Lingkungan Strategis dan Faktor Keberhasilan

23 5. Berkembangnya kaum urban. Sehubungan dengan gerakan urbanisasi penduduk ke kota-kota besar dunia Regionalisasi dan globalisasi akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat. Pengaruh ini sarat dengan perubahan cepat ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi komputer, digitasi, internet dan satelit. Perubahan ini tentu akan berdampak positif dan negatif terhadap kehidupan sosial masyarakat yang pada akhirnya akan merubah secara cepat lingkungan ekologisnya. Pengaruh positif dari informasi iptek akan membawa nilai tambah tersendiri bagi taraf hidup masyarakat apabila muatan iptek bidang biologikeanekaragaman hayati dapat diimplementasikan dengan mudah. Sebaliknya kecepatan teknologi informasi yang tidak dibarengi landasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat, serta etika dan akhlak yang handal akan merusak cara pandang masyarakat. Dari karakteristik globalisasi, perkembangan cepat ini tentunya harus diimbangi dengan penyiapan informasi dan sumber daya manusia yang handal dan mampu menjawab perkembangan yang terjadi. Dengan demikian, pengaruh negatif globalisasi akan bisa diminimalisir dengan mudah. Dampak positif dari perubahan ilmu pengetahuan yang cepat akan terus ditingkatkan dengan pola keterbukaan, efisiensi dan kepastian hukum. Berbagai persoalan di atas harus bisa diantisipasi oleh Pusat Penelitian Biologi- LIPI mengingat lembaga ini merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung jawab atas perkembangan ilmu pengetahuan bidang biologi dan prospeknya di masa depan. Cara terbaik adalah dengan menyiapkan SDM berkualitas di lingkungan Pusat Penelitian Biologi –LIPI yang disertai dengan berbagai fasilitas pendukung yang memadai. Diterapkannya desentralisasi dan otonomi daerah otoda yang berjalan dalam 10 tahun terakhir ini ditengarai memberikan kontribusi terhadap perubahan alamiah dan antropogenik berskala mondial yang mengarah pada krisis global. Realitas ini akibat adanya perubahan mendasar tentang tata kelola lahan di daerah dalam pembangunan infrastuktur dan pemekaran kota di daerah. Sungguhpun tujuan otoda adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan peningkatan pelayanan publik, namun dalam pelaksanaannya muncul sejumlah persoalan antara lain: pembukaan hutan yang tidak terkendali untuk memenuhi euphoria pemekaran daerah dan pemenuhan pendapatan 24 asli daerah, konflik kepentingan dalam pemanfaatan lahan dan sebagainya. Kenyataan tersebut pada akhirnya akan menimbulkan banyak kerugian dalam jangka panjang, utamanya kerusakan lingkungan dan ancaman SDH. Dampak yang nyata dari kesalahan tata guna lahan tersebut adalah bencana banjir, tanah longsor dan pemiskinan lahan untuk pertanian yang marak terjadi di mana-mana dan akhirnya menimbulkan keruwetan pada berbagai aspek kehidupan di daerah. Perubahan yang cepat tersebut ternyata tidak diikuti oleh munculnya konsep-konsep perencanaan tata kelola lahan yang berlandaskan kajian akademik, bahkan konsep semacam ini sering dikesampingkan. Studi tentang otonomi daerah umumnya ditekankan pada aspek sosial, ekonomi dan budaya yang mengarah pada keinginan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah itu sendiri. Di sisi lain, konsep-konsep pemekaran daerah yang belum matang cenderung dipaksakan dan sering berimplikasi kontra-produktif di lapangan. Akibatnya, tidak mengherankan jika kemudian banyak konsep yang telah diterapkan cenderung bias, utamanya dalam pemanfaatan lahan untuk pemekaran wilayah yang akhirnya berujung pada munculnya berbagai persoalan kerusakan lingkungan di daerah dengan implementasi kebijakan desentralisasi. Sejalan dengan munculnya persoalan sosial, ekonomi dan budaya, persoalan lingkungan dan keberlanjutan pemanfaatan dan pengelolaan SDH di daerah menjadi lingkungan strategis Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Evaluasi kinerja daerah terhadap hasil pemekaran khususnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan dan pengelolaan SDH apakah sudah sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000. Dalam konteks ini harmonisasi konservasi dan kegiatan pembangunan ekonomi yang dilandasi riset mulai dari inventarisasi, pengungkapan potensi dan bioprospeksi sumber daya hayati serta dalam mengantisipasi pengaruh pemanasan global dan kerusakan lingkungan menjadi prioritas kegiatan di Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Kegiatan ini harus menghasilkan bahan perumusan kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Hayati SDH di daerah. Sesuai dengan program pemerintah dalam memperbaiki dan memperkokoh institusi pemerintah daerah langkah-langkah perbaikan ke depan dalam pemanfaatan dan pengelolaan SDH daerah, harus juga ditekankan pada upaya membangun kapasitas 25 pemerintahan daerah, utamanya kapasitas institusional dan teknis. Untuk perbaikan kebijakan diperlukan suatu pendekatan yang bersifat holistik dan didukung oleh data yang akurat berdasarkan hasil penelitian. Perlu dilakukan penelitian dan kajian yang berkesinambungan yang meliputi cakupan daerah yang bervariasi. Dengan konsep dan rumusan kebijakan yang holistik dan tepat, diharapkan tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pelayanan publik akan tercapai.

