PENGARUH EKSTRAK HERBA MENIRAN (Phyllantus niruri L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

(1)

1 SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran


(2)

G0007091

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul :Pengaruh Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Judo Yustanto Kahono, G0007091/VII, 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Rabu, 11 Agustus 2010

Pembimbing Utama

Nama : Kisrini, Dra., Apt., M.Si


(3)

Pembimbing Pendamping

Nama : Yul Mariyah, Dra., Apt., M.Si

NIP : 19516329 198303 2 001 (………)

Penguji Utama

Nama : Setyo S. Rahardjo, dr., M.Kes

NIP : 19650718 199802 1 001 (………)

Anggota Penguji

Nama : Nana Hoemar Dewi, dr., M.Kes

NIP : 19570924 198603 2 003 (………)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes NIP : 19660702 199802 2 001

Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. NIP : 19481107 197310 1 003


(4)

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 12 Agustus 2010

Judo Yustanto Kahono NIM : G0007091


(5)

ABSTRAK

Judo Yustanto Kahono, G0007091, 2010. Pengaruh Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi. Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).

Metode penelitian: Berupa penelitian eksperimental laboratorik dengan pre andpost test with control group design. Sebanyak 30 ekor tikus putih jantan galur Wistar, berat badan ± 200 gram, umur ± 2 bulan, dibagi 5 kelompok dengan PurposiveRandom Sampling, 6 ekor tikus per kelompok. Kelompok I (kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif), kelompok III, IV, dan V (ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dosis I, II, dan III). Semua kelompok diberi pakan hiperlipemik, untuk kelompok II ditambah Cholvastin 0,5 mg/200 gram BB/hari, kelompok III, IV, dan V ditambah ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) berturut-turut 25 mg, 50 mg dan 100 mg /200 gram BB/hari. Penelitian dilakukan selama 21 hari. Pada hari ke-1 dan ke-21, semua tikus diambil darahnya dari pleksus vena orbitalis untuk diukur kadar trigliserida darah pre dan post test. Data dianalisis secara statistik dengan uji ANOVAdan dilanjutkan Post Hoc tests.

Hasil penelitian: Menunjukkan nilai p=0,002 (p<0,05) sehingga terdapat perbedaan signifikan antara selisih rerata pre test dan post test kadar trigliserida darah tikus putih antar kelompok.

Simpulan: Pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara bermakna. Dosis yang paling signifikan adalah 100 mg/200 gram BB/hari.


(6)

Kata Kunci: ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) - trigliserida - tikus putih ABSTRACT

Judo Yustanto Kahono, G0007091, 2010. The Effect of Meniran Herbs Extract (Phyllantus niruri L.)to Triglycerides Blood Level in Wistar Rats (Rattus norvegicus). Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University.

Objective: The aim of this experiment was to know the effect of meniran herbs(Phyllantus niruri L.)extract to triglycerides blood level in Wistar rats(Rattus norvegicus).

Methods: This experiment was a laboratory experiment with pre and post test with control group design. The samples were 30 male Wistar rats, ± 200 gram, ± 2 months old. The samples were divided into 5 group using Purposive Random Sampling technique and each group consist of 6 rats. Group I as negative control, group II as positive control, group III, IV and V as meniran herbs (Phyllantus niruri L.) extract groups with first dose, second dose, and third dose. All rats simultaneously received hyperlipemic feed. Group II was simultaneously administered Cholvastin 0,5 mg/200 gram weight/day. Group III, IV and V simultaneously received meniran herbs(Phyllantus niruri L.) extract dose 25 mg, 50 mg and 100 mg /200 gram weight/day. Total periods of this experiment was 21 days. At the day 1st and 21st, blood was collected from rat orbitalis plexus vein. Serum were analyzed for their pre and post test triglycerides blood. Statistical analysis was performed by one way analysis of variance (ANOVA) followed by Post Hoc tests.


(7)

Results: The value of p=0,002 (p<0,05) that means there was a significant difference between pre test and post test delta means of triglycerides blood level among groups.

Conclusion: Meniran herbs (Phyllantus niruri L.) extract had a significant triglycerides lowering effect against triglycerides blood level of Wistar rats (Rattus norvegicus). The most potential was 100 mg/200 gram weight/day.

Keywords: meniran herbs (Phyllantus niruri L.) extract - triglycerides- Wistar rats PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.


(8)

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari tidak banyak yang dapat dilakukan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Diding Heri Prasetyo, dr., M.Si, selaku Validator Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Kisrini, Dra., Apt., M.Si, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis.

5. Yul Mariyah, Dra., Apt., M.Si, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan demi penulisan skripsi ini.

6. Setyo Sri Rahardjo, dr., M.Kes, selaku Penguji Utama yang berkenan menguji dan memberikan masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

7. Nana Hoemar Dewi, dr., M.Kes, selaku Anggota Penguji yang berkenan menguji dan meluangkan banyak waktu untuk memberikan pengarahan dan saran demi kelancaran penulisan skripsi ini.

8. Papa (Rudy Kahono), mama (Rosalia Linawati) dan kakak (Franky Yustanto Kahono) yang selalu mendukung, memberikan doa, bimbingan dan motivasi.

9. Staf Laboratorium Farmasi (Ibu Diah) Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta atas semua bantuannya.

10. Staf Bagian Skripsi (Pak Nardi dan Bu Eni) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas semua bantuannya.

11. Staf Laboratorium Farmasi USB (Bapak Sigit dan Ibu Marsih) yang telah membantu pelaksaan penelitian ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik yang membangun, saran, dan pengarahan yang berguna demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis tapi juga semua pihak.

Surakarta, September 2010

Judo Yustanto Kahono DAFTAR ISI


(9)

PRAKATA ……... vi

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK …... x

DAFTAR SINGKATAN …... xi

DAFTAR LAMPIRAN …... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah …... 1

B. Perumusan Masalah ………... 4

C. Tujuan Penelitian ………... 4

D. Manfaat Penelitian ………... 4

BAB II. LANDASAN TEORI …... 5

A. Tinjauan Pustaka …... 5

1. Trigliserida …... 5

a. Sifat dan Fungsi Trigliserida …... 5

b.Struktur Kimia Trigliserida …... 5

c. Metabolisme dan Absorbsi Trigliserida …... 6

d.Kilomikron ... 7

e. VLDL ... 8

2. Meniran (Phyllantus niruri L.) …... 8

a. Taksonomi Meniran (Phyllantus niruri L.) …... 8

b.Deskripsi Meniran (Phyllantus niruri L.) …….…...….... 9

c. Kandungan Zat dalam Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) ….. 9 3. Pengaruh Pemberian Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Terhadap


(10)

Kadar Trigliserida Darah ………...………. 11

4. Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) ...……...………… 14

5. Lovastatin ………...………... 15

6. Tikus Putih (Rattus norvegicus) ………...………...……… 16

B. Kerangka Pemikiran ……....……… 17

C. Hipotesis ………..………...………..……… 17

BAB III. METODE PENELITIAN ... 18

A. Jenis Penelitian …….……… 18

B. Lokasi Penelitian …...……… 18

C. Subyek Penelitian …………...……… 18

D. Teknik Sampling …………...……… 18

E. Penghitungan Besar Sampel ……….……… 18

F. Rancangan Penelitian ……...……… 19

G. Identifikasi Variabel ……....………. 20

H. Skala Variabel …………..………. 21

I. Definisi Operasional Variabel ……...………. 21

J. Penghitungan Dosis ……...………... 23

K. Alat yang Digunakan ……...…...……… 24

L. Bahan yang Digunakan ... 24

M. Cara Kerja ... 25

N. Analisis Data ………...………... 27

BAB IV. HASIL PENELITIAN ……… 28

BAB V. PEMBAHASAN ……… 31

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ………... 35

DAFTAR PUSTAKA ………..……… 36 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus


(12)

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rumus Bangun Rutin dan Rutinose ………...…………. 12

Gambar 2.2. Rumus Bangun Lupeol ………....…………...………. 13

Gambar 4.1. Histogram selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus


(14)

DAFTAR SINGKATAN

ACAT : Acyl-CoA :Cholesterol Acyl Transferase ANOVA : Analysis of Variance

ApoB-48 : ApolipoproteinB-48 ApoB-100 : ApolipoproteinB-100 ApoC : ApolipoproteinC ApoE : ApolipoproteinE


(15)

HMG-CoA reduktase : Hydroxyl Metylglutaryl CoA Reductase

LDL : Low Density Lipoprotein

LPL : Enzim Lipoprotein Lipase

LPPT : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu VLDL : Very Low Density Lipoprotein


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan

Lampiran 2. Data Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Lampiran 3. Laporan Hasil Sebelum Perlakuan (Pre Test) Lampiran 4. Laporan Hasil Setelah Perlakuan (Post Test)

Lampiran 5. Tabel Selisih Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Post Test - Pre Test) Lampiran 6. Tabel dan Histogram Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Pre Test Lampiran 7. Tabel dan Histogram Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Post Test Lampiran 8. Hasil Perhitungan Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji ANOVA Rerata

Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Uji Normalitas, Uji Homogenitas, dan Uji ANOVA, Selisih Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test dan Post Test

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Post Hoc tests Selisih Rerata Kadar Trigliseirda Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test dan Post Test

Lampiran 11. Ethical Clearance

Lampiran 12. Surat Ijin Pemesanan Ekstrak Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 14. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 15. Prosedur Ekstraksi Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memerlukan energi untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Sumber energi yang didapat dari makanan berupa karbohidrat, lemak dan protein. Setiap jumlah lemak dan karbohidrat yang tidak langsung digunakan oleh tubuh, akan disimpan dalam jaringan ekstrahepatik seperti pembuluh darah, otot, dan jaringan lemak subkutan dalam bentuk trigliserida (Hellerstein and Parks, 2001).

