Lisensi Wajib ANALISIS YURIDIS TERHADAP LISENSI WAJIB DAN PELAKSANAAN PATEN OLEH PEMERINTAH BERDASARKAN PERJANJIAN TRIP’S | ICHSAN | Legal Opinion 5684 18755 1 PB

Edisi I, Volume 2, Tahun 2014 Pel aks anaan P at en Ol eh Pem eri ntah t erhadap obat antivi ral dan anti retrovi ral dim aks udkan untuk mem enuhi keters edi aan dan kebutuhan yang sangat m endes ak obat anti viral dan anti ret roviral untuk pengobat an pen yakit Huma Im munodeficienc y Virus -Acquired Im muno Defi cienc y S yndrom e H IVA IDS dan Hepat itis B Pel aks anaan ket ent uan i ni tidak must ahil diperhadapkan pada berbagai ham bat an, terut am a dari pihak pemil ik at au pem egang pat en yang m eras a dirugikan. Oleh karena itu, penulis termoti vas i untuk mengkaji tentang implementasi pel aks anaan pat en ol eh pem erint ah. B. Rumusan Masalah Bertol ak dari hal -hal yang dipaparkan di atas, maka pokok -pokok perm as alahan yang hendak dikaji dapat dii dentifkasi dan dirumus kan sebagai beri kut : 1. Bagaimanakah kendala -kendala dal am impl em ent asi lisensi waj ib c o mp u l s o r y l i c e n c e s dari perspekt if perjanji an TR IPs dan hukum nasi onal? 2. Bagaimanakah pelaksanaan paten oleh pem erint ah sebagaim ana dimungkinkan ol eh perj anji an TR IPs dan hukum nasi onal Indonesi a? II. PEMBAHASAN

A. Lisensi Wajib

Li s ensi waji b diart ikan sebagai pem beri an izin dari pemerint ah suat u negara kepada orang at au suatu perus ahaan unt uk menghasil kan produk yang di pat enkan tanpa pers etuj uan dari pemili k at au pem egang pat en. Sebagaim ana diketahui bahwa perj anji an TR IPs memberikan perli ndungan pat en yang cukup ket at. P erli ndungan ters ebut tent u s aj a am at diperl ukan sert a memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pemil i k atau pemegang hak pat en. Namun di sisi l ain perlindungan pat en terutam a pat en obat tak luput m enimbulkan dampak negati f terhadap warga mas yrakat terut am a yang hidup dan berdomi s ili di negara -negara berkembang. Keberadaan pat en obat adalah am at men yulit kan warga mas yarakat unt uk mengaks es dan m endapat kan obat - obatan yang di but uhkan. Men yadari adan ya kelem ahan tersebut , m aka sej ak awal perj anji an TR IPs m en yediakan pas al pelindung yang antara l ain memuat ket ent uan tent ang dimungki nkann ya dil akukan lisensi waji b. Nam un keberadaan pasal peli ndung t ersebut t ern yat a tak dapat men yel es ai kan secara tunt as m as al ah yang dial ami ol eh negara berkem bang, bahkan tak luput menim bul kan mas al ah ba ru. Ketika ada negara berkembang m em anfaat kan pasal peli ndung t ers ebut dengan mengubah undang-undang paten nasional n ya guna mem ungkinkan pem erint ah negara t ers ebut m emberikan lis ens i waj ib kepada perusahaan -perus ahaan nasi onal di negara itu tern yat a tak luput di perhadapkan dengan t ant angan dan keberatan dari pemili k pat en yang umumn ya berupa perus ahaan farmas i yang berada di negara -negara m aju. Mas al ah l ain yang berkenaan dengan pem anfaatan lis ensi wajib yakni t erbatasn ya kem ampuan bagi perus ahaan -perus ahaan nasional di negara -negara berkem bang untuk memproduksi obat -obat an yang diperl ukan ol eh warga mas yarakat. Sekalipun di s at u sis i perj anji an TR IPs memungki nkan pemerint ah suatu negara m emberikan lis ensi waj ib kepada perus ahaan nasi onal di negara bers angkut an guna mem enuhi ket ers edi aan obat dengan harga yang terjangkau, namun ban yak negara berkembang yang tidak mampu mem anfaat kan ket ent uan t ersebut karena t erbat asnya kem ampuan pengetahuan dan kapital yang dimili ki. Sepert i diungkapkan Tom y S ur yo Edisi I, Volume 2, Tahun 2014 Utomo bahwa permas al ahan ut am a terhadap lis ensi waji b adalah berkait an dengan pel aks anaann ya di negara - negara berkembang dan t erkebel akang yang t idak mem iliki kem ampuan untuk memproduksi produk -produk farm asi. Hal i ni menjadi s ebuah m as al ah yang serius karena berdasa rkan pas al 31f Perj anjian TR IPS, pel