2010_PHLN Pinjaman Hibah Luar Negeri dalam disparitas Pembangunan Kesehatan
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
untuk
Upaya
mencapai
sasaran
program prioritas yang telah ditetapkan dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
2010-2014 perlu didukung dengan kecukupan
sumber daya, baik melalui APBN maupun
melalui dana pinjaman dan hibah luar negeri
(PHLN).
Selama
ini,
Kementerian
Kesehatan
telah melakukan kerja sama dengan berbagai
mitra,
baik
bilateral,
multi-lateral,
regional
serta dengan internasional NGO. Kerja sama dengan berbagai mitra luar
negeri ini memang dirasakan perlu, namun harus ditata dengan baik serta
harus diarahkan sesuai dengan permasalahan dan prioritas pembangunan
kesehatan. Saat ini PHLN yang ada belum dikelola dengan baik, sehingga
terdapat kesulitan untuk mengalokasikan dan menentukan kerja sama
dengan mitra yang baru. Hal ini dikarenakan belum adanya peta yang
menggambarkan sebaran mitra luar negeri secara program prioritas
maupun wilayah provinsi.
Dalam melaksanakan kerja sama dengan mitra luar negeri, kita
harus bisa memposisikan diri sebagai mitra sejajar. Dengan demikian tidak
ada lagi istilah "donor", karena apabila ada donor, maka akan ada pihak
yang menjadi "recipient".
M ENTERI KE SEHATAN
セ ep
ub
lik@
IN!101-IESIA
Bangsa Indonesia sudah saatnya untuk berdiri sejajar dengan
mitra-mitra kerja sama luar negeri. Dengan kesejajaran terse but, maka
tidak akan ada lagi istilah "donors driven ". Apabila pihak luar negeri benarbenar akan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, maka harus
menyesuaikan dengan kebutuhan, permasalahan, serta diarahkan pada
program-program prioritas yang telah ditetapkan. Dengan demikian pada
akhir tahun 2014, sasaran pembangunan kesehatan serta target MDGs
dapat dicapai .
Saya menyambut baik buku ini, dengan harapan buku ini dapat
dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengalokasian segenap
sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efisien. Pada kesempatan ini
pula saya ucapkan terima kasih kepada para penyusun buku ini, serta
semua pihak yang telah memberikan kontribusi, sehingga buku ini bisa
diselesaikan.
Menteri Kesehatan, セ@
Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH
BAllAH lSI
Kala Penganlar ......................................................................................... iii
Daftar lsi .................................................................................................... v
Pendahuluan ......... ................................................................... .................. 3
Tujuan ............. .. ........................................................................................ 9
Permasalahan ................. ..................... .. ...................... ............................. 10
Ruang Lingkup dan Pengertian ............................................................... 15
Peta Kerjasama Luar Negeri ............................. ....................................... 21
a. Pinjaman Luar Negeri ..... .... .......... ........ ... .... ..... ... ... .... ....... ............. 21
b. Hibah Luar Negeri ... ...... ............ ..... .................... ...... .... ...... ............ 23
Peta Daerah Menurut IPKM ..................................................................... 24
Peta Menurut Alokasi Anggaran Daerah untuk Kesehatan .................. 28
Peta Menurut Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah ........................... 29
Peta Kerjasama PHLN Menurut Wilayah ................................................ 30
Peta Menurut Program Kesehatan Prioritas ................................ .......... 32
Peta Kerjasama Menurut Sasaran MDGs ............................................... 34
Jadwal Kerjasama ....................................................................................41
Kesimpulan dan Saran ............................................................................. 59
Penutup ..................................................................................................... 61
Daftar Gambar & Tabel .. ............... ... .. .. ....................................... ............... 65
Glossary ..... .................................. ......... ....... ..... ... .. .............. ...... ................ 66
Lampiran
a.
Tabel ............................... ..... ........................ ... ................... ....... .... 71
b.
Peraturan Menteri Keuangan No. 1681PMK.0712009 ...... .. .......... .. 79
c.
Peraturan Menteri Keuangan No. 611PMK.0712010 .... ............ .... 97
Pendahuluan
Hasil pembangunan kesehatan nasional memang telah mengalami
perbaikan pad a berbagai indikator dampak kesehatan, seperti peningkatan
umur harapan hidup, penurunan angka kematian ibu karena proses
maternal, penurunan angka kematian bayi, dan angka kematian balita, serta
penurunan prevalensi kekurangan gizi pada anak balita. Namun di balik itu
semua, masih ada permasalahan kesehatan yang cukup be rat, yakni
adanya disparitas derajat kesehatan yang sudah berlangsung lama, dan
sampai saat ini belum tertangani, bahkan ada kecenderungan akan
semakin melebar pad a berbagai kelompok penduduk. Disparitas dimaksud
mencakup disparitas antarwilayah, antartempat-tinggal, antarjender, serta
antartingkat-sosial-ekonomi .
Bila dilihat dari disparitas status kesehatan, beberapa indikator
menunjukkan bahwa angka kematian bayi dan angka kematian balita pad a
golongan termiskin hampir em pat kali lebih tinggi dari golongan terkaya.
Disamping itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan
lebih tinggi di daerah perdesaan, dan di kawasan timur
Indonesia, serta
pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita
yang berstatus gizi kurang dan buruk di daerah perdesaan lebih tinggi
dibandingkan daerah perkotaan.
Pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih dan cakupan imunisasi pada golongan miskin lebih
rendah dibanding dengan golongan kaya.
Meskipun permasalahan kesehatan di dalam negeri masih belum
memuaskan,
namun
permasalahan
Indonesia
sebagai
anggota
dari
masyarakat dunia juga perlu diperhatikan, karena dampak dari kondisi
global juga akan berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Di dalam era globalisasi ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai
tantangan sekaligus peluang. Tantangan global tersebut antara lain adalah :
dengan diterapkannya perdagangan bebas. Pengaruh globalisasi dan
liberalisasi perdagangan melalui kesepakatan General Agreement on Trade
in Service (GATS) dan Trade-Related Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPS), dimulainya pasar bebas ASEAN pad a tahun 2003 serta
pasar bebas Asia Pasific pada tahun 2020. Peranan modal asing dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sa kit, masuknya tenaga
kesehatan asing , serta banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke
luar negeri, karena kurang puas dengan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Selain itu , pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs)
sebagai kesepakatan global, dimana banyak negara masih jauh tertinggal,
termasuk Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan kesehatan global harus
diperhatikan secara serius. Hal ini telah jelas ditegaskan dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN, 2009), dengan kalimat sebagai berikut "...Para
pelaku SKN juga wajib mencermati dan memanfaatkan setiap kesempatan
yang ada di dunia internasional guna memperkuat SKN. Dana internasiona/
yang tersedia yang tidak mengikat dan dapat secara sinergis meningkatkan
kinerja SKN perlu dimanfaatkan dengan baik. Sebaliknya, setiap intervensi
internasional yang da/am jangka pendek atau jangka panjang yang dapat
merugikan SKN wajib dicegah oleh setiap pemangku kepentingan".
Oleh karena itu , permasalahan dalam negeri yang sangat kompleks
serta permasalahan global yang dapat berdampak pad a pembangunan ,
sudah saatnya untuk disusun pemetaan alokasi sumberdaya, khususnya
sumberdaya pinjaman dan hibah luar negeri (PHLI'J), agar para pengambil
keputusan dapat menetapkan alokasi sumberdaya yang terbatas ini dengan
lebih efektif dan efisien .
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, adanya PHLN
sangat diharapkan. Karena dengan sumberdaya yang dimiliki sendiri.
