HIbah Luar Negeri Dalam APBN

HIBAH LUAR NEGERI DALAM APBN
PENGERTIAN DAN ASPEK UMUM HIBAH LUAR NEGERI
Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa
yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli
dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. yang diperoleh dari pemberi hibah luar negeri
yang tidak perlu dibayar kembali dan digunakan untuk mendukung program pembangunan
nasional atau mendukung penanggulangan bencana alam dan bantuan kemanusian. Hibah
yang diterima bersifat tunai dapat disetorkan langsung ke rekening Kas Umum Negara atau
rekening lain yang ditentukan Menteri sebagai penerimaan dalam APBN. Hibah dalam bentuk
barang/ jasa dinilai dengan mata uang rupiah pada saat serah/ terima barang untuk dicatat
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sedangkan hibah dalam bentuk surat berharga
dicatat dengan menggunakan mata uang rupiah senilai nilai nominal yang disepakati pada saat
penyerahan. Semua pertanggungjawaban hibah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme
APBN.
Hibah pada dasarnya diikat dalan Perjanjian Hibah. Perjanjian Hibah adalah kesepakatan
tertulis mengenai Hibah antara Pemerintah dan Pemberi Hibah yang dituangkan dalam
dokumen perjanjian pemberian hibah atau dokumen lain yang dipersamakan yang paling sedikit
memuat tentang jumlah, peruntukan, dan ketentuan dan persyaratan. Hibah yang bersumber
dari luar negeri dapat diterushibahkan atau dipinjamkan kepada Pemerintah Daerah
dipinjamkan kepada BUMN, sepanjang diatur dalam Perjanjian Hibah.
Hibah Luar negeri dapat berasal dari:

a. negara asing;
b. lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa;
c. lembaga multilateral;
d. lembaga keuangan asing;
e. lembaga non keuangan asing;
f. lembaga keuangan nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah
Negara Republik Indonesia; dan
g.perorangan.
Penerimaan Hibah menurut jenisnya dibagi dua:
a. Hibah yang direncanakan, dilaksankan melalui mekanisme perencanaan.
b. Hibah Langsung, dilaksanakan tidak melalui mekanisme perencanaan.
Dalam tahun 2015, penerimaan hibah diproyeksikan mencapai sebesar Rp3.256,3 miliar.
Hibah-hibah tersebut akan digunakan untuk membiayai program- program terkait pendidikan,
pengembangan desa dan sistem perkotaan, penyediaan air bersih dan subsidi, baik yang
dikelola oleh K/L maupun diterushibahkan ke daerah sesuai dengan nota kesepakatan (MoU)
yang telah ditandatangani antara Pemerintah sebagai penerima hibah (grantee) dengan
organisasi/negara pemberi hibah (donor).

Trend Hibah dalam Pendapatan Negara


PENGANGGARAN DAN PENCATATAN HIBAH
Kementerian/Lembaga menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Hibah sebagai
bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga untuk dicantumkan dalam
dokumen pelaksanaan anggaran.

PP 71 tahun 2010 mengatur 2 basis akuntansi, yaitu basis akuntansi Kas Menuju Akrual
yang diatur di Lampiran II, serta basis Akrual yang diatur di Lampiran I. Buletin teknis ini akan
menjelaskan pengakuan pendapatan hibah untuk masing-masing basis tersebut.
Pengakuan pendapatan hibah berdasarkan basis kas menuju akrual dilakukan pada
saat pendapatan hibah diterima pada rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pendapatan hibah
berupa kas dicatat sebesar nilai nominal hibah yang diterima.
Pendapatan hibah berdasarkan basis kas menuju akrual disajikan di Laporan Realisasi
Anggaran.
Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri
Keuangan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam
negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam UndangUndang. Entitas Pelaporan untuk pengelolaan Hibah adalah Menteri Keuangan, yang dalam hal
ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) dengan menggunakan
Sistem Akuntansi Hibah.
a) Jurnal standar untuk mencatat pendapatan hibah oleh Entitas Pelaporan
Pengelola Hibah (DJPU) melalui Sistem Akuntansi Hibah dengan jurnal:

DR
CR

Utang kepada KUN
Pendapatan hibah

xxx
xxx

b) Pada saat yang sama Kas Umum Negara juga mencatat pendapatan hibah
tersebut dengan jurnal:
DR
CR

Kas di Kas Umum Negara
Pendapatan hibah

xxx
xxx


Paragraf 42 KK PP 71 tahun 2010 Lampiran I menyatakan bahwa pendapatan
berbasis akrual diakui pada saat timbulnya hak untuk memperoleh pendapatan tersebut
walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas
pelaporan.
Pendapatan hibah berbasis akrual diakui pada saat:


Pendapatan tersebut dapat diidentifikasi secara spesifik;



Besar kemungkinan bahwa sumber daya tersebut dapat ditagih; dan



Jumlahnya dapat diestimasi secara andal

Pendapatan hibah pada akuntansi berbasis akrual disajikan di Laporan Operasional.
Selain disajikan di Laporan Operasional, pendapatan hibah juga tetap harus disajikan
di Laporan Realisasi Anggaran dengan menggunakan basis kas, hal tersebut karena Laporan

Realisasi Anggaran merupakan statutary report.
1) Pencatatan di LRA
a) Pemerintah Pusat  (berdasarkan draf SPAN)
DR

Utang Ke Kas Umum Negara/Due From

xxx

CR

Pendapatan hibah LRA

xxx

b) Pemerintah Daerah
DR
CR

2)


Estimasi Pendapatan yang Direalisasi
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
(Hibah)LRA
Pencatatan di Laporan Operasional

xxx
xxx

Pengakuan pendapatan hibah pada Laporan Operasional diakui pada saat
timbulnya hak atas pendapatan hibah tersebut atau terdapat aliran masuk
sumber daya ekonomi. Berdasarkan pengakuan tersebut, jurnal yang dilakukan
untuk mencatat pendapatan hibah pada Laporan Operasional adalah:
a) Pemerintah Pusat (berdasarkan draf SPAN)
DR
CR

Utang Ke Kas Umum Negara/Due
From
Pendapatan hibah-LO


xxx
xxx

Di samping disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Operasional,
transaksi hibah juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan
sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan
dan belanja hibah yang diterima/dikeluarkan.
Jenis informasi atas transaksi hibah yang dapat dijelaskan pada Catatan atas
Laporan Keuangan, antara lain:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan, dan
pengukuran atas transaksi hibah;
b. Penjelasan pencapaian transaksi hibah terhadap target yang ditetapkan dalam
undang-undang APBN, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target selama tahun pelaporan;
c. Informasi lebih rinci tentang sumber-sumber atau jenis-jenis hibah;
d. Informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
e. Jenis hibah, apakah berupa uang, barang ataupun jasa.
PEMANTAUAN, EVALUASI, PELAPORAN, DAN PENGAWASAN HIBAH

Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, Bupati/Walikota atau direksi BUMN, selaku
pelaksana kegiatan yang dibiayai dari Hibah, masing-masing harus menyampaikan laporan
triwulanan kepada Menteri dan Menteri Perencanaan paling sedikit mengenai:
a. pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
b. kemajuan fisik kegiatan;
c. realisasi penyerapan;

d. permasalahan dalam pelaksanaan; dan
e. rencana tindak lanjut penyelesaian masalah.
Dalam hal Pemberi Pinjaman Luar Negeri atau Pemberi Hibah menetapkan
pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri atau Perjanjian
Hibah dan dalam Perjanjian Pinjaman Luar Negeri atau Perjanjian Hibah tersebut mewajibkan
Pemerintah mengembalikan sebagian atau seluruh Pinjaman Luar Negeri atau Hibah,
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, atau BUMN pelaksana kegiatan harus
menyediakan dana pengembalian dimana ketentuan mengenai penyediaan dan pengembalian
dana diatur dengan Peraturan Menteri.
Pengawasan terhadap pelaksanaan dan penggunaan Pinjaman Luar Negeri atau Hibah
dilakukan oleh Instansi pengawas internal dan eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.