aks anaan li sensi waj ib di negara-negara anggot a WTO adal ah untuk pas ar domes tik saj a. 11 Dal am perj anji an TR IPs ditet apkan suatu ket ent uan bahwa produksi obat -obatan berdas arkan lisensi waji b han ya terbat as untuk mem enuhi pas ar domes tik. Art in ya, negara yang bersangkut an tidak dibenarkan mengekspor obat -obatan tersebut ke negara berkembang atau negara mi skin l ainn ya. Dengan kat a lain, negara berkem bang yang belum mampu memproduksi sendiri obat - obatan yang diperlukan wargan ya, dilarang mengim por obat -obat an tersebut dari negara yang memproduksin ya berdas arkan li sensi waj ib. Artin ya, negara berkembang seol ah -olah dipaks a harus mengim por obat-obatan dengan harga yang cukup mahal dari perus ahaan pemegang pat en. Tel ah diungkapk an terdahulu bahwa pencari an solusi t erhadap perm as alahan impl em ent asi li sensi waj ib adal ah m enj adi tanggung j awab Dewan TR IPs. Karenan ya pada t ahun 2003 Dewan Umum TR IPs mengel uarkan suatu keput us an terhadap paragraph 6 Deklarasi DOHA tahun 2003. Keput usa n Dewan Umum TR IPs ters ebut di nil ai m empun yai arti yang penting karena beberapa ket ent uan di dalam keputus an ters ebut berhasil m en yel es ai kan permasalahan pel aks anaan lis ensi wajib di negara - negara yang tidak memili ki kapas itas untuk mem produksi obat . Keput us an itu sendi ri lebih seri ng dis ebut s ebagai 11 Tomy Suryo Utomo, Op Cit Hlm., 21. s yst em paragraph 6 at au p a r a g r a p h 6 s ys t e m . Secara umum, keputusan Dewan Umum TR IPs t ahun 2003 m emuat ket ent uan penghapus an t erhadap ket ent uan pas al 31 huruf f dan h perj anji an TR IPs, dimana keputus an Dewan Umum TR IPs m emperluas ruang lingkup li s ensi waji b yang semula han ya t erbat as pada pas ar dom estik keruang li ngkup yang l ebi h luas dan fl eksibel dengan memungki nkan m engekspor at au mengimpor obat -obat an yang diproduksi berdas arkan lis ensi waji b. Tegas n ya, s et elah adan ya keputus an Dewan Umum TR IPs ters ebut maka perj anji an TR IP s di am andem en yang ant ara lain t erj adi penam bahan pas al 31 bis sesudah pasal 31 di perj anji an TR IPs yang lam a. Pasal 31 bis m emuat ket ent uan mengenai cara mel aks anakan lis ens i wajib bai k bagi negara pengimpor m aupun bagi negara pengekspor obat . B. Pelaksanaan Paten Ol eh Pemerin tah . Pas al 31 perjanji an TR IPs tidak han ya mem ungkinkan lis ensi waji b, tet api juga dim ungkinkan suatu pat en dilaks anakan oleh pemeri ntah. Walaupun demiki an, m engingat perj anji an TR IPs menganut prinsip standar m inimum yang m engandung makna bahwa perj anjian TR IPs han ya memuat ketent uan -ketentuan minimum , sehingga perjanji an TR IPs tersebut tidak mengat ur s ecara mendet ail tent ang bagaim ana s yarat - s yarat dan prosedur yang h arus dipenuhi berkenaan dengan pel aks anaan pat en oleh pemeri ntah. Perj anjian TR IPs cenderung men yerahkan kepada pem eri nt ah negara anggot a WTO untuk menet apkan ket ent uan -ket entuan yang lebi h mendet ail t entang pelaks anaan pat en ol eh pemerintah. Di Indonesi a, dengan meruj uk kepada perjanji an TR IPs m aka pada Edisi I, Volume 2, Tahun 2014 saat di rumuskann ya ket ent uan - ket ent uan Undang -undang Pat en dimasukkan pula ke dal am undang - undang i ni pengaturan m engenai pel aks anaan pat en oleh pemeri ntah. Sebagaim ana di ket ahui bahwa pengaturan pelaks ana an pat en oleh pem erint ah dit et apkan dalam pas al 99 sampai dengan 103 Undang -undang No. 14 t ahun 2001 tentang P aten. Dal am pas al 99 ayat 1 Undang - undang ini dit et apkan bahwa: Apabil a pem erint ah berpendapat bahwa suatu pat en di Indonesi a sangat penting artin ya bagi pert ahanan keam anan negara dan kebutuhan sangat m endes ak untuk kepentingan mas yarakat, pemerint ah dapat mel aks anakan s endiri paten yang bers angkut an. Dari ketentuan ini dapat diket ahui bahwa pem erint ah dimungkinkan mel aks anakan s endiri s uat u pat en. Dal am pas al 103. Undang -undang ini din yat akan