Indonesia belum mampu mencukupi kebutuhan untuk memenuhi segenap
upaya pembangunan kesehatan. Selain itu karena Indonesia merupakan
anggota dari masyarakat dunia, juga tidak mungkin terlepas dari pergaulan
dan kerjasama internasional. Disamping itu, dengan adanya dunia yang
hampir tidak berbatas ini (borderless) , antar negara satu dengan lainnya
yang saling mempengaruhi, untuk itu kerjasama dengan luar negeri ini
sangat diperlukan . Namun alokasi dan pendayagunaannya perlu ditata
dengan baik, agar selaras dengan jalannya pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Permasalahan PHLN saat ini dirasakan belum terorganisir dengan
baik, salah satunya adalah belum pernah dilakukannya pemetaan PHLN,
sehingga bila ada tawaran kerjasama dari pihak luar, maka belum bisa
mengarahkan kerjasama tersebut dalam bidang apa dan ke wilayah mana.
Selain itu belum ada dokumentasi yang baik untuk pembelajaran dan
pengalaman yang diperoleh dari kerjasama yang sudah berlangsung,
sehingga ada kemungkinan kegagalan bisa dilakukan berkali-kali , ataupun
sebaliknya, kesuksesan tidak bisa direplikasi lebih luas.
Untuk itu melalui buku ini dicoba untuk merintis pemetaan PHLN
yang ada, dengan harapan semoga melalui buku ini dapat memberikan
gambaran PHLN yang ada, sehingga dapat membantu pimpinan untuk
mengambil kebijakan dalam penetapan PHLN yang akan datang .
Tujuan
Umum:
Penyusunan buku ini adalah untuk memberikan gambaran tentang peta
mitra kerjasama luar negeri bidang kesehatan, sehingga dapat dijadikan
bahan pengambilan kebijakan pimpinan Kementerian Kesehatan dalam
rangka efektivitas pencapaian sasaran prioritas pembangunan kesehatan.
Khusus:
Teridentifikasinya mitra kerjasama luar negeri bidang kesehatan di
kementerian
kesehatan
melalui
kerjasama
bilateral,
multilateral,
Lembaga Mitra Kerja, Badan Dunia, Kerjasama Teknik Regional.
Diketahuinya sebaran mitra kerjasama luar negeri bidang kesehatan di
daerah .
Diketahuinya ruang lingkup kerja mitra kerjasama luar negeri bidang
kesehatan.
Diketahuinya fokus kegiatan dari masing-masing mitra kerja yang terkait
dengan indikator dan sasaran pembangunan kesehatan.
Permasalahan
Meskipun keberadaan PHLN ini mempunyai kontribusi yang cukup besar
dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, dan kehadirannya juga
sang at diharapkan oleh para pelaku pembangunan kesehatan, namun
dalam perjalanannya ditemui berbagai permasalahan, antara lain:
•
Area kegiatan yang ditunjang dengan dana PHLN belum selaras
dengan program prioritas yang telah ditetapkan seperti pad a Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 maupun Roadmap
Reformasi Kesehatan Masyarakat. Selain itu juga belum selaras
dengan sasaran MDGs bidang kesehatan yang harus dicapai pada
tahun 2015.
•
Wilayah kerja yang didukung melalui dana PHLN belum dialokasikan
pad a
wilayah-wilayah
bermasalah
kesehatan.
Dengan
demikian
terdapat wilayah yang diminati oleh banyak PHLN, dan ada wilayah
yang
kurang
diminati.
Saat
ini
dirasakan
alokasi
PHLN
hanya
berdasarkan kepentingan mitra kerjasama (donors driven).
•
Belum semua PHLN dapat diregistrasi dan dimasukkan dalam DIPA,
sehingga monitoring, evaluasi, dan pengawasannya cukup sulit. Selain
itu juga dimungkinkan adanya duplikasi pendanaan.
•
Belum berjalannya sistem akuntansi dana hibah (SIKUBAH), sehingga
pemanfaatan dana hibah belum sepenuhnya akuntabel.
•
Belum adanya pemetaan PHLN secara berkala, dengan demikian
perencanaan
PHLN
(susta in ability)
pelaksanaan
prioritas.
belum
optimal,
kegiatan
sehingga
projek
belum
kesinambungan
mendapatkan
•
Pelaksanaan PHLN di daerah terkadang hanya dilaksanakan di satu
atau
dua
kabupaten/kota,
namun
dalam
pelaporan
sudah
mengatasnamakan provinsi , padahal variasi antar kabupaten/kota
dalam satu provinsi , sangat lebar.
•
Munculnya rasa curiga antara mitra kerja dengan para pelaksana di
lapangan. Ditemukan dari lapangan , bahwa dalam beberapa kegiatan,
para pelaksana hanya bertugas untuk membuat surat undangan dan
kemudian mengedarkannya , sedangkan pemegang keuangan ada pada
mitra kerja . Dengan demikian, pihak Pemerintah baik Pusat ataupun
Daerah, hanya dijadikan sebagai "kantor pos" belaka .
•
Kapasitas petugas yang masih kurang dalam melaksanakan negosiasi
serta menyiapkan dokumen kerja sama dengan mitra internasional.
Sehingga penyusunan dokumen usulan rencana PHLN belum optimal.
Padahal
untuk
mengajukan
perencanaan
kerjasama
diperlukan
dokumen perencanaan yang berkualitas.
•
Koordinasi
dan
kerjasama
antara
unit
perencana
dengan
unit
pelaksana, serta antara pusat dan daerah masih belum optimal.
Sehingga menyulitkan dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan .
•
Saat ini telah dibentuk unit baru yang menangani hubungan dan
kerjasama luar negeri, namun belum disusun
mekanisme
dan
tata hubungan kerja, sehingga dalam perancanaan , pelaksanaan, dan
monitoring evaluasi PHLN masih belum optimal.
•
Khusus untuk pinjaman luar negeri, pengelolaan kegiatan belum
optimal, salah satu sebab adalah permasalahan administrasi projek
(seperti kelengkapan staf projek),
sehingga menghambat pelaksanaan
projek. Selain itu, dukungan dana pendamping serta koordinasi dengan
berbagai pihak terkait sering masih belum lancar, dengan demikian
semakin menghambat pelaksanaan projek pinjaman luar negeri.
•
Dokumentasi PHLN belum tertata dengan baik, sehingga hasil-hasil
positif yang telah dicapai tidak bisa direplikasikan ke daerah lain atau
direplikasikan untuk program lain. Bahkan terkadang apabila ada PHLN
yang baru masuk , harus mulai dari awal lagi, yang seharusnya bisa
menggunakan hasil positif dari PHLN terdahulu.
Huang lingkup dan pengerfian
Ruang lingkup penulisan buku ini adalah mengenai kerjasama baik
dalam bentuk pinjaman maupun hibah luar negeri. Buku ini memberikan
informasi tentang peta mitra kerjasama yang dikaitkan dengan program
prioritas pembangunan kesehatan, indikator pembangunan kesehatan,
sasaran pembangunan kesehatan dan sebaran mitra kerjasama di daerah.
Pemetaan ini mencakup dana pinjaman dan hibah luar negeri, serta
mitra international non-goverment organization (I-NGO) yang bermitra
dengan pusat. Sedangkan berbagai I-NGO yang bermitra dengan daerah,
pada kesempatan ini belum dibahas dalam buku ini. Hal ini dikarenakan 1NGO sangat luas tersebar di seluruh pelosok Indonesia, dan untuk
memantaunya
diperlukan
waktu
dan
sumberdaya
yang
besar,
dan
perangkat pendukung yang lebih rinci.