II.3. Penetapan Program dan Perjanjian Kinerja

II.3.1. Program

Program Pusat Penelitian Biologi-LIPI disusun dengan memperhatikan arahan strategi Kedeputian Bidang IPH-LIPI dan LIPI serta pengalaman panjang yang dilaluinya dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, didukung oleh kompetensi dan kapasitas yang dimilikinya. Selain itu, program Pusat Penelitian Biologi- LIPI tahun 2015-2019 juga merupakan kesinambungan dari program yang sudah dilaksanakan pada tahun 2005-2009. Seperti diketahui pada periode 2005-2009, selain mengacu pada RPJP 2005-2025, RPJMN III 2015-2019, Pusat Penelitian Biologi-LIPI mengacu pada Renstra LIPI 2015-2019. Kedeputian IPH-LIPI secara koordinatif memberikan mandat untuk rencana implementatif 2015 – 2019 dengan tema riset Bioresources for Green Economy. Tindak lanjut dari Renstra LIPI dan Rencana Koordinatif IPH LIPI, maka Pusat Penelitian Biologi menetapkan empat program sebagai berikut: 1. Inventarisasi, pemetaan dan monitoring bioresources Indonesia 2. Pemanfaatan berkelanjutan bioresources Indonesia 3. Pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi bioresources Indonesia 4. Penguatan sistem manajemen dan kelembagaan Empat program yang telah disusun oleh Pusat Penelitian Biologi tersebut saling terkait dan menunjang dalam upaya menghasilkan ouput dan outcome yang nyata, besar dan signifikan. Program tersebut dibuat dengan harapan dapat menjadi salah satu solusi pemecahan permasalahan bangsa yang terkait dengan bioresources. Kekayaan hayati atau bioresources Indonesia merupakan aset yang tidak ternilai harganya yang dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkesinambungan dalam mensejahterakan rakyat. Program inventarisasi, pemetaan dan monitoring bioresources Indonesia dilakukan dengan tahapan-tahapan yang menjadi kegiatan utama yaitu inventarisasi, pemetaan, dan 26 monitoring bioresources Indonesia. Inventarisasi dan pemetaan bioresources masih diperlukan dalam rencana implementatif lima tahun ke depan karena sampai saat ini inventarisasi yang berupa kajian dan eksplorasi seluruh kawasan Indonesia belum terselesaikan. Walaupun demikian, kajian inventarisasi dan pemetaan akan difokuskan pada kegiatan dan lokus strategis untuk memperoleh data yang holistik. Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Papua merupakan lokus terpilih yang strategis dalam aktivitas riset 2015 – 2019. Pusat Penelitian Biologi juga melakukan penelitian yang terkait dengan program strategis pemerintah yang masih terkait dengan kompetensi inti, seperti kajian pulau-pulau kecil daerah perbatasan Negara. Kajian pemetaan dan penapisan atau screening bioresources Indonesia yang memiliki potensi dalam aspek kesehatan, energi, pangan dan lingkungan adalah salah satu kegiatan riset 2015 – 2019. Monitoring bioresources merupakan cara yang efektif dalam menjamin dan memantau pemanfaatan yang berkelanjutan. Bioresources yang merupakan sumber daya terbarukan memerlukan penanganan yang bijaksana. Faktor utama penyebab perubahan dinamika bioreources di Indonesia adalah karena intervensi manusia dan perubahan iklim global. Dua faktor utama tersebut cenderung mengganggu keseimbangan ekosistem dan bioresources secara umum. Adanya introduksi biota asing ke dalam suatu ekosistem merupakan salah satu contoh kongkrit yang dapat disebabkan oleh dua faktor tersebut. Biota yang terintroduksi tidak akan mengganggu keseimbangan ekosistem jika tidak bersifat mengganggu atau invasive. Masalah yang dihadapi saat ini adalah adanya gangguan yang disebabkan oleh introduksi biota asing tersebut. Masalah lain yang dihadapi adalah perubahan iklim. Perubahan iklim akan menyebabkan biota yang ada dalam suatu ekosistem merespon untuk beradaptasi. Biota atau jenis yang tidak mampu beradaptasi akan mengalami kepunahan secara gradual. Kepunahan suatu jenis akan menyebabkan perubahan homeostatis dan gangguan yang serius terhadap bioresources. Oleh karena itu, Pusat Penelitian Biologi dalam kurun waktu 5 tahun 2015 – 2019 akan melakukan aktivitas riset terkait hal tersebut. Berdasarkan hasil inventarisasi, pemetaan dan monitoring bioresources, maka aspek pemanfaatan akan mudah dilakukan. Isu global dan nasional yang dihadapi saat ini adalah ketahanan pangan, kesehatan dan kemandirian obat-obatan, krisis lingkungan dan krisis energi fosil. Program Pusat Penelitian Biologi dalam aspek pemanfaatan bioresources diarahkan untuk menjawab tantangan tersebut. Diversitas atau pelengkap sumber pangan berbasis sumber daya hayati yang belum tergali secara optimal menjadi salah satu fokus penelitian. Fokus utama riset pangan adalah umbi-umbian, jamur konsumsi, pemulian buah lokal dan ekspansi sumber protein hewani. Perbaikan kualitas lahan juga mutlak diperlukan dalam mendukung sektor ketahanan dan keberagaman pangan. Riset yang mendukung perbaikan kualitas lahan salah satunya adalah