Potensi itik mandalung sebagai penghasil daging ditinjau dari berat karkas dan penilaian organoleptik dagingnya dibandingkan dengan tetuanya
Ternak
silkan
unggas merupakan ternak yang cepat
baik produksi daging maupun telur disamping
unggulannya
mengubah pakan menjadi daging
Usaha ayam ras sudah lebih maju
sien.
mengha-
sangat
efi-
perkembangannya
dibandingkan dengan ternak unggas lainnya, walaupun
sih banyak kendala-kendala yang dihadapi peternak
penya-
kit dan tidak dapat dipelihara secara tradisional.
itu petani peternak di pedesaan yang umumnya
ternak
ayam bukan ras (buras) secara tradisional
dipelihara
pedaging.
baik sebagai penghasil telur maupun
madalam
pemeliharaannya; terutama karena mudah terserang
sebab
ke-
Oleh
beuntuk
sebagai
Usaha meningkatkan performans ayam buras
se-
bagai penghasil daging atau telur telah banyak dilakukan
diantaranya dsngan persilangan ayam betina lokal
dengan
ayam pe jantan unggul .
Kecuali ternak ayam, ternak itik ikut berperan serta dalam penyediaan produksi ternak unggas terutama
bagai penghasil telur.
Indonesia,
akan
se-
Itik, walaupun bukan ternak asli
tetapi cukup beradaptasi
dengan
alam
Indonesia, sehingga sudah dianggap sebagai ternak lokal.
Kemampuan
beradaptasi inilah yang menyebabksn
populasi
itik di Indonesia tinggi yaitu sekitar 26.025 juta
ekor
tahun 1987 dan merupakan rang tertinggi
ASEAN
pada
(Hardjosworo. 1989).
di
Di
Indonesia itik lebih dikenal sebagai
penghasil
telur daripada sebagai penghasil daging walaupun di
berapa daerah terkenal masakan itiknya, seperti di
dikenal
lalu
masakan
dijumpai
se-
(Sukarini, Sutedja
dan
Di Sumatera Barat, walaupun tidak
di-
ares
pada pesta adat
Darmadja. 1975).
Bali
yang hampir
jukut
dan
be-
betutut
pergunakan dalam upacara adat, namun terkenal gulai itik
hijau yang digemari oleh Masyarakat Minang pada
nya dan orang lain yang pernah mencobanya pada
khususumumnya.
Demikian juga di Kalimantan Selatan dikenal masakan itik
panggangnya (Soejai, 1974).
Pemeliharaan itik masih dilakukan secara
nal
yaitu
sendiri.
nyak
dengan melepaskan itik untuk
tradisio-
mencari
makan
Itik merupakan unggas air, oleh sebab itu
ba-
terdapat di daerah dekat sungai, dekat pantai,
daerah
rawa dan di persawahan.
di
Di pulau Jawa terutama
di Jaws Barat itik-itik digembalakan dari satu tempat ke
tempat lain yaitu berpindah-pindah menuju daerah
wahan yang sedang panen.
yang
demikian
Akan tetapi cara
persa-
pemeliharaan
akhir-akhir ini sudah mulai
berkurang.
Hal ini disebabkan karena beberapa daerah ada yang
tutup
untuk
samping
penggembalaan yang datang dari
luar.
itu tenaga penggembala juga sudah mulai
terDi
terasa
berkurang karena mereka lebih tertarik bekerja di proyek
padat karya yang makin banyak dengan semakin berkembangnya pembangunan.
Sifat ternak itik yang tidak pernah mengeram, oleh
peternak dipelihara bersama-sama dengan entog yang
punyai
sifat
mengerami telur dan
memelihara
mem-
anaknya.
Sebagai akibat dari pemeliharaan secara tradisional
terjadi perkawinan silang antar
sering
ini
spesies, yaitu
perkawinan antara itik dengan entog.
Persilangan antara itik dengan entog dikenal dengan
berbagai
atau
nama seperti: itik mandalung, serati, branti,
tongki
di Jawa dan di Bali disebut
Thailand dikenal sebagai
sebut
too f a n
terbesar
ah.
poey c h a i ,
bengkiwa, di
serta di Taiwan
di-
Di Taiwan mule ducks merupakan bagian
dari itik pedaging, produksinya meningkat
se-
tiap tahun, 30 juta ekor dikonsumsi setiap tahun dan sejak tahun 1977 diekspor ke Jepang (Farrell and Stapleton,
1985).
Produksi mule ducks di Taiwan seperti terlihat
pada Tabel 1.
Uule ducks di Taiwan akhir-akhir ini diperoleh
ngan jalan mengawinkan pejantan itik Manila dengan
deitik
betina lokal atau pejantan itik Pekin dengan betina itik
petelur lokal, (Farrell and Stapleton, 1985).
Entog sebagai pejantan dan itik sebagai induk dapat
menghasilkan
itik Mandalung secara massal
(Hutabarat, 1989).
di
pedesaan
Hibrida itik dengan entog pada
pus-
taka umumnya disebut mule duck, dibedakan antara hibrida
dari
bagai
itik jantan dengan entog betina yang
a n a r i n a dan sebaliknya persilangan
dikenal
antara
se-
entog
jantan
dengan
(Sukarini et
disebutnya
lung 11.
itik betina hibridanya
d l . ,
1975).
disebut
cairina
Soejai (1974) untuk
anarina
Mandalung I dan cairina dinamakannya
Manda-
Mandalung memiliki bentuk tubuh seperti
entog
tetapi kepala dan paruh seperti itik dan keistimewaannya
tubuh
besar dan dagingnya tidak berbau arnis
(Robinson.
1977 dan Ermanto, 1986).
Usaha
diversifikasi
di bidang
peternakan
menuju
swasembada pangan dalam ha1 ini protein hewani, kiranya
sangat
tepat dengan jalan lebih
memperkenalkan
jenis-
jenis ternak yang selama ini belum mendapatkan perhatian
dalam pengembangannya.
Persilangan dapat mernperbaiki laju pertumbuhan
meningkatkan ketegaran (Siregar, 1984; Mansjoer,
Heterosis
maksimum
akan didapatkan dengan
silangan yang jauh karak genetiknya seperti
dan
1985).
jalan
per-
persilangan
antar galur dan spesies (Hutt and Cole, 1952).
Hutabarat
(1989) menyatakan bahwa mandalung
dapat
menggunakan pakan berkualitas rendah seperti juga entog.
Berdasarkan hal-ha1 di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi mandalung sebagai pedaging ditinjau dari berat karkas dan
penilaian
organoleptik dagingnya dibandingkan dengan tetuanya.
TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan Itik di Indonesia
se-
Penyebaran ternak itik di Indonesia tidak sama
perti ternak ayam.
maka
Mengingat itik merupakan unggas air,
sudah sewajarnya kalau itik banyak
dipelihara
di
daerah pedesaan yang dekat dengan sungai, rawa atau
de-
kat pantai karena pemeliharaan itik masih dilakukan
se-
cara tradisional (Hutabarat, 1989).
si
telur
Peningkatan produk-
maupun daging itik dengan
cara
pemeliharaan
tradisional sulit akan terwujud (Direktorat Jenderal Peternakan, 1982).
menjadi
Perubahan pemeliharaan dari
intensif akan berpengaruh
itik pada setiap jenjang umur.
itik
terhadap
ekstensif
performans
Pengaruh positif
akan lebih sehat dan lebih efisien dalam
adalah
mengkon-
versikan pakan menjadi pangan (Hardjosworo, 1989).
meliharaan
telur
umumnya
ditujukan
sebagai
pengha~il
sebaliknya di luar negeri yang diharapkan
produksi
itik
itik
daging (Samosir, 1977).
Pe-
Pembudidayaan
ada1a.h
ternak
tanpa campur tangan pemerintah sejak dahulu
berjalan dengan baik yang merupakan kegiatan
telah
masyarakat
terutama di pedesaan dengan memanfaatkan itik-itik lokal
mulai dari pemeliharaan puluhan sampai ribuan ekor
digembalakan
yang
secara berpindah-pindah dari satu desa
ke
desa lain yang sawahnya sedang panen (Hardjosworo, 1989).
Jarak desa-desa penggembalaan ini berpuluh-puluh bahkan
beratus-ratus Km jauhnya dari satu tempat ke tempat lain
(Petheram dan Thahar, 1982).
Di
pulau
Jawa ternak itik
banyak
dipelihara
di
pantai Utara seperti daerah Karawang, Cirebon, Tegal dan
Modjosari, sedangkan di Sumatra Utara di Tanjung
Balai
(Asahan) di sepanjang sungai Musi Sumatra Selatan),
mua
daerah ini terkenal sebagai penghasil
telur
seitik.
Demikian pula pulau Bali dan daerah Alabio di Kalimantan
Selatan selain terkenal sebagai penghasil telur juga sebagai penghasil daging itik (Samosir, 1977).
Horfologi dan Performans Itik
Itik Tegal.
Indian Runner
asal dari jenis itik liar.
nesia
yaitu jenis I n d i a n
beberapa
dan
Anas platyrhynchos,
Keunggulan itik lokal
runner
mulai
dikenal
ekor itik pada tahun 1930 dikirim
(Hardjosworo, 1989).
netapkan
Indo-
setelah
ke
mendapat pengakuan sebagai itik petelur
Inggris
yang
baik
Itik tersebut digunakan untuk
standar baru jenis
Indian Runner
ber-
me:
(Samosir,
1983).
Pada
Jawa,
umumnya
itik Indonesia sering
disebut
karena mula-mula banyak ditemukan di
pulau
itik
Jawa
dan penyebarannya terbanyak di daerah Tegal dan sekitarnya, sehingga sering disebut atau dinamakan itik
Itik
putih
ini kaya akan variasi warna bulu mulai dari
polos
sampai yang berwarna coklat
hitam.
Tegal.
warna
Itik
jantan dan betina dibedakan
dari warna bulu kepala yang
lebih gelap dengan bulu ekor yang melingkar ke atas
dan
suara yang lebih parau (Samosir, 1983).
Itik Tegal
ini
berbadan langsing seperti botol tegak, kepala kecil
mu-
ngil dengan mata bersinar terang yang terletak pada
ba-
gian atas kepala, leher yang langsing dan bulat
dengan leher menjalin, sayap rapat pada badan
disebut
(konkaf),
dan ujungnya tersusun dengan rapi di atas pangkal
ekor,
Itik
Tegal
paruh dominan hitam (Samosir, 1983).
warna
mempunyai rataan berat betina dewasa 1 200 gram dan yang
1.400 gram, produksi relatif tinggi
jantan
mencapai
Menurut
yaitu dapat
212 butir setahun (Chavez dan Lasmini,
Srigandorrn ( 1 9 7 7 ) sehagai
hasil
penelitiannya
selnma 16 minggu persentase produksi telur itik
Tegal dan itik Magelang antara 36.4 - 4 1 . 5
itik
1978).
Alabio,
persen
dan persentase produksi antara ketiga kelompok itik
dak
terdapat perbedaan yang nyata.
Evans
dan
Setioko
( 1 9 8 2 ) meneliti produksi telur itik yang dipelihara
cara
angon
(digembalakan) didaerah
Cianjur.
ti-
se-
Rataan
produksi telurnya adalah 26.9 - 41.3 persen setahun.
Itik Manila = Entog,Muscovy Duck (Cairina moschata).
Entog
atau yang lebih dikenal dengan nama
itik
Manila
berasal dari Amerika Selatan yaitu dari Brasilia (Snyder,
1960).
dan
Kemudia hewan ini menyebar ke Manila
seterusnya
ke Indonesia, oleh
dengan nama itik Manila.
sebab
Fhilipina
itu
dikenal
Itik Manila (Cairina moschata)
di dalam literatur disebut Muscovy duck, yang
berdasar-
kan warna bulu dapat dikelompokkan menjadi tiga variatas
yaitu putih, biru dan campuran (Samosir, 1983).
si
Produk-
daging itik Manila ini lebih tinggi dari itik
nya,
akan tetapi pertumbuhan bulu lebih
lambat
laindiban-
dingkan dengan itik Pekin (Samosir, 1983).
Menurut Snyder (19601, itik Manila masih
sifat
juga
mengerami
dapat
dalam
telur, menjaga anak
terbang jauh dan
keadaan liar.
mengadakan
tinggi
dan
mempunyai
menyapihnya,
seperti
suatu pengamatan cara pengeraman telur
itik Manila digunakan untuk mengerami
Alabio,
daya
pengeraman
(1978)
Kingston, Kosasih dan Ardi
Alabio dengan menggunakan itik Manila sebagai
Bila
sifatnya
menerus selama 4
-
diatur peternak supaya
5 bulan mengeram.
pengeram.
telur
tetas dapat mencapai 75 persen
dapat
itik
itik
dan
entog
cara
terus-
Ermanto (1986) me-
nyatakan bahwa sifat mengeram entog ini relatif
panjang
yang
menjadi
menyebabkan produksi telurnya rendah
dan
hambatan dalam pengembangannya.
Segi
antara
positif yang dapat diharapkan dari entog
lain sifatnya yang tidak manja,
sehingga
dipelihara dengan perhatian dan persyaratan minimum
ini
dapat
di-
samping memiliki daya guna yang tinggi dalam merubah pakan berkualitas rendah menjadi daging (Hutabarat, 1989).
Entog mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit'ganas yang sering menyerang ayam, misalnya tetelo.
Masyarakat pedesaan juga telah terbiasa makan daging entog maupun telurnya (Siswohardjono, 1986).
Petani telah
lama mengenal kemampuan entog mengerami telur itik
mau-
pun telur unggas lainnya dengan baik dan tidak menimbulkan
suara
berisik atau gaduh (Lee
dan
1952;
Haynes,
Kingston, Kosasih dan Ardi. 1978).
Hambatan-hambatan yang dijurnpai dalam mempopulerkan
ternak entog menurut Siswohardjono (1986), antara
banyak
orang berprangsangka bahwa daging
entog
anyir dan kotor karena kotorannya yang berbau,
tersebar kemana-mana.
tar
lain:
berbau
tercecer
Produksi telurnya sedikit, seki-
100 butir setahun dan konversi pakan untuk
menjadi
daging tinggi (Avanzi, 1980).
Itik Mandalung.
Sudah sejak lama masyarakat petani
di pedesaan mengenal itik persilangan antara itik
lokal
dengan entog, karena pemeliharaan yang ekstensif
tradi-
sional
memberi kesernpatan terjadinya perkawinan
persi-
langan
secara alami.
adalah
persilangan
anirina
Hibrida yang umum terjadi
entog betina dengan itik
jantan
dinamakan
dan sebaliknya jantan entog dan betina itik
di-
sebut c a i r i n a jarang terjadi karena kesulitan perkawainan
secara alami mengingat entog jantan
berbadan
dibandingkan dengan tubuh itik betina yang kecil
rini et a l . , 1975).
besar
(Suka-
Di Indonesia nama yang umum untuk hibrida hasil silangan itik dengan entog adalah Mandalung, di
Australia
disebut mule duck dan di Malaysia dikenal sebagai
atau itiek
Khachokan
(Sukarini et
a I . .