Hubungan kerjasama luar negeri dapat dikelompokkan sebagai
berikut: (a) Kerjasama bilateral adalah kerjasama yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah negara lain. Sebagai contoh,
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Pemerintah Indonesia
dengan Pemerintah Malaysia . Kerjasama ini bersifat Government to
Government (G to G). Saat ini Indonesia telah menjalin kerjasama bilateral
dengan 162 negara; (b) Kerjasama multilateral adalah kerjasama antara
Pemerintah Indonesia dengan lembaga multilateral (kumpulan negaranegara) . Kerjasama ini merupakan sikap Pemerintah Indonesia terhadap
pemantapan
politik
internasional ,
dan
luar
negeri
penegasan
Indonesia,
komitmen
peningkatan
terhadap
kerjasama
aturan/hukum
internasional. Yang termasuk dalam kerjasama multilateral antara lain
Organisasi Konferensi Islam (OKI) , World Trade Organization (WTO), World
Health Organization (WHO), dan organisasi lain dibawah PBB (United
Nation/UN). Adapun lembaga teknis kerjasama multilateral diantaranya
Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (lOB), World
Bank (WB), Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI) dan lain
sebagainya; (c) Kerjasama regional adalah kerjasama antara Pemerintah
Indonesia
dengan
negara-negara
di
dunia
internasional
dalam
seri
lingkaran konsentris yang terdiri dari: Lingkaran pertama adalah Association
of South East Asia Nations (ASEAN), Lingkaran kedua adalah ASEAN + 3
(Jepang,
China,
dan
Korea
Selatan),
dan
Lingkaran
ketiga
adalah
kerjasama dengan like-minded developing countries. Selain itu Indonesia
juga menggalang kerjasama dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat yang
merupakan parner utama ekonomi Indonesia. Yang termasuk kerjasama
regional antara lain ASEAN, Asia Pacific Economis Cooperation (APEC),
Asia-Europe
Meeting
(ASEM),
Brunei-Indonesia-Malaysia-Singapore
(BIMS), Brunei-Indonesia-Malaysia-Philipina East Asia Growth Area (BIMPEAGA), dan lain sebagainya.
Kerjasama yang terjalin dengan dunia internasional pada
prinsipnya ada dua bentuk adalah technical cooperation dan financial
cooperation.
Technical
asisstance, yaitu
penyediaan
cooperation
kerjasama yang
konsultan
dan
manifestasinya
berbentuk
peningkatan
adalah
bantuan
kapasitas
teknis
technical
seperti
SDM . Sedangkan
financial cooperation akhirnya bermuara pad a project asisstance yang
umumnya terdiri dari kegiatan pengadaan, pembangunan, pelatihan dan
lain sebagainya. Baik technical cooperation maupun financial cooperation
akan bermuara pada pendanaan yang tertuang dalam dokumen PHLN .
Untuk mendapatkan data mengenai jumlah besaran dana yang berasal dari
technical asisstance tidaklah mudah, sehingga dalam penulisan buku ini
lebih ditekankan pada jumlah mitra dan wilayah kerjasamanya.
Selain itu, banyak PHLN yang saat ini sedang berlangsung (ongoing) sebagai wilayah kerjanya adalah kabupaten/kota. Sudah barang
tentu tidak bisa digambarkan dalam seluruh provinsi. Kelemahan penulisan
buku ini adalah pemetaan dilakukan untuk wilayah provinsi.
Untuk lebih jelasnya, maka bentuk kerjasama luar negeri tersebut
dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut.
DIAGRAM PINJAMAN DAN HIBAH LUAR
MITRA
BENTUK
TECHNICAL
COOPERATION
FINANCIAL
COOPERATION
KARAKTERISTIK
KEGIATAN
KATEGORI
PENDANAAN
Pusat KLN, Kemkes 2010
Sumber: Dit KGM
Peta Kerjasama luar n・セイャ@
Sentuk kerjasama luar negeri dapat dibedakan dalam dua hal , yak ni (a)
pinjaman luar negeri ; dan (b) Hibah luar negeri.
A.
PINJAMAN LUAR NEGERI
1.
Ditjen Bma Pelayanan Medik (Rumah Sa kit Umum Pemerin tah dan
Rumah Sakit Umum Daerah)
Dana pinjaman luar negeri yang ada pada
Pelayanan Medik pad a umumnya
Ditjen
Sina
melalui pengadaan investasi di
bidang peralatan medis , peralatan non-medis dan peningkatan sumber
daya manusia untuk Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit
Daerah . Penggunaan dana pinjaman luar negeri terse but umumnya
untuk pengadaan peralatan medis dan peralatan non-medis Rumah
Sakit yang sampai saat ini belum dapat diproduksi di dalam negeri dan
harus di import dari luar negeri.
Serbagai
kegiatan
program
yang
memanfaatkan
pinjaman luar negeri antara lain adalah untuk:
a.
b.
c.
d.
Improvement of M. Hoesin Palembang
Improvement of dr. Wahidin Soedirohusodo Hospital
Strengthening of 4 Teaching Hospital
Upgrading H. Adam Malik Hospital, Medan
e. Upgrading Prof. Or. Kandou, Manado
f. Persiapan Projek Strengthening of Teaching Hospital
dana
2.
Ditjen Bma Kesehatan Masyarakat
Dana pinjaman luar negeri yang ada di Ditjen Binakesmas
diperuntukkan bagi mendukung program upaya kesehatan masyarakat
dalam
rangka
pelayanan
meningkatkan
kesehatan
melalui
jumlah,
pemerataan ,
dan
kualitas
Puskesmas dan jaringannya yang
meliputi Puskesmas Pembantu , Puskesmas Keliling dan Bidan di
Desa. Penggunaan dana pinjaman luar negeri dalam program ini
adalah untuk meningkatkan kinerja program dan investasi dalam
bentuk pengadaan peralatan medis dan peralatan non-medis yang
utamanya belum dapat diproduksi di dalam negeri dan harus di import
dari luar negeri.
Dana pinjaman luar negeri juga merupakan salah satu sumber
pendanaan untuk mendukung program perbaikan gizi masyarakat
dalam rangka meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya
meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi,
dan balita serta usia produktif.
Berbagai
kegiatan
program
yang
memanfaatkan
dana
pinjaman luar negeri antara lain adalah untuk:
Second Decentralized Health Service
b. Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE)
a.
3
Dltjen Pen gendalian Penyakit dan Penyehatan Llngkungan
Dana pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber
pendanaan
untuk
mendukung
program
pemberantasan
penyakit
menular dalam rangka menurunkan angka kesakitan , kematian dan
kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. Penggunaan
dana pinjaman luar negeri dalam program ini adalah utamanya untuk
meningkatkan
kinerja
program,
pemberdayaan
masyarakat,
peningkatan SDM.
Dana pinjaman luar negeri juga merupakan salah satu sumber
pendanaan
untuk mendukung program
mewujudkan
mutu
lingkungan
hidup
lingkungan
yang
lebih
sehat dalam
sehat
melalui
pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan
berwawasan
kesehatan,
melalui
peningkatan
penggunaan jamban dan peningkatan lingkungan sehat di tempat tempat umum.
Berbagai
kegiatan
program yang
memanfaatkan dana
pinjaman luar negeri antara lain adalah untuk :
a.
b.
c.
d.
Community Water Services & Health Project (CWSHP)
Water Supply and Sanitation for Low Income Community-2
(WSLlC-2)
Pamsimas (WSLlC3)
Integrated Citarum Water Resources Management Invesment
Program (ICWRMP)
Ada 3 (tiga) hal masalah yang sering dihadapi dalam pengelolaan
dana pinjaman adalah :
1. Ketidakpastian institusi untuk menyediakan sarana dan prasarana
penunjang.
