Analisis Komparasi Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Pdrb Antar Provinsi Di Indonesia

(1)

ANALISIS KOMPARASI KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB ANTAR PROVINSI DI INDONESIA

SKRIPSI

OLEH :

ANNISA AZZAHRA

110304120

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KOMPARASI KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB ANTAR PROVINSI DI INDONESIA

SKRIPSI

OLEH :

ANNISA AZZAHRA

110304120

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(DR. Ir. Tavi Supriana, M.S.) (Siti Khadijah H.N., S.P., M.Si) NIP : 196411021989032001 NIP : 197310111999032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

ANNISA AZZAHRA (110304120/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

ANALISIS KOMPARASI KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP PDRB ANTAR PROVINSI DI INDONESIA Penelitian ini dibimbing oleh DR. Ir. Tavi Supriana, M.S., dan Siti Khadijah H.N., S.P. M.Si

Tujuan penelitian adalah untuk (1) Untuk mengetahui kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di setiap provinsi di Indonesia, (2) Untuk mengidentifikasi apakah Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan di setiap provinsi di Indonesia, (3) Untuk menganalisis komparasi kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB antar provinsi di Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah (1) Metode deskriptif yaitu dengan menjelaskan perolehan perhitungan kontribusi Sektor Pertanian, dengan melihat besarnya sub sektor tertinggi dan pertumbuhan di setiap tahunnya, (2) Metode analisis Location Quotion (LQ) dengan kriteria LQ>1, LQ=1, LQ<1, (3) Menggunakan metode analisis tabulasi sederhana digunakan analisis statistik uji beda rata-rata dengan menggunakan Uji T.

Hasil penelitian diperoleh adalah (1) Sektor Pertanian memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB di setiap provinsi di Indonesia. Walaupun ada sembilan provinsi yang Sektor Pertanian yang tidak berkontribusi paling besar, yaitu: Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi Papua Barat; (2) Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan di Indonesia pada periode 2004-2012. Walaupun ada empat provinsi yang Sektor Pertanian bukan merupakan sektor unggulan, yaitu: Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, dan Provinsi Kalimantan Timur. Namun, rata-rata di setiap provinsi (33 provinsi) sektor unggulannya adalah Sektor Pertanian; (3) Kontribusi sektor pertanian di provinsi-provinsi yang termasuk sektor unggulannya sektor pertanian, yang memiliki nilai LQ tertinggi sebesar 4,17 yaitu provinsi Sulawesi Barat.

Kata kunci: Analisis Komparasi, Kontribusi, PDRB Sektor Pertanian,


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah serta limpahan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ibu DR. Ir. Tavi Supriana, M.S. selaku ketua komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Siti Khadijah, S.P., M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua dan Sekretaris Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta kepada seluruh staf pengajar dan pegawai yang ada di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, USU.


(5)

5. Ayahanda tercinta Sutrisno, SE dan Ibunda tercinta Indra Pratiwi, SH serta adik-adik tercinta Nandra Aulia Azzahra dan M. Zein Arbie yang telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.

6. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agrbisnis 2011, Yuli Hariani Siregar yang selalu bersama dalam segala urusan, Denti Juli Irawati, Risa Januarti, Ade Rezkika Nasution, M. Idris Alfad, Ade Silvana Sari, Maya Anggraini, Dwi Utari, Syari Syafrina, Mutiara Sani, M. Sidik Pramono dan teman teman agribisnis 2011 yang tidak bisa saya ucapkan seluruhnya, yang telah mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

7. Seluruh keluarga yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada saya selama penelitian.

Akhirnya penulis mendoakan kiranya Allah SWT menerima seluruh amal dan ibadah mereka dengan membalas budi baik mereka dengan pahala berlipat ganda, semoga segala usaha dan niat baik yang telah kita lakukan mendapat ridho Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya oleh karena itu penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya

rabbal’alamin.

Medan, 2015


(6)

ABSTRAK

ANNISA AZZAHRA (110304120/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

ANALISIS KOMPARASI KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP PDRB ANTAR PROVINSI DI INDONESIA Penelitian ini dibimbing oleh DR. Ir. Tavi Supriana, M.S., dan Siti Khadijah H.N., S.P. M.Si

Tujuan penelitian adalah untuk (1) Untuk mengetahui kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di setiap provinsi di Indonesia, (2) Untuk mengidentifikasi apakah Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan di setiap provinsi di Indonesia, (3) Untuk menganalisis komparasi kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB antar provinsi di Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah (1) Metode deskriptif yaitu dengan menjelaskan perolehan perhitungan kontribusi Sektor Pertanian, dengan melihat besarnya sub sektor tertinggi dan pertumbuhan di setiap tahunnya, (2) Metode analisis Location Quotion (LQ) dengan kriteria LQ>1, LQ=1, LQ<1, (3) Menggunakan metode analisis tabulasi sederhana digunakan analisis statistik uji beda rata-rata dengan menggunakan Uji T.

Hasil penelitian diperoleh adalah (1) Sektor Pertanian memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB di setiap provinsi di Indonesia. Walaupun ada sembilan provinsi yang Sektor Pertanian yang tidak berkontribusi paling besar, yaitu: Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi Papua Barat; (2) Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan di Indonesia pada periode 2004-2012. Walaupun ada empat provinsi yang Sektor Pertanian bukan merupakan sektor unggulan, yaitu: Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, dan Provinsi Kalimantan Timur. Namun, rata-rata di setiap provinsi (33 provinsi) sektor unggulannya adalah Sektor Pertanian; (3) Kontribusi sektor pertanian di provinsi-provinsi yang termasuk sektor unggulannya sektor pertanian, yang memiliki nilai LQ tertinggi sebesar 4,17 yaitu provinsi Sulawesi Barat.

Kata kunci: Analisis Komparasi, Kontribusi, PDRB Sektor Pertanian,


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu usaha yang sangat menguntungkan dan dapat dilakukan dengan efisien. Karena, Indonesia mempunyai keunggulan komperatif (comparative advantage) yang tidak dipunyai oleh negara lain. Yaitu adanya tanah yang luas dan subur, air melimpah, musim yang mendukung untuk perkembangan pertanian (Nunung, 2006).

Pertanian dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut pertanian gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup (Nasoetion, 2005).

Sektor pertanian menempati posisi penting sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto dan penyumbang devisa yang relatif besar dan cukup lentur dalam menghadapi gejolak moneter dan krisis ekonomi, oleh karena produksinya berbasis pada sumber daya domestik maka ekspor produk pertanian relatif lebih tangguh dan relatif stabil dengan penerimaan ekspor yang meningkat pada saat terjadi krisis ekonomi. Lebih dari itu sektor pertanian memiliki keunggulan khas dari sektor-sektor lain dalam perekonomian, antara lain, produksi pertanian berbasis pada sumber daya domestik, kandungan impornya rendah dan relatif


(8)

lebih tangguh menghadapi gejolak perekonomian eksternal, dengan demikian upaya mempertahankan dan meningkatkan peranan sektor pertanian merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan ketahanan ekonomi. Hal ini terbukti dari fakta empiris, disaat Indonesia menghadapi krisis dan secara nasional mengalami laju pertumbuhan ekonomi negatif yaitu berkisar -13,6% menurut perhitungan BPS pada tahun 1998 , hanya sektor pertanian yang tumbuh positif yaitu 5,32% pada triwulan I tahun 1998 (Solahuddin, 2009 dalam Kartika, 2013).