Trigliserida dibentuk oleh tubuh di dalam hepar dari gliserol dan lemak yang berasal dari makanan atau dari kelebihan kalori akibat makan yang berlebihan. Peningkatan trigliserida dalam plasma darah akan menyebabkan hipertrigliseridemia (American Heart Association, 2010). Kadar trigliserida yang tinggi memiliki hubungan sebab akibat langsung dengan obesitas. Hormon leptin, yang fungsinya memberitahu otak agar bisa berhenti makan saat kenyang, dapat dihambat oleh trigliserida untuk mencapai otak sehingga tubuh akan terus makan dan terjadilah obesitas (Alex, 2004; Stankus, 2009).

Tingginya kadar trigliserida dan kolesterol dalam tubuh akan menimbulkan ancaman dan masalah yang serius, terutama pada penyakit pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Penyakit ini dapat memicu timbulnya penyakit jantung koroner dan stroke, di mana jenis penyakit pembuluh darah ini merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Kolesterol yang


(18)

menempel pada permukaan dalam dinding pembuluh darah semakin lama akan mengeras membentuk plak yang akan menyumbat pembuluh darah jantung sehingga penyebabkan penyakit jantung koroner. Apabila penyumbatan terjadi pada pembuluh darah otak dan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah maka dapat mengakibatkan stroke. Para peneliti juga mengungkapkan bahwa trigliserida dapat digunakan untuk mengindentifikasi risiko seseorang mengidap stroke iskemik (American Heart Association, 2010; Brown, 2006; Jacobson et al., 2007; Mayo Clinic, 2008; Plaisance et al., 2009).

Gaya hidup yang tidak sehat adalah inti dari obesitas yang tumbuh pandemi, sehingga untuk mengontrol trigliserida, perlu untuk mendisiplinkan diri mengendalikan pola makan dan berolah raga. Dapat ditambah dengan mengkonsumsi agen penurun kadar lemak seperti statin, fibrat, niasin, dan asam lemak omega-3 (Adam, 2007; Jacobson et al., 2007; Stankus, 2009). Selain itu, juga dapat digunakan bahan-bahan alami untuk menurunkan kadar trigliserida.

Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. WHO menetapkan bahwa pengobatan tradisional pada masa kini dan mendatang akan tetap digunakan oleh dua pertiga penduduk dunia dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat (Wijayakusuma, 2007).

Salah satu tanaman berkhasiat obat yang ada di Indonesia yaitu meniran (Phyllantus niruri L.). Belum banyak informasi ilmiah yang memuat manfaat meniran untuk menurunkan kadar trigliserida dalam tubuh. Berdasarkan penelitian, herba meniran mengandung rutin dan lupeol. Senyawa aktif tersebut


(19)

dipisahkan dengan senyawa yang lain dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.) dengan cara ekstraksi. Herba meniran (Phyllantus niruri L.) diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol sehingga dihasilkan ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang di dalamnya terdapat rutin dan lupeol. Senyawa-senyawa tersebut diketahui dapat berfungsi menurunkan kadar trigliserida dalam tubuh (Itoh et al., 2009; Kanashiro et al., 2009; Park et al., 2002; Pulok, 2001; Sudhahar et al., 2006). Selain itu, dari segi ekonomis herba meniran (Phyllantus niruri L.) cukup murah dan mudah untuk mendapatkan tanaman ini.

Pada penelitian sebelumnya, Khanna et al. (2002) mengungkapkan bahwa herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat menurunkan kadar VLDL dan LDL darah tikus putih dengan dosis 250 mg/kg BB pada tikus yang secara simultan diberi makan kolesterol (25 mg/kg BB). Hasil penelitian Okoli et al. (2010) menunjukkan bahwa pemberian kronik ekstrak metanol herba meniran (Phyllantus niruri L.) dengan dosis 200 dan 400 mg/kg BB pada tikus diabetik dapat menurunkan kadar kolesterol total secara signifikan. Sedangkan dalam penelitian Chasbi et al. (2005) mengungkapkan bahwa pemberian ekstrak metanol akar meniran (Phyllantus niruri L.) tidak menunjukkan aktivitas penurunan kadar trigliserida darah pada seluruh dosis perlakuan yaitu 2mg/200 gram BB, 4 mg/200 gram BB, 6 mg/200 gram BB, 8 mg/200 gram BB dan 10 mg/200 gram BB. Pada penelitian ini, peneliti mencoba dengan sudut pandang berbeda dengan cara memakai tiga dosis dan pembanding obat yang berbeda.

Dalam penelitian ini, hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus). Digunakan hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus)


(20)

karena tikus putih dan manusia mempunyai fisiologi dan anatomi yang hampir sama, sedangkan kebanyakan proses biokimia dan biofisik juga sama berdasarkan fungsi fisiologiknya (Koeman, 1987). Sehingga metabolisme trigliserida dalam tubuh tikus putih (Rattus norvegicus) juga serupa dengan metabolisme manusia.

Alasan inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).

B. Perumusan Masalah :

Adakah pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus)?

C. Tujuan Penelitian :

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).

D. Manfaat Penelitian :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).

2. Manfaat praktis

Sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Trigliserida

a.Sifat dan Fungsi Trigliserida

Trigliserida disebut juga triasilgliserol, merupakan senyawa lipid utama pada deposit lemak tubuh dan makanan (Mayes, 2003b). Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam darah memang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh berlebihan maka kadar kolesterol dan trigliserida juga berlebihan. Peningkatan trigliserida dalam plasma darah akan menyebabkan hipertrigliseridemia (American Heart Association, 2010; Mayo Clinic, 2008).

Trigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel lemak, merupakan 99% dari volume sel. Di samping digunakan sebagai sumber energi, trigliserida dapat dikonversi menjadi kolesterol, fosfolipid, dan bentuk lipid lain kalau dibutuhkan. Sebagai jaringan lemak, trigliserida juga mempunyai fungsi fisik yaitu sebagai bantalan tulang dan organ vital, melindungi organ-organ tadi dari guncangan atau kerusakan (Linder, 1992).

b.Struktur Kimia Trigliserida

Trigliserida merupakan ester dari alkohol gliserol dan tiga asam lemak (Mayes, 2003a). Rumus kimia dari trigliserida adalah


(22)

RCOO-CH2CH(OOC-R')CH2-OOCR", di mana R, R', dan R" adalah rantai alkil yang panjang. Tiga asam lemak RCOOH, R'COOH dan R"COOH dapat berbeda semua, semua sama atau dapat pula hanya dua yang sama. Panjang rantai asam lemak pada trigliserida dapat bervariasi, tetapi umumnya panjangnya adalah 16, 18 dan 20 rantai karbon (Wikipedia, 2007).

c.Metabolisme dan Absorbsi Trigliserida

Lemak yang paling banyak dalam makanan adalah trigliserida, yang tersusun dari sebuah inti gliserol dan tiga rantai panjang asam lemak (Guyton and Hall, 2007; Mayes, 2003a). Sejumlah kecil trigliserida dicerna dalam lambung oleh lipase lingual yang disekresi oleh kelenjar lingual dan ditelan bersama dengan saliva. Jumlah pencernaan ini kurang dari 10%. Sedangkan sejumlah besar lemak akan dicerna di dalam usus halus. Tahap awal pencernaan lemak adalah emulsifikasi lemak, yaitu memecah gumpalan lemak menjadi ukuran yang sangat kecil sehingga enzim pencernaan yang larut air dapat bekerja pada permukaan gumpalan lemak. Emulsifikasi tersebut terjadi dalam duodenum dengan pengaruh empedu yang mengandung garam empedu dan lesitin (Guyton and Hall, 2007).