2. Pengadaan kontrak pengadaan barang dan jasa terlambat dalam
persetujuan .
3. Ketidakmampuan institusi dalam pengelolaan lebih lanjut seperti
penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan .
B.
HIBAH LUAR NEGERI
Dana hibah luar negeri, selama 10 tahun telah dimanfaatkan untuk
membiayai
beberapa
komponen
kegiatan
program
pembangunan
kesehatan , yang dilaksanakan di berbagai tingkat ya itu provinsi ,
kabupaten/kota dan pusat. Berbagai kegiatan program yang memanfaatkan
dana hibah luar negeri antara lain adalah untuk:
1.
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Surveilans & Response to Avian and Pandemic Influenza
Pilot Project Pengendalian Flu Burungdan kesiapsiagaan
menghadapi Pandemi Influenza
c. UNDP's Capacity Development to the Global Fund's Pincipal
Recipient in Indonesia
d. Field Epidemiology Training Program (FETP)
e. KNCV TB CAP
f. Rural Water Supply (ProAir)
g. JAS (Jaringan Air dan Sanitasi)
h. Water Supply and Sanitation for Low Income Community-2
i.
Proyek Kerjasama Teknis Peningkatan Sistem Surveilans untuk
Avian Influenza
j.
Community Water Services & Health Project (CWSHP)
k. Intensified and Integrated Malaria Control Program in Sumatera
and Six Provinces of Eastern Indonesia
I.
Intensified Malaria Control Program in Kalimantan and Sulawesi
Islands
m. Indonesia HIVIAIDS Comprehensive Care
n. Indonesia Response to HI V: Government and Civil Society
Partnership in 12 Provinces
o. Equitable quality DOTS for AI/Indonesia
p. Consolidating Progress and Ensuring Quality DOTS for aI/
Indonesia
q. Expanded Program Immunization
r.
Leprosy Relief
a.
b.
2 . Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
a.
Sector Programme Health (SPH)
b.
Pengembangan P4K
c.
Pengembangan Posyandu
d.
Maternal and Child Health
e. Evaluation on vitamin A requirement in Indonesian woman
3. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Up-Grade Software untuk mengukur indikator penggunaan obat
rasional
b. Bimbingan Teknis SAS pada 10 rumah Sakit Provinsi
c. Revitalisasi Komite Nasional Farmasi dan Terapi
d. Pertemuan Teknis Penerapan DOEN 2008 pada RS Pemerintah
dan Swasta Se-Jabotabek
e. Penyusunan Daftar obat UKS dan cara Penggunaannya bagi
siswa sekolah menengah
f.
Evaluasi Implementasi DOEN 2008 di Sarana Kesehatan
g. Penyusunan Formularium Spesialistik IImu Penyakit Syaraf
h.
Peningkatan
pengetahuan
pada
masyarakat
tentang
penggunaanobat rasional
i.
TOT Dalam Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian Untuk Penyakit
Tertentu Tahun 2010
j.
Advokasi Direktur Rumah sakit pelaksanaan Pusat pelayanan
kefarmasian untuk penyakit tertentu
k.
TOT Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
a.
4. Badan Pemberdayaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kesehatan
a.
b.
Advocacy and Capacity Building
Fellowship and Training
Membangun jurusan Ortotik Prostetik terakreditasi internasional di
Poltekkes Jakarta I.
Membina kerjasama antara BPPSOMK dan AH dalam bidang
medis dan pendidikan pelatihan keperawatan, manajemen RS,
pengawasan kualitas dan pengembangan keahlian klinis dalam
pengendalian infeksi dalam rangka mengatasi kegawatdaruratan
akibat bencana.
c.
d.
Peta Daerah Menurut IPKM
Salah
satu
indikator penting
dalam
menilai
keberhasilan
pembangunan di suatu bangsa adalah Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). IPM merupakan penilaian terhadap unsur ekonomi (pendapatan riil
perkapita) , unsur pendidikan (angka melek huruf dan lama sekolah), dan
unsur kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir). Berdasarkan data tahun
2009 , IPM Indonesia berada pada peringkat 111 dari 182 negara yang
dinilai, dengan nilai IPM berada di bawah ratarata dunia , sehingga
menempatkan Indonesia pada kelompok medium human development.
Khusus untuk Indonesia , NTB merupakan provinsi dengan nilai IPM paling
rendah .
Untuk meningkatkan IPM perlu dilakukan intervensi yang tepat,
yang mencakup: intervensi pada unsur ekonomi, pendidikan dan
kesehatan. Intervensi pada unsur ekonomi dapat dilakukan melalui
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan serta perluasan lapangan kerja .
Intervensi pada unsur pendidikan dapat dilakukan melalui wajib belajar
sembilan tahun. Namun untuk unsur kesehatan , intervensi harus dijabarkan
melalui indikator perantara dan rumusan program yang nyata .
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) merupakan
indikator komposit yang
menggambarkan kemajuan
pembangunan
kesehatan , dirumuskan dari data kesehatan berbasis komunitas yaitu: 1)
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar); 2) Susenas (Survei Ekonomi
Nasional); dan 3) Survei Podes (Potensi Desa). Adapun tingkat disparitas
nilai IPKM tersebut dapat dilihat peta berikut ini .
DISPARITAS INDEKS PEMBANGLINAN KESEHATAN
MASYARAKAT
T1r'll....t OIsparltlls IPKM
_
rMdah «:)156',162)
5e
Ul
en
t
•
5
セ@
Cl
Berdasarkan data dari SDKI tahun 2007, angka kematian ibu adalah
228, hal ini sudah mengalami penurunan bila dibandingkan dengan data
dari SDKI tahun 1991 dengan angka kematian ibu sebesar 390. Meskipun
demikian, angka tersebut masih dirasakan tinggi, dan bahkan bila
dibandingkan dengan target nasional pada tahun 2014 adalah 118.
Dengan demikian untuk mencapai target nasional sebesar 118
diperlukan upaya yang sangat keras dan komprehensif. Karena apabila
tidak, penurunan angka kematian ibu adalah satusatunya sasaran MDGs
yang dikhawatirkan untuk pencapaiannya.
DIAGRAM PENYAKIT HIV/AIDS, TBC, DAN MALARIA TIAP PROVINSI
DAN ALOKASI PHLN UNTUK TIAP PENYAKIT
....,JA
CASE RAIEMAlAAlA
CASE RATE IBC
CASlRAT'E AJDS
l1li
"'-"...
.......
•
""-"""
...IIT
......
.... sa
"""N.
"""'"
oi@
セャ
セ ᄋ og
y jイNkャr
X@
==
, - :..
t GB@
':;'TE.'tG
;::;-
セ@
•
:::"
5.00
. M ALARIA
• H IV/ A IDS
. TUBERCULOSIS
Sumber: Unit Utama,
1000
15.00
セoN
o@
25.00
30.00
Sasaran MDGs nomor 6 adalah memerangi penyakit HIV/AIDS ,
TBC dan Malaria (ATM). Dalam diagram tersebut disandingkan antara
ketiga penyakit terse but, kemudian dibandingkan dengan alokasi PHLN
untuk tiap penyakit.
PHLN yang dilokasikan untuk ketiga penyakit tersebut semua
bersumber dari dana hibah Global Fund (GFATM). Penyakit HIV/AIDS
mendapatkan 700,5 milyar rupiah berlangsung pada tahun 20052014 ,
Penyakit TBC mendapatkan 960,1 milyar rupiah berlangsung dari tahun
20062011, dan penyakit Malaria mendapatkan 9,7 milyar rupiah
berlangsung dari tahun 20082011 .