Sampai era reformasi sekarang, tampaknya sektor pertanian masih dan akan merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia (>60% ) tinggal dipedesaan dan lebih dari separoh penduduk tersebut menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sementara itu, kontribusi utama sektor pertanian terhadap pembangunan nasional selama PJP I telah berhasil secara nyata meningkatkan penyediaan bahan pangan khususnya beras, menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menunjang sektor nonpertanian melalui penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan (Daniel, 2004).

Pembangunan ekonomi di negara berkembang dimana memiliki kekayaan sumber daya alam jika diarahkan pada sektor pertanian akan berdampak kepada perkembangan atau pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Beda hal nya dengan kondisi yang ada pada Indonesia. Kekayaan alam yang melimpah yang dimiliki Indonesia seharusnya dapat menjadi peluang untuk mengembangkan sektor pertanian. Akan tetapi, sektor pertanian di Indonesia masih kurang berkembang. Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional jika dilihat


(9)

berdasarkan indikator PDB tidak terlalu besar. Dapat dilihat pada Gambar 1.1 dari tahun 2004 hingga tahun 2012 pertumbuhan sektor pertanian semakin meningkat, namun masih di bawah pertumbuhan PDB secara nasional dan jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Berikut ini gambar Produk Domestik Bruto Atas Harga Kostan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2004-2012.

Gambar 1.1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2004-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)

Berdasarkan Gambar 1.1, maka penyumbang sektor pendapatan nasional di Indonesia terbesar setiap tahunnya dari tahun 2004 sampai tahun 2012 adalah sektor industri yaitu industri pengolahan. Pertumbuhan sektor industri pengolahan

0,00 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00 600.000,00 700.000,00 800.000,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian

Pertambangan Dan Penggalian Industri

Listrik,gas,air bersih Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan dan


(10)

juga jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan sektor pertanian dan jumlah pendapatan nasional yang berasal dari sektor industri pengolahan jauh lebih besar dari sektor pertanian.

Walaupun sektor pertanian di Indonesia masih tergolong kurang berkembang, tetapi sektor pertanian memainkan peranan penting dalam proses industrialisasi pembangunan ekonomi Indonesia, sebab sektor pertanian dapat menjadi sektor pendukung maupun penunjang dalam pembangunan sektor industri. Dalam contoh kasus di atas sektor pertanian memiliki keterkaitan dengan sektor industri dan pada kenyataannya dalam perekonomian dapat terjadi hubungan atau keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya. Dengan mengetahui sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian tersebut sehingga diharapkan dapat menciptakan sinergitas antara sektor-sektor tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Sukino (2013) ada beberapa alasan pembangunan pertanian tidak dapat berkembang, padahal daya dukung pembangunan pertanian sangat baik dengan melihat potensi SDA. Penyebabnya adalah:

a) Dengan melimpahnya kekayaan alam termasuk kekayaan mineral yang terkandung di bumi Indonesia, pemerintah lebih mengutamakan atau memusatkan perhatian untuk mengeksploitasi SDA dari pada membangun pertanian.


(11)

b) Pertumbuhan penduduk Indonesia sebagai lahan konsumen yang tinggi pertumbuhan perusahaan-perusahaan asing maupun domestic sangat tinggi, sehingga pemerintah baik pusat maupun daerah banyak berpihak kepada industri dari pada pembangunan pertanian.

Namun sayangnya, besar kontribusi dalam perekonomian PDB di sektor pertanian kurang diikuti oleh besarnya laju pertumbuhan pertanian. Terihat pada Gambar 1.2, dari tahun 2004 hingga tahun 2008 laju pertumbuhan sektor pertanian terus meningkat tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 3,98% dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan sebesar 3,01%. Padahal apabila laju pertumbuhan PDB juga terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan kontribusinya maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berikut ini Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Pertanian (persen).

Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Pertanian (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)

Data Gambar 1.2 memperlihatkan bahwa dalam kenyataannya pertanian di Indonesia belum berfungsi sebagai motor penggerak bagi perekonomian nasional.

2,82 2,66 2,98 3,43

4,77

3,98

3,01 3,37

4,20


(12)

Banyak faktor penyebabnya, di antaranya adalah pola pembangunan sektor pertanian itu sendiri yang selama ini lebih diarahkan kepada tujuannya, yaitu sebagai pemasok makanan sehingga kurang usaha-usaha diversifikasi produksi. Faktor penyebab lainnya adalah pola industrialisasi yang selama pemerintahan orde baru, lebih mengedepankan pembangunan industri-industri yang menghasilkan barang-barang jadi yang bahan baku utamanya bukan dari sektor pertanian (Tambunan, 2003).

Sektor pertanian terbagi menjadi pertanian secara luas dan pertanian secara sempit (Mubyarto 1989). Kinerja sektor pertanian secara luas ditunjang oleh masing-masing sub-sektor yang terdiri dari sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sedangkan sektor pertanian secara sempit tidak memasukkan sub-sektor kehutanan dan perikanan. Berdasarkan rata-rata pertumbuhan PDB sub-sektor, dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan sub-sektor tanaman pangan relatif lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sub-sektor lainnya. Dapat dilihat pada Gambar 1.3 pada tahun 2011-2012 tanaman pangan mengalami penurunan pertumbuhan (2.4 persen), perkebunan dan peternakan mengalami peningkatan (4.8 persen) dan perikanan (6.8 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa sub-sektor perikanan, perkebunan dan peternakan merupakan peluang sumber pertumbuhan baru menggantikan sub-sektor tanaman pangan yang mengalami perlambatan. Berikut gambar Rata-rata pertumbuhan PDB sub-sektor 2001-2012.


(13)

Gambar 1.3 Rata-rata Pertumbuhan PDB Sub-Sektor (persen) Periode 2001-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)

Daerah sentra produksi komoditi pertanian yang cukup menonjol antara lain yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa. Dapat dilihat pada Gambar 1.4 pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2004 sampai tahun 2007 selalu mengalami peningkatan rata-rata sebesar (17 persen) setiap tahun.

3,2 4,3 4,2

-0,1

5,1 2,4

4,8 4,8

0,5

6,8

Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan 2001-2010 2011-2012

Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat


(14)

Gambar 1.4 PDRB Provinsi di Sektor Pertanian Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2007 (Miliar Rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai menghitung kontribusi dalam pembentukan PDRB di setiap provinsi sekaligus mengidentifikasi apakah sektor pertanian termasuk sektor unggul di setiap provinsi di Indonesia. Dengan memperhatikan kondisi dan potensi yang dimiliki Indonesia, maka pembangunan ekonomi di sektor pertanian akan berjalan optimal.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di setiap provinsi di Indonesia?