Enzim yang paling penting untuk pencernaan trigliserida adalah lipase pankreas. Enzim ini merupakan senyawa yang larut air dan memecah gumpalan lemak hanya pada permukaannya, sehingga emulsifikasi lemak sangat penting. Lipase pankreas mengkatalis hidrolisis ikatan ester (pada C-1 dan C-3) trigliserida sehingga terbentuk asam lemak dan 2 monogliserol (Horton et al., 2002; Mayes, 2003c).


(23)

Hasil pencernaan trigliserida yang berupa asam lemak dan monogliserida akan diserap sel mukosa intestinal dengan cara difusi pasif masuk ke bagian dalam sel epitel (Linder, 1992). Setelah memasuki sel epitel, asam lemak dan monogliserida diambil oleh retikulum endoplasma halus, yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk trigliserida baru kemudian dilepaskan dalam bentuk kilomikron melalui bagian basal sel epitel, mengalir ke atas melalui duktus limfe torasikus dan menuju aliran darah (Guyton and Hall, 2007). Kilomikron trigliserida tidak langsung diambil oleh hati. Senyawa ini akan dimetabolisme oleh jaringan ekstrahepatik yang mempunyai enzim lipoprotein lipase, yang akan menghidrolisis trigliserida, yang kemudian disatukan ke dalam lipid jaringan atau dioksidasi sebagai bahan bakar (Mayes, 2003a).

Sesudah unsur lipid ini mengalami lipolisis, asam lemak akan lepas dan masuk ke dalam darah sebagai asam lemak bebas (FFA) yang akan diambil oleh jaringan tubuh (kecuali otak dan eritrosit) dan di dalam hepar akan mengalami esterifikasi menjadi trigliserida atau dioksidasi sebagai bahan bakar utama. Triasilgliserol yang berlebihan baik dari hasil lipogenesis maupun dari FFA akan disekresikan ke dalam darah sebagai VLDL yang akan mengalami siklus yang serupa dengan kilomikron (Mayes, 2003a).

d.Kilomikron

Merupakan lipoprotein terbesar, dibentuk di dalam usus halus dan mengangkut trigliserida yang berasal dari makanan. Sejumlah kolesterol


(24)

diesterifikasi oleh sistem ACAT yang juga tampak dalam inti kilomikron. Fosfolipid dan kolesterol bersama dengan ApoB-48, A-II dan protein yang lain membentuk lapisan pada permukaan. Kilomikron masuk ke ruang limfe ekstraselular, diangkut melalui pembuluh limfe usus dan ductus toraksikus ke aliran darah (Mayes, 2003a).

e.VLDL (Very Low Density Lipoprotein)

Disekresikan oleh hepar dan mengangkut trigliserida yang disintesis di hepar. VLDL mengandung ApoB-100 dan sejumlah ApoC. Setelah meninggalkan hepar, trigliserida dihidrolisis oleh lipoprotein lipase yang menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan lemak dan untuk oksidasi dalam jaringan seperti jantung dan otot (Mayes, 2003a).

2. Meniran (Phyllantus niruri L.)

a. Taksonomi Meniran (Phyllantus niruri L.)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida (Dicotyledoneae) Sub kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Phyllanthus (L) Murr. Spesies : Phyllanthus niruri L. (Herbal Guides, 2008)


(25)

b. Deskripsi Meniran (Phyllantus niruri L.)

Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak, bercabang-cabang, tinggi 30-50 cm. Batang bulat, liat, tidak berbulu, licin, hijau pucat, diameter ± 3 mm, bagian bawah batang berwarna kecokelatan dan cabangnya hijau pucat (Damle, 2008; Herbal Guides, 2008).

Daun majemuk berseling, warna hijau, anak daun 15-24 helai, bulat telur, tepi rata, pangkal membulat, ujung tumpul, panjang sekitar 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm. Dalam 1 tanaman ada bunga betina dan bunga jantan. Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak daun, bunga berwarna kekuningan. Daun kelopak berbentuk bintang, mahkota putih kecil. Buah kotak, bulat, licin, bergaris tengah 2-2,5 mm, berwarna hijau keunguan. Biji kecil, keras, bentuk ginjal, cokelat (Damle, 2008; Indonesian Hospital Association, 2004).

Herba ini rasanya agak pahit, manis, sifatnya sejuk, astrigen. Berkhasiat membersihkan hati, antiradang, penurun demam (antiperik), diuretik, peluruh dahak, peluruh haid, menerangkan penglihatan dan menambah nafsu makan (Indonesian Hospital Association, 2004).

c. Kandungan Zat dalam Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)

Berbagai macam bahan organik telah ditemukan dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.). Beberapa golongan zat utama yang terkandung adalah lignan, tanin, polifenol, alkaloid, flavonoid, terpenoid


(26)

dan steroid (Murugaiyah, 2008; Taylor, 2003). Berikut adalah zat yang telah diisolasi dari ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.):

1) Lignan

Golongan lignan yang terkandung dalam tanaman ini terbagi menjadi dua jenis yaitu 1,4-diarylbutane (phyllanthin, niranthin seco-isolariciresinol trimethyl ether, hydroxy-niranthin, nirphyllin , 2,3-desmethoxy seco-iso-lintetralin , 2,3-2,3-desmethoxy seco-isolintetralin diacetate, linnanthin, dan demethylenedioxyniranthindan) dan 1-aryltetralin (hypo-phyllanthin, nirtetralin, phyltetralin, lintetralin,

iso-lintetralin, dan neonirtetralin). Juga ditemukan neolignan

(phyllnirurin) dan jenis lain (seco-4-hydroxylintetralin, dibenzylbutyrolactone, hinokinin) pada tanaman ini (Taylor, 2003). 2) Courmarin, tanin dan polifenol

Golongan courmarin, tanin dan polifenol yang telah diisolasi dari tanaman ini yaitu gallic acid, ellagic acid, brevifolin carboxylic acid, ethyl brevifolin carboxylate, methyl brevifolin carboxylate, geraniin, corilagin, phyllanthusiin D, amariin, amariinic acid, elaeocarpusin, geraniinic acid B, catechin, epicatechin, gallo-catechin, epigallocatechin, epicatechin gallate, epigallo-catechin 3-O-gallate (Murugaiyah, 2008).

3) Flavonoid

Golongan flavonoid yang telah diisolasi yaitu quercetin, rutin, astragalin, quercitrin, isoquercitrin, kaempferol-4’-rhamnopyranoside,


(27)

eridictyol-7-rhamnopyranoside, fisetin-4’-O-glucoside, quercetin-3-O-glucopyranoside, kaempferol-3-O-rutinoside (Murugaiyah, 2008). 4) Terpenoid

Golongan terpenoid yang telah diisolasi yaitu : lupeol, lupeol acetate, phyllantenol, phyllantenone, phyllanteol, tetracosahexa-cis-2- cis-6-cis-10-trans-14-trans-18-trans-22-en-1-ol,3-7-11-15-19-23-hexamethyl, limonene, phytol, phyllanthusone (Taylor, 2003). 5) Alkaloid

Golongan alkaloid yang telah diisolasi dari tanaman ini yaitu :

deca-trans-2-cis-4-dienamide, octa-trans-2-trans-4-dienamide dan

pentacosanol ester (Taylor, 2003).

3. Pengaruh Pemberian Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Terhadap

Kadar Trigliserida Darah

Beberapa zat yang telah diketahui berpotensi untuk menurunkan kadar trigliserida adalah rutin dan lupeol (Itoh et al., 2009; Kanashiro et al., 2009; Park et al., 2002). Zat-zat tersebut ternyata terkandung di dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.) (Murugaiyah, 2008; Taylor, 2003). Jadi ada kemungkinan bahwa herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat berfungsi menurunkan kadar trigliserida darah.

Rutin merupakan bioflavonoid, berwarna kuning atau kuning kehijauan, kristal berbentuk seperti jarum. Rutin adalah flavonol glycoside terdiri dari quercetin dan disakarida rutinose (Vitamin Supplements Guide, 2006).


(28)

Gambar 2.1. Rumus Bangun Rutin dan Rutinose (Murugaiyah, 2008)

Dengan mengkonsumsi rutin, secara signifikan dapat menurunkan kadar trigliserida dalam plasma darah, namun tidak berefek pada kadar HDL-C dan kolesterol total. Selain tidak berpengaruh pada parameter biokimia yang lain, rutin juga tidak menimbulkan efek toksik (Kanashiro et al., 2009). Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Santos et al. (1999) yang menyatakan bahwa rutin merupakan bahan yang paling efektif untuk menurunkan kadar trigliserida pada tikus hiperlipidemia adalah dibanding naringenin dan asam nikotinat.