Peta Case Rate A TM
lI.neal1 HQセI@
h
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
untuk
Upaya
mencapai
sasaran
program prioritas yang telah ditetapkan dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
2010-2014 perlu didukung dengan kecukupan
sumber daya, baik melalui APBN maupun
melalui dana pinjaman dan hibah luar negeri
(PHLN).
Selama
ini,
Kementerian
Kesehatan
telah melakukan kerja sama dengan berbagai
mitra,
baik
bilateral,
multi-lateral,
regional
serta dengan internasional NGO. Kerja sama dengan berbagai mitra luar
negeri ini memang dirasakan perlu, namun harus ditata dengan baik serta
harus diarahkan sesuai dengan permasalahan dan prioritas pembangunan
kesehatan. Saat ini PHLN yang ada belum dikelola dengan baik, sehingga
terdapat kesulitan untuk mengalokasikan dan menentukan kerja sama
dengan mitra yang baru. Hal ini dikarenakan belum adanya peta yang
menggambarkan sebaran mitra luar negeri secara program prioritas
maupun wilayah provinsi.
Dalam melaksanakan kerja sama dengan mitra luar negeri, kita
harus bisa memposisikan diri sebagai mitra sejajar. Dengan demikian tidak
ada lagi istilah "donor", karena apabila ada donor, maka akan ada pihak
yang menjadi "recipient".
M ENTERI KE SEHATAN
セ ep
ub
lik@
IN!101-IESIA
Bangsa Indonesia sudah saatnya untuk berdiri sejajar dengan
mitra-mitra kerja sama luar negeri. Dengan kesejajaran terse but, maka
tidak akan ada lagi istilah "donors driven ". Apabila pihak luar negeri benarbenar akan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, maka harus
menyesuaikan dengan kebutuhan, permasalahan, serta diarahkan pada
program-program prioritas yang telah ditetapkan. Dengan demikian pada
akhir tahun 2014, sasaran pembangunan kesehatan serta target MDGs
dapat dicapai .
Saya menyambut baik buku ini, dengan harapan buku ini dapat
dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengalokasian segenap
sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efisien. Pada kesempatan ini
pula saya ucapkan terima kasih kepada para penyusun buku ini, serta
semua pihak yang telah memberikan kontribusi, sehingga buku ini bisa
diselesaikan.
Menteri Kesehatan, セ@
Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH
BAllAH lSI
Kala Penganlar ......................................................................................... iii
Daftar lsi .................................................................................................... v
Pendahuluan ......... ................................................................... .................. 3
Tujuan ............. .. ........................................................................................ 9
Permasalahan ................. ..................... .. ...................... ............................. 10
Ruang Lingkup dan Pengertian ............................................................... 15
Peta Kerjasama Luar Negeri ............................. ....................................... 21
a. Pinjaman Luar Negeri ..... .... .......... ........ ... .... ..... ... ... .... ....... ............. 21
b. Hibah Luar Negeri ... ...... ............ ..... .................... ...... .... ...... ............ 23
Peta Daerah Menurut IPKM ..................................................................... 24
Peta Menurut Alokasi Anggaran Daerah untuk Kesehatan .................. 28
Peta Menurut Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah ........................... 29
Peta Kerjasama PHLN Menurut Wilayah ................................................ 30
Peta Menurut Program Kesehatan Prioritas ................................ .......... 32
Peta Kerjasama Menurut Sasaran MDGs ............................................... 34
Jadwal Kerjasama ....................................................................................41
Kesimpulan dan Saran ............................................................................. 59
Penutup ..................................................................................................... 61
Daftar Gambar & Tabel .. ............... ... .. .. ....................................... ............... 65
Glossary ..... .................................. ......... ....... ..... ... .. .............. ...... ................ 66
Lampiran
a.
Tabel ............................... ..... ........................ ... ................... ....... .... 71
b.
Peraturan Menteri Keuangan No. 1681PMK.0712009 ...... .. .......... .. 79
c.
Peraturan Menteri Keuangan No. 611PMK.0712010 .... ............ .... 97
Pendahuluan
Hasil pembangunan kesehatan nasional memang telah mengalami
perbaikan pad a berbagai indikator dampak kesehatan, seperti peningkatan
umur harapan hidup, penurunan angka kematian ibu karena proses
maternal, penurunan angka kematian bayi, dan angka kematian balita, serta
penurunan prevalensi kekurangan gizi pada anak balita. Namun di balik itu
semua, masih ada permasalahan kesehatan yang cukup be rat, yakni
adanya disparitas derajat kesehatan yang sudah berlangsung lama, dan
sampai saat ini belum tertangani, bahkan ada kecenderungan akan
semakin melebar pad a berbagai kelompok penduduk. Disparitas dimaksud
mencakup disparitas antarwilayah, antartempat-tinggal, antarjender, serta
antartingkat-sosial-ekonomi .
Bila dilihat dari disparitas status kesehatan, beberapa indikator
menunjukkan bahwa angka kematian bayi dan angka kematian balita pad a
golongan termiskin hampir em pat kali lebih tinggi dari golongan terkaya.
Disamping itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan
lebih tinggi di daerah perdesaan, dan di kawasan timur
Indonesia, serta
pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita
yang berstatus gizi kurang dan buruk di daerah perdesaan lebih tinggi
dibandingkan daerah perkotaan.
Pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih dan cakupan imunisasi pada golongan miskin lebih
rendah dibanding dengan golongan kaya.
Meskipun permasalahan kesehatan di dalam negeri masih belum
memuaskan,
namun
permasalahan
Indonesia
sebagai
anggota
dari
masyarakat dunia juga perlu diperhatikan, karena dampak dari kondisi
global juga akan berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Di dalam era globalisasi ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai
tantangan sekaligus peluang. Tantangan global tersebut antara lain adalah :
dengan diterapkannya perdagangan bebas. Pengaruh globalisasi dan
liberalisasi perdagangan melalui kesepakatan General Agreement on Trade
in Service (GATS) dan Trade-Related Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPS), dimulainya pasar bebas ASEAN pad a tahun 2003 serta
pasar bebas Asia Pasific pada tahun 2020. Peranan modal asing dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sa kit, masuknya tenaga
kesehatan asing , serta banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke
luar negeri, karena kurang puas dengan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Selain itu , pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs)
sebagai kesepakatan global, dimana banyak negara masih jauh tertinggal,
termasuk Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan kesehatan global harus
diperhatikan secara serius. Hal ini telah jelas ditegaskan dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN, 2009), dengan kalimat sebagai berikut "...Para
pelaku SKN juga wajib mencermati dan memanfaatkan setiap kesempatan
yang ada di dunia internasional guna memperkuat SKN. Dana internasiona/
yang tersedia yang tidak mengikat dan dapat secara sinergis meningkatkan
kinerja SKN perlu dimanfaatkan dengan baik. Sebaliknya, setiap intervensi
internasional yang da/am jangka pendek atau jangka panjang yang dapat
merugikan SKN wajib dicegah oleh setiap pemangku kepentingan".
Oleh karena itu , permasalahan dalam negeri yang sangat kompleks
serta permasalahan global yang dapat berdampak pad a pembangunan ,
sudah saatnya untuk disusun pemetaan alokasi sumberdaya, khususnya
sumberdaya pinjaman dan hibah luar negeri (PHLI'J), agar para pengambil
keputusan dapat menetapkan alokasi sumberdaya yang terbatas ini dengan
lebih efektif dan efisien .
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, adanya PHLN
sangat diharapkan. Karena dengan sumberdaya yang dimiliki sendiri.