1975).
huang
Masyara-
kat petani di pedesaan umumnya mengetahui hasil silangan
entog dengan itik tidak dapat melanjutkan keturunan, demikian
juga di Australia diketahui bahwa m u l e
steril.
tetapi
Bukan hanya anarina dan cairina
juga
berbeda
banyak hasil silangan antar
turunannya tidak subur.
duck
yang
itu
steril,
spesies
Sebagai suatu
yang
perban-
dingan persilangan antara kuda dan keledai yang hibridanya
disebut
steril
bagral atau hinny
yang
demikian juga yang betina.
jantannya
selalu
Persilangan
antara
domba dan kambing yang dikenal dengan nama dombing, fertilisasi terjadi tetapi embryo tidak tumbuh dengan
purna
sem-
karena ada penyerapan kembali (reabsorbtion) dan
terjadi
juga
keguguran
(Sukarini et
1975).
d l . ,
Demikian
pada persilangan berbagai spesies burung
house s p a r r o w
dengan w i l l o w
karena
reproduksinya mengalami
alat
sparrow,
seperti
silangannya
steril
kerusakan
(Mayr,
1965).
Hasil penelitian Sukarini et
d l . .
(1975) menunjuk-
kan dari 750 butir telur itik Bengkiwa baik yang berasal
dari
perkawinan dengan entog betina atau
jantan
semua
telur infertil pada hari peneropongan kelima dan ketujuh
pengeraman.
Ramirez
et
(1976) menyatakan bahwa
dl.
duck
mule
mempunyai organ reproduksi yang tidak berkembang (infertil).
Evalinda (1989) menyatakan bahwa,
jantan
dengan itik Pekin betina menghasilkan
yang
antara
mandul yang betina mempunyai ovarium
entog
keturunan
dan
oviduct
yang tidak berkembang serta tidak memperlihatkan tingkah
laku kawin.
yang
Ukuran tubuh jantan dan betina hampir sama,
jantan mempunyai testis yang besar tetapi
banyak
berinti
(polinukleatl. Pada penelitian Evalinda
terhadap
I clan mandalung I 1
mandalung
tidak
(1989)
terdapat
spermatozoa (aspermie) melainkan hanya runtuhan-runtuhan
sel
saja.
(1977).
Demikian
hasil
pengamatan
Robinson
persilangan antara itik Manila dan itik
menghasilkan
turunan
dari kedua tetuanya.
Hutabarat
yang
juga
yang mandul, tumbuh
Alabio
lebih
cepat
Hal yang sama juga dilaporkan oleh
(19821, bahwa mule duck
menghasilkan
daging
bebas dari bau, dapat menggunakan pakan yang
kualitas
rendah, kemampuan mengembara yang
baik
berserta
mempunyai kualitas karkas yang baik.
Pengembangan
silangan itik Manila telah
itik
Pekin sebagai itik pedaging di
dari
catatan konsumsi daging itik tahun
30 000 sampai 35 000 ton
dari
menggeser
Perancis
1970
20 persen diantaranya
terbukti
sebanyak
berasal
itik Manila dan silangannya, sedangkan pada
tahun
1981 konsumsi daging itik menjadi 52 ribu ton, 80 persen
berasal dari itik Manila dan silangannya.
Produksi mule
duckr
di Taiwan meningkat terus
pai tahun 1984 tercatat 3 2 juta yang dikonsumsi
sam-
seperti
terlihat pada Tabel 1
Tabel 1 .
Produksi Itik di Taiwan
Dipotong (3kor)
x (10)
....................
Tahun
Petelur
mule d u c k s
Jumlah yang ada di Farm
pada Akhir Tahun x (10)
........................
Petelur
mule d u c k
Sumber: Farrell and Stapleton (1985)
Pakan Itik
Pakan untuk itik pada prinsipnya sama dengan
pakan
untuk ayam, perbedaannya hanya terletak pada kadar
tein
dalam ransum lebih tinggi dibutuhkan itik
1978).
kan
Anak
Periode pertama pertumbuhan anak itik
protein lebih rendah daripada ayam
itik tumbuh lebih cepat dan
pro-
(Wahju,
membutuh-
(Wahju.
mengkonsumsi
1978).
makanan
lebih sedikit bila diberi ransum dengan kadar protein 19
persen daripada yang diberi ransum yang herkadar protein
12
persen, akan tetapi tingkat protein 18 persen
dalam
ransum
untuk
anak itik umur 10 minggu
yang optimum (Wahju, 1978).
kan
adalah
Wahju (1978). juga menyata-
bahwa tingkat protein 17 persen dalam
pada periode pertumbuhan (sampai 8
itik
tingkat
ransum
anak
minggu)
baik daripada tingkat protein 10 dan 20 persen.
lebih
Sedang-
kan ayam-ayarn dalam rnasa pertumbuhan diberi ransum
yang
berkadar protein 16, 18 dan 20 persen tidak mempengaruhi
pertumbuhannya.
sworo
Shen (1985) yang dikutip oleh
(1989), mengisyaratkan bahwa protein
Hardjo-
dan
energi
dalam pakan sangat penting diperhatikan mengingat
zat
tersebut menempati porsi terbesar
pakan
itik.
dalam
Pengamatan yang dilakukan
kedua
komposisi
terhadap
itik
Bali telah dibuktikan oleh Matram (1984), bahwa ada
bungan
pakan
antara
kandungan energi pakan
yang rnengandung energi
dengan
hu-
konsurnsi
2 740
berbeda-beda yaitu
kcal/kg; 3 080 kcal/kg dan 3 420 kcal/kg; tetapi protein
persen menyebabkan perbedaan
sama
16
pada
itik
konsumsi
muda maupun periode bertelur,
ransum
kalau
energi
sama tetapi protein berbeda; konsurnsi tidak berbeda.
Reddy et a l . (1980) rnenyatakan bahwa dalam
pemeli-
haraan itik Khaki Campbell umur antara 0 - 4 minggu
dan
4 - 8 minggu berturut-turut diperlukan kandungan protein
dalam
pakan sebanyak 23 persen dan 20 persen
dan
dungan energi metabolis antara 2 800 sampai 3 000
kg. Persyaratan gizi untuk itik pedaging dapat
pada Tabel 2.
kankcal/
dilihat
Tabel 2.
Persyaratan Gizi untuk Itik Pekin pada
Masa Pertumbuhan
Persen dari
pakan
Komponen
Energi Metabolisme (kcal/kg
Persen dari
protein pakan
2 900
Protein ( % I
16
Arginin
1.00
6.25
Lisin
0.90
5.63
Metionin dan Sistin
0.60
3.75
Sumber: NRC. 1984
Kecuali
patokan zat-zat yang tersebut
pada
Tabel
2, perlu di~erhatikankebutuhan riboflavin dan asam pan-
totenat
dalam ransum anak itik
untuk mendapatkan
per-
tumbuhan yang optimum.
Pertumbuhan
Pertumbuhan sukar didefinisikan secara tepat karena
mencakup
aspek
yang sangat
luas.
Menurut
Widdowson
(1980), sulit untuk rnendefinisikan pertumbuhan itu kalau
ditinjau dari segi pertambahan massa dan ukuran,
karena
dapat digunakan untuk sistem non biologik maupun
sistem
biologik.
Pada hewan ternak pertumbuhan mencakup
pern-
bentukan jaringan-jaringan baru yang meliputi peruh,ahanperubahan berat, bentuk dan tuhuh hewan tersebut.
nyataan
Schloss
yang
dik11t.i~oleh
Pomeroy
Per-
(19551,
pertumh~lhnn adalah peningkatan massa tubuh
dalam
satu
interval waktu tertentu sesuai dengan karakteristik dari
spesiesnya.
Maynard
dan Loosli (1956) sependapat bahwa
dalam pertumbuhan sangat menentukan
genetik
faktor
dan
perlu
dipisahkan antara pertumbuhan sesungguhnya (murni), yaitu
peningkatan tenunan-tenunan sruktural
daging
seperti
penirnbunan
dan tulang dengan pertumbuhan akibat
lemak tubuh.
urat
Sebelurnnya Pomeroy (1955) menyatakan tidak
ada alasan logis untuk tidak memasukkan pembentukan
le-
mak sebagai bagian dari proses pertumbuhan.
se-
Sampai
karang ini para peneliti dibidang peternakan menggunakan
pertumbuhan yang dikemukakan Brody (1945) me-
definisi
nyatakan bahwa perturnbuhan itu adalah sintesa
produksi
unit-unit biokimia baru.
Selama hewan
disamping berat badan yang bertambah terjadi
perubahan
masing-masing
biologik,
organ tubuh
dan
turnbuh
perubahan-
jaringannya.
Fenomena Constant differential g r o w t h ratio yang pertama
kali dikemukakan oleh Huxley pada tahun 1924 yang
rangkan
bahwa pertumbuhan bagian-bagian
tubuh
mene-
relatif
konstan terhadap berat tubuhnya.
Laju pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor di-
antaranya
jenis
faktor genetik dari spesies maupun
kelamin, jumlah dan mutu pakan serta
Pertumbuhan
bungan
konpensasi coapensatary growth
genetik
dengan
lingkungan
dimana
individu.
lingkungan.
adalah
hu-
pertumbuhan
dapat dipacu dengan memberikan makanan yang baik sehingga mutu genetiknya dapat ditampilkan semaksimum
(Cherry and Siegel. 1978).
Azas pertumbuhan
kompensasi
ini dipergunakan oleh peternak untuk mengatur
makanan
pemberian
seekonomis mungkin guna mendapatkan hasil
simal
(Sastradipradja, 1987).
Laju
(Scott et a l . , 1959).
mak-
pertumbuhan
dapat diperbaiki dengan jalan memperbaiki mutu
nya
mungkin
Selanjntnya
hewan
genetik-
Scott
et
ai.
(1959) juga menyatakan bahwa peningkatan berat badan sangat penting dalam usaha peningkatan produksi daging dengan
kata lain berat badan merupakan kriteria
produksi
daging yang dihasilkan.
Hardjosworo, Sugandi dan Samosir (1980) mengemukakan
bahwa anak itik tumbuh cepat sampai umur
setelah itu laju pertumbuhannya menurun.
mengemukakan
60
Hetzel
hari,
(1983)
hasil penelitiannya pada persilangan
Muscovy mernpunyai rataan berat
Pekin
dan
1 630
gram pada
umur delapan
minggu.
badan
itik
hidup
Sastradipradja
(1987) menyatakan bahwa itik Alabio mencapai titik
in-
feksi sebelum umur delapan minggu dan kemudian telah menunjukkan
Rakhman
pertumbuhan akhir (late
Pengamatan
growth).
(1985) rnemperlihatkan bahwa
pertumbuhan
itik
maksimum terdapat pada umur empat minggu dan sesudah itu
menurun baik pada yang jantan maupun betina.
Pada
hasil
tahun yang sama Azis (1985) juga
yang serupa yaitu pertumbuhan anak
mendapatkan
itik
menurun
setelah
umur empat minggu dan itik jantan
dari itik betina.
hasil
pertambahan
gram
lebih berat
Penelitian Ermanto ( 1 9 8 6 ) menunjukkan
berat badan maksimum anak
itik
dicapai pada umur lima minggu dengan rataan
badan
7 8 7 . 6 7 gram, entog pada umur empat minggu
berat
dengan
pertambahan berat maksimum 3 1 1 . 3 3 gram dan rataan
badan 8 6 9 . 1 7 gram, sedangkan pertambahan berat
220
berat
maksimum
itik mandalung 2 8 8 . 6 7 gramdengan rataan berat badan 825
gram
yang juga terjadi pada minggu keempat
yang
dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 .
Rataan Berat Badan dan Pertambahan Berat
Badan Itik. Entog dan Mandalung
Berat Badan
Pertambahan Berat Badan
Umur
(minggu)---------------------- .......................
Itik Mandalung Entog
Itik Mandalung Entog
. . . . . . gram . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
42.33
140.50
41.65
71.40
98.17
314.17
89.02
162.83
173.67
557.83
185.66
266.83
243.67
869.17
214.67
288.67
311.33
1116.00
220.00
264.50
246.84
1421.17
119.50
223.33
305.17
1663.17
159.83
253.00
242.00
1809.33
88.17
206.00
146.17
Sumber: Ermanto ( 1 9 8 6 )
Siswohardjono ( 1 9 8 6 ) mengemukakan hasil pengamatannya pada pertumbuhan anak itik, entog dan hasil
silang-
annya yang menunjukkan bahwa anak itik Tegal jantan mencapai
pertambahan berat badan maksimum
titik
infleksi yaitu 2 5 0 . 7 1 gram pada umur tiga
berat badan 4 5 2 . 8 1 gram, sedangkan
dengan
berat
yang
maksimum
pertambahan
dicapai pada umur empat
berat
merupakan
minggu
yang
betina
minggu
dengan
2 5 9 . 5 9 gram dan rataan
berat
badan
Mandalung I maupun mandalung I 1 yang
662.53
g.
maupun
betina
juga sama mencapai berat
jantan
maksimum
pada
umur empat minggu dengan berat maksimum mandalung I jantan 3 1 5 . 3 8 , betina 2 3 5 . 0 4 .
260.68
betina
Mandalung I 1 jantan
gram dengan berat rataan
masing 8 2 3 . 4 2 , 6 3 8 . 0 9 ,
814.34,
319.03,
badan
masing-
6 8 6 . 4 1 g.
Ternyata entog mencapai pertambahan berat
maksimum
pada minggu yang kelima dengan pertambahan berat
maksi-
mum 3 9 8 . 4 3 g dengan berat badan 1 305.22 pada jantan dan
yang betina pertambahan berat maksimum 2 8 1 . 2 9 dengan rar
taan berat badan 1 0 5 6 . 4 3 gram (Tabel 4 ) dan pertambahan
berat badan pada Tabel 5.
Lain lagi dengan hasil
Widjajanti ( 1 9 8 9 3 , dimana titik
litian
infleksi
peneentog
jantan terjadi pada minggu kelima dengan berat badan 7 9 2
gram,
demikian juga betina pertambahan
dicapai
berat
maksimum
pada minggu kelima dengan berat 5 9 1 gram,
itik
jantan pada minggu kedelapan dan itik betina pada minggu
ketujuh dengan berat masing-masing 5 3 4 . 7 dan 1 9 2 . 1
gram
Tabel 4 .
Rataan Berat Badan Itik Entog dan
Silangannya (gram)
Handalunq I
Itik
10
tlandalung I I
Entoq
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
Jantan
Betina
Jantan
8etina
Jantan
Retina
Jantan
Retina
1384.56
llb1.00
2008.18
1162.02
1724.50
1743.82
2511.67
i772.65
.-+----------------.----.-------------------.--------------------------------------------------
Sumber: Siswohardjono (1986)
dan
mandalung
jantan pada minggu keenam,
betina
pada
minggu kelima berat jantan 835.67 dan berat betina 422.8
gram.
Berdasarkan
waktu perkembangan diferensial
organ-
organ ayam setelah menetas, Hafez (1955) mengelompokkan
ke dalam tiga kelompok yaitu: a ) Organ-organ yang termasuk masak dini adafah alat-alat vital dan esensial selama
kehidupan embriunal seperti: kepala, hati,
saluran
pencernaan
dan gizzard, b)
jantung,
Organ-organ
masak
Tabel 5.
