Pertumbuhan Beberapa Varietas Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Dengan Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Di Bawah Tegakan Kelapa Sawit

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa
sawit terluas di dunia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2013) bahwa luas
areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia adalah 9.271.039 Ha. Lahan
tersebut terdiri atas tanaman menghasilkan (TM) maupun tanaman belum
menghasilkan (TBM). Dimana permasalahan selama ini banyak dari luasan
tanaman ini yang tidak dimanfaatkan tanaman lain yang dapat dibudidayakan
untuk meningkatkan pendapatan pemerintah maupun masyarakat. Dalam
mengatasi permasalahan ini tanaman kenaf dapat ditanam secara tumpang sari
antara tanaman kelapa sawit, kenaf merupakan tanaman penghasil serat yang
tinggi serta mempunyai prospek dan ekonomis yang tinggi, kandungan nitrogen
yang tinggi, pada daun kenaf juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
maupun pakan ternak.
Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) adalah tanaman herba semusim

hari

pendek yang kulit batangnya menghasilkan serat. Hasil utama kenaf adalah serat
untuk bahan baku pembuatan karung, bahan pulp, komposit polypropilene dalam
industri


polimer, pengganti fiberglass, alas tidur binatang, particle board,

material absorbent untuk industri, campuran media tanam, pakan ternak, filler
organik untuk plastik serta untuk insulasi. Selain itu, biji kenaf juga dapat
dimanfaatkan

sebagai

bahan

makanan dan

bahan

kosmetik

yang

mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam linoleat. Komposisi sterol

minyak biji kenaf sama dengan komposisi sterol pada biji kedelai dan biji kapas
(Sastrosupadi, et al., 1996).

Usaha dalam peningkatan penggunaan tanaman kenaf dapat dilakukan
dengan menghasilkan varietas unggul tanaman kenaf yang mampu meningkatkan
biomassa lebih banyak. Salah satunya adalah introduksi varietas untuk Sumatera
Utara yang cocok untuk varietas tanaman kenaf untuk meningkatkan hasil serat
yang tinggi bagi perkebunan.
Kelapa sawit merupakan tanaman yang mempunyai tajuk yang luas serta
vegetasi disekitar kelapa sawit tidak dapat ditanami tanaman karena kurang
mendapatkan sinar matahari, kenaf dapat di tanam di bawah vegetasi kelapa sawit
karena kenaf dapat meningkatkan biomassa di dalam tanah dan juga toleran
tumbuh pada naungan kelapa sawit yang dapat membuat serat tinggi.
Kenaf memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman lain
yang sejenis maupun dengan tanaman tahunan bila digunakan sebagai bahan baku
suatu industri, antara lain: mudah dibudidayakan dengan teknologi sederhana,
umur relatif pendek yaitu 4-5 bulan, mampu beradaptasi pada berbagai
lingkungan tumbuh, tanaman kenaf ramah lingkungan karena mampu menyerap
CO2 dalam jumlah yang banyak (Sudjindro, 2010). Menurut Ghosh (1978), Dari
hasil analisis tanah di wilayah pengembangan kenaf, unsur K, Ca, dan Mg

umumnya tidak menjadi masalah atau cukup tersedia, sedang N dan P sering
kekurangan, terutama unsur N. Hal ini sesuai dengan sifat tanaman kenaf. Karena
yang dipanen bagian vegetatif berupa batang, maka tanaman kenaf sangat
responsif terhadap pemupukan N.
Peningkatkan untuk varietas unggul tanaman kenaf dibutuhkan upaya
untuk menciptakan teknologi dan budidaya untuk serat yang berkualitas optimal,
sehingga mendapatkan varietas yang unggul dan juga mempunyai daya saing yang

tinggi untuk mengatasi ketertinggalan produktivitas serat untuk petani
kedepannya. Tanaman kenaf di Indonesia terdapat beberapa jenis varietas yaitu
KR 1, KR 2, KR 3, KR 4, KR 5, KR 6, KR 9, KR 11, KR 12, KR 14 dan KR 15
(Balittas, 2014).
Kenaf merupakan tanaman yang belum banyak yang membudidayakan di
Sumatera Utara untuk itu diperlukan penelitian kenaf yang memilih tiga jenis
varietas yaitu

Karangploso 11 (KR 11), Karangploso 12 (KR 12) dan

Karangploso 14 (KR14), yang akan dibudidayakan sehingga penelitian ini
nantinya akan mendapatkan varietas yang lebih adaptif di perkebunan Sumantera

Utara.
Limbah pabrik kelapa sawit merupakan sisa dari suatu areal perkebunan
yang dapat dijadikan sebagai pemanfaatan kompos tandan kosong kelapa sawit
(TKKS) untuk tanaman kenaf yang memunyai kandungan kalium yang tinggi,
memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah dan mampu memperbaiki sifak
fisik, kimia dan biologi tanah. Sehingga dapat membuat amandemen tanah yang
akan meningkatkan produktivitas produksi dari tanah yang telah diberikan, dan
juga menjadikan tanaman menjadi menghasilkan produksi serat yang tinggi bagi
tanaman kenaf (Soetopo dan Surahman. 2010).
Ketepatan pemberian kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan.
Tingkat kematangan yang tepat akan menghindari terjadinya proses imobilisasi
hara. Respon tanaman merupakan indikator utama dari kualitas kompos. Menurut
Schuchard, et al. (1998) tingkat kematangan kompos dapat dilihat dari kriteria
primer maupun sekunder. Ratio C/N, suhu, kadar air, warna, dan struktur bahan
merupakan kriteria sekunder. Sedangkan kriteria utama dari tingkat kematangan

kompos adalah pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh pemberian kompos
tersebut.
Tujuan Penelitian
Untuk


penelitian

ini

adalah

untuk

mendapatkan

varietas

kenaf

(Hibiscus cannabicus L.) dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit
di bawah tegakan kelapa sawit.
Hipotesis Penelitian
Adanya


pengaruh

pertumbuhan

beberapa

varietas

kenaf

(Hibiscus cannabicus L.) dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit
di bawah tegakan kelapa sawit dan interaksi keduanya.
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan pertumbuhan varietas kenaf (Hibiscus cannabicus L.)
dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dibawah tegakan kelapa
sawit dan memperoleh gelar sarjana Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.