2. Apakah Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan di setiap provinsi di Indonesia?

3. Bagaimana komparasi kontribusi Sektor Pertanian antar provinsi di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di setiap provinsi di Indonesia


(15)

2. Untuk mengidentifikasi apakah Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan di setiap provinsi di Indonesia

3. Untuk menganalisis komparasi kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB antar provinsi di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi mengenai kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di setiap provinsi di Indonesia

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Gambaran Umum Pertanian

Menurut Mosher dalam Mubyarto (1989) mendefinisikan pertanian sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pertanian dalam arti sempit diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian). Sektor pertanian meliputi kegiataan pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda biologis/ hidup yang diperoleh dari alam dengan tujuan untuk konsumsi. Berdasarkan definisi ini, sektor pertanian secara sempit dapat dirinci atas beberapa sub-sektor, yaitu:

1. Sektor tanaman pangan (Food Crop)

Mencakup segala jenis makanan yang dihasilkan dan dipergunakan sebagai bahan makanan seperti, padi, jagung, ketela pohon, kentang dan umbi-umbian lainya, kacang tanah, kedelai, dan kacang lainnya, sayur dan buah-buahan.

2. Tanaman perkebunan (Estate Crop)

Mencakup segala jenis tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan seperti karet, kopi, teh, kina, coklat, kelapa sawit, tebu, serat manila, kelapa, kapuk, cengkeh, pala, lada, pinang dan lainya.


(17)

Mencakup kegiatan pemeliharaan ternak besar, ternak kecil, dan unggas yang bersifat komersial dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dipotong dan diambil hasilnya seperti; sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, ayam, itik, burung, ulat sutra dan sebagainya.

Pertanian muncul pada saat manusia mulai mengendalikan pertumbuhan tanaman dan hewan, serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga menguntungkan. Perbedaan antara pertanian yang ilmiah dan pertanian yang masih primitif terletak pada taraf sampai di mana penguasaan manusia atas pertumbuhan tanaman dan hewan telah terlaksana Pada pertanian yang masih sangat primitif, petani menerima tanah, curah hujan, dan berbagai jenis tanman yang ada sebagaimana adanya. Pada pertanian yang sudah modern, manusia menggunakan kecerdasan otaknya untuk meningkatkan penguasaannya terhadap semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan (Hanafie, 2010).

Pertanian dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut pertanian gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup (Nasoetion, 2005 dalam Sukino, 2003).

Pertanian yaitu semua kegiatan yang meliputi penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yaitu masih


(18)

menggunakan peralatan tradisional yang termasuk pula di dalamnya (BPS, 2003 dalam Ramanto, 2008). Bisa juga pertanian disebut sebagai upaya pengolahan tanaman dan lingkungan agar memberikan suatu produk (Mardjuki, 1990).

Pertanian merupakan suatu proses produksi yang khas didasarkan atas proses-proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pembangunan pertanian merupakan suatu proses perubahan kondisi yang kurang baik menjadi kondisi yang lebih baik di sektor pertanian. Pembangunan pertanian tidak hanya dipengaruhi oleh unsur-unsur produksi seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal, tetapi juga dipengaruhi aspek-aspek sosial, ekonomi, dan politik (Mosher, 1966 dalam Santoso, 2005).

2.2Landasan Teori

2.2.1 Kontribusi Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan nasional terutama di negara-negara sedang berkembang. Hal ini dikarenakan pada umumnya negara-negara-negara-negara berkembang tersebut merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut, sehingga tidak salah apabila sektor pertanian berfungsi sebagai penunjang terhadap pembangunan ekonominya.

Menurut Todaro (2003), suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan minimal memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni :


(19)

1. Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil.

2. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan.

3. Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat karya, yaitu nonpertanian, yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian.

Pertanian di negara sedang berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut (Kuznets, 1964 dalam Tambunan, 2003). 1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat tergantung pada

produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan-bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor-sektor nonpertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. Kuznets menyebut ini sebagai kontribusi produk.

2. Karena kuatnya bias agraris dari sektor ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di dalam negeri,


(20)

baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang konsumen. Kuznets menyebutnya kontribusi pasar.

3. Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan outputnya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor nonpertanian. Sama juga, seperti di dalam teori penawaran tenaga kerja tak terbatas dari Arthur Lewis (1954), dalam proses pembangunan ekonomi jangka panjang terjadi perpindahan surplus tenaga kerja dari pertanian (pedesaan) ke industri dan sektor-sektor nonpertanian lainnya (perkotaan). Kuznets menyebutnya kontribusi faktor-faktor produksi.

4. Sektor pertanian mampu berperan sabagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi-komoditi pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Kuznets menyebutnya kontribusi devisa.

Sektor pertanian cukup layak untuk dijadikan sebagai sektor andalan ekonomi terutama sebagai sektor andalan dalam pemerataan tingkat pendapatan masyarakat yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik tingkat penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian tahun 1999 (40,59%), tahun 2000 (42,53%), tahun 2001 (40,22%), tahun 2002 (40,31%), dan tahun 2003 (41,93%). Hal ini dikarenakan sektor pertanian


(21)

mempunyai keunggulan kompetitif yang terbukti mampu menghadapi gangguan dari luar. Keunggulan kompetitifnya didapat dari input yang berbasis sumber daya lokal.

2.2.2 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Apabila diterjemahkan dalam tataran daerah maka PDB disebut dengan PDRB. PDRB adalah total nilai produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah tertentu dalam waktu tertentu tanpa melihat faktor kepemilikan. Salah satu model yang menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa (PDRB) suatu wilayah secara keseluruhan adalah Model Solow (Mankiw, 2006).

Salah satu indikator ekonomi makro yang berperan dalam membuat perencanaan kebijaksanaan dalam pembangunan, menentukan arah pembangunan serta mengevaluasi hasil pembangunan suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto. PDRB dapat dijadikan sebagai indikator laju pertumbuhan ekonomi sektoral agar dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang menyebabkan perubahan pada pertumbuhan ekonomi. Besar kecilnya PDRB yang dapat dihasilkan oleh suatu wilayah/daerah tergantung oleh besarnya sumberdaya alam yang telah dimanfaatkan, jumlah dan mutu sumberdaya manusia, kebijaksanaan


(22)

pemerintah, letak geografis serta tersedianya sarana dan prasarana di wilayah tersebut. Terdapat beberapa ukuran pendapatan nasional , diantaranya: Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB), Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB), Net National Product (NNP) atau Produk Nasional Neto (PNN), dan National Income (NI) atau Pendapatan Nasional (PN).

Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode antara lain:

a. Metode Langsung Dalam menghitung PDRB

Dengan metode langsung, perhitungan diserahkan sepenuhnya pada data daerah yang terpisah dari data nasional, sehingga hasil perhitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Dalam metode ini PDRB dapat diukur dengan tiga pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah barang dan jasa terakhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 11 sektor (dapat juga dibagi menjadi 9 sektor) yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas, dan air minum; (5) bangunan; (6) perdagangan; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) bank dan lembaga keuangan lainnya; (9) sewa rumah; (10) pemerintahan; dan (11) jasa-jasa.

2. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu setahun.