Rataan Pertambahan Berat Badan Itik,
Entog dan Silangannya (gram)
--------------
Handalung I
--------------
--------------
--------------
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Eetina
Jantan
Betina
21.55
-21.38
187.84
46.66
53.27
159.41
82.61
121.38
Itik
10
En t op
Mandalung I1
.......................................................................
Sumber: Siswohardjono (1986)
sedang
yang
yaitu: kaki, paru-paru, sayap, ginjal
merupakan
organ penunjang, c )
dan
Organ-organ
bulu
masak
lambat adalah: ovarium, oviduct, empedu karkas dan lemak
tubuh.
Organ-organ ini perlu untuk produksi dan
repro-
duksi .
Sastradipradja (1987). menyatakan bahwa organ-organ
tubuh yang mengalami pertumbuhan lambat dapat
lasi
oleh peternak untuk mendapatkan
mungkin,
hasil
atau dengan kata lain karena
dimanipusemaksimal
karkas
termasuk
organ masak lambat, maka peternak dapat mengatur
gingannya
supaya
didapatkan porsi
daging
yang
perdalebih
Perbandingan
berat
badan antara itik,
entog
mandalung pada penelitian Syamsuardi (1989) dapat
dan
dili-
hat pada Tabel 6, sedangkan pertambahan berat badan tercantum pada Tabel 7.
Tabel 6 .
Unur
Rataan Berat Badan Itik, Entog dan
Mandalung I1 (gram)
Entog
--------------Jantan
Retina
Vandalunq I 1
ItiL:
---------------
--------------
Jantan
Jantan
Retina
Retina
-----------.--------.---------------------
Sumber: Syamsuardi (1989)
Tabel 7.
Pertambahan Berat Badan Entog Mandalung
dan Itik (gram)
Entog
Umur
itik
---------------
--------------
Jantan
Jantan
Betina
Jantan
Fetina
40.00
23-15
18.43
41.90
0 - 1
n a n d a i ung
--------------Betina
3 12
.
(1
0
45. li!
Sumber: Syamsuardi (1989)
Rataan berat badan entog, itik dan silangannya baik
pada jantan maupun betina meningkat dengan
umur,
rataan
akan tetapi masing-masing
berat yang berbeda.
ternak
Dari tabel
bertambahnya
memperlihatkan
tersebut
dapat
dilihat rataan berat badan mandalung 11 pada minggu
ke-
dua, tiga dan empat lebih tinggi dari entog, setelah itu
seterusnya lebih rendah, namun selalu lebih tinggi
itik jaritan maupun itik betina (Syamsuardi, 1989).
dari
Pola pertumbuhan yang terlihat pada Tabel 7 , menbnjukkan adanya efek heterosis positif sehingga berat
ba-
dannya lebih tinggi dari m i r e d p a r e n t , bahkan pada minggu kedua, tiga dan empat lebih tinggi dari entog.
Per-
tambahan berat badan itik, entog dan mandalung I 1
hasil
pengamatan dari Syamsuardi dapat dilihat pada Tabel 7.
infleksi pada itik mandalung If
Titik
jantan
dan
betina dicapai pada umur empat minggu dengan pertambahan
berat
jantan
badan
jantan 240.10 dan betina 2 2 6 . 9 0
umur enam minggu dan betina lima
g , entog
minggu
dengan
pertambahan berat badan masing-masing 3 7 2 . 0 0 , 2 3 6 . 5 0
g,
dan itik lebih lambat.
Karkas
Berat
berbagai bagian tubuh dari ayam, kalkun
dan
itik dapat dilihat pada Tabel 8.
Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase karkas
terhadap berat tubuh kosong pada ayam jantan 7 7
persen,
betina 7 5 , pada kalkun jantan 8 4 , kalkun betina 82
per-
sen dan pada itik jantan 7 6 . betinanya 7 6 . 6 persen. Ayam
maupun
kalkun jantan persentase karkasnya lebih tinggi
daripada yang betina.
Karkas dalam bentuk potongan-potongan yang
merupa-
kan produksi akhir setelah melalui proses tertentu merupakan
tujuan akhir bagi pengusaha di bidang
peternakan
Tabel 8.
Pagianbagian
dari
t?ibuh
Berat Berbagai Bagian Tubuh dari Itik,
Kalkun, dan Ayam
J e n ~ st e r n a k
......................................................
Cai k u n
Avam
Jantan
---------------E e t i ~ a Jantan
Betina
----------------
Itil:
----------------Beti na
Lantan
.----.---.----.--
-----------------
(urn~; 6 . 5 m i ~ g g u !
!umur
l u s u r 15 n i n g g u !
7.6 ninggu!
.4
Jantung
0.02
0.02
0.05
0.05
0.04
0
Empedal
0.07
0.07
0.17
0.15
0.10
0.10
2.3
9.5
6.4
4.1
3.9
Total ready
t o cook
2.9
Keteranaan: B.t.k.
:
(:I
Berat tubuh kosong
Sumber: Snyder and Orr (1964)
penghasil
daging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
nyaknya produksi karkas nyata menentukan untung
suatu
perusahaan
(Merkley et a l . ,
1980).
ba-
ruginya
Persentase
karkas dan produksi daging itik'berbeda-bedadipengaruhi
oleh umur. jenis kelamin dan kelasnya (Orr, 1978). Hasil
pengamatan
Leclercq
dan
de
Carville.
(1985)
untuk
membandingkan
Manila
itik Pekin dan itik Manila ternyata
mempunyai persentase karkas, persentase
itik
daging
dada dan lemak abdominal lebih tinggi, akan tetapi lemak
sub kutan lebih rendah pada semua umur.
Kornponen
karkas.
Karkas itik adalah bagian
tubuh
tanpa
bulu, darah dan kaki, kepala, organ tubuh
bagian
dalarn
dan
tubuh.
lemak yang terdapat di dalam
rongga
Persentase karkas yang bernilai tinggi, ratio antara daging dan tulang serta kadar lemak dan penyebarannya
me-
nentukan
dan
nilai seekor hewan
Tauhid, 1987).
an
(Natasasmita, Prianto
Luthfi (1988) mendapatkan hasil percoba-
rnengenai karkas itik Mandalung jantan
dengan
badan 2 055 g menghasilkan karkas 65.76 persen,
kan
yang betina lebih kecil yaitu 63.02
berat potong 1 217 g.
sedang-
persen
pada yang betina, akan tetapi persentase lemak
3.26
yang betina.
dengan
Selanjutnya persentase otot
hadap karkas 60.68 persen untuk jantan dan 54.71
karkas
berat
persen untuk jantan dan 6.60
ter-
persen
terhadap
persen
pada
Persilangan itik Manila jantan dengan
Pe-
kin betina sampai umur sembilan minggu mempunyai persentase karkas 73.2 persen (Luhman, 1983).
Ermanto
(1986)
mengemukakan hasil percobaannya pada itik, entog dan silangannya, bahwa
minggu
itik
persentase karkas pada
umur
pada itik 61.81. pada mandalung 68.87
dan
Tegal 61.11 persen terhadap tubuh kosong.
hardjono
(1986) pada tahun yang sama menemukan
delapan
pada
Siswosedikit
perbedaan. persentasi karkas 69.92 pada yang jantan
pada yang betina. dimana daging dada pada
69.33
dan
jantan
11.03 dan pada betina 11.02. daging paha jantan 9.31 dan
betina 8.64 persen.
persentase
daging
Persentase paha konstan, sedangkan
dada meningkat
dengan
meningkatnya
karkas (Widjajanti, 1989) ha1 ini sesuai dengan pendapat
(1983) hahwa itik Pekin, Muscovy dan
Hetzel
langannya
hasil
dengan itik Tegal betina dan Alabio,
si-
persen-
tase irisan dada meningkat dengan bertambahnya karkas.
Orr
(1978) mengemukakan hasil
pengamatannya
persilangan Cornish x White Rock
ayam
memiliki
pada
breast
y i e l d yang tinggi pada umur 6 sampai 10 minggu, ha1
ada hubungannya dengan jenis strain ayam yang
ini
disilang-
Menurut Moran and Orr (1970), urat daging paha ke-
kan.
naikannya
hanya
Hetzel
empat persen dibandingkan dengan
dua
persen dari umur 76 sampai
(1983)
menunjukkan
menyatakan
bahwa
betis
umur
itik
175
yang
hari.
persilangan
kapasitas produksi daging yang lebih
besar
dibandingkan dengan itik Alabio, selanjutnya persilangan
entog
dengan itik memiliki perbandingan dada
dan
paha
lebih tinggi pada umur 16 minggu disamping proporsi hati
dan empela yang lebih besar, sehingga dapat memberi
ke-
untungan yang lebih besar pula.
Menurut Hetzel (1983), umumnya kandungan lemak ternak percobaan betina dari masing-masing jenis ternak lebih tinggi daripada yang jantan.
Pada ayam broiler muda
terdapat korelasi positif antara kecepatan tumbuh dengan
penimbunan lemak (Hans yang dikutip oleh
1986).
Siswohard,iono,
Pada penelitian Handayani (1987). rataan
1-mak
itik Manila betina lebih bcsar, kecuali pada irisan
le-
her dan sayap i3ntan lphih besar, seterusnya berat lemak
terbesar samp-ai yang paling rendah untuk betina
pinggul,
sayap,
adalah.
dada, punggung, paha, leher, pangkal paha
sedangkan
pada jantan
adalah
pinggul,
dan
leher,
paha, sayap, dada, punggung dan pangkal paha.
Lemak mempunyai arti penting dalam produksi
ternak, karena kadar lemak dan penyebarannya
daging
menentukan
mutu karkas, lemak merupakan komponen yang masak
dan esensial dalam daging hewan.
Kadar lemak
lambat
cenderung
meningkat selama ternak tumbuh dan akan meningkat dengan
bertambahnya jumlah makanan yang diberikan pada itik Pekin (Hafez, 1955).
tubuh
merupakan
Luhman (1983) menyatakan bahwa lemak
komponen yang paling
banyak
ragamnya
tergantung pada banyak faktor seperti
faktor
genetik,
lingkungan terutama makanan, bangsa, umur dan jenis
lamin.
Leclercq dan Carville (1985) menyatakan
lemak itik Manila lebih tinggi dibandingkan dengan
maupun
kalkun.
Menurut Siregar. Cumming
dan
ke-
kadar
ayam
Farrell
(1982) sebagai penghambat pengembangan itik pedaging
Australia diantaranya karena memiliki lemak karkas
tinggi,
oleh sebab itu tidak disukai
pengamatan
Siswohardjono
konsumen.
(1986) memperlihatkan
di
yang
Hasil
bahwa
kandungan
baik
lemak
karkas mandalung
mengalami
pada yang jantan maupun betina sesuai dengan
tambahnya
ber-
umur, sedangkan persentase lemak karkas
itik Manila juga itik Alabio sebagai tetuanya
kan
penurunan
menunjuk-
kenaikan kadar lemak yang semakin meningkat
bertambahnya
umur.
Selanjutnya
menurut
pada
dengan
Siswohardjono
( 1 9 8 6 1 , ha1 ini menyimpang dari umurnnya hasil
percobaan
para peneliti terdahulu yang menyatakan bahwa kadar
le-
mak karkas akan meningkat dengan bertambahnya umur,
ke-
mungkinan penyimpangan ini disebabkan itik mandalung ini
aktivitasnya sangat tinggi dibandingkan dengan tetuanya.
Mungkin
pada hewan-hewan yang aktif,
sejumlah
makanan
yang dikonsumsi digunakan untuk menutupi kebutuhan energinya, baik sumber energi tersebut berbentuk lemak, karbohidrat atau protein.
Apabila kalori yang masuk
tidak
maka
mencukupi untuk pertumbuhan dan untuk maintenance,
tubuh tidak akan menumpuk lemak tubuh (Edwards. 1981).
Hetzel
(1983) dalam percobaannya menyatakan
bahwa
penimbunan lemak yang cukup besar terjadi pada itik persilangan antara itik Pekin dengan itik Alabio atau
itik
Tegal saat umur 6 - 10 minggu.
pada
persilangan
berlemak
Sebaliknya terjadi
entog dengan itik, silangan menjadi
kurang
( l e a n e r ) dengan semakin bertambahnya umur
pada akhirnya kandungan lemak hanya kira-kira
setengah-
nya daripada persilangan dengan itik Pekin saat umur
minggu.
dan
16
Tingginya
kandungan kadar lemak dalam karkas
itik
disebabkan oleh tingginya v o l u n t a r y e n e r g y intake dibandingkan
dengan
jenis unggas lainnya
(Farrell, 1978).
Selanjutnya ditambahkan oleh Siswohardjono ( 1 9 8 6 )
bahwa
tingginya kadar lemak karkas itik disebabkan oleh
tidak
seimbangnya kadar protein dan energi pakan yang
diberi-
kan .
Dari penelitian Siswohardjono (1986) diperoleh gambaran
bahwa itik jantan maupun betina semua jenis
percobaan
itik
persentase protein meningkat terus
bersamaan
dengan meningkatnya umur, seperti halnya juga
percobaan
yang dilakukan Hetzel (1983).
Walaupun demikian
besar-
nya peningkatan protein tidaklah sama untuk semua
ternak, kandungan protein mandalung betina lebih
jenis
tinggi
daripada protein yang dikandung itik Alabio jantan.
Sebagai
yang
bahan bandingan komposisi zat-zat makanan
terdapat pada karkas ayam, kalkun dan
itik
dapat
dilihat pada Tabel 9.
Daging atau otot menurut Hartono (1968).
mempunyai
serabut yang merupakan bagian terkecil dari otot;
but otot tidak dinamakan sel karena besar dan
banyak
inti.
Diameter
mikron dan panjangnya 1
mempunyai
-
150
5 cm bahkan dapat mencapai
12
serabut otot
-
sera-
tersebut 10
cm.
Bentuk dan ukuran serabut otot bervariasi
tung
pada
jenis hewan, makanan, umur,
dan
tergan-
aktivitas.
Tabel 9.
Komposisi Zat-zat Makanan pada Karkas
Ayam, Kalkun dan Itik (di dalam 1 0 0 g
edible portion )
Bangsa
..................................
Zat makanan
Ayam
Kalkun
Itik
........................................................
Air (g)
Energi (kalori)
Protein (g)
71.2
58.3
54.3
151.0
268.0
322.0
20.2
20.0
16.1
20.2
28.6
Lemak ( g )
7.2
Thiamin (mg)
0.08
0.09
0.12
Riboflavin (mg)
0.16
0.14
0.40
10.20
8.00
7.9C
0.0
6.00
Niasin (mg)
Asam ascorbic (mg)
0.0
-------p-------p------------p---.--
Sumber: Mountney (1976)
Serabut
otot ayam lebih pendek dan
lebih 64 mikron.
diameternya
Pada sarkolema atau dinding sel
kurang
sebe-
lah luar terdapat bagian serabut kollagen dan di sebelah
dalam kumpulan retikulum.
langsung
dalam
Sebagian besar inti
terdapat
di bawah sarkolema tetapi ada juga yang
masuk
sarkolema di
antara
lebih
miofibril-miofibril.
