nematode. memiliki produktivitas benih tinggi
yaitu 1 – 2 ton/ha (Balittas, 2010).
Karangploso 14 (KR 14) merupakan varietas mulai berbunga pada umur
75 -85 hari dan bisa dipanen pada umur 120 – 130 hari. Potensi hasil serat tinggi
(2,75 – 4,20 ton/ha). Tahan genangan dan kekeringan, dan juga kurang
berpengaruh fotoperiodisitas. Dapat ditanam di sembarangan waktu tanam. Agak

peka terhadap hama wereng kenaf dan nematode puru akar. Memiliki
produktivitas benih rendah yakni 0,5 – 0,7 ton/ha (Balittas, 2010).
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Tanah

merupakan

medium

yang

dinamis

tempat

tanaman

dan

mikroorganisme hidup bersama dan saling berhubungan satu sama lain. Lapisan
atas atau olah atau disebut juga top soil suatu penampang

tanah yang

kedalamannya ±10-20 cm biasanya mengandung banyak bahan organik dan
berwarna gelap karena akumulasi bahan organik. Lapisan ini juga merupakan
daerah utama bagi pertumbuhan perakaran, dan banyak mengandung

unsur

hara dan air tersedia bagi tanaman. Lapisan di bawah lapisan olah dikenal
dengan lapisan bawah yang kedalamannya lebih dari 20 cm, dimana kandungan
bahan organik, unsur hara, dan air tersedia menurun dengan kedalaman
tanah (Nadalia, 2009).
Media tumbuh tanaman merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan, sebab mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
untuk hasil yang optimal. Media yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus
mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menahan
air. Kondisi fisik tanah sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan tanaman
menjadi dewasa (Fatimah , 2008).
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan
campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya,
tersedia dipasaran, murah, mudah cara penggunaannya, dapat digunakan
untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai
drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan

jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan
tanaman (Acquaah, 2002 dalam Hanum, 2010).
Lapisan atas tanah atau top soil cukup banyak mengandung bahan organik
dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik. Sedangkan tanah
sub soil adalah tanah yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih
sedikit bahan organik. Produktifitasnya sedikit karena ditentukan oleh keadaan
subsoil tersebut (Buckman dan Brady, 1982).
Top soil adalah tanah yang berwarna gelap yang memiliki ketebalam
minimal 10 cm. Mengandung C organikk 1-17% dan perbandingan C/N kurang
dari 17%. Ciri khasnya struktur baik (remah) sehingga tanah tidak mengeras dan
kaku ketika kering (Foth dan Schafer, 1980).
Umumnya media yang digunakan untuk pembibitan berasal dari top soil.
Namun pengambilan top soil dalam skala besar dapat berdampak negatif bagi
ekosistem di areal tersebut. Oleh karena itu penggunaan bahan lain untuk media
pertumbuhan bibit perlu dilakukan (Kurniati et al., 2009).
TKKS adalah merupakan limbah padat yang dihasilkan pabrik/industri
pengolahan minyak kelapa sawit. TKKS yang merupakan 23 % dari tandan buah
segar mengandung bahan lignoselulosa sebesar 55-60 % berat kering
(Rahmalia et al., 2006). TKKS sebagai salah satu limbah sawit semakin banyak
dengan semakin meningkatnya perkebunan kelapa sawit. TKKS memiliki
beberapa keunggulan memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan
mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. TKKS merupakan bahan
organik yang mengandung unsur N, P, K dan Mg (Yunindanova, 2009).