(23)

Balas jasa produksi yang dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah, modal, dan keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam hal ini mencakup juga penyusutan dan pajak-pajak tak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut nilai tambah bruto sektoral. Oleh sebab itu PDRB menurut pendekatan pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha.

3. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan; (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok; (3) pengeluaran konsumsi pemerintah; serta (4) ekspor neto (yaitu ekspor dikurang impor) dalam jangka waktu setahun.

b. Metode Tidak Langsung / Alokasi

Menghitung nilai tambah suatu kelompok kegiatan ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling mendukung satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan mutu atau kualitas data daerah.


(24)

Dilihat dari penjelasan di atas PDRB dari suatu daerah/wilayah lebih menunjukkan pada besaran produksi suatu daerah bukan pendapatan yang sebenarnya diterima oleh penduduk sekitar yang bersangkutan. Walaupun demikian, PDRB merupakan data yang paling representatif dalam menunjukkan pendapatan dibandingkan dengan data-data yang lainnya (Dumairy, 1996).

2.2.3 Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Dengan adanya sektor unggulan, maka akan mempermudah pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai.

Kriteria sektor unggulan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya : pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Tarigan, 2005).

Semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke daerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor non unggulannya. Dengan


(25)

kata lain, sektor unggulan berhubungan langsung dengan permintaan dari luar, sedangkan sektor non unggulan berhubungan secara tidak langsung, yaitu melalui sektor unggulan terlebih dahulu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor unggulan merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Glasson, 1997).

2.3 Metode Analisis Sektor Unggulan

2.3.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient (Kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah perbandingan dengan besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Analisis LQ memang sangat sederhana sehingga apabila digunakan dalam bentuk one shot analysis, manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ berada di atas 1 atau tidak. Analisis LQ bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time-series/trend, artinya dianalisis dalam beberapa kurun waktu tertentu (Tarigan, 2005).

Metode ini berguna untuk menentukan sektor unggulan dan sektor non unggulan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan total semua sektor di daerah atasnya. Daerah bawah dan daerah atas yang dimaksud adalah daerah administratif (Glasson, 1977). Di dalam penelitian ini analisis dilakukan


(26)

pada tingkat provinsi, maka daerah bawahnya adalah provinsi, dan daerah atasnya adalah Indonesia.

2.4. Penelitian Terdahulu

Kartika (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisi Kontribusi Ekspor Kopi terhadap PDRB Sektor Perkebunan dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor komoditi kopi Sumatera Utara dan mengetahui bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan ekspor kopi terus mengalami peningkatan yang bersifat fluktiatif dari tahun ke tahun dengan trend yang cenderung meningkat dan volume ekspor kopi memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara.

Fitriah (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Investasi Swasta dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sektor Pertanian, Sub-Sektor Tanaman

Pangan, Perkebunan, Peternakan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

jumlah tenaga kerja dan nilai realisasi PMDN dan PMA sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDRB sektor pertanian secara sempit. Hasil penelitian menunjukkan elastisitas tenaga kerja berkisar antara 0.160–0.793. Hasil ini mengimplikasikan bahwa PDRB sektor pertanian, sub-sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan lebih didorong oleh faktor tenaga kerja dibandingkan investasi.

Naufal (2010) dalam penelitian dengan judul “Peranan Sektor Pertanian

dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di


(27)

Sektor Pertanian terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan laju perrtumbuhan ekonomi di Pemerintah Aceh. Hasil penelitian menunjukkan Sektor Pertanian mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB Pemerintah Aceh, disamping itu mayoritas penduduk Pemerintah Aceh bekerja di Sektor Pertanian. Sektor Pertanian menyumbang rata-rata 20,97 persen per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2000-2007. Sumbangan Sektor Pertanian tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan sektor-sektor lain.

Restiviana (2008), dalam penelitiannya dengan judul “Perekonomian Wilayah Banyuwangi”. Hasil penelitiannya menyatakan sektor yang berdaya saing rendah pada Kabupaten Banyuwangi adalah Sekor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa-Jasa. Sektor-sektor tersebut di atas berdaya saing kurang baik jika dibandingkan dengan Sektor-sektor yang sama yang ada di kabupaten lain di Jawa Timur. Sedangkan Sektor Bangunan merupakan sektor-sektor berdaya saing tertinggi di Kabupaten Banyuwangi. Sektor unggulan/basis di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan LQ, adalah: 1. Sektor Pertanian. 2. Sektor Pertambangan dan Galian, 3. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.

Wiyanti (2004), dalam penelitiannya dengan judul ”Analisis Sektor Basis Perekonomian Kabupaten Tangerang serta Implikasinya terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Otonomi Daerah” menggunakan Pendekatan Location Quotient (LQ). Hasil penelitian menyatakan bahwa perekonomian Kabupaten


(28)

Tangerang didominasi oleh sektor primer, yaitu pertanian dan pertambangan, kemudian sektor sekunder, yaitu industri pengolahan, listrik gas dan air bersih. sedangkan sektor tersier mengalami pergeseran ke arah peningkatan, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa.

2.4Kerangka Konseptual

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah dengan cara bertani atau berkebun sehingga Sektor Pertanian sangat vital bagi Indonesia. Peningkatan produktivitas di Sektor Pertanian akan meningkatkan pendapatan masyarakat menengah ke bawah yang bekerja pada Sektor Pertanian. Peningkatan pendapatan ini akan meningkatkan taraf hidup masyarakat pada Sektor Pertanian yang jumlahnya cukup besar. Semakin banyak masyarakat yang tertarik pada Sektor Pertanian, semakin berkembang Sektor Pertanian, sehingga “range” PDRB perkapita antar daerah yang didominasi oleh Sektor Pertanian dan daerah yang didominasi oleh sektor non pertanian semakin sempit.

Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari adanya sektor-sektor ekonomi unggulan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB. Sektor-sektor unggulan tersebut apabila terus dikembangkan, akan membantu meningkatkan perekonomian wilayah. Selanjutnya sektor-sektor unggulan tersebut akan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan ekonomi yang berasal dari perubahan PDRB menurut 9 sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha ini dianalisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ).


(29)

Metode LQ berguna untuk menentukan Sektor Pertanian di setiap provinsi merupakan sektor unggulan atau sektor non unggulan. Selanjutnya, merumuskan untuk memprioritaskan provinsi yang Sektor Pertanian adalah sektor unggulan dan yang sangat potensial untuk dikembangkan sehingga pada akhirnya akan menciptakan pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut.

Penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis komparasi seberapa besar kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB antar provinsi di Indonesia.