Rutin secara signifikan menurunkan kadar lemak plasma dan kolesterol hepar. Rutin menginduksi penurunan aktivitas HMG-KoA reduktase dan aktivitas ACAT (acyl CoA: cholesterol acyl transferase) hepar sehingga menurunkan lipogenesis oleh hepar. Selain itu, rutin juga meningkatkan ekskresi fecal sterol sehingga terjadi penurunan absorbsi lemak (Odbayar et al., 2006; Park et al., 2002).


(29)

Lupeol merupakan derivat dari triterpene, yaitu lupane triterpene (Sudhahar et al., 2008). Rumus molekulernya yaitu C30H50O. Berat molekulnya yaitu 426,73 gram/mol. Esternya yaitu lupeol linoleate (R&D Chemicals, 2010).

Gambar 2.2. Rumus Bangun Lupeol (R&D Chemicals, 2010)

Lupeol mensupresi sekresi trigliserida dan kolesterol dari sel hepar. RT-PCR analisis secara kuantitatif menunjukkan bahwa lupeol menghambat ekspresi dari sterol regulatory element-binding protein-1c dan -2, fatty acid

synthase, HMG-CoA synthetase, dan farnesyl-diphosphate farnesyl

transferase, di mana bahan tersebut dibutuhkan untuk sintesis lemak di dalam sel hepar. Lebih jauh lagi, lupeol menghambat ApoB-100 dan microsomal triglyceride transfer protein dalam sel pada tingkat mRNA. Hal ini menyebabkan lupeol menurunkan sekresi lemak dari sel hepar dengan penghambatan sintesis lemak intrasel (Itoh et al., 2009).

Lupeol juga secara intensif menghambat sintesis trigliserida dan akumulasi butiran lemak intraseluler sehingga tidak terjadi diferensiasi dari sel preadiposit menjadi adiposit. Lupeol menghambat sintesis trigliserida


(30)

dengan menghambat enzim adipogenik pada sel preadiposit (Hata et al., 2008; Reddy et al., 2009).

4. Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 1995).

Ekstraksi adalah penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat aktif yang diinginkan dapat larut. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi dipilih berdasarkan kemampuan pelarut dalam melarutkan jumlah maksimum zat aktif yang dinginkan larut dan seminimum mungkin untuk unsur yang tidak di inginkan. Zat aktif dari tanaman obat yang secara umum sama sifat kimianya, mempunyai sifat kelarutan yang sama dan dapat diekstraksi secara simultan dengan pelarut tunggal atau campuran (Ansel, 1989).

Sistem ekstraksi yang digunakan untuk menyari zat aktif dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.) yaitu sistem penyarian dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Pada akhir ekstraksi akan didapatkan ekstrak kental herba meniran (Phyllantus niruri L.). Digunakan pelarut etanol karena etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, sehingga memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Dengan etanol kadar 70% volume


(31)

dapat dihasilkan bahan aktif yang optimal, karena bahan pengotor hanya larut dalam skala kecil.

5. Lovastatin

Lovastatin termasuk kelompok obat statin. Statin merupakan salah satu obat antihiperlipidemia yang paling efektif dan aman. Obat ini terutama efektif dalam menurunkan kolesterol (Suyatna, 2007).

Biosintesis lovastatin berasal dari dua buah rantai polipeptida yang dihubungkan dengan ikatan ester. Lovastatin mampu menurunkan kadar serum kolesterol, LDL, triglisedida dan VLDL dalam darah. Lovastatin merupakan senyawa inhibitor HMG-KoA reduktase yang dapat menurunkan kadar kolesterol plasma darah dan dapat menjaga tekanan darah dalam ambang normal. Formula empiris lovastatin adalah C24H36O5 dengan berat molekul 404.55 gram/mol. Lovastatin dapat berbentuk lakton non aktif atau asam hidroksi terbuka aktif, semi polar dan larut baik dalam etanol (Cheung et al., 1993). Dosis harian lovastatin bervariasi dari 10-80 mg (Katzung, 1998).

Prinsip kerja lovastatin terhadap HMG KoA reduktase sama dengan prinsip kerja inhibitor kompetitif enzim. Mekanisme penghambatan pembentukan kolesterol oleh lovastatin terjadi pada salah satu komponen dari struktur lovastatin yang analog dengan HMG KoA yang akan diubah menjadi asam mevalonat dengan bantuan enzim HMG-KoA reduktase sehingga lovastatin dapat berkompetisi dengan HMG-KoA untuk berikatan dengan enzim HMG-KoA reduktase. HMG KoA reduktase adalah enzim utama yang mendukung sintesis kolesterol di hati dengan cara berikatan dengan mengubah


(32)

HMG KoA menjadi mevalonat. Ketika lovastatin hadir dalam bentuk asam hidroksi terbuka dengan konsentrasi lebih dari konsentrasi substrat (HMG KoA) maka HMG KoA reduktase akan lebih cenderung berikatan dengan lovastatin sehingga jumlah dan frekuensi sintesis kolesterol tereduksi. Jika konsentarasi lovastatin cukup banyak untuk berikatan dengan HMG-KoA reduktase maka asam mevalonat yang merupakan senyawa antara biosintesis kolesterol tidak akan terbentuk sehingga pembentukan kolesterol menjadi terhambat (Cheung et al., 1993). Tanpa adanya kolesterol yang merupakan bagian dari kompleks lipoprotein pengangkut trigliserida (VLDL), maka kadar trigliserida juga akan menurun di dalam plasma darah.

6. Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih merupakan hewan yang paling banyak digunakan dalam penelitian terutama dalam percobaan toksisitas. Hal tersebut disebabkan antara tikus putih dan manusia mempunyai fisiologi dan anatomi yang hampir sama, sedangkan kebanyakan proses biokimia dan biofisik juga sama berdasarkan fungsi fisiologiknya (Koeman, 1987). Bahkan kemiripannya tidak hanya terbatas pada struktur genomnya saja, tetapi sampai tingkat DNA sequense.

Tikus putih relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Ada satu sifat lain yang membedakan tikus putih dengan hewan percobaan lain yaitu tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).


(33)

B. Kerangka Pemikiran

Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran Keterangan : : menghambat

: terkandung dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.) : terkandung dalam obat Cholvastin

C. Hipotesis

Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) berpengaruh terhadap penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).

Hepar

Glukosa → asam lemak ↑↓ Trigliserida VLDL Rutin Lupeol Lovastatin Rutin Lipase Pankreas Usus Halus

Asam lemak + MG → Trigliserida

Jaringan Adiposa

Glukosa → asam lemak ↑↓ Trigliserida Otot asam lemak ↑↓ Trigliserida Makanan Trigliserida Pembuluh darah Trigliserida plasma Kilomikron LPL LPL FFA Lupeol


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre and post test with control group design (Saryono, 2008).

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Universitas Setia Budi Surakarta.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian berupa 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar, berat badan ± 200 gram, dan berumur 2 bulan. Tikus putih diperoleh dari Laboratorium Universitas Setia Budi.

5. Teknik Sampling

Pengambilan sampling dilakukan dengan Purposive Random Sampling. Teknik randomisasi menggunakan pengundian (Mustafa, 2000).

6. Penghitungan Besar Sampel

Besar sampel tiap kelompok dihitung dengan rumus Federer, dimana (t) merupakan jumlah ulangan untuk tiap perlakuan dan (n) adalah jumlah perlakuan. Rumus yang digunakan yaitu (Murti, 2006) :

(n-1) (t-1) > 15

Sehingga dalam percobaan ini jumlah sampel minimal yang dibutuhkan per kelompok adalah sebagai berikut :


(35)

(n-1) (5-1) > 15 ; t = 5 (n-1) (4) > 15 4n – 4 > 15

4n > 19

n > 4,75; (n > 5)

Dari perhitungan di atas jumlah sampel yang digunakan minimal 5 ekor tikus putih per kelompok. Sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan oleh penulis adalah 6 ekor tikus putih per kelompok.

7. Rancangan Penelitian

Keterangan :

I : Jumlah Sampel Tikus Putih (Rattus norvegicus) J1 : Kelompok Kontrol Negatif

J2 : Kelompok Kontrol Positif

J3 : Kelompok Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis I (25 mg/200 gram BB/hari)

J4 : Kelompok Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis II (50 mg/200 gram BB/hari)

I

Uji ANOVA dan Post Hoc

Tests J1 J2 J3 J4 J5 K1 K2 K3 K4 K5 L3 L2 L1 L4 L5 M1 M2 M3 M4 M5


(36)

J5 : Kelompok Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis III (100 mg/200 gram BB/hari)

K1 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J1 Pre Test K2 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J2 Pre Test K3 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J3 Pre Test K4 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J4 Pre Test K5 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J5 Pre Test L1 : Perlakuan pada J1

L2 : Perlakuan pada J2 L3 : Perlakuan pada J3 L4 : Perlakuan pada J4 L5 : Perlakuan pada J5

M1 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J1 Post Test M2 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J2 Post Test M3 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J3 Post Test M4 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J4 Post Test M5 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J5 Post Test

8. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.). 2. Variabel terikat : kadar trigliserida darah tikus putih.