Kompos dari limbah pabrik pengolahan kelapa sawit berupa tandan
kosong merupakan salah satu sumber bahan baku yang potensial untuk dibuat
kompos, karena ketersediannya dalam volume yang besar, sebagai gambaran
untuk setiap ton TBS (Tandan Buah Segar) yang diolah akan dihasilkan tandan
kosong sebesar 20% atau 200 kg (Wijaya et al.,2001). TKKS merupakan salah
satu limbah padat yang berasal dari proses pengolahan industri kelapa sawit
(Rahmalia,et al., 2006).
Ketersedian TKKS cukup besar sejalan dengan peningkatan jumlah dan
kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS) untuk menyerap TBS yang dihasilkan. Salah
satu potensi TKKS yang cukup besar adalah sebagai bahan pembenah tanah dan
sumber hara bagi tanaman. Potensi ini didasarkan pada materi TKKS yang
merupakan bahan organik dengan kandungan hara yang cukup tinggi. Secara fisik
tandan kosong kelapa sawit terdiri dari berbagai macam serat dengan komposisi
antara lain sellulosa sekitar 45,95%; hemisellulosa sekitar 16,49% dan lignin
sekitar 22.84%. Tandan kosong sawit mengandung 42,8 % C, 2,90 % K2O, 0,80
% N, 0,22 % P2O5, 0,30 % MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23
ppm Cu dan 51 ppm Zn (Yunindanova, 2009).
Keunggulan kompos TKKS meliputi kandungan kalium yang tinggi, tanpa
penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam
tanah dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu
kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1)
memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2) membantu kelarutan
unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3) bersifat
homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman; (4) merupakan

pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5) dapat
diaplikasikan pada sembarang musim(Soetopo dan Surahman . 2010).

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa
sawit terluas di dunia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2013) bahwa luas
areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia adalah 9.271.039 Ha. Lahan
tersebut terdiri atas tanaman menghasilkan (TM) maupun tanaman belum
menghasilkan (TBM). Dimana permasalahan selama ini banyak dari luasan
tanaman ini yang tidak dimanfaatkan tanaman lain yang dapat dibudidayakan
untuk meningkatkan pendapatan pemerintah maupun masyarakat. Dalam
mengatasi permasalahan ini tanaman kenaf dapat ditanam secara tumpang sari
antara tanaman kelapa sawit, kenaf merupakan tanaman penghasil serat yang
tinggi serta mempunyai prospek dan ekonomis yang tinggi, kandungan nitrogen
yang tinggi, pada daun kenaf juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
maupun pakan ternak.
Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) adalah tanaman herba semusim

hari

pendek yang kulit batangnya menghasilkan serat. Hasil utama kenaf adalah serat
untuk bahan baku pembuatan karung, bahan pulp, komposit polypropilene dalam
industri

polimer, pengganti fiberglass, alas tidur binatang, particle board,

material absorbent untuk industri, campuran media tanam, pakan ternak, filler
organik untuk plastik serta untuk insulasi. Selain itu, biji kenaf juga dapat
dimanfaatkan

sebagai

bahan

makanan dan

bahan

kosmetik

yang

mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam linoleat. Komposisi sterol
minyak biji kenaf sama dengan komposisi sterol pada biji kedelai dan biji kapas
(Sastrosupadi, et al., 1996).

Usaha dalam peningkatan penggunaan tanaman kenaf dapat dilakukan
dengan menghasilkan varietas unggul tanaman kenaf yang mampu meningkatkan
biomassa lebih banyak. Salah satunya adalah introduksi varietas untuk Sumatera
Utara yang cocok untuk varietas tanaman kenaf untuk meningkatkan hasil serat
yang tinggi bagi perkebunan.
Kelapa sawit merupakan tanaman yang mempunyai tajuk yang luas serta
vegetasi disekitar kelapa sawit tidak dapat ditanami tanaman karena kurang
mendapatkan sinar matahari, kenaf dapat di tanam di bawah vegetasi kelapa sawit
karena kenaf dapat meningkatkan biomassa di dalam tanah dan juga toleran
tumbuh pada naungan kelapa sawit yang dapat membuat serat tinggi.
Kenaf memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman lain
yang sejenis maupun dengan tanaman tahunan bila digunakan sebagai bahan baku
suatu industri, antara lain: mudah dibudidayakan dengan teknologi sederhana,
umur relatif pendek yaitu 4-5 bulan, mampu beradaptasi pada berbagai
lingkungan tumbuh, tanaman kenaf ramah lingkungan karena mampu menyerap
CO2 dalam jumlah yang banyak (Sudjindro, 2010). Menurut Ghosh (1978), Dari
hasil analisis tanah di wilayah pengembangan kenaf, unsur K, Ca, dan Mg
umumnya tidak menjadi masalah atau cukup tersedia, sedang N dan P sering
kekurangan, terutama unsur N. Hal ini sesuai dengan sifat tanaman kenaf. Karena
yang dipanen bagian vegetatif berupa batang, maka tanaman kenaf sangat
responsif terhadap pemupukan N.
Peningkatkan untuk varietas unggul tanaman kenaf dibutuhkan upaya
untuk menciptakan teknologi dan budidaya untuk serat yang berkualitas optimal,
sehingga mendapatkan varietas yang unggul dan juga mempunyai daya saing yang