Indonesia belum mampu mencukupi kebutuhan untuk memenuhi segenap
upaya pembangunan kesehatan. Selain itu karena Indonesia merupakan
anggota dari masyarakat dunia, juga tidak mungkin terlepas dari pergaulan
dan kerjasama internasional. Disamping itu, dengan adanya dunia yang
hampir tidak berbatas ini (borderless) , antar negara satu dengan lainnya
yang saling mempengaruhi, untuk itu kerjasama dengan luar negeri ini
sangat diperlukan . Namun alokasi dan pendayagunaannya perlu ditata
dengan baik, agar selaras dengan jalannya pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Permasalahan PHLN saat ini dirasakan belum terorganisir dengan
baik, salah satunya adalah belum pernah dilakukannya pemetaan PHLN,
sehingga bila ada tawaran kerjasama dari pihak luar, maka belum bisa
mengarahkan kerjasama tersebut dalam bidang apa dan ke wilayah mana.
Selain itu belum ada dokumentasi yang baik untuk pembelajaran dan
pengalaman yang diperoleh dari kerjasama yang sudah berlangsung,
sehingga ada kemungkinan kegagalan bisa dilakukan berkali-kali , ataupun
sebaliknya, kesuksesan tidak bisa direplikasi lebih luas.
Untuk itu melalui buku ini dicoba untuk merintis pemetaan PHLN
yang ada, dengan harapan semoga melalui buku ini dapat memberikan
gambaran PHLN yang ada, sehingga dapat membantu pimpinan untuk
mengambil kebijakan dalam penetapan PHLN yang akan datang .
Tujuan
Umum:
Penyusunan buku ini adalah untuk memberikan gambaran tentang peta
mitra kerjasama luar negeri bidang kesehatan, sehingga dapat dijadikan
bahan pengambilan kebijakan pimpinan Kementerian Kesehatan dalam
rangka efektivitas pencapaian sasaran prioritas pembangunan kesehatan.
Khusus:
Teridentifikasinya mitra kerjasama luar negeri bidang kesehatan di
kementerian
kesehatan
melalui
kerjasama
bilateral,
multilateral,
Lembaga Mitra Kerja, Badan Dunia, Kerjasama Teknik Regional.
Diketahuinya sebaran mitra kerjasama luar negeri bidang kesehatan di
daerah .
Diketahuinya ruang lingkup kerja mitra kerjasama luar negeri bidang
kesehatan.
Diketahuinya fokus kegiatan dari masing-masing mitra kerja yang terkait
dengan indikator dan sasaran pembangunan kesehatan.
Permasalahan
Meskipun keberadaan PHLN ini mempunyai kontribusi yang cukup besar
dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, dan kehadirannya juga
sang at diharapkan oleh para pelaku pembangunan kesehatan, namun
dalam perjalanannya ditemui berbagai permasalahan, antara lain:
•
Area kegiatan yang ditunjang dengan dana PHLN belum selaras
dengan program prioritas yang telah ditetapkan seperti pad a Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 maupun Roadmap
Reformasi Kesehatan Masyarakat. Selain itu juga belum selaras
dengan sasaran MDGs bidang kesehatan yang harus dicapai pada
tahun 2015.
•
Wilayah kerja yang didukung melalui dana PHLN belum dialokasikan
pad a
wilayah-wilayah
bermasalah
kesehatan.
Dengan
demikian
terdapat wilayah yang diminati oleh banyak PHLN, dan ada wilayah
yang
kurang
diminati.
Saat
ini
dirasakan
alokasi
PHLN
hanya
berdasarkan kepentingan mitra kerjasama (donors driven).
•
Belum semua PHLN dapat diregistrasi dan dimasukkan dalam DIPA,
sehingga monitoring, evaluasi, dan pengawasannya cukup sulit. Selain
itu juga dimungkinkan adanya duplikasi pendanaan.
•
Belum berjalannya sistem akuntansi dana hibah (SIKUBAH), sehingga
pemanfaatan dana hibah belum sepenuhnya akuntabel.
•
Belum adanya pemetaan PHLN secara berkala, dengan demikian
perencanaan
PHLN
(susta in ability)
pelaksanaan
prioritas.
belum
optimal,
kegiatan
sehingga
projek
belum
kesinambungan
mendapatkan
•
Pelaksanaan PHLN di daerah terkadang hanya dilaksanakan di satu
atau
dua
kabupaten/kota,
namun
dalam
pelaporan
sudah
mengatasnamakan provinsi , padahal variasi antar kabupaten/kota
dalam satu provinsi , sangat lebar.
•
Munculnya rasa curiga antara mitra kerja dengan para pelaksana di
lapangan. Ditemukan dari lapangan , bahwa dalam beberapa kegiatan,
para pelaksana hanya bertugas untuk membuat surat undangan dan
kemudian mengedarkannya , sedangkan pemegang keuangan ada pada
mitra kerja . Dengan demikian, pihak Pemerintah baik Pusat ataupun
Daerah, hanya dijadikan sebagai "kantor pos" belaka .
•
Kapasitas petugas yang masih kurang dalam melaksanakan negosiasi
serta menyiapkan dokumen kerja sama dengan mitra internasional.
Sehingga penyusunan dokumen usulan rencana PHLN belum optimal.
Padahal
untuk
mengajukan
perencanaan
kerjasama
diperlukan
dokumen perencanaan yang berkualitas.
•
Koordinasi
dan
kerjasama
antara
unit
perencana
dengan
unit
pelaksana, serta antara pusat dan daerah masih belum optimal.
Sehingga menyulitkan dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan .
•
Saat ini telah dibentuk unit baru yang menangani hubungan dan
kerjasama luar negeri, namun belum disusun
mekanisme
dan
tata hubungan kerja, sehingga dalam perancanaan , pelaksanaan, dan
monitoring evaluasi PHLN masih belum optimal.
•
Khusus untuk pinjaman luar negeri, pengelolaan kegiatan belum
optimal, salah satu sebab adalah permasalahan administrasi projek
(seperti kelengkapan staf projek),
sehingga menghambat pelaksanaan
projek. Selain itu, dukungan dana pendamping serta koordinasi dengan
berbagai pihak terkait sering masih belum lancar, dengan demikian
semakin menghambat pelaksanaan projek pinjaman luar negeri.
•
Dokumentasi PHLN belum tertata dengan baik, sehingga hasil-hasil
positif yang telah dicapai tidak bisa direplikasikan ke daerah lain atau
direplikasikan untuk program lain. Bahkan terkadang apabila ada PHLN
yang baru masuk , harus mulai dari awal lagi, yang seharusnya bisa
menggunakan hasil positif dari PHLN terdahulu.
Huang lingkup dan pengerfian
Ruang lingkup penulisan buku ini adalah mengenai kerjasama baik
dalam bentuk pinjaman maupun hibah luar negeri. Buku ini memberikan
informasi tentang peta mitra kerjasama yang dikaitkan dengan program
prioritas pembangunan kesehatan, indikator pembangunan kesehatan,
sasaran pembangunan kesehatan dan sebaran mitra kerjasama di daerah.
Pemetaan ini mencakup dana pinjaman dan hibah luar negeri, serta
mitra international non-goverment organization (I-NGO) yang bermitra
dengan pusat. Sedangkan berbagai I-NGO yang bermitra dengan daerah,
pada kesempatan ini belum dibahas dalam buku ini. Hal ini dikarenakan 1NGO sangat luas tersebar di seluruh pelosok Indonesia, dan untuk
memantaunya
diperlukan
waktu
dan
sumberdaya
yang
besar,
dan
perangkat pendukung yang lebih rinci.