(30)

Sektor Pertanian

Pendekatan Location Quotient

9 Sektor Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000

1.Sektor Pertanian 6. Sektor Perdagangan

2.Sektor Pertambangan dan Penggalian 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

3.Sektor Industri Pengolahan 8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

4.Sektor Listrik, Gas, dan Air minum 9. Sektor Jasa-jasa

5.Sektor Bangunan

PDRB di 33 Provinsi Periode 2004-2012

Sektor Unggulan


(31)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Komparasi Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB antar Provinsi di Indonesia

Keterangan :

: Menyatakan Kontribusi : Menyatakan Hubungan

2.5Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Sektor Pertanian memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB di setiap provinsi di Indonesia, dibanding dengan sektor-sektor lainnya.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Indonesia dengan mempertimbangkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya alam di Indonesia, pertanian merupakan salah satu usaha yang sangat menguntungkan dan dapat dilakukan dengan efisien. Karena, negara kita mempunyai keunggulan komparatif yang tidak dipunyai oleh negara lain dan menurut Nunung (2006), masih ada 30,4 juta hektar hutan cadangan, 6,3 juta ha rawa-rawa, dan 6,1 juta hektar tanah yang belum dimanfaatkan. Sehingga Indonesia mempunyai peranan dan posisi yang strategis sebagai penyumbang PDRB terbesar dalam sektor pertanian, untuk itu dibutuhkan penelitian mengenai sektor pertanian termasuk sektor unggulan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data time series dengan range tahun 2004 sampai tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, data yang diperoleh yaitu data PDRB sektor-sektor ekonomi atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha di 33 provinsi Indonesia.


(33)

3.3Metode Analisis Data

3.3.1. Analisa Data Identifikasi Masalah 1 (Hipotesis 1)

Untuk menjawab Identifikasi Masalah 1 yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif, berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data sekunder yaitu mengenai kontribusi Sektor Pertanian di 33 provinsi di Indonesia.

Hipotesis 1, diuji dengan melihat besarnya sub sektor pertanian yang unggul digunakan rumus:

Kss =

...……… (3.1)

Dimana:

Kss = Kontribusi Sub sektor rata-rata di setiap provinsi

VASS* = Jumlah nilai PDRB sub sektor di setiap provinsi

n = Jumlah data

Menghitung sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB digunakan rumus:

pit =

... (3.2)

Dimana:


(34)

Sit = PDRB Sektor Pertanian pada tahun ke-t (rupiah)

Tt = Total PDRB pada tahun-t (rupiah)

Kemudian dihitung besarnya pertumbuhan Sektor Pertanian yang dicapai selama jangka waktu tertentu dengan menggunakan rumus :

Git = .

... (3.3)

Dimana :

Git = Pertumbuhan Sektor Pertanian pada tahun ke-t (%)

Pit = Besarnya PDRB Sektor Pertanian pada tahun ke-t (rupiah)

Pit-1 = Besarnya PDRB Sektor Pertanian pada tahun ke-t-1 (rupiah)

3.3.2. Analisa Data Identifikasi Masalah 2 (Hipotesis 2)

Untuk menjawab identifikasi masalah 2 yang digunakan adalah dengan metode analisis LQ. Location Quotion (LQ) yaitu perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan yang sama pada daerah yang lebih luas.

Hipotesis 2, diuji dengan analisis Location Quotion (LQ)

LQ =

Struktur rumusan LQ memberikan beberapa nilai yaitu LQ > 1, LQ = 1, LQ < 1. Jika memakai nilai produksi sebagai bahan perhitungan, maka :


(35)

a. LQ lebih besar dari satu (LQ > 1)

Berarti komoditas tersebut merupakan sektor basis, artinya produksi komoditas yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana komoditas tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat dijual ke luar daerah. Dalam hal ini tingkat spesialisasi sektor tertentu pada provinsi i lebih besar dari sektor yang sama pada tingkat nasional.

b. LQ lebih kecil dari satu (LQ < 1)

Produksi komoditas tersebut belum mencukupi kebutuhan konsumsi di daerah yang bersangkutan dan pemenuhannya didatangkan dari daerah lain. Dalam hal ini spesialisasi sektor tertentu pada provinsi i lebih kecil dari sektor yang sama pada tingkat nasional.

c. LQ sama dengan satu (LQ = 1)

Produksi komoditas yang bersangkutan hanya cukup untuk kebutuhan daerah setempat. Dalam hal ini tingkat spesialisasi sektor tertentu pada provinsi i sama dengan sektor yang sama pada tingkat nasional.

3.3.3. Analisa Data Identifikasi Masalah 3

Untuk menjawab identifikasi masalah 3 dengan menggunakan metode analisis deskriptif, karena datanya berhubungan dengan hal membandingkan setiap provinsi yang memiliki sektor unggulannya pertanian. Untuk mengujinya dengan menggunakan metode Dependent Simple T-Test secara tabulasi sederhana. Yaitu membandingkan nilai-nilai Sektor Pertanian yang dihasilkan di setiap provinsi, kemudian kita bandingkan mana yang lebih tinggi. Setelah itu, hasil yang paling tinggi maka provinsi tersebutlah yang berkontribusi sangat besar.


(36)

Sehingga metode deskriptif digunakan untuk memaparkan hasil yang menunjukkan kontribusi paling tinggi di Sektor Pertanian.

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

3.4.1. Definisi

1. Kontribusi Sektor Pertanian adalah sumbangan yang diberikan oleh Sektor Pertanian dengan melihat dalam PDRB provinsi di Indonesia

2. PDRB menurut lapangan usaha adalah besarnya lapangan usaha pertanian dibandingkan dengan 8 sektor lainnya.

3.4.2. Batasan Operasional

1. Data yang diambil adalah data dalam kurun waktu tahun 2004 sampai tahun 2012 meliputi data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di 33 Provinsi Indonesia dan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha.


(37)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah

4.1.1 Batas dan Topografi Wilayah Indonesia

Secara astronomis, Indonesia terletak antara 60 08’ Lintang Utara dan 110 15’ Lintang Selatan dan antara 940 45’ – 1410 05’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00. Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Negara Malaysia, Negara Singapura, Negara Filipina, dan

Laut Cina Selatan.

Sebelah Selatan : Negara Australia, dan Samudra Hindia.

Sebelah Barat : Samudra Hindia.

Sebelah Timur : Negara Papua Nugini, Timor Leste, dan Samudra Pasifik.

Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia terdiri dari 33 provinsi yang terletak di lima pulau besar dan empat kepulauan, yaitu :

Pulau Sumatera : Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara,


(38)

Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, dan

Provinsi Lampung

Kepulauan Riau : Kepulauan Riau

Kepulauan Bangka Belitung : Kepulauan Bangka Belitung

Pulau Jawa : Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa

Tengah, Provinsi Banten, Provinsi DI Yogyakarta, dan

Provinsi Jawa Timur

Kepulauan Nusa Tenggara (Sunda Kecil) : Provinsi Bali, Provinsi Nusa

Tenggara Barat, dan Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Pulau Kalimantan : Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Tengah, Kalimantan

Selatan, Kalimantan Timur, dan Provinsi Kalimantan

Utara

Pulau Sulawesi : Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontallo, Provinsi

Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi

Sulawesi Barat, dan Provinsi Sulawesi Tenggara

Kepulauan Maluku : Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara


(39)

4.1.2 Luas dan Kondisi Gografis

Berikut ini luas daerah di Indonesia menurut provinsi pada tahun 2013, yaitu :

Tabel 4.1. Luas Setiap Provinsi di Indonesia Tahun 2013

Provinsi Ibu Kota Provinsi Luas

( km2 )