Sarkolema mengandung massa yang homogen yang berhubungan
langsung dengan substansi sel lainnya.
pat
Bagian yang
berkontraksi (elastis) dari serabut
daging
da-
adalah
myofibril dan myofilamen (Dickerson, 1959).
Ayam dan kalkun mengandung otot putih yang terdapat
pada dada dan otot merah pada paha.
dung
Otot merah
myoglobin dan senyawa zat besi yang
mengan-
lebih
banyak
dibanding otot putih (Schultz e t d l . , 1967).
Tenunan pengikat daging ayam mengandung air 71 per-
20 persen protein, 7 persen lemak, 1.1 persen
sen,
abu
dan mineral 0.22 persen (Lawrie, 1966).
hidangan
daging
ayam digunakan sebagai sumber protein dalam diet
dengan
Mountney
(1976) menyatakan bahwa
maksud untuk mengurangi jumlah kalori yang diterima
da-
1 am tubuh .
Daging
yang
ayam
dapat dipakai sebagai
bahan
makanan
baik untuk mengawasi pertambahan berat badan
bagi
orang
yang diet, masa penyembuhan dari sakit dan
untuk
orang
tua-tua mengingat kalori yang dihasilkannya
ren-
dah.
Daging ayam merupakan sumber protein hewani
yang
baik karena mengandung asam amino asensial yang
dan
dalam perbandingan jumlah yang lebih tinggi
lengkap
diban-
dingkan dengan daging sapi atau daging babi seperti terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10.
Asam amino
Asam Amino Esensial dari Beberapa Bahan
Pangan dan Kebutuhan Minimum Manusia
Daging
ay am
Daging
sapi
Telur
Susu
Kebutuhan
manusia
------------Wanita
Pria
Cystin
Metionin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Phenilalanin
Thirosin
Threonin
Tryptophan
Valin .
-Sumber: Sushanti (1988)
Cita Rasa Daging Unggas
Mountney (1976) menyatakan bahwa yang dimaksud
ngan
flaver
texture
de-
adalah kombinasi dari cita rasa lidah, aroma
dan kepuasan menikmatinya.
Sukarto (1985) me-
ngemukakan pendapatnya mengenai cita rasa yaitu campuran
dari
tanggapan, cicip, bau dan trigeminal
yang
diramu
oleh kesan-kesan lain seperti penglihatan, sentuhan, dan
pendengaran.
Jadi kalau kita menikmati atau
merasakan
makanan, sebenarnya kenikmatan tersebut diwujudkan
ber-
sama-sama oleh kelima indera. Peramuan rasa itu
ialah
suatu sugesti kejiwaan terhadap makanan yang menentukan
nilai
pemuasan orang yang memakannya.
gapan
cicip, bau dan perasaan ada pula yang
tang-
Disamping
memasukkan
ter-
unsur pendengaran terutama terlihat dari penilaian
hadap kerenyahan makanan tertentu seperti kerupuk. Gigipun mempunyai peranan dalam penginderaan, terutama dalam
penilaian makanan, tanggapan yang dihasilkan dari
sangan pada ujung saraf di daerah membran
gigi
rangselama
mengunyah dan menggigit makanan akan menentukan kesan di
dalam penilaian makanan dengan mengunyah (Sukarto, 1985)
Aroma
atau bail sedap merupakan sensasi yang
dapat
dicium
oleh hidung
daging
keras, empuk, lengket atau tidak, sedangkan
puasan
rasa termasuk rang sangan pengeluaran air
lembut
dan perasaan lain yang berhubungan
rasa
textur'e
(Mountney, 1976).
variasi
menentukan
Selanjutnya
misalnya
apakah
ke-
liur,
dengan
cita
ditambahkannya,
cita rasa pada manusia dipengaruhi
oleh
kelamin, umur, sikap, tingkah laku serta adat
jenis
istiadat
suatu suku bangsa (etnik) dan latar belakang sosial. Hal
ini semua mempengaruhi penilaian kesukaan maupun ketidak
sukaan seseorang terhadap makanan (Mountney, 1976).
Rasa daging ayam sangat khas, berdasarkan pengalaman
lidah
dapat membedakannya daripada
daging
lainnya
(Mountney, 1976).
Bouthilet (1951) rnengemukakan pendapatnya berdasarkan percobaan, bahwa
memasak
tidak
flavor
ayam dibentuk sewaktu proses
oleh karena apabila daging ayam mentah
terdapat
flavor
yang sesungguhnya.
dimakan
Jika daging
ayam mentah dikunyah-kunyah agak lama kemudian dimasukkan ke dalam periuk yang sedang terjerang, rnaka akan keluar bau ayam yang khas.
Untuk membuktikan apakah
flavor
ayam terdapat pada
lemak sebagaimana dugaan semula telah dilakukan percobaan sebagai tertera di bawah ini.
Semua
lemak rongga badan dari seekor ayam
Leghorn
dewasa dipisahkan dari organ lainnya, lemak ini kemudian
dimasak selama 20 menit dengan cara pengukusan, lalu disuling dan hasil sulingannya ditampung, ternyata
yang didapatkan hanya sedikit [lemah).
flavor
Hal ini disebab-
kan sedikitnya jaringan f i t r r o s a yang terdapat dalam
mak
(Bouthilet, 1951).
Bouthilet
ponen
Dari beberapa
percobaannya
(1951) dapat mengambil kesimpulan bahwa
flavor
le-
kom-
tidak terletak pada lemak akan tetapi lebih
dekat hubungannya dengan serabut-serabut daging.
Mountney (1976) melakukan percobaannya dengan
pemerasan
untuk rnemisahkan daging mentah dari
cara
sarinya,
dilakukan pemerasan berulang-ulang sampai air perasannya
tidak lagi menimbulkan
flavor
daging bila dimasak. Ter-
nyata serabut daging yang merupakan ampas dari pemerasan
masih sanggup mengeluarkan
flavor
ayam.
Pembawa
dapat dimasak dan dimasukkan ke dalam air untuk
tuk
kaldu dan kaldu inilah yang mengandung
flavor
membenayam
flavor
yang sebenarnya (Bouthilet, 1951).
Bouthilet (1951) meneruskan pengamatannya
letak sumber
protein
flavor
daging.
flavor
ayam dengan jalan menentukan
apakah
atau substansi yang berhubungan dengan protein
serabut
dalam
mengenai
otot memegang peranan
penting
Semua daging dari seekor
terhadap
ayam
Leghorn
dewasa dihomogenisasi dalam 5 persen trichlor acid (TCA)
Bagian
yang padat disaring lalu direndam kembali dalam
TCA, dilakukan berulang-ulang hingga lima kali pencucian
dengan
ring
dan dikeringkan secara vakum.
telah
lagi
TCA kemudian dengan ethilether seterusnya disaJika jaringan yang
kering ini dididihkan dalam air
flavor
tidak
ditemukan
daging, maka ditarik kesimpulan bahwa
flavor
dapat disarikan dari protein.
Percobaan selanjutnya untuk menentukan apakah
vor
dapat diekstraksikan dari material fibrosa.
fla-
Daging
yang telah dikeringkan sebanyak 50 gram diekstraksi
de-
ngan pelarut metyl alkohol 60 persen, kemudian jaringannya dikeringkan desikator vakum lalu ditest retensi
vor
dengan cara memasak dalam air. Semua bagian
(kandungan
flavor)
dipisahkan secara ekstraksi
fla-
flavor
dengan
larutan
alkohol
dan dari sini diketahui
berasal dari protein.
wa
flavor
Bouthilet menarik kesimpulan bah-
daging ayam diperoleh dari substansi yang
ti-
ada hubungannya dengan lemak, tetapi substansi
itu
flavor
dak
bahwa
rnelekat pada serabut daging yang tidak dapat
dipisahkan
cara diperas, substansi itu larut dan dapat
dengan
ekstraksi
dari daging dengan cara
melarutkannya
di-
dalam
TCA atau 60 persen metyl alkohol; oleh karena itu susunannya adalah merupakan susunan yang mempunyai berat
rno-
lekul rendah (Bouthilet, 1951).
Schultz
dengan
e t a l .
( 1 9 6 7 ) melaporkan
gas chrenatngraphy,
menguap
(velatile)
merupakan
senyawa
bahwa
pengujian
dldapatkan 2 3 senyawa
dalam daging ayam yang dimasak.
yang paling
rendah
titik
Sebagai
H 2 S adalah cystin dan cystein yaitu asam ami-
no yang terdapat dalam protein.
Protein otot paha
dimasak menghasilkan 80 persen H 2 S dari otot paha
ruhnya
H2S
didihnya
(yang segera akan tercium jika daging dimasak).
precursors
mudah
atau dengan kata lain H2S terdapat pada
otot bukan pada non protein.
yang
selu-
protein
Menghilangkan senyawa sul-
fur dari ayam yang dimasak menyebabkan hampir kehilangan
semua
bau
daging.
H a l ini menunjukkan
bahwa
sulfur memegang peranan terhadap cita rasa
aroma ayam (Minor et
H2S
d l . ,
1964).
sendiri dapat sebagai
senyawa
daging
dan
Ditambahkannya, bahwa
precursors
yang bereaksi
ngan karbonil dalam pembentukan substansi
flavor.
de-
Minor
et al. (1964) juga menyatakan bahwa
senyawa
karbonil seperti decadienal dari lemak ayam mungkin
bagai
precursornya adalah asam lemak
se-
linoleat, karena
asam
decadienal
dapat dibentuk dengan pemasakan
linoleat
Inilah sebabnya mengapa decadienal
dalam daging ayam yang dimasak normal.
lemak
terdapat
kar-
Pembuangan
bonil dari senyawa yang mudah menguap pada ayam yang dimasak
menyebabkan hilangnya c b r c k e n y f l a v o r .
menunjukkan
bahwa karbonil bertanggung
Hal
jawab
ini
terhadap
flavor daging ayam yang dimasak.
Schultz et a l . (1967) menyimpulkan bahwa aroma
ka-
rakteristik dari ayam yang dimasak terdiri dari campuran
beberapa
senyawa.
diidentifikasi
Jadi
Kebanyakan dari senyawa
juga terdapat pada aroma
sulit dibuktikan bahwa sulfur dan
yang
telah
makanan
lain.
gugus
karbonil
menyebabkan aroma karakteristik pada ayam.
Wasserman
(1972) mengemukakan
sangat menentukan f I a v ~ rdasins
sapi
(beef),
mempunyai
punyai
berbeda pula.
bagai
spesies
Oieh sebab itu
pork (babi). daging itik, ayam
flavor
flavor
perbedaan
yang berbedr: dan
daging
dan
ikan
masing-masing mem-
karakteriscik dengan susunan kimia
yang
Perbedaan ini juga terdapat diantara ber-
galur (strain) dan juga pada hewan tertentu
dari
golongan galur yang sama.
Fry
pengaruh
et a l . (1958) mengadakan
umur
penelitian
dan jenis kelamin ayam
mengenai
terhadap f l a v o r
dagingnya dan dari hasilnya diketahui bahwa karkas
umur
6
-
ayam
10 minggu tidak memperlihatkan perbedaan
nyata akan tetapi ayam jantan lebih tinggi cita
yang
rasanya
dari betina.
Minor
et
d l .
amatan-pengamatan
bahwa
daging
( 1 9 6 4 ) menarik kesimpulan dari
yang sudah dilakukan dapat
ayam merupakan sumber
baik
daripada
tulang, kulit atau
yang
menyebabkan
flavor
flavor
diketahui
yang
campuran,
yang karakteristik
peng-
lebih
sedangkan
pada
hewan
belum diketahui (belum dapat dibuktikan).
Penanganan Pasca Panen
Penangkapan ayam yang akan dipasarkan sebaiknya dilakukan
pada malam hari, untuk mencegah kegaduhan
yang
dapat menimbulkan cekaman pada ayam (Mountrzey, 1976).
Pemotongan atau penyembelihan ayam yang biasa dilakukan dengan menggunakan metode
kosher
yaitu dengan cara
memotong vena yugularis persis di bawah rahang
saluran
napas
dan oesophagus ikut
terpotong.
sehingga
Kosher
adalah nama alat untuk menyembelih hewan yang dikonsumsi
oleh kaum Yahudi orthodox.
kosher
Penyembelihan dengan
dianggap baik, karena perdarahannya lebih sempur-
na (Newell dan Shaffner, 1950).
cara
metode
Sekarang pemotongan se-
otomatis lebih umum dilakukan.
pemotongan
otomatis
ini ayam
Pada
terlebih
pelaksanaan
dahulu
dibuat
pingsan supaya tidak bergerak dan posisi ayam tergantung.
Menurut
undang-undang Amerika, setiap hewan
yang
akan
dipotong yang terlebih dahulu dibuat pingsan dengan alat,
kimia, listrik, penembakan atau dengan metode lain
ruslah betul-betul sudah pinpsan baru dipotong
bila
pemotnngan
dilakukan menurut
agama
ha-
kecuali
(Newell dan
Shaffner , 1950) .
Penyeduhan (scalding) yaitu perendaman di dalam air
panas dengan maksud memudahkan pencabutan bulu.
Daging
)
karkas yang direndam dalam air panas (160 - 1 8 0 ~ ~sela-
-
60 detik (hard scald) menyebabkan
pembengkakan
ma
30
di
bawah kulit, sehingga karkas menjadi gemuk dan
pen-
cabutan bulu akan lebih mudah dibandingkan bila dicelupkan dalam air dengan temperatur yang lebih rendah.
Se-
bagai akibat panas yang tinggi menyebabkan karkas kurang
berwarna
setelah prosesing dan
kabut es dalam mengepakan.
perlu
ditutup dengan
Hard scalding biasanya digu-
nakan untuk unggas air (Klose dan Pool, 1954). Selanjutnya
ditambahkan bahwa kalkun yang
diseduh
pada
1 4 0 ~ cukup
~
baik bila dimaksudkan untuk disimpan
lemari pendingin.
wa
suhu
dalam
Klose et d l . (1961) menyimpulkan bah-
pencelupan pada suhu 140°F mengurangi
tenaga
pencabutan bulu sebanyak 95 persen dan 30
persen
untuk
bila
pencelupan pada suhu 122OF.
Sesudah pencabutan bulu, diadakan pencucian kemudian
pemotongan cakar dan membuang isi
tion)
Mountney
dan
Parnell
perut
(eviscera-
(1958) menyatakan
bahwa
pemotongan dengan menggunakan pisau akan dapat
memotong
cakar lebih banyak daripada menggunakan mesin, akan
tapi
pemakaian
pisau
terus-menerus berbahaya
tebagi
operator.