tinggi untuk mengatasi ketertinggalan produktivitas serat untuk petani
kedepannya. Tanaman kenaf di Indonesia terdapat beberapa jenis varietas yaitu
KR 1, KR 2, KR 3, KR 4, KR 5, KR 6, KR 9, KR 11, KR 12, KR 14 dan KR 15
(Balittas, 2014).
Kenaf merupakan tanaman yang belum banyak yang membudidayakan di
Sumatera Utara untuk itu diperlukan penelitian kenaf yang memilih tiga jenis
varietas yaitu

Karangploso 11 (KR 11), Karangploso 12 (KR 12) dan

Karangploso 14 (KR14), yang akan dibudidayakan sehingga penelitian ini
nantinya akan mendapatkan varietas yang lebih adaptif di perkebunan Sumantera
Utara.
Limbah pabrik kelapa sawit merupakan sisa dari suatu areal perkebunan
yang dapat dijadikan sebagai pemanfaatan kompos tandan kosong kelapa sawit
(TKKS) untuk tanaman kenaf yang memunyai kandungan kalium yang tinggi,
memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah dan mampu memperbaiki sifak
fisik, kimia dan biologi tanah. Sehingga dapat membuat amandemen tanah yang
akan meningkatkan produktivitas produksi dari tanah yang telah diberikan, dan
juga menjadikan tanaman menjadi menghasilkan produksi serat yang tinggi bagi
tanaman kenaf (Soetopo dan Surahman. 2010).
Ketepatan pemberian kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan.
Tingkat kematangan yang tepat akan menghindari terjadinya proses imobilisasi
hara. Respon tanaman merupakan indikator utama dari kualitas kompos. Menurut
Schuchard, et al. (1998) tingkat kematangan kompos dapat dilihat dari kriteria
primer maupun sekunder. Ratio C/N, suhu, kadar air, warna, dan struktur bahan
merupakan kriteria sekunder. Sedangkan kriteria utama dari tingkat kematangan

kompos adalah pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh pemberian kompos
tersebut.
Tujuan Penelitian
Untuk

penelitian

ini

adalah

untuk

mendapatkan

varietas

kenaf

(Hibiscus cannabicus L.) dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit
di bawah tegakan kelapa sawit.
Hipotesis Penelitian
Adanya

pengaruh

pertumbuhan

beberapa

varietas

kenaf

(Hibiscus cannabicus L.) dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit
di bawah tegakan kelapa sawit dan interaksi keduanya.
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan pertumbuhan varietas kenaf (Hibiscus cannabicus L.)
dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dibawah tegakan kelapa
sawit dan memperoleh gelar sarjana Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRACT
JOSAFAT PASARIBU. Growth of some varieties of kenaf with
composting under oil palm empty fruit bunches of oil palm. Supervised by
CHAIRANI HANUM and RATNA ROSANTY LAHAY.
The objective of research to determine the growth varieties of kenaf with
composts bunches oil palm. The research has been conducted at PT. Perkebunan
Nusantara III silau dunia village, district galang serdang bedagai, north sumatera
from may to september 2015, using a randomized block design with two factors.
The first factor is varieties kenaf (KR 11, KR 12 and KR 14) the second factor is
with composts bunches oil palm (0, 50, 100 and 150 g/ plant) The results showed
that treatment of several varieties of kenaf under stands of oil palm (shade)
significantly affect root dry weight, while treatment compost empty fruit bunches
of oil palm real effect on the parameters plant height, number of leaves, stem
diameter, as well as the interaction of both real effect on the amount of leaf age
11-12 period after planting and plant stem diameter ages 4-9 times after planting.

Keywords: kenaf, varieties, TKKS

ABSTRAK
JOSAFAT PASARIBU. Pertumbuhan beberapa varietas kenaf dengan
pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dibawah tegakan kelapa sawit
oleh CHAIRANI HANUM dan RATNA ROSANTY LAHAY.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan varietas kenaf
dengan pemberian kompos tandan kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di PTPN
III Desa Silau Dunia, Kecamatan Galang Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera
Utara pada