3. Variabel luar :

a. Variabel terkendali : lemak babi, kuning telur bebek, umur dan berat badan.


(37)

b. Variabel tak terkendali : genetik, gangguan fungsi empedu dan gangguan fungsi lipase.

9. Skala Variabel

1. Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) : skala ordinal. 2. Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) : skala rasio.

10. Definisi Operasional Variabel

1.Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.)

Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang digunakan adalah ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang berasal dari hasil ekstraksi tanaman herba meniran (Phyllantus niruri L.) di LPPT Universitas Gadjah Mada, Jl. Kaliurang Km.4, Jogjakarta. Sampel herba meniran (Phyllantus niruri L.) diperoleh dari Merapi Farma, Kamdanen, Yogyakarta. Alat ukur menggunakan timbangan digital dengan satuan miligram. Khanna et al. (2002) mengemukakan bahwa dosis herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang diberikan untuk lipid lowering activity pada tikus putih (Rattus novergicus) adalah 250 mg/kg BB/hari.

2.Lovastatin

Lovastantin yang digunakan adalah lovastatin yang diperoleh dari Apotek Kondang Waras Surakarta. Brand name obat lovastatin yang digunakan yaitu Cholvastin. Dosis yang biasa digunakan pada manusia dengan berat 70 kg adalah 10-80 mg/hari, dengan dosis optimal 20 mg/hari.


(38)

3.Lemak Babi

Lemak babi yang digunakan adalah minyak babi yang diperoleh dari tempat penyembelihan hewan Jagalan, Surakarta. Setiap 100 gram minyak babi mengandung: asam palmitat 26 gram, asam stearat 14 gram, asam oleat 44 gram, asam linoleat 10 gram (Zamora, 2005). Semua asam lemak pada minyak babi memiliki rantai panjang (lebih dari 12 atom karbon). Minyak babi pada usus Rattus norvegicus akan diresintesis menjadi trigliserida dan didistribusikan dalam bentuk kilomikron (Gibney et al., 2002). Penggunaan diet tinggi lemak yang diberikan pada manusia adalah 150 gram/ hari.

4.Kuning Telur Bebek

Kuning telur bebek yang dimaksud adalah kuning telur yang diambil dari telur bebek yang diperoleh dari Pasar Gedhe Surakarta. Telur bebek merupakan sumber kolesterol yang tinggi karena setiap 100 gram kuning telur bebek mengandung 1000 mg kolesterol (Sutama, 2008). Ariantari et al. (2010) mengemukakan bahwa kuning telur bebek sebanyak 2 gram/200 gram BB tikus putih dapat menaikkan kadar kolesterol.

5.Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Kadar trigliserida yang dimaksud adalah kadar trigliserida dalam plasma darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diukur dengan metode Spektrofotometri yang dinyatakan dalam mg/dl. Trigliserida postpandrial (kilomikron) nampak dalam darah mulai menit ke 30 dan mulai memuncak satu jam setelah makan lemak (Gibney et al., 2002). Skala variabel adalah skala rasio. Pengukuran dilakukan di Universitas Setia Budi, Surakarta.


(39)

11. Penghitungan Dosis

a. Dosis Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)

Dosis ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang digunakan sebesar : Dosis II = 50 mg/200 gram BB/hari (Khanna et al., 2002)

Dosis I = ½ x dosis II

= ½x 50 mg/200 gram BB/hari = 25 mg/200 gram BB/hari Dosis III = 2 x dosis II

= 2 x 50 mg/200 gram BB/hari = 100 mg/200 gram BB/hari

b. Dosis Lovastatin (Cholvastin)

Dosis yang digunakan untuk manusia adalah 20 mg/hari, setelah dikonversi untuk tikus putih dengan berat badan kurang lebih 200 gram menjadi :

Dosis Cholvastin pada tikus putih = 0,018 x 20 mg/200 gram BB/hari = 0,36 mg/200 gram BB/hari

≈ 0,5 mg/200 gram BB/hari.

c. Pemberian Lemak Babi

Penghitungan dosis lemak babi yang diberikan: Dosis lemak babi = 0,018 X 150 gram

= 2,7 gram/200 gram BB/hari

≈ 3 gram/ 200 gram BB/hari.

d. Pemberian Kuning Telur Bebek

Kuning telur bebek yang digunakan sebanyak 2 gram/200 gram BB/hari untuk satu ekor tikus putih (Ariantari et al., 2010).


(40)

12. Alat yang Digunakan

1. Kandang hewan percobaan 2. Sentrifuge

3. Pipa Kapiler 4. Tabung Sentrifuge 5. Spuit

6. Bekker Glass

7. Timbangan Digital

8. Mortar dan Alu Penumbuk 9. Spektrofotometer Stardust 10.Sonde Lambung

11.Pipet Ukur 12.Cawan Petri 13.Almari pengering 14.Blender

15.Vacum rotary evaporator

16.Water warming bath

17.Cawan porselin

13. Bahan yang Digunakan

1. Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) 2. Lemak babi dan kuning telur bebek

3. Lovastatin (Brand name : Cholvastin) 4. Aquades


(41)

14. Cara Kerja

a. Persiapan

a. Kandang tikus yang bersih disiapkan. Tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 30 ekor diadaptasikan dengan lingkungan Universitas Setia Budi Surakarta selama 2 hari.

b. Subyek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok dengan randomisasi. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih (Rattus norvegicus). Kelompok penelitian terdiri dari kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok yang diberi ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dosis I, II dan III.

c. Pembuatan ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada. Herba meniran (Phyllantus niruri L.) diekstraksi dengan etanol 70%. Hasil ekstraksi kemudian disimpan di dalam almari pendingin.

d. Menghaluskan tablet lovastatin (Cholvastin) 20 mg menjadi serbuk, kemudian dibuat suspensi dalam aquades 40 ml dan ditambahkan CMC 1% secukupnya agar serbuk Cholvastin tidak mengendap. Jadi 1 ml suspensi mengandung 0,5 mg lovastatin.

b. Perlakuan

a. Sebelum perlakuan tikus putih dipuasakan selama ± 12 jam. Kemudian diambil darahnya ± 1 ml melalui saccus medianus orbitalis dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah pipa kapiler ditusukkan di daerah saccus medianus orbitalis kemudian darah mengalir ke dalam pipa kapiler. Darah disentrifuge selama 15-20 menit dengan kecepatan 3000


(42)

rpm dan diambil serumnya. Serum darah yang telah diambil kemudian dilakukan pengukuran kadar trigliserida dengan metode direk menggunakan Spektrofotometer Stardust untuk pemeriksaan kadar trigliserida pre test sebelum perlakuan.

b. Pada hari pertama perlakuan sampai hari ke-21 diberi makan lemak babi 3 gram/200 gram BB/hari dan kuning telur bebek 2 gram/200 gram BB/hari yang dicampur kemudian diaduk sehingga menjadi suspensi yang homogen dan diberikan pada pagi hari dengan sonde lambung. Kemudian pada sore harinya tikus putih (Rattus norvegicus) diberi pakan pelet. 1) Untuk kelompok I (Kontrol Negatif) tidak diberi tambahan apa-apa. 2) Untuk kelompok II (Kontrol Positif) ditambah Cholvastin sebanyak

0,5 mg/200 gram BB/hari dengan memberikan 1 ml suspensi Cholvastin 20 mg dalam 40 ml aquadest dan CMC 1%.

3) Untuk kelompok III, IV dan V (Kelompok Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis I, II dan III) ditambah ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) sebanyak 25, 50 dan 100 mg/200 gram BB/hari yang dibuat suspensi dalam aquadest dan CMC 1%.

c. Setelah Perlakuan

a. Sesudah perlakuan tikus putih (Rattus norvegicus) diambil darahnya dengan prosedur yang sama seperti saat pre test untuk diukur kadar trigliserida darah post test.


(43)

b. Membandingkan kadar trigliserida pre dan post test tiap kelompok dan mengolah data hasil pemeriksaan kadar trigliserida plasma darah tikus putih (Rattus norvegicus).

15. Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA dan dilanjutkan Post Hoc Tests menggunakan program SPSS for Windows 16. Uji ANOVA adalah uji untuk membandingkan mean lebih dari dua kelompok, sedangkan Post Hoc Tests membandingkan antar kelompok. Syarat untuk uji ANOVA adalah data dengan normalitas sama dan varians data sama.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan Strain Wistar, berumur kira-kira 2 bulan, dan berat badan ± 200 gram. Tikus putih (Rattus norvegicus) yang digunakan sebanyak 30 ekor dan dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok I (kelompok kontrol negatif), kelompok II (kelompok kontrol positif), kelompok III, IV dan V (kelompok ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dosis 25 mg/200 gram/hari, dosis 50 mg/200 gram/hari dan dosis 100 mg/200 gram/hari). Perlakuan diberikan pada kelima kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) selama 21 hari.