Gooderham
(1980) mencoba cara
pengeluaran
itik dengan cara manual dibandingkan dengan
perut
menggunakan
mesin dan dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan cara manual
atau empela yang berukuran
gzrzard
dapat
relatif
dikeluarkan tanpa merusak organ hati, sebaliknya
karena rongga perut itik lebih dalam terdapat
pengeluaran
kesukaran
isi perut (evisceration). Akan tetapi
ngeluaran lapisan tanduk dari
mesin
besar
gizzard
pe-
dengan menggunakan
tidak dapat terbuang sempurna mengingat
tanduk ini agak melekat dengan lapisan otot di
lapisan
bawahnya
sehingga memerlukan pisau untu
silkan
unggas merupakan ternak yang cepat
baik produksi daging maupun telur disamping
unggulannya
mengubah pakan menjadi daging
Usaha ayam ras sudah lebih maju
sien.
mengha-
sangat
efi-
perkembangannya
dibandingkan dengan ternak unggas lainnya, walaupun
sih banyak kendala-kendala yang dihadapi peternak
penya-
kit dan tidak dapat dipelihara secara tradisional.
itu petani peternak di pedesaan yang umumnya
ternak
ayam bukan ras (buras) secara tradisional
dipelihara
pedaging.
baik sebagai penghasil telur maupun
madalam
pemeliharaannya; terutama karena mudah terserang
sebab
ke-
Oleh
beuntuk
sebagai
Usaha meningkatkan performans ayam buras
se-
bagai penghasil daging atau telur telah banyak dilakukan
diantaranya dsngan persilangan ayam betina lokal
dengan
ayam pe jantan unggul .
Kecuali ternak ayam, ternak itik ikut berperan serta dalam penyediaan produksi ternak unggas terutama
bagai penghasil telur.
Indonesia,
akan
se-
Itik, walaupun bukan ternak asli
tetapi cukup beradaptasi
dengan
alam
Indonesia, sehingga sudah dianggap sebagai ternak lokal.
Kemampuan
beradaptasi inilah yang menyebabksn
populasi
itik di Indonesia tinggi yaitu sekitar 26.025 juta
ekor
tahun 1987 dan merupakan rang tertinggi
ASEAN
pada
(Hardjosworo. 1989).
di
Di
Indonesia itik lebih dikenal sebagai
penghasil
telur daripada sebagai penghasil daging walaupun di
berapa daerah terkenal masakan itiknya, seperti di
dikenal
lalu
masakan
dijumpai
se-
(Sukarini, Sutedja
dan
Di Sumatera Barat, walaupun tidak
di-
ares
pada pesta adat
Darmadja. 1975).
Bali
yang hampir
jukut
dan
be-
betutut
pergunakan dalam upacara adat, namun terkenal gulai itik
hijau yang digemari oleh Masyarakat Minang pada
nya dan orang lain yang pernah mencobanya pada
khususumumnya.
Demikian juga di Kalimantan Selatan dikenal masakan itik
panggangnya (Soejai, 1974).
Pemeliharaan itik masih dilakukan secara
nal
yaitu
sendiri.
nyak
dengan melepaskan itik untuk
tradisio-
mencari
makan
Itik merupakan unggas air, oleh sebab itu
ba-
terdapat di daerah dekat sungai, dekat pantai,
daerah
rawa dan di persawahan.
di
Di pulau Jawa terutama
di Jaws Barat itik-itik digembalakan dari satu tempat ke
tempat lain yaitu berpindah-pindah menuju daerah
wahan yang sedang panen.
yang
demikian
Akan tetapi cara
persa-
pemeliharaan
akhir-akhir ini sudah mulai
berkurang.
Hal ini disebabkan karena beberapa daerah ada yang
tutup
untuk
samping
penggembalaan yang datang dari
luar.
itu tenaga penggembala juga sudah mulai
terDi
terasa
berkurang karena mereka lebih tertarik bekerja di proyek
padat karya yang makin banyak dengan semakin berkembangnya pembangunan.
Sifat ternak itik yang tidak pernah mengeram, oleh
peternak dipelihara bersama-sama dengan entog yang
punyai
sifat
mengerami telur dan
memelihara
mem-
anaknya.
Sebagai akibat dari pemeliharaan secara tradisional
terjadi perkawinan silang antar
sering
ini
spesies, yaitu
perkawinan antara itik dengan entog.
Persilangan antara itik dengan entog dikenal dengan
berbagai
atau
nama seperti: itik mandalung, serati, branti,
tongki
di Jawa dan di Bali disebut
Thailand dikenal sebagai
sebut
too f a n
terbesar
ah.
poey c h a i ,
bengkiwa, di
serta di Taiwan
di-
Di Taiwan mule ducks merupakan bagian
dari itik pedaging, produksinya meningkat
se-
tiap tahun, 30 juta ekor dikonsumsi setiap tahun dan sejak tahun 1977 diekspor ke Jepang (Farrell and Stapleton,
1985).
Produksi mule ducks di Taiwan seperti terlihat
pada Tabel 1.
Uule ducks di Taiwan akhir-akhir ini diperoleh
ngan jalan mengawinkan pejantan itik Manila dengan
deitik
betina lokal atau pejantan itik Pekin dengan betina itik
petelur lokal, (Farrell and Stapleton, 1985).
Entog sebagai pejantan dan itik sebagai induk dapat
menghasilkan
itik Mandalung secara massal
(Hutabarat, 1989).
di
pedesaan
Hibrida itik dengan entog pada
pus-
taka umumnya disebut mule duck, dibedakan antara hibrida
dari
bagai
itik jantan dengan entog betina yang
a n a r i n a dan sebaliknya persilangan
dikenal
antara
se-
entog
jantan
dengan
(Sukarini et
disebutnya
lung 11.
itik betina hibridanya
d l . ,
1975).
disebut
cairina
Soejai (1974) untuk
anarina
Mandalung I dan cairina dinamakannya
Manda-
Mandalung memiliki bentuk tubuh seperti
entog
tetapi kepala dan paruh seperti itik dan keistimewaannya
tubuh
besar dan dagingnya tidak berbau arnis
(Robinson.
1977 dan Ermanto, 1986).
Usaha
diversifikasi
di bidang
peternakan
menuju
swasembada pangan dalam ha1 ini protein hewani, kiranya
sangat
tepat dengan jalan lebih
memperkenalkan
jenis-
jenis ternak yang selama ini belum mendapatkan perhatian
dalam pengembangannya.
Persilangan dapat mernperbaiki laju pertumbuhan
meningkatkan ketegaran (Siregar, 1984; Mansjoer,
Heterosis
maksimum
akan didapatkan dengan
silangan yang jauh karak genetiknya seperti
dan
1985).
jalan
per-
persilangan
antar galur dan spesies (Hutt and Cole, 1952).
Hutabarat
(1989) menyatakan bahwa mandalung
dapat
menggunakan pakan berkualitas rendah seperti juga entog.
Berdasarkan hal-ha1 di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi mandalung sebagai pedaging ditinjau dari berat karkas dan
penilaian
organoleptik dagingnya dibandingkan dengan tetuanya.
TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan Itik di Indonesia
se-
Penyebaran ternak itik di Indonesia tidak sama
perti ternak ayam.
maka
Mengingat itik merupakan unggas air,
sudah sewajarnya kalau itik banyak
dipelihara
di
daerah pedesaan yang dekat dengan sungai, rawa atau
de-
kat pantai karena pemeliharaan itik masih dilakukan
se-
cara tradisional (Hutabarat, 1989).
si
telur
Peningkatan produk-
maupun daging itik dengan
cara
pemeliharaan
tradisional sulit akan terwujud (Direktorat Jenderal Peternakan, 1982).
menjadi
Perubahan pemeliharaan dari
intensif akan berpengaruh
itik pada setiap jenjang umur.
itik
terhadap
ekstensif
performans
Pengaruh positif
akan lebih sehat dan lebih efisien dalam
adalah
mengkon-
versikan pakan menjadi pangan (Hardjosworo, 1989).
meliharaan
telur
umumnya
ditujukan
sebagai
pengha~il
sebaliknya di luar negeri yang diharapkan
produksi
itik
itik
daging (Samosir, 1977).
Pe-
Pembudidayaan
ada1a.h
ternak
tanpa campur tangan pemerintah sejak dahulu
berjalan dengan baik yang merupakan kegiatan
telah
masyarakat
terutama di pedesaan dengan memanfaatkan itik-itik lokal
mulai dari pemeliharaan puluhan sampai ribuan ekor
digembalakan
yang
secara berpindah-pindah dari satu desa
ke
desa lain yang sawahnya sedang panen (Hardjosworo, 1989).
Jarak desa-desa penggembalaan ini berpuluh-puluh bahkan
beratus-ratus Km jauhnya dari satu tempat ke tempat lain
(Petheram dan Thahar, 1982).
Di
pulau
Jawa ternak itik
banyak
dipelihara
di
pantai Utara seperti daerah Karawang, Cirebon, Tegal dan
Modjosari, sedangkan di Sumatra Utara di Tanjung
Balai
(Asahan) di sepanjang sungai Musi Sumatra Selatan),
mua
daerah ini terkenal sebagai penghasil
telur
seitik.
Demikian pula pulau Bali dan daerah Alabio di Kalimantan
Selatan selain terkenal sebagai penghasil telur juga sebagai penghasil daging itik (Samosir, 1977).
Horfologi dan Performans Itik
Itik Tegal.
Indian Runner
asal dari jenis itik liar.
nesia
yaitu jenis I n d i a n
beberapa
dan
Anas platyrhynchos,
Keunggulan itik lokal
runner
mulai
dikenal
ekor itik pada tahun 1930 dikirim
(Hardjosworo, 1989).
netapkan
Indo-
setelah
ke
mendapat pengakuan sebagai itik petelur
Inggris
yang
baik
Itik tersebut digunakan untuk
standar baru jenis
Indian Runner
ber-
me:
(Samosir,
1983).
Pada
Jawa,
umumnya
itik Indonesia sering
disebut
karena mula-mula banyak ditemukan di
pulau
itik
Jawa
dan penyebarannya terbanyak di daerah Tegal dan sekitarnya, sehingga sering disebut atau dinamakan itik
Itik
putih
ini kaya akan variasi warna bulu mulai dari
polos
sampai yang berwarna coklat
hitam.
Tegal.
warna
Itik
jantan dan betina dibedakan
dari warna bulu kepala yang
lebih gelap dengan bulu ekor yang melingkar ke atas
dan
suara yang lebih parau (Samosir, 1983).
Itik Tegal
ini
berbadan langsing seperti botol tegak, kepala kecil
mu-
ngil dengan mata bersinar terang yang terletak pada
ba-
gian atas kepala, leher yang langsing dan bulat
dengan leher menjalin, sayap rapat pada badan
disebut
(konkaf),
dan ujungnya tersusun dengan rapi di atas pangkal
ekor,
Itik
Tegal
paruh dominan hitam (Samosir, 1983).
warna
mempunyai rataan berat betina dewasa 1 200 gram dan yang
1.400 gram, produksi relatif tinggi
jantan
mencapai
Menurut
yaitu dapat
212 butir setahun (Chavez dan Lasmini,
Srigandorrn ( 1 9 7 7 ) sehagai
hasil
penelitiannya
selnma 16 minggu persentase produksi telur itik
Tegal dan itik Magelang antara 36.4 - 4 1 . 5
itik
1978).
Alabio,
persen
dan persentase produksi antara ketiga kelompok itik
dak
terdapat perbedaan yang nyata.
Evans
dan
Setioko
( 1 9 8 2 ) meneliti produksi telur itik yang dipelihara
cara
angon
(digembalakan) didaerah
Cianjur.
ti-
se-
Rataan
produksi telurnya adalah 26.9 - 41.3 persen setahun.
Itik Manila = Entog,Muscovy Duck (Cairina moschata).
Entog
atau yang lebih dikenal dengan nama
itik
Manila
berasal dari Amerika Selatan yaitu dari Brasilia (Snyder,
1960).
dan
Kemudia hewan ini menyebar ke Manila
seterusnya
ke Indonesia, oleh
dengan nama itik Manila.
sebab
Fhilipina
itu
dikenal
Itik Manila (Cairina moschata)
di dalam literatur disebut Muscovy duck, yang
berdasar-
kan warna bulu dapat dikelompokkan menjadi tiga variatas
yaitu putih, biru dan campuran (Samosir, 1983).
si
Produk-
daging itik Manila ini lebih tinggi dari itik
nya,
akan tetapi pertumbuhan bulu lebih
lambat
laindiban-
dingkan dengan itik Pekin (Samosir, 1983).
Menurut Snyder (19601, itik Manila masih
sifat
juga
mengerami
dapat
dalam
telur, menjaga anak
terbang jauh dan
keadaan liar.
mengadakan
tinggi
dan
mempunyai
menyapihnya,
seperti
suatu pengamatan cara pengeraman telur
itik Manila digunakan untuk mengerami
Alabio,
daya
pengeraman
(1978)
Kingston, Kosasih dan Ardi
Alabio dengan menggunakan itik Manila sebagai
Bila
sifatnya
menerus selama 4
-
diatur peternak supaya
5 bulan mengeram.
pengeram.
telur
tetas dapat mencapai 75 persen
dapat
itik
itik
dan
entog
cara
terus-
Ermanto (1986) me-
nyatakan bahwa sifat mengeram entog ini relatif
panjang
yang
menjadi
menyebabkan produksi telurnya rendah
dan
hambatan dalam pengembangannya.
Segi
antara
positif yang dapat diharapkan dari entog
lain sifatnya yang tidak manja,
sehingga
dipelihara dengan perhatian dan persyaratan minimum
ini
dapat
di-
samping memiliki daya guna yang tinggi dalam merubah pakan berkualitas rendah menjadi daging (Hutabarat, 1989).
Entog mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit'ganas yang sering menyerang ayam, misalnya tetelo.
Masyarakat pedesaan juga telah terbiasa makan daging entog maupun telurnya (Siswohardjono, 1986).
Petani telah
lama mengenal kemampuan entog mengerami telur itik
mau-
pun telur unggas lainnya dengan baik dan tidak menimbulkan
suara
berisik atau gaduh (Lee
dan
1952;
Haynes,
Kingston, Kosasih dan Ardi. 1978).
Hambatan-hambatan yang dijurnpai dalam mempopulerkan
ternak entog menurut Siswohardjono (1986), antara
banyak
orang berprangsangka bahwa daging
entog
anyir dan kotor karena kotorannya yang berbau,
tersebar kemana-mana.
tar
lain:
berbau
tercecer
Produksi telurnya sedikit, seki-
100 butir setahun dan konversi pakan untuk
menjadi
daging tinggi (Avanzi, 1980).
Itik Mandalung.
Sudah sejak lama masyarakat petani
di pedesaan mengenal itik persilangan antara itik
lokal
dengan entog, karena pemeliharaan yang ekstensif
tradi-
sional
memberi kesernpatan terjadinya perkawinan
persi-
langan
secara alami.
adalah
persilangan
anirina
Hibrida yang umum terjadi
entog betina dengan itik
jantan
dinamakan
dan sebaliknya jantan entog dan betina itik
di-
sebut c a i r i n a jarang terjadi karena kesulitan perkawainan
secara alami mengingat entog jantan
berbadan
dibandingkan dengan tubuh itik betina yang kecil
rini et a l . , 1975).
besar
(Suka-
Di Indonesia nama yang umum untuk hibrida hasil silangan itik dengan entog adalah Mandalung, di
Australia
disebut mule duck dan di Malaysia dikenal sebagai
atau itiek
Khachokan
(Sukarini et
a I . .