Aceh Banda Aceh 57.956,00

Sumatera Utara Medan 72.981,23

Sumatera Barat Padang 42.012,89

Riau Pekanbaru 87.023,66

Jambi Jambi 50.058,16

Sumatera Selatan Palembang 91.592,43

Bengkulu Bengkulu 19.919,33

Lampung Bandar Lampung 34.623,80

Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang 16.424,06

Kepulauan Riau Tanjung Pinang 8.201,72

DKI Jakarta Jakarta 664,01

Jawa Barat Bandung 35.377,76

Jawa Tengah Semarang 32.800,69

DI Yogyakarta Yogyakarta 3.133,15

Jawa Timur Surabaya 47.799,75


(40)

Bali Denpasar 5.780,06

Nusa Tenggara Barat Mataram 18.572,32

Nusa Tenggara Timur Kupang 48.718,10

Kalimantan Barat Pontianak 147.307,00

Kalimantan Tengah Palangka Raya 153.564,50 Kalimantan Selatan Banjarmasin 38.744,23

Kalimantan Timur Samarinda 129.066,64

Kalimantan Utara Bulungan 75.467,70

Sulawesi Utara Manado 13.851,64

Sulawesi Tengah Palu 61.841,29

Sulawesi Selatan Makassar 46.717,48

Sulawesi Tenggara Kendari 38.067,70

Gorontalo Gorontalo 11.257,07

Sulawesi Barat Mamuju 16.787,18

Maluku Ambon 46.914,03

Maluku Utara Ternate 31.982,50

Papua Barat Manokwari 97.024,27

Papua Jayapura 319.036,05

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014

Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa wilayah di Indonesia yang memiliki luas terbesar pada tahun 2013 adalah Provinsi Papua, yaitu 319. 036,05 km2.


(41)

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Penduduk di Indonesia memiliki jenis pekerjaan yang beraneka ragam. Berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin ( Juta Jiwa ) Tahun 2013

No Jenis Pekerjaan Jumlah

( Jiwa )

Persentase ( % )

1 Petanian 39,96 35,05

2 Manufaktur 23,48 20,59

Pertambangan 1,56 1,37

Industri 14,78 12,96

Listrik, gas, dan air 0,25 0,22

Bangunan 6,89 6,04

3 Jasa-jasa 50,58 44,36

Perdagangan 24,81 21,76

Transportasi 5,23 4,59

Keuangan 3,01 2,64

Jasa Kemasyarakatan 17,53 15,37

TOTAL 114,02 100


(42)

Tabel 4.2. dapat menjelaskan bahwa penduduk Indonesia sebagian besar bekerja di Sektor Jasa-Jasa dengan jumlah 50,58 jiwa dengan persentase 44,36%. Sedangkan penduduk yang bekerja di Sektor Pertanian sebanyak 39,96 jiwa dengan persentase 35,05%. Dan penduduk yang bekerja di Sektor Manufaktur dengan jumlah 23,48 jiwa dengan persentase 20,59 %.

4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Golongan Umur Tahun 2013

No

Tingkat Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 15 - 19 5.744.811 5,18

2 20 - 24 10.409.586 9,39

3 25 - 29 13.836.717 12,49

4 30 - 34 16.875.894 15,23

5 35 - 39 13.603.962 12,28

6 40 - 44 14.630.124 13,20

7 45 - 49 11.282.190 10,18


(43)

9 55 - 59 5.998.795 5,41

10 60+ 8.705.827 7,86

Jumlah 110.804.041 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013 (diolah)

Tabel 4.3. diketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak menurut kelompok umur adalah pada umur 30 – 34 tahun yaitu sebanyak 16.875.894 jiwa (15,23%), sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok umur 15 – 19 tahun yaitu sebanyak 5.744.811 jiwa (5,18%).

4.2.3 Kondisi Penduduk Indonesia

Penduduk Indonesia pada tahun 2014 berjumlah 253.609.643. Hal ini menjadikan Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Dimana pada peringkat pertama masih diduduki oleh China dengan jumlah penduduk sebesar 1,355 miliar jiwa, posisi kedua diduduki oleh India dengan jumlah penduduk sebesar 1,236 miliar jiwa, dan di posisi ketiga diduduki oleh Amerika Serikat dengan jumlah penduduk sebesar 318.892 juta jiwa. Sedangkan tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa, ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk bertambah sebesar 15.968.317 jiwa dalam 4 tahun terakhir sejak tahun 2010, atau bertambah sebesar 6,71%.

Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000-2010, kondisi jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka kelahiran. Untuk melihat perkembangan jumlah penduduk Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut:


(44)

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2000 dan Tahun 2010

Provinsi

Penduduk (Jiwa)

2000 2010

Aceh 3.930.905 4.494.410

Sumatera Utara 11.649.655 12.982.204

Sumatera Barat 4.248.931 4.846.909

Riau 4.957.627 5.538.367

Jambi 2.413.846 3.092.265

Sumatera Selatan 6.899.675 7.450.394

Bengkulu 1.567.432 1.715.518

Lampung 6.741.439 7.608.405

Kepulauan Bangka Belitung 900.197 1.223.296

Kepulauan Riau - 1.679.163

DKI Jakarta 8.389.443 9.607.787

Jawa Barat 35.729.537 43.053.732

Jawa Tengah 31.228.940 32.382.657

DI Yogyakarta 3.122.268 3.457.491

Jawa Timur 34.783.640 37.476.757

Banten 8.098.780 10.632.166

Bali 3.151.162 3.890.757

Nusa Tenggara Barat 4.009.261 4.500.212

Nusa Tenggara Timur 3.952.279 4.683.827

Kalimantan Barat 4.034.198 4.395.983

Kalimantan Tengah 1.857.000 2.212.089


(45)

Kalimantan Timur 2.455.120 3.553.143

Sulawesi Utara 2.012.098 2.270.596

Sulawesi Tengah 2.218.435 2.635.009

Sulawesi Selatan 8.059.627 8.034.776

Sulawesi Tenggara 1.821.284 2.232.586

Gorontalo 835.044 1.040.164

Sulawesi Barat - 1.158.651

Maluku 1.205.539 1.533.506

Maluku Utara 785.059 1.038.087

Papua Barat - 760.422

Papua 2.220.934 2.833.381

INDONESIA 206.264.595 237.641.326

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013

Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa penduduk Indonesia tahun 2000 dan 2010 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 14,9% dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 15,2%.

4.3 Perekonomian Indonesia

Perekonomian di Indonesia dapat dilihat melalui Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha


(46)

(Milliar Rupiah) (Milliar Rupiah)

Pertanian

284.827,31 0

Pertambangan dan penggalian 176.431,68 108.395,63 Industri Pengolahan

736.728,68 -560.297,00

Listrik, Gas, dan Air Bersih

560.297,00 176.431,68

Bangunan

15.267,97 0,00

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 131.708,32 -116.440,36

Pengangkuta dan Komunikasi

140.374,40 0,00

Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan 145.104,90 -266.861,79

Jasa-Jasa

1.656.516,80 -187.879,12

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.5., dapat dilihat bahwa Sektor Jasa-Jasa yang memberikan kontribusi terbesar pertama terhadap PDB Indonesia, yaitu sebesar Rp. 1.656.516,80 miliar. Sedangkan kontribusi Sektor Pertanian berada pada urutan keempat, yaitu sebesar Rp. 284.827,31 miliar. Untuk pertumbuhannya,


(47)

yang besar terjadi pada Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, yaitu sebesar Rp. 176.431,69 miliar.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Setiap Provinsi Indonesia

Fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara rill dari tahun ke tahun disajikan melalui PDRB atas harga konstan. Perhitungan PDRB di setiap provinsi Indonesia setiap tahun selalu mengalami perbaikan. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan penurunan.