Sebelum diberikan perlakuan, kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) diperiksa menggunakan spektofotometer Stardust dengan metode direk. Data yang didapat ditetapkan sebagai data pre test (Lampiran 3).

Hasil rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test (Lampiran 6) tersebut berbeda tiap kelompok. Rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test paling tinggi terdapat pada kelompok II sedangkan paling rendah terdapat pada kelompok IV. Namun setelah dianalisis secara statistik, perbedaannya tidak signifikan dengan nilai p = 0,132 (p>0,05). Analisis statistik kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test adalah dengan uji normalitas, uji homogenitas, kemudian uji ANOVA (Lampiran 8).

Data pre test rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) dan post test rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang


(45)

didapat kemudian dihitung besar selisih rerata (delta) untuk masing-masing kelompok. Hasil penghitungan selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test (mg/dl)

Kelompok Perlakuan N Mean ± SD

Kontrol Negatif 6 27,67 ± 11,91

Kontrol Positif 6 -11,83 ± 17,63

Ekstrak Herba Meniran Dosis I 6 9,17 ± 14,32 Ekstrak Herba Meniran Dosis II 6 7,83 ± 13,96 Ekstrak Herba Meniran Dosis III 6 -1,67 ± 15,53

Gambar 4.1. Histogram selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test


(46)

Kelompok kontrol negatif menunjukkan peningkatan rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang tinggi yaitu ± 27,67 mg/dl. Kelompok kontrol positif menunjukkan penurunan rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang paling banyak diantara kelima kelompok perlakuan yaitu ± 11,83 mg/dl. Kelompok Ekstrak Herba Meniran Dosis I menunjukkan sedikit peningkatan rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar ± 9,17 mg/dl. Kelompok Ekstrak Herba Meniran Dosis II juga menunjukkan sedikit peningkatan rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar ± 7,83 mg/dl tetapi lebih rendah dibanding peningkatan pada kelompok ekstrak herba meniran dosis I. Sedangkan kelompok Ekstrak Herba Meniran Dosis III menunjukkan penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar ± 1,67 mg/dl. Jadi, di antara ketiga kelompok yang diberi ekstrak herba meniran, kelompok ekstrak herba meniran dosis III adalah yang paling banyak menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).

Analisis statistik selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test dan post test adalah dengan uji normalitas, uji homogenitas, kemudian uji ANOVA. Hasil uji normalitas dan homogenitas (Lampiran 9) menunjukkan p>0,05 sehingga dapat dikatakan data memiliki distribusi yang normal dan homogen. Hasil uji ANOVA (Lampiran 9) menunjukkan p=0,002 (p<0,05) sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelima kelompok. Uji ANOVA dilanjutkan dengan Post Hoc Tests (Lampiran 10) untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test dan post test yang signifikan.


(47)

BAB V

PEMBAHASAN

Hasil pengukuran rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum perlakuan (pre test) dari kelima kelompok dianalisis menggunakan uji ANOVA, begitu juga selisih rerata kadar triglserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test. Hasil pengujian rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test tidak digunakan untuk pengambilan simpulan melainkan digunakan untuk menentukan layak tidaknya pemberian perlakuan pada hewan coba. Pemberian perlakuan tidak dapat dilakukan jika kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test kelima kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik.

Pemberian pakan hiperlipemik selama 21 hari berupa lemak babi dan kuning telur bebek dapat meningkatkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus). Hal ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Buettner et al. (2006). Peningkatan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) ini disebabkan karena tingginya kandungan asam lemak dan kolesterol dalam minyak babi dan kuning telur bebek. Semua asam lemak pada minyak babi memiliki rantai panjang (lebih dari 12 atom karbon). Minyak babi pada usus Rattus norvegicus akan diresintesis menjadi trigliserida dan didistribusikan dalam bentuk kilomikron (Gibney et al., 2002). Karena itu, maka kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) akan meningkat dengan pemberian pakan hiperlipemik ini.


(48)

Selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test pada kelompok yang diberi obat Cholvastin (kontrol positif) jauh lebih rendah dibanding kelompok kontrol negatif. Hal ini membuktikan bahwa pemberian Cholvastin dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara signifikan dibandingkan kelompok yang tidak diberi obat tersebut. Cholvastin adalah salah satu brand name dari lovastatin. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasim et al. (1992) bahwa lovastatin dapat menurunkan kadar trigliserida darah secara signifikan. Lovastatin merupakan senyawa inhibitor enzim HMG-KoA reduktase yang dapat mengganggu sintesis kolesterol dalam hepar. Akibat gangguan pada biosintesis kolesterol, maka pembentukan VLDL di hepar pun terhambat sehingga kadar trigliserida darah jadi menurun karena penurunan produksi VLDL yang berfungsi sebagai pengangkut trigliserida dalam pembuluh darah.

Pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dosis I dan II (25 dan 50 mg/ 200 gram BB/hari) dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) tetapi penurunannya tidak signifikan (p=0,400 dan p=0,286).

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Khanna et al. (2002) yang mengungkapkan bahwa herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat menurunkan kadar VLDL dan LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara signifikan dengan dosis 250 mg/kg BB pada tikus putih yang secara simultan diberi makan kolesterol (25 mg/kg BB) selama 60 hari. Hal ini mungkin disebabkan oleh waktu perlakuan yang lebih singkat, yaitu hanya 21 hari sedangkan pada penelitian Khanna et al. (2002) waktu perlakuannya 60 hari sehingga efek penurunan kadar trigliserida darahnya belum optimal.


(49)

Tetapi hasil penenlitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chasbi et al. (2005) yang mengungkapkan bahwa pemberian ekstrak metanol akar meniran (Phyllantus niruri L.) selama 15 hari tidak menunjukkan aktivitas penurunan kadar lemak darah pada seluruh dosis perlakuan yaitu 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/200 gram BB. Hal ini mungkin disebabkan karena Chasbi et al. (2005) hanya menggunakan ekstrak akar meniran (Phyllantus niruri L.), padahal menurut Murugaiyah (2008), senyawa rutin lebih banyak terkandung pada daun dan batang herba meniran (Phyllantus niruri L.) sehingga efek penurunan kadar trigliserida darah kurang optimal karena hanya sedikit zat aktif yang terkandung dalam ekstrak akar meniran (Phyllantus niruri L.). Selain itu, waktu perlakuan dalam penelitian Chasbi et al. (2005) juga terlalu singkat, hanya 15 hari, sehingga hasil yang didapatkan belum optimal.

Pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dosis III (100 mg/200 gram BB/hari) dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol negatif (p=0,021).

Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) mengandung rutin dan lupeol yang berpotensi untuk menurunkan kadar trigliserida darah. Rutin menginduksi penurunan aktivitas HMG-KoA reduktase dan aktivitas ACAT (acyl CoA: cholesterol acyl transferase) hepar sehingga menurunkan lipogenesis oleh hepar. Rutin juga meningkatkan ekskresi fecal sterol sehingga terjadi penurunan absorbsi lemak dengan begitu maka kadar trigliserida dalam plasma darah dapat menurun (Odbayar et al., 2006; Park et al., 2002). Selain rutin, lupeol juga dapat menurunkan kadar trigliserida darah dengan mengurangi sekresi trigliserida dan kolesterol dari sel


(50)

hepar dan menghambat sintesis trigliserida dengan menghambat enzim adipogenik pada sel preadiposit (Hata et al., 2008; Itoh et al., 2009; Reddy et al., 2009 ).

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Okoli et al. (2010) yang menunjukkan bahwa pemberian kronik ekstrak metanol herba meniran (Phyllantus niruri L.) dengan dosis 400 mg/kg BB selama 28 hari pada tikus diabetik dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total secara signifikan.

Dari ketiga dosis ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang digunakan, ternyata dosis III (100 mg/200 gram BB/hari) merupakan dosis yang paling signifikan menurunkan kadar trigliserida darah. Karena semakin tinggi dosis ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang digunakan maka kandungan zat aktif (rutin dan lupeol) juga makin banyak, sehingga kemampuan untuk menurunkan kadar trigliserida darah juga makin besar dibandingkan dosis yang lebih kecil.


(51)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus). Dosis ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) selama 21 hari secara bermakna adalah dosis III sebesar 100 mg/200 gram BB/hari.