Hubungan kerjasama luar negeri dapat dikelompokkan sebagai
berikut: (a) Kerjasama bilateral adalah kerjasama yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah negara lain. Sebagai contoh,
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Pemerintah Indonesia
dengan Pemerintah Malaysia . Kerjasama ini bersifat Government to
Government (G to G). Saat ini Indonesia telah menjalin kerjasama bilateral
dengan 162 negara; (b) Kerjasama multilateral adalah kerjasama antara
Pemerintah Indonesia dengan lembaga multilateral (kumpulan negaranegara) . Kerjasama ini merupakan sikap Pemerintah Indonesia terhadap
pemantapan
politik
internasional ,
dan
luar
negeri
penegasan
Indonesia,
komitmen
peningkatan
terhadap
kerjasama
aturan/hukum
internasional. Yang termasuk dalam kerjasama multilateral antara lain
Organisasi Konferensi Islam (OKI) , World Trade Organization (WTO), World
Health Organization (WHO), dan organisasi lain dibawah PBB (United
Nation/UN). Adapun lembaga teknis kerjasama multilateral diantaranya
Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (lOB), World
Bank (WB), Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI) dan lain
sebagainya; (c) Kerjasama regional adalah kerjasama antara Pemerintah
Indonesia
dengan
negara-negara
di
dunia
internasional
dalam
seri
lingkaran konsentris yang terdiri dari: Lingkaran pertama adalah Association
of South East Asia Nations (ASEAN), Lingkaran kedua adalah ASEAN + 3
(Jepang,
China,
dan
Korea
Selatan),
dan
Lingkaran
ketiga
adalah
kerjasama dengan like-minded developing countries. Selain itu Indonesia
juga menggalang kerjasama dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat yang
merupakan parner utama ekonomi Indonesia. Yang termasuk kerjasama
regional antara lain ASEAN, Asia Pacific Economis Cooperation (APEC),
Asia-Europe
Meeting
(ASEM),
Brunei-Indonesia-Malaysia-Singapore
(BIMS), Brunei-Indonesia-Malaysia-Philipina East Asia Growth Area (BIMPEAGA), dan lain sebagainya.
Kerjasama yang terjalin dengan dunia internasional pada
prinsipnya ada dua bentuk adalah technical cooperation dan financial
cooperation.
Technical
asisstance, yaitu
penyediaan
cooperation
kerjasama yang
konsultan
dan
manifestasinya
berbentuk
peningkatan
adalah
bantuan
kapasitas
teknis
technical
seperti
SDM . Sedangkan
financial cooperation akhirnya bermuara pad a project asisstance yang
umumnya terdiri dari kegiatan pengadaan, pembangunan, pelatihan dan
lain sebagainya. Baik technical cooperation maupun financial cooperation
akan bermuara pada pendanaan yang tertuang dalam dokumen PHLN .
Untuk mendapatkan data mengenai jumlah besaran dana yang berasal dari
technical asisstance tidaklah mudah, sehingga dalam penulisan buku ini
lebih ditekankan pada jumlah mitra dan wilayah kerjasamanya.
Selain itu, banyak PHLN yang saat ini sedang berlangsung (ongoing) sebagai wilayah kerjanya adalah kabupaten/kota. Sudah barang
tentu tidak bisa digambarkan dalam seluruh provinsi. Kelemahan penulisan
buku ini adalah pemetaan dilakukan untuk wilayah provinsi.
Untuk lebih jelasnya, maka bentuk kerjasama luar negeri tersebut
dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut.
DIAGRAM PINJAMAN DAN HIBAH LUAR
MITRA
BENTUK
TECHNICAL
COOPERATION
FINANCIAL
COOPERATION
KARAKTERISTIK
KEGIATAN
KATEGORI
PENDANAAN
Pusat KLN, Kemkes 2010
Sumber: Dit KGM
Peta Kerjasama luar n・セイャ@
Sentuk kerjasama luar negeri dapat dibedakan dalam dua hal , yak ni (a)
pinjaman luar negeri ; dan (b) Hibah luar negeri.
A.
PINJAMAN LUAR NEGERI
1.
Ditjen Bma Pelayanan Medik (Rumah Sa kit Umum Pemerin tah dan
Rumah Sakit Umum Daerah)
Dana pinjaman luar negeri yang ada pada
Pelayanan Medik pad a umumnya
Ditjen
Sina
melalui pengadaan investasi di
bidang peralatan medis , peralatan non-medis dan peningkatan sumber
daya manusia untuk Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit
Daerah . Penggunaan dana pinjaman luar negeri terse but umumnya
untuk pengadaan peralatan medis dan peralatan non-medis Rumah
Sakit yang sampai saat ini belum dapat diproduksi di dalam negeri dan
harus di import dari luar negeri.
Serbagai
kegiatan
program
yang
memanfaatkan
pinjaman luar negeri antara lain adalah untuk:
a.
b.
c.
d.
Improvement of M. Hoesin Palembang
Improvement of dr. Wahidin Soedirohusodo Hospital
Strengthening of 4 Teaching Hospital
Upgrading H. Adam Malik Hospital, Medan
e. Upgrading Prof. Or. Kandou, Manado
f. Persiapan Projek Strengthening of Teaching Hospital
dana
2.
Ditjen Bma Kesehatan Masyarakat
Dana pinjaman luar negeri yang ada di Ditjen Binakesmas
diperuntukkan bagi mendukung program upaya kesehatan masyarakat
dalam
rangka
pelayanan
meningkatkan
kesehatan
melalui
jumlah,
pemerataan ,
dan
kualitas
Puskesmas dan jaringannya yang
meliputi Puskesmas Pembantu , Puskesmas Keliling dan Bidan di
Desa. Penggunaan dana pinjaman luar negeri dalam program ini
adalah untuk meningkatkan kinerja program dan investasi dalam
bentuk pengadaan peralatan medis dan peralatan non-medis yang
utamanya belum dapat diproduksi di dalam negeri dan harus di import
dari luar negeri.
Dana pinjaman luar negeri juga merupakan salah satu sumber
pendanaan untuk mendukung program perbaikan gizi masyarakat
dalam rangka meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya
meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi,
dan balita serta usia produktif.
Berbagai
kegiatan
program
yang
memanfaatkan
dana
pinjaman luar negeri antara lain adalah untuk:
Second Decentralized Health Service
b. Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE)
a.
3
Dltjen Pen gendalian Penyakit dan Penyehatan Llngkungan
Dana pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber
pendanaan
untuk
mendukung
program
pemberantasan
penyakit
menular dalam rangka menurunkan angka kesakitan , kematian dan
kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. Penggunaan
dana pinjaman luar negeri dalam program ini adalah utamanya untuk
meningkatkan
kinerja
program,
pemberdayaan
masyarakat,
peningkatan SDM.
Dana pinjaman luar negeri juga merupakan salah satu sumber
pendanaan
untuk mendukung program
mewujudkan
mutu
lingkungan
hidup
lingkungan
yang
lebih
sehat dalam
sehat
melalui
pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan
berwawasan
kesehatan,
melalui
peningkatan
penggunaan jamban dan peningkatan lingkungan sehat di tempat tempat umum.
Berbagai
kegiatan
program yang
memanfaatkan dana
pinjaman luar negeri antara lain adalah untuk :
a.
b.
c.
d.
Community Water Services & Health Project (CWSHP)
Water Supply and Sanitation for Low Income Community-2
(WSLlC-2)
Pamsimas (WSLlC3)
Integrated Citarum Water Resources Management Invesment
Program (ICWRMP)
Ada 3 (tiga) hal masalah yang sering dihadapi dalam pengelolaan
dana pinjaman adalah :
1. Ketidakpastian institusi untuk menyediakan sarana dan prasarana
penunjang.