1975).
huang
Masyara-
kat petani di pedesaan umumnya mengetahui hasil silangan
entog dengan itik tidak dapat melanjutkan keturunan, demikian
juga di Australia diketahui bahwa m u l e
steril.
tetapi
Bukan hanya anarina dan cairina
juga
berbeda
banyak hasil silangan antar
turunannya tidak subur.
duck
yang
itu
steril,
spesies
Sebagai suatu
yang
perban-
dingan persilangan antara kuda dan keledai yang hibridanya
disebut
steril
bagral atau hinny
yang
demikian juga yang betina.
jantannya
selalu
Persilangan
antara
domba dan kambing yang dikenal dengan nama dombing, fertilisasi terjadi tetapi embryo tidak tumbuh dengan
purna
sem-
karena ada penyerapan kembali (reabsorbtion) dan
terjadi
juga
keguguran
(Sukarini et
1975).
d l . ,
Demikian
pada persilangan berbagai spesies burung
house s p a r r o w
dengan w i l l o w
karena
reproduksinya mengalami
alat
sparrow,
seperti
silangannya
steril
kerusakan
(Mayr,
1965).
Hasil penelitian Sukarini et
d l . .
(1975) menunjuk-
kan dari 750 butir telur itik Bengkiwa baik yang berasal
dari
perkawinan dengan entog betina atau
jantan
semua
telur infertil pada hari peneropongan kelima dan ketujuh
pengeraman.
Ramirez
et
(1976) menyatakan bahwa
dl.
duck
mule
mempunyai organ reproduksi yang tidak berkembang (infertil).
Evalinda (1989) menyatakan bahwa,
jantan
dengan itik Pekin betina menghasilkan
yang
antara
mandul yang betina mempunyai ovarium
entog
keturunan
dan
oviduct
yang tidak berkembang serta tidak memperlihatkan tingkah
laku kawin.
yang
Ukuran tubuh jantan dan betina hampir sama,
jantan mempunyai testis yang besar tetapi
banyak
berinti
(polinukleatl. Pada penelitian Evalinda
terhadap
I clan mandalung I 1
mandalung
tidak
(1989)
terdapat
spermatozoa (aspermie) melainkan hanya runtuhan-runtuhan
sel
saja.
(1977).
Demikian
hasil
pengamatan
Robinson
persilangan antara itik Manila dan itik
menghasilkan
turunan
dari kedua tetuanya.
Hutabarat
yang
juga
yang mandul, tumbuh
Alabio
lebih
cepat
Hal yang sama juga dilaporkan oleh
(19821, bahwa mule duck
menghasilkan
daging
bebas dari bau, dapat menggunakan pakan yang
kualitas
rendah, kemampuan mengembara yang
baik
berserta
mempunyai kualitas karkas yang baik.
Pengembangan
silangan itik Manila telah
itik
Pekin sebagai itik pedaging di
dari
catatan konsumsi daging itik tahun
30 000 sampai 35 000 ton
dari
menggeser
Perancis
1970
20 persen diantaranya
terbukti
sebanyak
berasal
itik Manila dan silangannya, sedangkan pada
tahun
1981 konsumsi daging itik menjadi 52 ribu ton, 80 persen
berasal dari itik Manila dan silangannya.
Produksi mule
duckr
di Taiwan meningkat terus
pai tahun 1984 tercatat 3 2 juta yang dikonsumsi
sam-
seperti
terlihat pada Tabel 1
Tabel 1 .
Produksi Itik di Taiwan
Dipotong (3kor)
x (10)
....................
Tahun
Petelur
mule d u c k s
Jumlah yang ada di Farm
pada Akhir Tahun x (10)
........................
Petelur
mule d u c k
Sumber: Farrell and Stapleton (1985)
Pakan Itik
Pakan untuk itik pada prinsipnya sama dengan
pakan
untuk ayam, perbedaannya hanya terletak pada kadar
tein
dalam ransum lebih tinggi dibutuhkan itik
1978).
kan
Anak
Periode pertama pertumbuhan anak itik
protein lebih rendah daripada ayam
itik tumbuh lebih cepat dan
pro-
(Wahju,
membutuh-
(Wahju.
mengkonsumsi
1978).
makanan
lebih sedikit bila diberi ransum dengan kadar protein 19
persen daripada yang diberi ransum yang herkadar protein
12
persen, akan tetapi tingkat protein 18 persen
dalam
ransum
untuk
anak itik umur 10 minggu
yang optimum (Wahju, 1978).
kan
adalah
Wahju (1978). juga menyata-
bahwa tingkat protein 17 persen dalam
pada periode pertumbuhan (sampai 8
itik
tingkat
ransum
anak
minggu)
baik daripada tingkat protein 10 dan 20 persen.
lebih
Sedang-
kan ayam-ayarn dalam rnasa pertumbuhan diberi ransum
yang
berkadar protein 16, 18 dan 20 persen tidak mempengaruhi
pertumbuhannya.
sworo
Shen (1985) yang dikutip oleh
(1989), mengisyaratkan bahwa protein
Hardjo-
dan
energi
dalam pakan sangat penting diperhatikan mengingat
zat
tersebut menempati porsi terbesar
pakan
itik.
dalam
Pengamatan yang dilakukan
kedua
komposisi
terhadap
itik
Bali telah dibuktikan oleh Matram (1984), bahwa ada
bungan
pakan
antara
kandungan energi pakan
yang rnengandung energi
dengan
hu-
konsurnsi
2 740
berbeda-beda yaitu
kcal/kg; 3 080 kcal/kg dan 3 420 kcal/kg; tetapi protein
persen menyebabkan perbedaan
sama
16
pada
itik
konsumsi
muda maupun periode bertelur,
ransum
kalau
energi
sama tetapi protein berbeda; konsurnsi tidak berbeda.
Reddy et a l . (1980) rnenyatakan bahwa dalam
pemeli-
haraan itik Khaki Campbell umur antara 0 - 4 minggu
dan
4 - 8 minggu berturut-turut diperlukan kandungan protein
dalam
pakan sebanyak 23 persen dan 20 persen
dan
dungan energi metabolis antara 2 800 sampai 3 000
kg. Persyaratan gizi untuk itik pedaging dapat
pada Tabel 2.
kankcal/
dilihat
Tabel 2.
Persyaratan Gizi untuk Itik Pekin pada
Masa Pertumbuhan
Persen dari
pakan
Komponen
Energi Metabolisme (kcal/kg
Persen dari
protein pakan
2 900
Protein ( % I
16
Arginin
1.00
6.25
Lisin
0.90
5.63
Metionin dan Sistin
0.60
3.75
Sumber: NRC. 1984
Kecuali
patokan zat-zat yang tersebut
pada
Tabel
2, perlu di~erhatikankebutuhan riboflavin dan asam pan-
totenat
dalam ransum anak itik
untuk mendapatkan
per-
tumbuhan yang optimum.
Pertumbuhan
Pertumbuhan sukar didefinisikan secara tepat karena
mencakup
aspek
yang sangat
luas.
Menurut
Widdowson
(1980), sulit untuk rnendefinisikan pertumbuhan itu kalau
ditinjau dari segi pertambahan massa dan ukuran,
karena
dapat digunakan untuk sistem non biologik maupun
sistem
biologik.
Pada hewan ternak pertumbuhan mencakup
pern-
bentukan jaringan-jaringan baru yang meliputi peruh,ahanperubahan berat, bentuk dan tuhuh hewan tersebut.
nyataan
Schloss
yang
dik11t.i~oleh
Pomeroy
Per-
(19551,
pertumh~lhnn adalah peningkatan massa tubuh
dalam
satu
interval waktu tertentu sesuai dengan karakteristik dari
spesiesnya.
Maynard
dan Loosli (1956) sependapat bahwa
dalam pertumbuhan sangat menentukan
genetik
faktor
dan
perlu
dipisahkan antara pertumbuhan sesungguhnya (murni), yaitu
peningkatan tenunan-tenunan sruktural
daging
seperti
penirnbunan
dan tulang dengan pertumbuhan akibat
lemak tubuh.
urat
Sebelurnnya Pomeroy (1955) menyatakan tidak
ada alasan logis untuk tidak memasukkan pembentukan
le-
mak sebagai bagian dari proses pertumbuhan.
se-
Sampai
karang ini para peneliti dibidang peternakan menggunakan
pertumbuhan yang dikemukakan Brody (1945) me-
definisi
nyatakan bahwa perturnbuhan itu adalah sintesa
produksi
unit-unit biokimia baru.
Selama hewan
disamping berat badan yang bertambah terjadi
perubahan
masing-masing
biologik,
organ tubuh
dan
turnbuh
perubahan-
jaringannya.
Fenomena Constant differential g r o w t h ratio yang pertama
kali dikemukakan oleh Huxley pada tahun 1924 yang
rangkan
bahwa pertumbuhan bagian-bagian
tubuh
mene-
relatif
konstan terhadap berat tubuhnya.
Laju pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor di-
antaranya
jenis
faktor genetik dari spesies maupun
kelamin, jumlah dan mutu pakan serta
Pertumbuhan
bungan
konpensasi coapensatary growth
genetik
dengan
lingkungan
dimana
individu.
lingkungan.
adalah
hu-
pertumbuhan
dapat dipacu dengan memberikan makanan yang baik sehingga mutu genetiknya dapat ditampilkan semaksimum
(Cherry and Siegel. 1978).
Azas pertumbuhan
kompensasi
ini dipergunakan oleh peternak untuk mengatur
makanan
pemberian
seekonomis mungkin guna mendapatkan hasil
simal
(Sastradipradja, 1987).
Laju
(Scott et a l . , 1959).
mak-
pertumbuhan
dapat diperbaiki dengan jalan memperbaiki mutu
nya
mungkin
Selanjntnya
hewan
genetik-
Scott
et
ai.
(1959) juga menyatakan bahwa peningkatan berat badan sangat penting dalam usaha peningkatan produksi daging dengan
kata lain berat badan merupakan kriteria
produksi
daging yang dihasilkan.
Hardjosworo, Sugandi dan Samosir (1980) mengemukakan
bahwa anak itik tumbuh cepat sampai umur
setelah itu laju pertumbuhannya menurun.
mengemukakan
60
Hetzel
hari,
(1983)
hasil penelitiannya pada persilangan
Muscovy mernpunyai rataan berat
Pekin
dan
1 630
gram pada
umur delapan
minggu.
badan
itik
hidup
Sastradipradja
(1987) menyatakan bahwa itik Alabio mencapai titik
in-
feksi sebelum umur delapan minggu dan kemudian telah menunjukkan
Rakhman
pertumbuhan akhir (late
Pengamatan
growth).
(1985) rnemperlihatkan bahwa
pertumbuhan
itik
maksimum terdapat pada umur empat minggu dan sesudah itu
menurun baik pada yang jantan maupun betina.
Pada
hasil
tahun yang sama Azis (1985) juga
yang serupa yaitu pertumbuhan anak
mendapatkan
itik
menurun
setelah
umur empat minggu dan itik jantan
dari itik betina.
hasil
pertambahan
gram
lebih berat
Penelitian Ermanto ( 1 9 8 6 ) menunjukkan
berat badan maksimum anak
itik
dicapai pada umur lima minggu dengan rataan
badan
7 8 7 . 6 7 gram, entog pada umur empat minggu
berat
dengan
pertambahan berat maksimum 3 1 1 . 3 3 gram dan rataan
badan 8 6 9 . 1 7 gram, sedangkan pertambahan berat
220
berat
maksimum
itik mandalung 2 8 8 . 6 7 gramdengan rataan berat badan 825
gram
yang juga terjadi pada minggu keempat
yang
dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 .
Rataan Berat Badan dan Pertambahan Berat
Badan Itik. Entog dan Mandalung
Berat Badan
Pertambahan Berat Badan
Umur
(minggu)---------------------- .......................
Itik Mandalung Entog
Itik Mandalung Entog
. . . . . . gram . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
42.33
140.50
41.65
71.40
98.17
314.17
89.02
162.83
173.67
557.83
185.66
266.83
243.67
869.17
214.67
288.67
311.33
1116.00
220.00
264.50
246.84
1421.17
119.50
223.33
305.17
1663.17
159.83
253.00
242.00
1809.33
88.17
206.00
146.17
Sumber: Ermanto ( 1 9 8 6 )
Siswohardjono ( 1 9 8 6 ) mengemukakan hasil pengamatannya pada pertumbuhan anak itik, entog dan hasil
silang-
annya yang menunjukkan bahwa anak itik Tegal jantan mencapai
pertambahan berat badan maksimum
titik
infleksi yaitu 2 5 0 . 7 1 gram pada umur tiga
berat badan 4 5 2 . 8 1 gram, sedangkan
dengan
berat
yang
maksimum
pertambahan
dicapai pada umur empat
berat
merupakan
minggu
yang
betina
minggu
dengan
2 5 9 . 5 9 gram dan rataan
berat
badan
Mandalung I maupun mandalung I 1 yang
662.53
g.
maupun
betina
juga sama mencapai berat
jantan
maksimum
pada
umur empat minggu dengan berat maksimum mandalung I jantan 3 1 5 . 3 8 , betina 2 3 5 . 0 4 .
260.68
betina
Mandalung I 1 jantan
gram dengan berat rataan
masing 8 2 3 . 4 2 , 6 3 8 . 0 9 ,
814.34,
319.03,
badan
masing-
6 8 6 . 4 1 g.
Ternyata entog mencapai pertambahan berat
maksimum
pada minggu yang kelima dengan pertambahan berat
maksi-
mum 3 9 8 . 4 3 g dengan berat badan 1 305.22 pada jantan dan
yang betina pertambahan berat maksimum 2 8 1 . 2 9 dengan rar
taan berat badan 1 0 5 6 . 4 3 gram (Tabel 4 ) dan pertambahan
berat badan pada Tabel 5.
Lain lagi dengan hasil
Widjajanti ( 1 9 8 9 3 , dimana titik
litian
infleksi
peneentog
jantan terjadi pada minggu kelima dengan berat badan 7 9 2
gram,
demikian juga betina pertambahan
dicapai
berat
maksimum
pada minggu kelima dengan berat 5 9 1 gram,
itik
jantan pada minggu kedelapan dan itik betina pada minggu
ketujuh dengan berat masing-masing 5 3 4 . 7 dan 1 9 2 . 1
gram
Tabel 4 .
Rataan Berat Badan Itik Entog dan
Silangannya (gram)
Handalunq I
Itik
10
tlandalung I I
Entoq
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
Jantan
Betina
Jantan
8etina
Jantan
Retina
Jantan
Retina
1384.56
llb1.00
2008.18
1162.02
1724.50
1743.82
2511.67
i772.65
.-+----------------.----.-------------------.--------------------------------------------------
Sumber: Siswohardjono (1986)
dan
mandalung
jantan pada minggu keenam,
betina
pada
minggu kelima berat jantan 835.67 dan berat betina 422.8
gram.
Berdasarkan
waktu perkembangan diferensial
organ-
organ ayam setelah menetas, Hafez (1955) mengelompokkan
ke dalam tiga kelompok yaitu: a ) Organ-organ yang termasuk masak dini adafah alat-alat vital dan esensial selama
kehidupan embriunal seperti: kepala, hati,
saluran
pencernaan
dan gizzard, b)
jantung,
Organ-organ
masak
Tabel 5.