B. Saran

1. Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka diperlukan penelitian lebih lanjut dengan penggunaan metode yang lebih baik dan stressor minimal terhadap hewan uji untuk mengetahui secara lebih terperinci efek penurunan kadar trigliserida darah ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) sehingga didapat dosis yang tepat dan dapat berguna dalam penatalaksanaan hipertrigliseridemia.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih lama agar pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) terlihat lebih jelas.

3. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus


(52)

norvegicus) dengan dosis lebih tinggi sehingga dapat diketahui dosis optimal pengguanaan ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.).


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Adam JMF. 2007. Dislipidemia. In : Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 1926-32.

Alex. 2004. Triglycerides May Lead to Obesity.

http://www.handcoding.com/archives/2004/04/29/triglycerides-may-lead-to-obesity/.

(7 Maret 2010).

American Heart Association. 2010. Triglycerides.

http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4778. (2 Maret 2010).

Ansel HC.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, pp: 605-19.

Ariantari NP, Yowani SC, Swastini DA. 2010. Uji aktivitas penurunan kolesterol produk madu herbal yang beredar di pasaran pada tikus putih diet lemak tinggi. J Kim 4: 15-9.

Brown CT. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner. In : Sylvia A P. and Lorraine M W. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol.1. Edisi 6. Jakarta: EGC, pp: 576-611.

Buettner R, Parhofer KG, Woenckhaus M, Wrede CE, Kunz-Schughart LA, Schölmerich J, et al. 2006. Defining high-fat-diet rat models: metabolic and molecular effects of different fat types. J of Mol Endocryn 36: 485-501.

Chasbi F, Sutarno, Shanti L. 2005. Kadar glukosa dan kolesterol total darah tikus putih (Rattus norvegicus L.) hiperglikemik setelah pemberian ekstrak metanol akar meniran (Phyllanthus niruri L.). Biofarm 3(1): 1-6.

Cheung, Alfred K, DeVault, George A, Gregory, Martin C. 1993. A prospective study on treatment of hypercholesterolemia with Lovastatin in renal transplant patients receiving cyclosporine. Am Soc Nephro J 3: 1884-91.

Damle MC. 2008. Phyllantus Niruri.

http://www.pharmainfo.net/ reviews/phyllanthus-niruri. (2 Maret 2010).


(54)

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depkes RI, p: 7.

Gibney MJ, Vorster HH, Kok FJ. 2002. Introduction to Human Nutrition. Oxford: Blackwell Science, pp: 92-114.

Guyton AC, and Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC, pp: 852-58.

Hata K, Kazuyuki H, Mizuho I, Nao S, Takayuki W, Junichiro T, et al. 2008. Inhibitory effects of lupeol on 3T3-L1 preadipocyte differentiation. J Phytol 1: 191-4.

Hellerstein MK, and Parks EJ. 2001. Obesity and Overweight. In: Greenspan FS, and David GG. (eds). Basic & Clinical Endocrynology. New York: Lange Medical books/McGraw-Hill.

Herbal Guides. 2008. Chanca Piedra (Stonebreaker). http://herbalguides.com/guides/chanca-piedra. (2 Maret 2010).

Horton R, Moran LA, Ochs RS, Rawn DJ, Scrimgeour KG. 2002. Principles of Biochemistry. 3th ed. USA: Prentice-Hall, p: 491.

Indonesian Hospital Association. 2004. Obat Tradisional: Meniran (Phyllanthus niruri L.).

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=1020&tbl=alternatif. (7 Maret 2010).

Itoh M, Kazuyuki H, Yukie A, Fumiko K, Gen T, Junichiro T, et al. 2009. Lupeol reduces triglyceride and cholesterol synthesis in human hepatoma cells. J Phytol 2: 176-8.

Jacobson TA, Miller M, Schaefer EJ. 2007. Hypertriglyceridemia and cardiovascular risk reduction. Clin Ther 9(5): 763-77.

Kanashiro A, Daiani COA, Luciana MK, Walter MT, Lucia HF, Sérgio AU, et al. 2009. Modulatory effects of rutin on biochemical and hematological parameters in hypercholesterolemic Golden Syrian hamsters. An Acad Bras Ciênc 81(1). Kasim SE, Renee CL, Sheila W, Lalitha T, Dewundra D, Catherine J. 1992.

Mechanisms of triglyceride-lowering effect of an HMG-CoA reductase inhibitor in a hypertriglyceridemic animal model, the Zucker obese rat. J Lipid Res 33: 1-7.


(55)

Katzung BG. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC, pp: 550-1.

Khanna AK, Rizvi F, Chander R. 2002. Lipid lowering activity of Phyllanthus niruri in hyperlipemic rats. J Ethnopharm 82: 19-22.

Koeman JH. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 77-8.

Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis. Jakarta: UI-Press, pp: 64-5.

Mayes PA. 2003a. Lipid yang Memiliki Makna Fisiologis. In: Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. (eds). Biokima Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC, pp: 151-2.

Mayes PA. 2003b. Metabolisme Asilgliserol dan Sfingolipid. In: Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. (eds). Biokima Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC, pp: 245.

Mayes PA. 2003c. Pencernaan dan Absorpsi. In: Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. (eds). Biokima Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC, pp: 633. Mayo Clinic. 2008. Triglycerides: Why do they matter.

http://www.mayoclinic.com/print/triglycerides/CL00015/METHOD=print. (7 Maret 2010).

Murti B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 136-7.

Murugaiyah V. 2008. Phytochemical, Pharmacological and Pharmacokinetic Studies of Phyllantus niruri Linn. Lignans as Potential Antihyperuricemic Agents. Malaysia, University Sains Malaysia. Thesis.

Mustafa H. 2000. Teknik Sampling.

http://home.unpar.ac.id/~hasan/sampling.doc. (24 April 2010).

Odbayar TO, Demberel B, Toshinori K, Yoko T, Tojiro T, Takashi I. 2006. Comparative studies of some phenolic compounds (quercetin, rutin, and ferulic acid) affecting hepatic fatty acid synthesis in mice. J Agric Food Chem 54 (21): 8261-65.


(56)

Okoli CO, Ibiam AF, Ezike AC, Akah PA, Okoye TC. 2010. Evaluation of antidiabetic potentials of Phyllanthus niruri in alloxan diabetic rats. Afr J Biotechnol 9 (2): 248-59.

Park SY, Song HB, Seon MJ, Yong BP, Soon JL, Tae SJ, et al. 2002. Effect of rutin and tannic acid supplements on cholesterol metabolism in rats. Nut Res 22: 283-95.

Plaisance EP, Grandjean PW, Mahurin AJ. 2009. Independent and combined effects of aerobic exercise and pharmacological strategies on serum triglyceride concentrations: a qualitative review. Phys Sportsmed J 37(1): 11-9.

Pulok KM. 2001. Evaluation of Indian traditional medicine. Drug Infor J 35: 623-32. R&D Chemicals. 2010. Lupeol.

http://www.rdchemicals.com/chemicals.php?mode=details&mol_id=8013. (7 Maret 2010).

Reddy KP, Singh AB, Puri A, Srivastava AK, Narender T. 2009. Synthesis of novel triterpenoid (lupeol) derivatives and their in vivo antihyperglycemic and antidyslipidemic activity. J BMCL 19: 4463-66.

Santos KF, Oliveira TT, Nagem TJ, Pinto AS, Oliveira MG. 1999. Hypolipidaemic effects of naringenin, rutin, nicotinic acid and their associations. Pharmacol Res 40: 493-6.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press, p: 56.

Smith JB. dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Edisi 1. Jakarta: Universitas Indonesia, pp: 37-57.

Stankus T. 2009. Lowering Triglycerides: Dieting, Exercise, Niacin, Statins, Fibrates, Nuts & Fish.

http://sladivisions.typepad.com/dbio/2009/05/loweringtriglyceridesdieting-exercise-niacin-statin -fibrates-nuts-fish.html.

(7 Maret 2010).

Sudhahar V, Sekar AK, Periyasamy TS, Palaninathan V. 2006. Protective effect of lupeol and its ester on cardiac abnormalities in experimental hypercholesterolemia. J VPh 46 (6): 412-8.

Sudhahar V, Sekar AK, Palaninathan V, Sujatha V. 2008. Protective effect of lupeol and lupeol linoleate in hypercholesterolemia associated renal damage. Mol Cell Biochem J 317: 11-20.


(57)

Sutama INS. 2008. Daun pepaya dalam ransum menurunkan kolesterol pada serum dan telur. J Veteriner 9 (3): 152-6.

Suyatna FD. 2007. Hipolipidemik. In: Gunawan S G, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. (eds). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, p: 385.

Taylor L. 2003. Herbal Secrets of the Rainforest. 2nd edition. Austin: Sage Press, pp: 32-7.

Vitamin Supplements Guide. 2006. Rutin (Vitamin P1). http://www.vitamins-supplements.org/rutin.php. (7 Maret 2010).

