Dea Hikmah Ayuningtyas, 2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB
ASYIFA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap makhluk memiliki keterbatasan baik itu pengetahuan, daya pikir, daya nalar dan daya kreativitas. Ada pula keterbatasan kemampuan fisik dan
psikologis terutama pada orang-orang yang memerlukan kebutuhan khusus seperti halnya anak tunagrahita.
Tunagrahita adalah sebutan bagi anak yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelegensi
dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita disebut juga anak yang memiliki keterbelakangan mental karena kecerdasannya berakibat dirinya
sukar untuk mengikuti kegiatan program pendidikan di sekolah umum, oleh karena itu anak tunagrahita membutuhkan perlakuan khusus disesuaikan dengan
kemampuannya. Penyandang tunagrahita terbagi menjadi tiga golongan, yaitu tunagrahita
ringan, tunagrahita sedang dan tunagrahita berat. Anak tunagrahita ringan disebut juga dengan debil.
”…kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler WISC memiliki IQ 69-
55…” Somantri, 2006, hlm.106, sedangkan anak tunagrahita sedang disebut juga dengan imbesil.
”…kelompok ini memiliki IQ antara 51-36 menurut Binet, dan 54-40 menurut Skala Weschler WISC…” Somantri, 2006, hlm.107, dan kelompok anak
tunagrahita berat disebut idiot. “…Tunagrahita berat severe memiliki IQ antara
32-20 menurut Skala Binet dan antara 39- 25 menurut Skala Weschler WISC…”
Somantri, 2006, hlm.108. Berdasarkan pandangan di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian
di Sekolah Luar Biasa SLB Asifa. Sekolah Luar Biasa Asyifa tersebut terdapat
Dea Hikmah Ayuningtyas, 2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB
ASYIFA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa penyandang tunagrahita. Pemilihan Sekolah Luar Biasa Asyifa yang berlokasi di daerah Awiligar, Cibeunying, Bandung dirasa cukup tepat sebagai
sampel penelitian karena terdapat beberapa siswa penderita tunagrahita baik ringan, sedang, maupun berat.
Dalam hal ini peneliti memilih anak tunagrahita ringan sebagai sampel dalam penelitian. Penyandang tunagrahita ringan memiliki karakteristik yang
hampir sama dengan anak normal lainnya, mereka lancar berbicara namun kurang dalam perbendaharaan katanya, juga mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak,
tetapi masih dapat mengikuti pelajaran akademik. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.
Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak penderita tunagrahita ringan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.
Anak terbelakang mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja
semi- skilled
seperti pekerjaan
laundry
, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita
dapat bekerja di pabrik pabrik dengan sedikit pengawasan. Soemantri, 2006, hlm.107
Pemilihan lokasi sekolah yang bertempat di daerah Awiligar, Cibeunying Bandung dirasa cukup sesuai karena di daerah tersebut terdapat produksi rumahan
dalam bidang konveksi seperti percetakan kaos, jaket, dan lainnya. Sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Sutjihati Soemantri bahwa anak terbelakang
mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja
semi-skilled
. Dari pandangan di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian terhadap
penderita tunagrahita ringan dengan mengaplikasikan seni grafis dengan menggunakan teknik sablon. Dengan pengaplikasian seni grafis menggunakan
teknik sablon diharapkan para siswa tunagrahita dapat mengembangkan kreativitas visual mereka serta dapat mengaplikasikan pengetahuannya di
lingkungannya sendiri dengan ikut bergabung pada usaha konveksi rumahan yang ada di lingkungannya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa seni grafis merupakan bagian dari seni rupa murni yang menggunakan teknik cetak baik itu di atas kertas, kain atau
Dea Hikmah Ayuningtyas, 2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB
ASYIFA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
media lainnya. Seni grafis memiliki empat teknik utama, di antaranya cetak datar, cetak tinggi, cetak saring, dan cetak dalam. Seni sablon tergolong dalam cetak
saring, yaitu salah satu teknik cetak yang sangat sederhana, tanpa memerlukan investasi yang tinggi. Teknik ini banyak diterapkan dalam berbagai sektor
kehidupan manusia. Walaupun dalam realisasinya bahwa teknik cetak sablon hanya bagian dari wirausaha perumahan
home industry
, tetapi teknik ini masih sangat signifikan untuk terus dapat dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan
dengan adanya perkembangan teknologi dalam industri, teknik cetak sablon saat ini telah dikembangkan dengan menggunakan komputer dalam hal pembentukan
gambarnya pada
screen
. Ditinjau dari golongan cetak grafis, teknik sablonlah yang dirasa sesuai
untuk penerapkan pemberajaran bagi siwa tunagrahita ringan. Selain tekniknya yang sederhana, juga menunjang bagi keterampilan kreatifitas visual siswa dan
dapat dikembangkan secara berlanjut oleh siswa tunagrahita demi kehidupan mereka. Penguasaan teknik sablon yang akan menjadi salah satu usaha para
penyandang tunagrahita untuk diterapkan dalam kehidupan. Mereka dapat bertahan hidup dengan keterampilan yang mereka miliki.
Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul Pembelajaran Seni Grafis Teknik Sablon untuk Anak Tunagrahita Ringan di SLB Asyifa Bandung.
B. Identifikasi Masalah Penelitian