Rataan Pertambahan Berat Badan Itik,
Entog dan Silangannya (gram)
--------------
Handalung I
--------------
--------------
--------------
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Eetina
Jantan
Betina
21.55
-21.38
187.84
46.66
53.27
159.41
82.61
121.38
Itik
10
En t op
Mandalung I1
.......................................................................
Sumber: Siswohardjono (1986)
sedang
yang
yaitu: kaki, paru-paru, sayap, ginjal
merupakan
organ penunjang, c )
dan
Organ-organ
bulu
masak
lambat adalah: ovarium, oviduct, empedu karkas dan lemak
tubuh.
Organ-organ ini perlu untuk produksi dan
repro-
duksi .
Sastradipradja (1987). menyatakan bahwa organ-organ
tubuh yang mengalami pertumbuhan lambat dapat
lasi
oleh peternak untuk mendapatkan
mungkin,
hasil
atau dengan kata lain karena
dimanipusemaksimal
karkas
termasuk
organ masak lambat, maka peternak dapat mengatur
gingannya
supaya
didapatkan porsi
daging
yang
perdalebih
Perbandingan
berat
badan antara itik,
entog
mandalung pada penelitian Syamsuardi (1989) dapat
dan
dili-
hat pada Tabel 6, sedangkan pertambahan berat badan tercantum pada Tabel 7.
Tabel 6 .
Unur
Rataan Berat Badan Itik, Entog dan
Mandalung I1 (gram)
Entog
--------------Jantan
Retina
Vandalunq I 1
ItiL:
---------------
--------------
Jantan
Jantan
Retina
Retina
-----------.--------.---------------------
Sumber: Syamsuardi (1989)
Tabel 7.
Pertambahan Berat Badan Entog Mandalung
dan Itik (gram)
Entog
Umur
itik
---------------
--------------
Jantan
Jantan
Betina
Jantan
Fetina
40.00
23-15
18.43
41.90
0 - 1
n a n d a i ung
--------------Betina
3 12
.
(1
0
45. li!
Sumber: Syamsuardi (1989)
Rataan berat badan entog, itik dan silangannya baik
pada jantan maupun betina meningkat dengan
umur,
rataan
akan tetapi masing-masing
berat yang berbeda.
ternak
Dari tabel
bertambahnya
memperlihatkan
tersebut
dapat
dilihat rataan berat badan mandalung 11 pada minggu
ke-
dua, tiga dan empat lebih tinggi dari entog, setelah itu
seterusnya lebih rendah, namun selalu lebih tinggi
itik jaritan maupun itik betina (Syamsuardi, 1989).
dari
Pola pertumbuhan yang terlihat pada Tabel 7 , menbnjukkan adanya efek heterosis positif sehingga berat
ba-
dannya lebih tinggi dari m i r e d p a r e n t , bahkan pada minggu kedua, tiga dan empat lebih tinggi dari entog.
Per-
tambahan berat badan itik, entog dan mandalung I 1
hasil
pengamatan dari Syamsuardi dapat dilihat pada Tabel 7.
infleksi pada itik mandalung If
Titik
jantan
dan
betina dicapai pada umur empat minggu dengan pertambahan
berat
jantan
badan
jantan 240.10 dan betina 2 2 6 . 9 0
umur enam minggu dan betina lima
g , entog
minggu
dengan
pertambahan berat badan masing-masing 3 7 2 . 0 0 , 2 3 6 . 5 0
g,
dan itik lebih lambat.
Karkas
Berat
berbagai bagian tubuh dari ayam, kalkun
dan
itik dapat dilihat pada Tabel 8.
Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase karkas
terhadap berat tubuh kosong pada ayam jantan 7 7
persen,
betina 7 5 , pada kalkun jantan 8 4 , kalkun betina 82
per-
sen dan pada itik jantan 7 6 . betinanya 7 6 . 6 persen. Ayam
maupun
kalkun jantan persentase karkasnya lebih tinggi
daripada yang betina.
Karkas dalam bentuk potongan-potongan yang
merupa-
kan produksi akhir setelah melalui proses tertentu merupakan
tujuan akhir bagi pengusaha di bidang
peternakan
Tabel 8.
Pagianbagian
dari
t?ibuh
Berat Berbagai Bagian Tubuh dari Itik,
Kalkun, dan Ayam
J e n ~ st e r n a k
......................................................
Cai k u n
Avam
Jantan
---------------E e t i ~ a Jantan
Betina
----------------
Itil:
----------------Beti na
Lantan
.----.---.----.--
-----------------
(urn~; 6 . 5 m i ~ g g u !
!umur
l u s u r 15 n i n g g u !
7.6 ninggu!
.4
Jantung
0.02
0.02
0.05
0.05
0.04
0
Empedal
0.07
0.07
0.17
0.15
0.10
0.10
2.3
9.5
6.4
4.1
3.9
Total ready
t o cook
2.9
Keteranaan: B.t.k.
:
(:I
Berat tubuh kosong
Sumber: Snyder and Orr (1964)
penghasil
daging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
nyaknya produksi karkas nyata menentukan untung
suatu
perusahaan
(Merkley et a l . ,
1980).
ba-
ruginya
Persentase
karkas dan produksi daging itik'berbeda-bedadipengaruhi
oleh umur. jenis kelamin dan kelasnya (Orr, 1978). Hasil
pengamatan
Leclercq
dan
de
Carville.
(1985)
untuk
membandingkan
Manila
itik Pekin dan itik Manila ternyata
mempunyai persentase karkas, persentase
itik
daging
dada dan lemak abdominal lebih tinggi, akan tetapi lemak
sub kutan lebih rendah pada semua umur.
Kornponen
karkas.
Karkas itik adalah bagian
tubuh
tanpa
bulu, darah dan kaki, kepala, organ tubuh
bagian
dalarn
dan
tubuh.
lemak yang terdapat di dalam
rongga
Persentase karkas yang bernilai tinggi, ratio antara daging dan tulang serta kadar lemak dan penyebarannya
me-
nentukan
dan
nilai seekor hewan
Tauhid, 1987).
an
(Natasasmita, Prianto
Luthfi (1988) mendapatkan hasil percoba-
rnengenai karkas itik Mandalung jantan
dengan
badan 2 055 g menghasilkan karkas 65.76 persen,
kan
yang betina lebih kecil yaitu 63.02
berat potong 1 217 g.
sedang-
persen
pada yang betina, akan tetapi persentase lemak
3.26
yang betina.
dengan
Selanjutnya persentase otot
hadap karkas 60.68 persen untuk jantan dan 54.71
karkas
berat
persen untuk jantan dan 6.60
ter-
persen
terhadap
persen
pada
Persilangan itik Manila jantan dengan
Pe-
kin betina sampai umur sembilan minggu mempunyai persentase karkas 73.2 persen (Luhman, 1983).
Ermanto
(1986)
mengemukakan hasil percobaannya pada itik, entog dan silangannya, bahwa
minggu
itik
persentase karkas pada
umur
pada itik 61.81. pada mandalung 68.87
dan
Tegal 61.11 persen terhadap tubuh kosong.
hardjono
(1986) pada tahun yang sama menemukan
delapan
pada
Siswosedikit
perbedaan. persentasi karkas 69.92 pada yang jantan
pada yang betina. dimana daging dada pada
69.33
dan
jantan
11.03 dan pada betina 11.02. daging paha jantan 9.31 dan
betina 8.64 persen.
persentase
daging
Persentase paha konstan, sedangkan
dada meningkat
dengan
meningkatnya
karkas (Widjajanti, 1989) ha1 ini sesuai dengan pendapat
(1983) hahwa itik Pekin, Muscovy dan
Hetzel
langannya
hasil
dengan itik Tegal betina dan Alabio,
si-
persen-
tase irisan dada meningkat dengan bertambahnya karkas.
Orr
(1978) mengemukakan hasil
pengamatannya
persilangan Cornish x White Rock
ayam
memiliki
pada
breast
y i e l d yang tinggi pada umur 6 sampai 10 minggu, ha1
ada hubungannya dengan jenis strain ayam yang
ini
disilang-
Menurut Moran and Orr (1970), urat daging paha ke-
kan.
naikannya
hanya
Hetzel
empat persen dibandingkan dengan
dua
persen dari umur 76 sampai
(1983)
menunjukkan
menyatakan
bahwa
betis
umur
itik
175
yang
hari.
persilangan
kapasitas produksi daging yang lebih
besar
dibandingkan dengan itik Alabio, selanjutnya persilangan
entog
dengan itik memiliki perbandingan dada
dan
paha
lebih tinggi pada umur 16 minggu disamping proporsi hati
dan empela yang lebih besar, sehingga dapat memberi
ke-
untungan yang lebih besar pula.
Menurut Hetzel (1983), umumnya kandungan lemak ternak percobaan betina dari masing-masing jenis ternak lebih tinggi daripada yang jantan.
Pada ayam broiler muda
terdapat korelasi positif antara kecepatan tumbuh dengan
penimbunan lemak (Hans yang dikutip oleh
1986).
Siswohard,iono,
Pada penelitian Handayani (1987). rataan
1-mak
itik Manila betina lebih bcsar, kecuali pada irisan
le-
her dan sayap i3ntan lphih besar, seterusnya berat lemak
terbesar samp-ai yang paling rendah untuk betina
pinggul,
sayap,
adalah.
dada, punggung, paha, leher, pangkal paha
sedangkan
pada jantan
adalah
pinggul,
dan
leher,
paha, sayap, dada, punggung dan pangkal paha.
Lemak mempunyai arti penting dalam produksi
ternak, karena kadar lemak dan penyebarannya
daging
menentukan
mutu karkas, lemak merupakan komponen yang masak
dan esensial dalam daging hewan.
Kadar lemak
lambat
cenderung
meningkat selama ternak tumbuh dan akan meningkat dengan
bertambahnya jumlah makanan yang diberikan pada itik Pekin (Hafez, 1955).
tubuh
merupakan
Luhman (1983) menyatakan bahwa lemak
komponen yang paling
banyak
ragamnya
tergantung pada banyak faktor seperti
faktor
genetik,
lingkungan terutama makanan, bangsa, umur dan jenis
lamin.
Leclercq dan Carville (1985) menyatakan
lemak itik Manila lebih tinggi dibandingkan dengan
maupun
kalkun.
Menurut Siregar. Cumming
dan
ke-
kadar
ayam
Farrell
(1982) sebagai penghambat pengembangan itik pedaging
Australia diantaranya karena memiliki lemak karkas
tinggi,
oleh sebab itu tidak disukai
pengamatan
Siswohardjono
konsumen.
(1986) memperlihatkan
di
yang
Hasil
bahwa
kandungan
baik
lemak
karkas mandalung
mengalami
pada yang jantan maupun betina sesuai dengan
tambahnya
ber-
umur, sedangkan persentase lemak karkas
itik Manila juga itik Alabio sebagai tetuanya
kan
penurunan
menunjuk-
kenaikan kadar lemak yang semakin meningkat
bertambahnya
umur.
Selanjutnya
menurut
pada
dengan
Siswohardjono
( 1 9 8 6 1 , ha1 ini menyimpang dari umurnnya hasil
percobaan
para peneliti terdahulu yang menyatakan bahwa kadar
le-
mak karkas akan meningkat dengan bertambahnya umur,
ke-
mungkinan penyimpangan ini disebabkan itik mandalung ini
aktivitasnya sangat tinggi dibandingkan dengan tetuanya.
Mungkin
pada hewan-hewan yang aktif,
sejumlah
makanan
yang dikonsumsi digunakan untuk menutupi kebutuhan energinya, baik sumber energi tersebut berbentuk lemak, karbohidrat atau protein.
Apabila kalori yang masuk
tidak
maka
mencukupi untuk pertumbuhan dan untuk maintenance,
tubuh tidak akan menumpuk lemak tubuh (Edwards. 1981).
Hetzel
(1983) dalam percobaannya menyatakan
bahwa
penimbunan lemak yang cukup besar terjadi pada itik persilangan antara itik Pekin dengan itik Alabio atau
itik
Tegal saat umur 6 - 10 minggu.
pada
persilangan
berlemak
Sebaliknya terjadi
entog dengan itik, silangan menjadi
kurang
( l e a n e r ) dengan semakin bertambahnya umur
pada akhirnya kandungan lemak hanya kira-kira
setengah-
nya daripada persilangan dengan itik Pekin saat umur
minggu.
dan
16
Tingginya
kandungan kadar lemak dalam karkas
itik
disebabkan oleh tingginya v o l u n t a r y e n e r g y intake dibandingkan
dengan
jenis unggas lainnya
(Farrell, 1978).
Selanjutnya ditambahkan oleh Siswohardjono ( 1 9 8 6 )
bahwa
tingginya kadar lemak karkas itik disebabkan oleh
tidak
seimbangnya kadar protein dan energi pakan yang
diberi-
kan .
Dari penelitian Siswohardjono (1986) diperoleh gambaran
bahwa itik jantan maupun betina semua jenis
percobaan
itik
persentase protein meningkat terus
bersamaan
dengan meningkatnya umur, seperti halnya juga
percobaan
yang dilakukan Hetzel (1983).
Walaupun demikian
besar-
nya peningkatan protein tidaklah sama untuk semua
ternak, kandungan protein mandalung betina lebih
jenis
tinggi
daripada protein yang dikandung itik Alabio jantan.
Sebagai
yang
bahan bandingan komposisi zat-zat makanan
terdapat pada karkas ayam, kalkun dan
itik
dapat
dilihat pada Tabel 9.
Daging atau otot menurut Hartono (1968).
mempunyai
serabut yang merupakan bagian terkecil dari otot;
but otot tidak dinamakan sel karena besar dan
banyak
inti.
Diameter
mikron dan panjangnya 1
mempunyai
-
150
5 cm bahkan dapat mencapai
12
serabut otot
-
sera-
tersebut 10
cm.
Bentuk dan ukuran serabut otot bervariasi
tung
pada
jenis hewan, makanan, umur,
dan
tergan-
aktivitas.
Tabel 9.
Komposisi Zat-zat Makanan pada Karkas
Ayam, Kalkun dan Itik (di dalam 1 0 0 g
edible portion )
Bangsa
..................................
Zat makanan
Ayam
Kalkun
Itik
........................................................
Air (g)
Energi (kalori)
Protein (g)
71.2
58.3
54.3
151.0
268.0
322.0
20.2
20.0
16.1
20.2
28.6
Lemak ( g )
7.2
Thiamin (mg)
0.08
0.09
0.12
Riboflavin (mg)
0.16
0.14
0.40
10.20
8.00
7.9C
0.0
6.00
Niasin (mg)
Asam ascorbic (mg)
0.0
-------p-------p------------p---.--
Sumber: Mountney (1976)
Serabut
otot ayam lebih pendek dan
lebih 64 mikron.
diameternya
Pada sarkolema atau dinding sel
kurang
sebe-
lah luar terdapat bagian serabut kollagen dan di sebelah
dalam kumpulan retikulum.
langsung
dalam
Sebagian besar inti
terdapat
di bawah sarkolema tetapi ada juga yang
masuk
sarkolema di
antara
lebih
miofibril-miofibril.
