Peran PPJP dalam Penyediaan Tenaga Kerja Sub- Sektor Perbankan

Page 18 of 65 kegiatan lain yang dilakukan bank diluar kegiatan usaha bank. Termasuk kegiatan pendukung usaha bank, antara lain adalah kegiatan yang terkait dengan sumber daya manusia, manajemen risiko, kepatuhan, internal audit, akunting dan keuangan, teknologi informasi, logistik dan pengamanan. Menurut Pasal 4 ayat 2 yang dimaksud dengan pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang harus ada dalam alur kegiatan usaha atau alur kegiatan pendukung usaha bank, sehingga apabila pekerjaan tersebut tidak ada, maka pekerjaan dimaksud akan sangat terganggu atau tidak terlaksana sebagaimana mestinya; sementara yang dimaksud dengan pekerjaan penunjang adalah pekerjaan yang tidak harus ada dalam alur kegiatan usaha atau alur kegiatan pendukung usaha bank, sehingga apabila pekerjaan tersebut tidak ada, kegiatan dimaksud masih dapat terlaksana tanpa gangguan yang berarti. PBI di atas dapat dianggap sebagai interpretasi dari Pasal 66 Undang-Undang 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam PBI ini tampak bahwa definisi pekerjaan penunjang jauh lebih luas dibandingkan apa yang ada di dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sehingga jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh pekerja outsourcing juga menjadi lebih banyak.

2.3 Peran PPJP dalam Penyediaan Tenaga Kerja Sub- Sektor Perbankan

Dalam praktik penyediaan jasa pekerja, terdapat tiga pihak yang terkait di dalamnya yaitu pihak bank sebagai pemberi kerja, pekerja outsourcing dan perusahaan penyedia jasa pekerja PPJP. Berikut adalah gambar pihak-pihak yang terkait dalam hubungan kerja outsourcing. GAMBAR 3. Pihak-Pihak Yang Terkait dalam Hubungan Kerja Outsourcing Sumber: Undang-Undang 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, diolah Bank Perusahaan Pemberi Kerja Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja Pekerja Outsourcing PKWT Page 19 of 65 Peran PPJP dalam penyediaan tenaga kerja diatur dalam pasal 66 Undang-Undang 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal yang sama juga diatur dalam PBI No. 1325PBI2011. Dalam kedua aturan tersebut disebutkan bahwa salah satu syarat utama untuk menjadi perusahaan penyedia jasa pekerja adalah ‗berbadan hukum‘. Selain persyaratan yang sudah diatur sebagaimana pasal-pasal di atas, di dalam PBI No.1325PBI2011 diatur juga mengenai Penerapan Prinsip Kehati-hatian dan Manajemen Risiko, meliputi pemilihan perusaahaan penyedia jasa, pendokumentasian hasil penelitian mengenai kandidat perusahaan penyedia jasa secara tertulis, kewajiban untuk memantau dan mengevaluasi perusahaan penyedia jasa, perjanjian alih dayaoutsourcing, penerapan manajemen risiko termasuk kewajiban pekerja dan perusahaan penyedia jasa untuk menjaga kerahasiaan dan pengamanan informasi nasabah mengacu pada ketentuan yang berlaku, pengawasan aktif oleh dewan komisaris, pengawasan aktif oleh dewan direksi, serta pelaporan kepada Bank Indonesia. 8 Adapun permasalahan perjanjian kerja antara pekerja dengan perusahaan penyedia jasa pekerja yang berupa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT diatur lebih rinci di dalam Pasal 59 Undang-Undang yang sama. Pasal ini mengatur bahwa PKWT dapat dilakukan untuk jangka waktu 2 tahun, lalu dapat diperpanjang maksimal 1 tahun, dan setelah itu dapat diperbaharui untuk jangka waktu 2 tahun dengan tenggang waktu minimal 30 hari. Berdasar hasil wawancara dengan asosiasi PPJP, sebagai imbalan atas penyediaan pekerja yang dilakukan oleh PPJP, bank memberikan manajemen fee kepada PPJP yang besarnya sesuai kesepakatan kedua pihak. Terkait dengan hal itu, maka PPJP dilarang mengutip atau memotong —bahkan satu sen pun—dari pendapatan pekerja. 9 Proses rekrutmen yang dilakukan PPJP terhadap calon pekerja untuk sektor perbankan cukup selektif. Apalagi, peristiwa penyimpangan yang dilakukan pekerja perbankan kerap kali terjadi, seperti penggelapan sejumlah dana, perampokan uang yang didalangi orang dalam, penipuan yang merugikan nasabah, dan berbagai kejahatan lain. Pengalaman PPJP untuk meminimalisir potensi risiko bertujuan tidak hanya untuk menjaga nama baik PPJP, tapi juga memberi manfaat pada pengusaha pengguna dan pekerja. 8 Bab III Pasal 7-Pasal 16 Peraturan Bank Indonesia no 1325PBI2011 tentang Prinsip Kehati-hatian Bagi Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Pihak Lain. 9 Wawancara dengan Asosiasi A, organisasi PPJP di Jakarta, 09 November 2011 Page 20 of 65 Seorang pengurus Asosiasi PPJP mengatakan bahwa penggunaan pekerja outsourcing memberikan kesempatan pada tenaga kerja yang tidak tersaring dalam proses rekrutmen yang dilakukan secara langsung oleh bank. Beberapa tenaga kerja yang dimaksud memiliki kekurangan, misalnya Indeks Prestasi Kumulatifnya IPK rendah, tidak aktif berorganisasi terkait softskill, atau kekurangan lain. Melalui proses penyaluran yang dilakukan oleh PPJP maka para pekerja tersebut mendapatkan kesempatan untuk membuktikan kinerjanya dengan menjadi pekerja outsourcing. Setelah memiliki pengalaman sebagai pekerja outsourcing, peluang untuk menjadi pekerja tetap melalui proses seleksi yang dilakukan oleh bank biasanya menjadi lebih besar. 10 Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PBI sudah mengatur mengenai definisi pekerjaan pokok dan penunjang untuk mempertegas batas praktik outsourcing di perbankan. Persoalannya terletak pada praktik bentuk hubungan kerja PKWT antara pekerja dengan pihak ketiga sebagai penyalur tenaga kerja yaitu PPJP yang diduga menyebabkan rendahnya kesejahteraan pekerja outsourcing. Hal ini akan dilihat dari hasil survei pada bab berikutnya. 10 Wawancara dengan Asosiasi A, organisasi PPJP di Jakarta, 09 November 2011 Page 21 of 65

BAB III. PRAKTIK PENGGUNAAN PEKERJA OUTSOURCING