2. Pengadaan kontrak pengadaan barang dan jasa terlambat dalam
persetujuan .
3. Ketidakmampuan institusi dalam pengelolaan lebih lanjut seperti
penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan .
B.
HIBAH LUAR NEGERI
Dana hibah luar negeri, selama 10 tahun telah dimanfaatkan untuk
membiayai
beberapa
komponen
kegiatan
program
pembangunan
kesehatan , yang dilaksanakan di berbagai tingkat ya itu provinsi ,
kabupaten/kota dan pusat. Berbagai kegiatan program yang memanfaatkan
dana hibah luar negeri antara lain adalah untuk:
1.
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Surveilans & Response to Avian and Pandemic Influenza
Pilot Project Pengendalian Flu Burungdan kesiapsiagaan
menghadapi Pandemi Influenza
c. UNDP's Capacity Development to the Global Fund's Pincipal
Recipient in Indonesia
d. Field Epidemiology Training Program (FETP)
e. KNCV TB CAP
f. Rural Water Supply (ProAir)
g. JAS (Jaringan Air dan Sanitasi)
h. Water Supply and Sanitation for Low Income Community-2
i.
Proyek Kerjasama Teknis Peningkatan Sistem Surveilans untuk
Avian Influenza
j.
Community Water Services & Health Project (CWSHP)
k. Intensified and Integrated Malaria Control Program in Sumatera
and Six Provinces of Eastern Indonesia
I.
Intensified Malaria Control Program in Kalimantan and Sulawesi
Islands
m. Indonesia HIVIAIDS Comprehensive Care
n. Indonesia Response to HI V: Government and Civil Society
Partnership in 12 Provinces
o. Equitable quality DOTS for AI/Indonesia
p. Consolidating Progress and Ensuring Quality DOTS for aI/
Indonesia
q. Expanded Program Immunization
r.
Leprosy Relief
a.
b.
2 . Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
a.
Sector Programme Health (SPH)
b.
Pengembangan P4K
c.
Pengembangan Posyandu
d.
Maternal and Child Health
e. Evaluation on vitamin A requirement in Indonesian woman
3. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Up-Grade Software untuk mengukur indikator penggunaan obat
rasional
b. Bimbingan Teknis SAS pada 10 rumah Sakit Provinsi
c. Revitalisasi Komite Nasional Farmasi dan Terapi
d. Pertemuan Teknis Penerapan DOEN 2008 pada RS Pemerintah
dan Swasta Se-Jabotabek
e. Penyusunan Daftar obat UKS dan cara Penggunaannya bagi
siswa sekolah menengah
f.
Evaluasi Implementasi DOEN 2008 di Sarana Kesehatan
g. Penyusunan Formularium Spesialistik IImu Penyakit Syaraf
h.
Peningkatan
pengetahuan
pada
masyarakat
tentang
penggunaanobat rasional
i.
TOT Dalam Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian Untuk Penyakit
Tertentu Tahun 2010
j.
Advokasi Direktur Rumah sakit pelaksanaan Pusat pelayanan
kefarmasian untuk penyakit tertentu
k.
TOT Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
a.
4. Badan Pemberdayaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kesehatan
a.
b.
Advocacy and Capacity Building
Fellowship and Training
Membangun jurusan Ortotik Prostetik terakreditasi internasional di
Poltekkes Jakarta I.
Membina kerjasama antara BPPSOMK dan AH dalam bidang
medis dan pendidikan pelatihan keperawatan, manajemen RS,
pengawasan kualitas dan pengembangan keahlian klinis dalam
pengendalian infeksi dalam rangka mengatasi kegawatdaruratan
akibat bencana.
c.
d.
Peta Daerah Menurut IPKM
Salah
satu
indikator penting
dalam
menilai
keberhasilan
pembangunan di suatu bangsa adalah Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). IPM merupakan penilaian terhadap unsur ekonomi (pendapatan riil
perkapita) , unsur pendidikan (angka melek huruf dan lama sekolah), dan
unsur kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir). Berdasarkan data tahun
2009 , IPM Indonesia berada pada peringkat 111 dari 182 negara yang
dinilai, dengan nilai IPM berada di bawah ratarata dunia , sehingga
menempatkan Indonesia pada kelompok medium human development.
Khusus untuk Indonesia , NTB merupakan provinsi dengan nilai IPM paling
rendah .
Untuk meningkatkan IPM perlu dilakukan intervensi yang tepat,
yang mencakup: intervensi pada unsur ekonomi, pendidikan dan
kesehatan. Intervensi pada unsur ekonomi dapat dilakukan melalui
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan serta perluasan lapangan kerja .
Intervensi pada unsur pendidikan dapat dilakukan melalui wajib belajar
sembilan tahun. Namun untuk unsur kesehatan , intervensi harus dijabarkan
melalui indikator perantara dan rumusan program yang nyata .
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) merupakan
indikator komposit yang
menggambarkan kemajuan
pembangunan
kesehatan , dirumuskan dari data kesehatan berbasis komunitas yaitu: 1)
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar); 2) Susenas (Survei Ekonomi
Nasional); dan 3) Survei Podes (Potensi Desa). Adapun tingkat disparitas
nilai IPKM tersebut dapat dilihat peta berikut ini .
DISPARITAS INDEKS PEMBANGLINAN KESEHATAN
MASYARAKAT
T1r'll....t OIsparltlls IPKM
_
rMdah «:)156',162)
5e
Ul
en
t
•
5
セ@
Cl
Berdasarkan data dari SDKI tahun 2007, angka kematian ibu adalah
228, hal ini sudah mengalami penurunan bila dibandingkan dengan data
dari SDKI tahun 1991 dengan angka kematian ibu sebesar 390. Meskipun
demikian, angka tersebut masih dirasakan tinggi, dan bahkan bila
dibandingkan dengan target nasional pada tahun 2014 adalah 118.
Dengan demikian untuk mencapai target nasional sebesar 118
diperlukan upaya yang sangat keras dan komprehensif. Karena apabila
tidak, penurunan angka kematian ibu adalah satusatunya sasaran MDGs
yang dikhawatirkan untuk pencapaiannya.
DIAGRAM PENYAKIT HIV/AIDS, TBC, DAN MALARIA TIAP PROVINSI
DAN ALOKASI PHLN UNTUK TIAP PENYAKIT
....,JA
CASE RAIEMAlAAlA
CASE RATE IBC
CASlRAT'E AJDS
l1li
"'-"...
.......
•
""-"""
...IIT
......
.... sa
"""N.
"""'"
oi@
セャ
セ ᄋ og
y jイNkャr
X@
==
, - :..
t GB@
':;'TE.'tG
;::;-
セ@
•
:::"
5.00
. M ALARIA
• H IV/ A IDS
. TUBERCULOSIS
Sumber: Unit Utama,
1000
15.00
セoN
o@
25.00
30.00
Sasaran MDGs nomor 6 adalah memerangi penyakit HIV/AIDS ,
TBC dan Malaria (ATM). Dalam diagram tersebut disandingkan antara
ketiga penyakit terse but, kemudian dibandingkan dengan alokasi PHLN
untuk tiap penyakit.
PHLN yang dilokasikan untuk ketiga penyakit tersebut semua
bersumber dari dana hibah Global Fund (GFATM). Penyakit HIV/AIDS
mendapatkan 700,5 milyar rupiah berlangsung pada tahun 20052014 ,
Penyakit TBC mendapatkan 960,1 milyar rupiah berlangsung dari tahun
20062011, dan penyakit Malaria mendapatkan 9,7 milyar rupiah
berlangsung dari tahun 20082011 .
Peta Case Rate A TM
lI.neal1 HQセI@
h