Sarkolema mengandung massa yang homogen yang berhubungan
langsung dengan substansi sel lainnya.
pat
Bagian yang
berkontraksi (elastis) dari serabut
daging
da-
adalah
myofibril dan myofilamen (Dickerson, 1959).
Ayam dan kalkun mengandung otot putih yang terdapat
pada dada dan otot merah pada paha.
dung
Otot merah
myoglobin dan senyawa zat besi yang
mengan-
lebih
banyak
dibanding otot putih (Schultz e t d l . , 1967).
Tenunan pengikat daging ayam mengandung air 71 per-
20 persen protein, 7 persen lemak, 1.1 persen
sen,
abu
dan mineral 0.22 persen (Lawrie, 1966).
hidangan
daging
ayam digunakan sebagai sumber protein dalam diet
dengan
Mountney
(1976) menyatakan bahwa
maksud untuk mengurangi jumlah kalori yang diterima
da-
1 am tubuh .
Daging
yang
ayam
dapat dipakai sebagai
bahan
makanan
baik untuk mengawasi pertambahan berat badan
bagi
orang
yang diet, masa penyembuhan dari sakit dan
untuk
orang
tua-tua mengingat kalori yang dihasilkannya
ren-
dah.
Daging ayam merupakan sumber protein hewani
yang
baik karena mengandung asam amino asensial yang
dan
dalam perbandingan jumlah yang lebih tinggi
lengkap
diban-
dingkan dengan daging sapi atau daging babi seperti terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10.
Asam amino
Asam Amino Esensial dari Beberapa Bahan
Pangan dan Kebutuhan Minimum Manusia
Daging
ay am
Daging
sapi
Telur
Susu
Kebutuhan
manusia
------------Wanita
Pria
Cystin
Metionin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Phenilalanin
Thirosin
Threonin
Tryptophan
Valin .
-Sumber: Sushanti (1988)
Cita Rasa Daging Unggas
Mountney (1976) menyatakan bahwa yang dimaksud
ngan
flaver
texture
de-
adalah kombinasi dari cita rasa lidah, aroma
dan kepuasan menikmatinya.
Sukarto (1985) me-
ngemukakan pendapatnya mengenai cita rasa yaitu campuran
dari
tanggapan, cicip, bau dan trigeminal
yang
diramu
oleh kesan-kesan lain seperti penglihatan, sentuhan, dan
pendengaran.
Jadi kalau kita menikmati atau
merasakan
makanan, sebenarnya kenikmatan tersebut diwujudkan
ber-
sama-sama oleh kelima indera. Peramuan rasa itu
ialah
suatu sugesti kejiwaan terhadap makanan yang menentukan
nilai
pemuasan orang yang memakannya.
gapan
cicip, bau dan perasaan ada pula yang
tang-
Disamping
memasukkan
ter-
unsur pendengaran terutama terlihat dari penilaian
hadap kerenyahan makanan tertentu seperti kerupuk. Gigipun mempunyai peranan dalam penginderaan, terutama dalam
penilaian makanan, tanggapan yang dihasilkan dari
sangan pada ujung saraf di daerah membran
gigi
rangselama
mengunyah dan menggigit makanan akan menentukan kesan di
dalam penilaian makanan dengan mengunyah (Sukarto, 1985)
Aroma
atau bail sedap merupakan sensasi yang
dapat
dicium
oleh hidung
daging
keras, empuk, lengket atau tidak, sedangkan
puasan
rasa termasuk rang sangan pengeluaran air
lembut
dan perasaan lain yang berhubungan
rasa
textur'e
(Mountney, 1976).
variasi
menentukan
Selanjutnya
misalnya
apakah
ke-
liur,
dengan
cita
ditambahkannya,
cita rasa pada manusia dipengaruhi
oleh
kelamin, umur, sikap, tingkah laku serta adat
jenis
istiadat
suatu suku bangsa (etnik) dan latar belakang sosial. Hal
ini semua mempengaruhi penilaian kesukaan maupun ketidak
sukaan seseorang terhadap makanan (Mountney, 1976).
Rasa daging ayam sangat khas, berdasarkan pengalaman
lidah
dapat membedakannya daripada
daging
lainnya
(Mountney, 1976).
Bouthilet (1951) rnengemukakan pendapatnya berdasarkan percobaan, bahwa
memasak
tidak
flavor
ayam dibentuk sewaktu proses
oleh karena apabila daging ayam mentah
terdapat
flavor
yang sesungguhnya.
dimakan
Jika daging
ayam mentah dikunyah-kunyah agak lama kemudian dimasukkan ke dalam periuk yang sedang terjerang, rnaka akan keluar bau ayam yang khas.
Untuk membuktikan apakah
flavor
ayam terdapat pada
lemak sebagaimana dugaan semula telah dilakukan percobaan sebagai tertera di bawah ini.
Semua
lemak rongga badan dari seekor ayam
Leghorn
dewasa dipisahkan dari organ lainnya, lemak ini kemudian
dimasak selama 20 menit dengan cara pengukusan, lalu disuling dan hasil sulingannya ditampung, ternyata
yang didapatkan hanya sedikit [lemah).
flavor
Hal ini disebab-
kan sedikitnya jaringan f i t r r o s a yang terdapat dalam
mak
(Bouthilet, 1951).
Bouthilet
ponen
Dari beberapa
percobaannya
(1951) dapat mengambil kesimpulan bahwa
flavor
le-
kom-
tidak terletak pada lemak akan tetapi lebih
dekat hubungannya dengan serabut-serabut daging.
Mountney (1976) melakukan percobaannya dengan
pemerasan
untuk rnemisahkan daging mentah dari
cara
sarinya,
dilakukan pemerasan berulang-ulang sampai air perasannya
tidak lagi menimbulkan
flavor
daging bila dimasak. Ter-
nyata serabut daging yang merupakan ampas dari pemerasan
masih sanggup mengeluarkan
flavor
ayam.
Pembawa
dapat dimasak dan dimasukkan ke dalam air untuk
tuk
kaldu dan kaldu inilah yang mengandung
flavor
membenayam
flavor
yang sebenarnya (Bouthilet, 1951).
Bouthilet (1951) meneruskan pengamatannya
letak sumber
protein
flavor
daging.
flavor
ayam dengan jalan menentukan
apakah
atau substansi yang berhubungan dengan protein
serabut
dalam
mengenai
otot memegang peranan
penting
Semua daging dari seekor
terhadap
ayam
Leghorn
dewasa dihomogenisasi dalam 5 persen trichlor acid (TCA)
Bagian
yang padat disaring lalu direndam kembali dalam
TCA, dilakukan berulang-ulang hingga lima kali pencucian
dengan
ring
dan dikeringkan secara vakum.
telah
lagi
TCA kemudian dengan ethilether seterusnya disaJika jaringan yang
kering ini dididihkan dalam air
flavor
tidak
ditemukan
daging, maka ditarik kesimpulan bahwa
flavor
dapat disarikan dari protein.
Percobaan selanjutnya untuk menentukan apakah
vor
dapat diekstraksikan dari material fibrosa.
fla-
Daging
yang telah dikeringkan sebanyak 50 gram diekstraksi
de-
ngan pelarut metyl alkohol 60 persen, kemudian jaringannya dikeringkan desikator vakum lalu ditest retensi
vor
dengan cara memasak dalam air. Semua bagian
(kandungan
flavor)
dipisahkan secara ekstraksi
fla-
flavor
dengan
larutan
alkohol
dan dari sini diketahui
berasal dari protein.
wa
flavor
Bouthilet menarik kesimpulan bah-
daging ayam diperoleh dari substansi yang
ti-
ada hubungannya dengan lemak, tetapi substansi
itu
flavor
dak
bahwa
rnelekat pada serabut daging yang tidak dapat
dipisahkan
cara diperas, substansi itu larut dan dapat
dengan
ekstraksi
dari daging dengan cara
melarutkannya
di-
dalam
TCA atau 60 persen metyl alkohol; oleh karena itu susunannya adalah merupakan susunan yang mempunyai berat
rno-
lekul rendah (Bouthilet, 1951).
Schultz
dengan
e t a l .
( 1 9 6 7 ) melaporkan
gas chrenatngraphy,
menguap
(velatile)
merupakan
senyawa
bahwa
pengujian
dldapatkan 2 3 senyawa
dalam daging ayam yang dimasak.
yang paling
rendah
titik
Sebagai
H 2 S adalah cystin dan cystein yaitu asam ami-
no yang terdapat dalam protein.
Protein otot paha
dimasak menghasilkan 80 persen H 2 S dari otot paha
ruhnya
H2S
didihnya
(yang segera akan tercium jika daging dimasak).
precursors
mudah
atau dengan kata lain H2S terdapat pada
otot bukan pada non protein.
yang
selu-
protein
Menghilangkan senyawa sul-
fur dari ayam yang dimasak menyebabkan hampir kehilangan
semua
bau
daging.
H a l ini menunjukkan
bahwa
sulfur memegang peranan terhadap cita rasa
aroma ayam (Minor et
H2S
d l . ,
1964).
sendiri dapat sebagai
senyawa
daging
dan
Ditambahkannya, bahwa
precursors
yang bereaksi
ngan karbonil dalam pembentukan substansi
flavor.
de-
Minor
et al. (1964) juga menyatakan bahwa
senyawa
karbonil seperti decadienal dari lemak ayam mungkin
bagai
precursornya adalah asam lemak
se-
linoleat, karena
asam
decadienal
dapat dibentuk dengan pemasakan
linoleat
Inilah sebabnya mengapa decadienal
dalam daging ayam yang dimasak normal.
lemak
terdapat
kar-
Pembuangan
bonil dari senyawa yang mudah menguap pada ayam yang dimasak
menyebabkan hilangnya c b r c k e n y f l a v o r .
menunjukkan
bahwa karbonil bertanggung
Hal
jawab
ini
terhadap
flavor daging ayam yang dimasak.
Schultz et a l . (1967) menyimpulkan bahwa aroma
ka-
rakteristik dari ayam yang dimasak terdiri dari campuran
beberapa
senyawa.
diidentifikasi
Jadi
Kebanyakan dari senyawa
juga terdapat pada aroma
sulit dibuktikan bahwa sulfur dan
yang
telah
makanan
lain.
gugus
karbonil
menyebabkan aroma karakteristik pada ayam.
Wasserman
(1972) mengemukakan
sangat menentukan f I a v ~ rdasins
sapi
(beef),
mempunyai
punyai
berbeda pula.
bagai
spesies
Oieh sebab itu
pork (babi). daging itik, ayam
flavor
flavor
perbedaan
yang berbedr: dan
daging
dan
ikan
masing-masing mem-
karakteriscik dengan susunan kimia
yang
Perbedaan ini juga terdapat diantara ber-
galur (strain) dan juga pada hewan tertentu
dari
golongan galur yang sama.
Fry
pengaruh
et a l . (1958) mengadakan
umur
penelitian
dan jenis kelamin ayam
mengenai
terhadap f l a v o r
dagingnya dan dari hasilnya diketahui bahwa karkas
umur
6
-
ayam
10 minggu tidak memperlihatkan perbedaan
nyata akan tetapi ayam jantan lebih tinggi cita
yang
rasanya
dari betina.
Minor
et
d l .
amatan-pengamatan
bahwa
daging
( 1 9 6 4 ) menarik kesimpulan dari
yang sudah dilakukan dapat
ayam merupakan sumber
baik
daripada
tulang, kulit atau
yang
menyebabkan
flavor
flavor
diketahui
yang
campuran,
yang karakteristik
peng-
lebih
sedangkan
pada
hewan
belum diketahui (belum dapat dibuktikan).
Penanganan Pasca Panen
Penangkapan ayam yang akan dipasarkan sebaiknya dilakukan
pada malam hari, untuk mencegah kegaduhan
yang
dapat menimbulkan cekaman pada ayam (Mountrzey, 1976).
Pemotongan atau penyembelihan ayam yang biasa dilakukan dengan menggunakan metode
kosher
yaitu dengan cara
memotong vena yugularis persis di bawah rahang
saluran
napas
dan oesophagus ikut
terpotong.
sehingga
Kosher
adalah nama alat untuk menyembelih hewan yang dikonsumsi
oleh kaum Yahudi orthodox.
kosher
Penyembelihan dengan
dianggap baik, karena perdarahannya lebih sempur-
na (Newell dan Shaffner, 1950).
cara
metode
Sekarang pemotongan se-
otomatis lebih umum dilakukan.
pemotongan
otomatis
ini ayam
Pada
terlebih
pelaksanaan
dahulu
dibuat
pingsan supaya tidak bergerak dan posisi ayam tergantung.
Menurut
undang-undang Amerika, setiap hewan
yang
akan
dipotong yang terlebih dahulu dibuat pingsan dengan alat,
kimia, listrik, penembakan atau dengan metode lain
ruslah betul-betul sudah pinpsan baru dipotong
bila
pemotnngan
dilakukan menurut
agama
ha-
kecuali
(Newell dan
Shaffner , 1950) .
Penyeduhan (scalding) yaitu perendaman di dalam air
panas dengan maksud memudahkan pencabutan bulu.
Daging
)
karkas yang direndam dalam air panas (160 - 1 8 0 ~ ~sela-
-
60 detik (hard scald) menyebabkan
pembengkakan
ma
30
di
bawah kulit, sehingga karkas menjadi gemuk dan
pen-
cabutan bulu akan lebih mudah dibandingkan bila dicelupkan dalam air dengan temperatur yang lebih rendah.
Se-
bagai akibat panas yang tinggi menyebabkan karkas kurang
berwarna
setelah prosesing dan
kabut es dalam mengepakan.
perlu
ditutup dengan
Hard scalding biasanya digu-
nakan untuk unggas air (Klose dan Pool, 1954). Selanjutnya
ditambahkan bahwa kalkun yang
diseduh
pada
1 4 0 ~ cukup
~
baik bila dimaksudkan untuk disimpan
lemari pendingin.
wa
suhu
dalam
Klose et d l . (1961) menyimpulkan bah-
pencelupan pada suhu 140°F mengurangi
tenaga
pencabutan bulu sebanyak 95 persen dan 30
persen
untuk
bila
pencelupan pada suhu 122OF.
Sesudah pencabutan bulu, diadakan pencucian kemudian
pemotongan cakar dan membuang isi
tion)
Mountney
dan
Parnell
perut
(eviscera-
(1958) menyatakan
bahwa
pemotongan dengan menggunakan pisau akan dapat
memotong
cakar lebih banyak daripada menggunakan mesin, akan
tapi
pemakaian
pisau
terus-menerus berbahaya
tebagi
operator.
Gooderham
(1980) mencoba cara
pengeluaran
itik dengan cara manual dibandingkan dengan
perut
menggunakan
mesin dan dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan cara manual
atau empela yang berukuran
gzrzard
dapat
relatif
dikeluarkan tanpa merusak organ hati, sebaliknya
karena rongga perut itik lebih dalam terdapat
pengeluaran
kesukaran
isi perut (evisceration). Akan tetapi
ngeluaran lapisan tanduk dari
mesin
besar
gizzard
pe-
dengan menggunakan
tidak dapat terbuang sempurna mengingat
tanduk ini agak melekat dengan lapisan otot di
lapisan
bawahnya
sehingga memerlukan pisau untu