Wijayakusuma HMH. 2007. Potensi tumbuhan obat asli Indonesia sebagai produk kesehatan. Proseding Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. Jakarta: Himpunan Pengobatan Tradisional dan Akupuntur Indonesia, p: 1.

Wikipedia. 2007. Triglceride.

http://en.wikipedia.org/wiki/Triglyceride. (7 Maret 2010).

Zamora A. 2005. Fats, Oils, Fatty Acids, Triglycerides.

http://www.scientificpsychic.com/fitness/fattyacids1.html. (18 Maret 2010).


(58)

Lampiran 1. Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan

TABEL KONVERSI DOSIS MANUSIA DAN HEWAN

(Suhardjono, 1995) Mencit 20 g Tikus 200 g Marmut 400 g Kelinci 1,5 kg Kucing 2 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg Mencit 20 g

1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 123,2 387,9 Tikus

200 g

0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0

Marmut 400 g

0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5

Kelinci 1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2

Kucing 2 kg

0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0

Kera 4 kg

0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1

Anjing 12 kg

0,008 0,006 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1 Manusia

70 kg


(59)

Lampiran 5. Tabel Selisih Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Post Test – Pre Test)

No Kelompok Perlakuan Tikus

ke

Selisih Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Post Test – Pre Test)

1. 2. 3. 4. 5. Kontrol Negatif Kontrol Positif

Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis I

Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis II

Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis III 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 12 14 35 36 29 40 -7 -33 -22 1 14 -24 5 -11 29 3 7 22 18 30 -5 7 -6 3 10 -9 10 -19 -18 16


(60)

Lampiran 6

Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test

Kelompok Perlakuan N Mean ± SD

Kontrol Negatif Kontrol Positif

Ekstrak Herba Meniran Dosis I Ekstrak Herba Meniran Dosis II Ekstrak Herba Meniran Dosis III

6 6 6 6 6

74,83 ± 7,11 78,67 ± 11,76

74,17 ± 6,59 64,00 ± 8,17 74,17 ± 12,51

Histogram Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)


(61)

Lampiran 7

Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Post Test

Kelompok Perlakuan N Mean ± SD

Kontrol Negatif 6 102,50 ± 13,44

Kontrol Positif 6 66,83 ± 8,89

Ekstrak Herba Meniran Dosis I 6 83,33 ± 10,97 Ekstrak Herba Meniran Dosis II 6 71,83 ± 9,60 Ekstrak Herba Meniran Dosis III 6 72,50 ± 11,73

Histogram Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)


(62)

Lampiran 8

Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test

Test of Homogeneity of Variances

Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre test

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.080 4 25 .387

ANOVA

Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Pre test

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 714.333 4 178.583 1.960 .132

Within Groups 2277.833 25 91.113

Total 2992.167 29

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kadar

Trigliserida Darah Tikus

Putih Pre test

I .232 6 .200*

.933 6 .601

II .166 6 .200* .949 6 .731

III .237 6 .200* .868 6 .218

IV .269 6 .200* .842 6 .136

V .160 6 .200* .956 6 .791

a. Lilliefors Significance Correction


(63)

Lampiran 9

Selisih Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Pre Test dan Post Test

Test of Homogeneity of Variances

Delta Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Post test - Pre test

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.566 4 25 .690

ANOVA

Delta Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Post test - Pre test

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 5156.200 4 1289.050 5.892 .002

Within Groups 5469.167 25 218.767

Total 10625.367 29

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kadar

Trigliserida Darah Tikus

Putih Post - Pre test

I .231 6 .200* .861 6 .191

II .218 6 .200* .956 6 .791

III .227 6 .200* .952 6 .753

IV .190 6 .200* .921 6 .509

V .274 6 .180 .852 6 .163

a. Lilliefors Significance Correction


(64)

Lampiran 10. Hasil Analisis Post Hoc tests Selisih Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test.

(I) Kelompok Perlakuan pada Tikus Putih

(J) Kelompok Perlakuan pada Tikus Putih

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

Kontrol Negatif Kontrol Positif 39.500* 8.539 .001 13.21 65.79

Ekstrak Herba Meniran Dosis I

(25 mg/200 gram BB/hari) 18.500 8.539 .400 -7.79 44.79

Ekstrak Herba Meniran Dosis II

(50 mg/200 gram BB/hari) 19.833 8.539 .286 -6.45 46.12

Ekstrak Herba Meniran Dosis

III (100 mg/200 gram BB/hari) 29.333

*

8.539 .021 3.05 55.62

Kontrol Positif Kontrol Negatif -39.500* 8.539 .001 -65.79 -13.21

Ekstrak Herba Meniran Dosis I

(25 mg/200 gram BB/hari) -21.000 8.539 .212 -47.29 5.29

Ekstrak Herba Meniran Dosis II

(50 mg/200 gram BB/hari) -19.667 8.539 .299 -45.95 6.62

Ekstrak Herba Meniran Dosis

III (100 mg/200 gram BB/hari) -10.167 8.539 1.000 -36.45 16.12

Ekstrak Herba Meniran Dosis I (25 mg/200 gram BB/hari)

Kontrol Negatif -18.500 8.539 .400 -44.79 7.79

Kontrol Positif 21.000 8.539 .212 -5.29 47.29

Ekstrak Herba Meniran Dosis II

(50 mg/200 gram BB/hari) 1.333 8.539 1.000 -24.95 27.62

Ekstrak Herba Meniran Dosis

III (100 mg/200 gram BB/hari) 10.833 8.539 1.000 -15.45 37.12

Ekstrak Herba Meniran Dosis II (50 mg/200 gram BB/hari)

Kontrol Negatif -19.833 8.539 .286 -46.12 6.45

Kontrol Positif 19.667 8.539 .299 -6.62 45.95

Ekstrak Herba Meniran Dosis I

(25 mg/200 gram BB/hari) -1.333 8.539 1.000 -27.62 24.95

Ekstrak Herba Meniran Dosis

III (100 mg/200 gram BB/hari) 9.500 8.539 1.000 -16.79 35.79

Ekstrak Herba Meniran Dosis III (100 mg/200 gram BB/hari)

Kontrol Negatif -29.333* 8.539 .021 -55.62 -3.05

Kontrol Positif 10.167 8.539 1.000 -16.12 36.45

Ekstrak Herba Meniran Dosis I

(25 mg/200 gram BB/hari) -10.833 8.539 1.000 -37.12 15.45

Ekstrak Herba Meniran Dosis II

(50 mg/200 gram BB/hari) -9.500 8.539 1.000 -35.79 16.79

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Multiple Comparisons Delta Kadar Trigliserida Tikus Putih (Post-Pre test)

Bonferroni

Multiple Comparisons


(65)

Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian

Kandang Tikus

Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)


(66)

(Lanjutan)

Suspensi Cholvastin Minyak babi

Pengambilan Darah dari Pleksus Venosus Orbitalis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)


(67)

(Lanjutan)


(68)

Telur Bebek Gelas Ukur


(69)


(70)

(1)

Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian

Kandang Tikus

Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Ekstrak Herba Meniran


(2)

(Lanjutan)

Suspensi Cholvastin Minyak babi

Pengambilan Darah dari Pleksus Venosus Orbitalis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)


(3)

(Lanjutan)


(4)

Telur Bebek Gelas Ukur


(5)


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH EKSTRAK MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI POTASIUM OKSONAT

3 32 19

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK HERBA MENIRAN (Phyllantus niruri L.) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL SERUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

1 5 1

PENGARUH EKSTRAK MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID (MDA) PLASMA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

0 11 15

EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DENGAN DEMAM YANG DIINDUKSI VAKSIN DPT

5 34 63

PENGARUH PEMBERIAN KOMBUCHA TEA PER-ORAL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.) TUA.

0 0 5

PENGARUH EKSTRAK HERBA MENIRAN (Phyllantus niruri) TERHADAP PENGHAMBATAN ENZIM XANTHINE OXIDASE Pengaruh Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus Niruri) Terhadap Penghambatan Enzim Xanthine Oxidase Pada Mencit Hiperurisemia.

1 1 12

PENGARUH EKSTRAK HERBA MENIRAN (Phyllantus niruri) TERHADAP PENGHAMBATAN ENZIM XANTHINE OXIDASE Pengaruh Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus Niruri) Terhadap Penghambatan Enzim Xanthine Oxidase Pada Mencit Hiperurisemia.

0 1 14

Pengaruh Ekstrak Meniran (Phyllantus Niruri L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Yang Diinduksi Aloksan.

0 1 25

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL HIPERLIPIDEMIA.

0 0 11

Kadar Glukosa dan Kolesterol Total Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemik setelah Pemberian Ekstrak Metanol Akar Meniran (Phyllanthus niruri L.).

0 0 6