bahwa t at a cara pel aks anaan paten oleh pem eri nt ah diat ur dengan P erat uran P em eri nt ah. Sebagai tindak lanj ut dari ket ent uan Undang-undang ini maka pada t anggal 05 Oktober t ahun 2004 t el ah diundangkan Pera turan pem erint ah No. 27 Tahun 2004 t entang Tata C ara Pel aks anaan P aten Oleh Pem erint ah. Dal am pas al 2 P eraturan P em erint ah ini dit egaskan bahwa : 1 Dalam hal pemerintah berpendapat bahwa suatu pat en di Indonesi a sangat penting art in ya bagi pert ahanan keamana n negara, Pem eri ntah dapat melaks anakan sendiri P aten yang bersangkut an. 2 Dalam hal Pemerintah berpendapat terdapat kebut uhan s angat mendes ak untuk kepentingan mas yarakat dari suat u paten, pel aks anaann ya dapat di lakukan oleh pem erint ah. 3 Dalam pelaks anaan P a t en sebagaim ana dim aks ud pada a yat 1 dan a yat 2 Pemerint ah dapat menunjuk pi hak keti ga unt uk mel aks anakann ya. 4 Pihak keti ga sebagaim ana dimaksud pada a yat 3 wajib mem enuhi pers yaratan: a. Memiliki fasilitas dan mampu mel aks anakan Paten tersebut . b. Tidak mengalihkan pelaksanaan Pat en ters ebut kepada pi hak lain; dan c. Cara produksi yang baik peredaran dan pengawas an ses uai dengan perat uran perundang-undangan. Pel aks anaan P aten ol eh Pem eri ntah yang didasarkan pada pertimbangan t entang adan ya kebutuhan sangat men des ak untuk kepentingan m as ya rakat dari suatu pat en mecakup bidang: a. Produk farmasi yang diperlukan untuk menanggul angi pen yakit yang berj angkit s ecara l uas. b. Produk kimia yang berkaitan dengan pert ani an; at au c. Obat hewan yang diperlukan untuk menanggul angi h am a dan pen yakit hewan yang berj angkit s ecara luas. Memperhatikan serangkaian ket ent uan undang -undang dan Peraturan P em erint ah di at as, dapat diketahui bahwa P el aks anaan Pat en oleh Pem erint ah dapat t erj adi dibi dang pert ahanan dan keam anan dan dibidang farm asi. Pel aks anaan pat en oleh P emerintah di bidang farm asi yang pernah terjadi di Indonesi a adal ah pel aksanaan paten ol eh Pem eri ntah t erhadap obat antivi ral dan anti retrovi ral s ebagaim ana dit et apkan dal am P erat uran P residen R epubli k Indonesi a No. 76 t ahun 20 12. Adapun pertimbangan P emerint ah yang mel at arbel akangi pel aks anaan pat en ini dapat dis imak dari konsideran menim bang huruf a Peraturan Presiden ters ebut ya ng m en yat akan: Bahwa s ehubungan dengan kebutuhan yang sangat m endesak dal am upa ya penanggul angan pen yakit Edisi I, Volume 2, Tahun 2014 h u ma n i mmu n o d e fi c i e n c y Vi r u s - Ac q u i r e d I mmu n o D e fi c i e n c y Syn d r o me H IV AID S dan Hepatitis B di Indonesia. P erl u mel anj utkan dan memperluas kebij akan aks es t erhadap obat ant ivi ral dan antiret rovi ral yang saat i ni m asi h di lindungi paten. Sej alan den gan pert imbangan di at as, m aka dalam pas al 1 P erat uran Presiden i ni dit egaskan bahwa pel aks anaan paten oleh P emeri ntah terhadap obat antiviral dan anti retrovi ral dim aks udkan untuk mem enuhi keters edi aan dan kebutuhan yang sangat m endes ak obat anti viral dan anti ret roviral untuk pengobat an pen yakit h u ma n i mmu n o d e fi c i e n c y Vi r u s - Ac q u i r e d I mmu n o D e fi c i e n c y Syn d r o me H IV A IDS dan Hepatitis B. Dalam rangka pel aks anaan pat en tersebut , P emeri ntah m enunjuk indus tri farm asi s ebagai pelaks ana pat en untuk dan atas nama P emeri ntah, dal am pel aks anaan pat en ini i ndust ri farm asi yang bers angkut an di wajibkan memba yar ro yalt y kepada pem egang pat en s ebes ar 0.5 dari nilai jual nett o obat anti viral dan antiret roviral. Urai an di atas m enunjukkan bahwa sekali pun perj anjian TR IPs memberikan perli ndungan t erhadap hak ekskl usi f P emegang Pat en, namun bila t untutan kebut uhan mas yarakat am at m endes ak m aka dimungki nkan pat en dil aks anakan oleh P em eri nt ah yang di In donesi a t el ah diimpl em ent asi kan mel alui P eraturan Presiden No. 76 t ahun 2012 . III. PENUTUP

A. Kesimpulan