Sektor Pertanian merupakan salah satu komponen penyusun PDRB disamping Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Sektor Jasa-Jasa. Dalam Sektor Pertanian terdapat sub sektor yang berperan penting juga dalam peningkatan PDRB yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan, sub sektor perikanan.

Kontribusi sub sektor di setiap provinsi yang lebih besar kontribusinya terhadap Sektor Pertanian tersebut. Adapun rumusnya sebagi berikut:

Kss*=

...……… (3.1)


(49)

Kss* = Kontribusi sub sektor tertentu terhadap 9 Sektor Ekonomi di

setiap provinsi

VASS* = Nilai PDRB sub sektor tertentu di setiap provinsi

VASS = Nilai PDRB Sektor Pertanian di setiap provinsi

Sedangkan untuk melihat kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB dihitung menggunakan rumus perhitungan secara sistematis. Adapun rumusnya :

pit=

... (3.2)

Dimana:

pit= Besarnya kontribusi Sektor Pertanian pada tahun ke-t (%)

Sit = PDRB Sektor Pertanian pada tahun ke-t (rupiah)

Tt = Total PDRB pada tahun-t (rupiah)

5.1.1 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Aceh

Daerah Pemerintah Aceh merupakan daerah yang kehidupan masyarakatnya sangat bergantung pada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar dibandingkan sektor lain. Sumbangan Sektor Pertanian bagi perekonomian Pemerintahan Aceh dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar pertama dalam pembentukan PDRB Pemerintah Aceh. Sektor Pertanian penyumbang


(50)

rata-rata Rp. 8.505,22 miliar rupiah per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sumbangan Sektor Pertanian tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan Sektor-Sektor lain. Dari jumlah sumbangan tersebut terlihat bahwa Sektor Pertanian merupakan sektor yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Aceh. Penyumbang terbesar kedua bagi PDRB Pemerintah Aceh adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu rata-rata sebesar Rp 6.360 miliar per tahun disusul dengan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di urutan ketiga dan Sektor Jasa-Jasa pada urutan ke empat yaitu rata-rata sebesar Rp. 6.074,44 miliar dan Rp. 5.483,33 miliar per tahun.

Kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2012 terus mengalami peningkatan disetiap tahunnya, tetapi pada tahun 2006 sempat terjadi penurunan sebesar 21,36% dan seterusnya mengalami peningkatan. Kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 1.2.

Pada Lampiran 1.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektorterhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor tanaman bahan makanan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit. Besar kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan Rp 344.822 miliar per tahun.

Laju pertumbuhan Sektor Pertanian selama sembilan tahun terakhir (2004-2012) berfluktuatif setiap tahunnya. Walau pada tahun 2004 sempat mengalami penurunan yang negatif (-3,89). Laju pertumbuhan ini rendah karena terjadinya


(51)

peristiwa musibah tsunami pada akhir tahun 2004, sehingga mengakibatkan penurunan yang cukup besar.

Hal ini dinyatakan oleh Winoto dan Siregar (2008) dalam Fitria (2014) yang menyatakan bahwa perlambatan pertumbuhan di Sektor Pertanian terkait dengan tren pertumbuhan negatif sub sektor non tanaman pangan.

5.1.2 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Utara

Daerah Pemerintah Sumatera Utara merupakan daerah yang memfokuskan pembangunannya kepada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar dibandingkan sektor lain. Sumbangan Sektor Pertanian bagi perekonomian Pemerintahan Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran 2.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar pertama dalam pembentukan PDRB Pemerintah Sumatera Utara. Sektor Pertanian penyumbang rata-rata Rp. 25.586 miliar rupiah per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sumbangan Sektor Pertanian tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan Sektor-Sektor lain. Dari jumlah sumbangan tersebut terlihat bahwa Sektor Pertanian merupakan sektor yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Sumatera Utara. Penyumbang terbesar kedua bagi PDRB Pemerintah Sumatera Utara adalah Sektor Industri Pengolahan yaitu rata-rata sebesar Rp. 24.120,78 miliar per tahun disusul dengan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di urutan ketiga yaitu rata-rata per tahun sebesar Rp. 19.756,22 miliar.


(52)

Kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2012 terus mengalami penurunan disetiap tahunnya. Kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 2.2.

Pada Lampiran 2.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektor terhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor tanaman perkebunan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit. Besar kontribusi sub sektor tanaman perkebunan Rp. 1.037.578 miliar per tahun.

Laju pertumbuhan Sektor Pertanian selama sembilan tahun terakhir (2004-2012) berfluktuatif setiap tahunnya. Laju pertumbuhan yang sangat besar terjadi pada tahun 2008 (6,06) dan laju pertumbuhan yang terkecil pada tahun 2006 (2,40). Peningkatan ini disebabkan terjadinya peningkatan produksi komoditas kelapa sawit yang mengalami kenaikan harga (Fitria, 2014).

5.1.3 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Barat

Daerah Pemerintah Sumatera Barat merupakan daerah yang kehidupan masyarakatnya sangat bergantung pada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar dibandingkan sektor lain. Sumbangan Sektor Pertanian bagi perekonomian Pemerintahan Sumatera Barat dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar pertama dalam pembentukan PDRB Pemerintah Sumatera Barat. Sektor Pertanian penyumbang rata-rata Rp. 8.406,22 miliar rupiah per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sumbangan Sektor Pertanian


(53)

tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan Sektor-Sektor lain. Dari jumlah sumbangan tersebut terlihat bahwa Sektor Pertanian merupakan sektor yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Sumatera Barat. Penyumbang terbesar kedua bagi PDRB Pemerintah Sumatera Barat adalah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yaitu rata-rata sebesar Rp. 6.393,56 miliar per tahun disusul dengan Sektor Jasa-Jasa di urutan ketiga dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada urutan keempat yaitu rata-rata sebesar Rp. 5.841,89 miliar dan Rp. 5.216,44 miliar per tahun.

Kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2012 terus mengalami penurunan disetiap tahunnya. Kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 3.2.

Pada Lampiran 3.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektor terhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor tanaman bahan makanan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit. Besar kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan Rp. 422.611 miliar per tahun.

Laju pertumbuhan Sektor Pertanian selama sembilan tahun terakhir (2004-2012) selalu mengalami penurunan hingga tahun 2009, dan ditahun selanjutnya pertumbuhan berfluktutif. Pada tahun 2010 pertumbuhan sebesar 4,08 di tahun 2011 sebesar 3,80 dan di tahun 2012 sebesar 4,07. Menurut Supriyati (2010) dalam Fitria (2014) hal ini terkait dengan semakin menurunnya lahan pertanian akibat konversi lahan yang tidak diikuti dengan menurunnya penyerapan tenaga kerja yang sangat besar di sub sektor tanaman pangan.


(54)

5.1.4 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Riau

Provinsi Riau lebih berpotensi kepada Sektor Industri, sehingga daerah Pemerintah Riau merupakan daerah yang kehidupan masyarakatnya tidak begitu bergantung pada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar kedua setelah Sektor Pertambangan dan Penggalian. Sumbangan Sektor Pertanian bagi perekonomian Pemerintahan Riau dapat dilihat pada Lampiran 4.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar kedua setelah Sektor Pertambangan dan Penggalian dalam pembentukan PDRB Pemerintah Riau. Sektor Pertanian penyumbang rata-rata Rp. 15.353 miliar rupiah per tahun sedangkan Sektor Pertambangan dan Penggalian penyumbang rata-rata terbesar pertama sebesar Rp. 46.120,67 miliar rupiah terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sumbangan Sektor Pertanian merupakan sumbangan terbesar kedua bila dibandingkan dengan sumbangan Sektor Pertambangan dan Penggalian. Penyumbang terbesar ketiga bagi PDRB Pemerintah Riau adalah Sektor Industri Pengolahan yaitu rata-rata sebesar Rp. 9.869,33 miliar per tahun disusul dengan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di urutan keempat sebesar Rp. 7.774,33 miliar per tahun.

Kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2012 mengalami fluktuatif disetiap tahunnya. Kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 4.2.

Pada Lampiran 4.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektor terhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor tanaman


(55)

perkebunan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit di Provinsi Riau. Besar kontribusi sub sektor tanaman perkebunan Rp. 610.456 miliar per tahun.

Laju pertumbuhan Sektor Pertanian selama sembilan tahun terakhir (2004-2012) selalu mengalami penurunan hingga tahun 2009, dan ditahun selanjutnya pertumbuhan berfluktutif. Pada tahun 2010 pertumbuhan sebesar 3,87 di tahun 2011 sebesar 4,32 dan di tahun 2012 sebesar 2,46.

5.1.5 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau berpotensi kepada Sektor Industri dan Pariwisata sehingga daerah Pemerintah Kepulauan Riau merupakan daerah yang kehidupan masyarakatnya tidak terlalu bergantung pada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar kelima setelah Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Sumbangan sektor terbesar pertama yaitu Sektor Industri Pengolahan, sedangkan sumbangan Sektor Pertanian bagi perekonomian Pemerintahan Kepulauan Riau pada urutan kelima. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar kelima dalam pembentukan PDRB Pemerintah Riau. Sektor Pertanian penyumbang rata-rata Rp. 1.673 miliar rupiah per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sementara penyumbang pendapatan terbesar


(56)

pertama di Pemerintahan Kepulauan Riau adalah Sektor Industri Pengolahan dengan penyumbang rata-rata Rp. 19.116,22 miliar rupiah per tahun terhadap pembentukan PDRB. Penyumbang terbesar kedua bagi PDRB Pemerintah Kepulauan Riau adalah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yaitu rata-rata sebesar Rp. 8.417,33 miliar per tahun disusul dengan Sektor Pertambangan dan Penggalian di urutan ketiga dan di urutan keempat dengan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan penyumbang rata-rata sebesar Rp. 2.127,78 miliar per tahun dan Rp. 1.708.11 miliar per tahun.

Kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2012 mengalami penurunan disetiap tahunnya. Kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 5.2.

Pada Lampiran 5.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektor terhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor perikanan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit di Provinsi Kepulauan Riau. Besar kontribusi sub sektor perikanan Rp. 120.422 miliar per tahun.

Laju pertumbuhan Sektor Pertanian selama sembilan tahun terakhir (2004-2012) mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Namun pada tahun 2005 dan tahun 2006 mengalami pertumbuhan yang konstan yaitu 5,40 miliar rupiah pertahun dan ditahun selanjutnya mengalami pertumbuhan yang fluktuatif di setiap tahunnya.


(57)

Daerah Pemerintah Jambi merupakan daerah yang kehidupan masyarakatnya sangat bergantung pada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar pertama. Sumbangan Sektor Pertanian bagi perekonomian Pemerintahan Jambi dapat dilihat pada Lampiran 6.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar pertama dalam pembentukan PDRB Pemerintah Jambi. Sektor Pertanian penyumbang rata-rata Rp. 4.742,11 miliar rupiah per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sumbangan Sektor Pertanian tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan Sektor-Sektor lain. Dari jumlah sumbangan tersebut terlihat bahwa Sektor Pertanian merupakan sektor yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Jambi. Penyumbang terbesar kedua bagi PDRB Pemerintah Jambi adalah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yaitu rata-rata sebesar Rp. 2.699,56 miliar per tahun disusul dengan Sektor Industri Pengolahan di urutan ketiga dan Sektor Pertambangan dan Penggalian pada urutan keempat yaitu rata-rata sebesar Rp. 2.064,11 miliar dan Rp. 1.941,78 miliar per tahun.

Kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2008 mengalami penurunan sedangkan pada tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami fluktuatifdisetiap tahunnya. Kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

Pada Lampiran 6.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektor terhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor tanaman perkebunan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit di


(58)

Provinsi Jambi. Besar kontribusi sub sektor tanaman perkebunan Rp. 221.511 miliar per tahun.

Laju pertumbuhan Sektor Pertanian selama sembilan tahun terakhir (2004-2012) selalu mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2010 terjadi pertumbuhan yang sangat besar, yaitu sebesar 11,33 dan pertumbuhan terkecil terjadi pada tahun 2007 sebesar 4,55.

5.1.7 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah yang memiliki potensi energi batu bara, sehingga daerah Pemerintah Sumatera Selatan merupakan daerah yang kehidupan masyarakatnya tidak begitu bergantung pada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar kedua setelah Sektor Pertambangan dan Penggalian. Sumbangan Sektor Pertanian bagi perekonomian Pemerintahan Sumatera Selatan dapat dilihat pada Lampiran 7.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar kedua setelah Sektor Pertambangan dan Penggalian dalam pembentukan PDRB Pemerintah Sumatera Selatan. Sektor Pertanian penyumbang rata-rata Rp. 11.509 miliar rupiah per tahun sedangkan Sektor Pertambangan dan Penggalian penyumbang rata-rata terbesar pertama sebesar Rp. 13.811 miliar rupiah terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sumbangan Sektor Pertanian merupakan sumbangan terbesar kedua bila dibandingkan dengan sumbangan Sektor Pertambangan dan Penggalian. Penyumbang terbesar ketiga


(59)

bagi PDRB Pemerintah Sumatera Selatan adalah Sektor Industri Pengolahan yaitu rata-rata sebesar Rp. 10.133,11 miliar per tahun disusul dengan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di urutan keempat sebesar Rp. 8.046,11 miliar per tahun.

Kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2012 mengalami fluktuatif disetiap tahunnya. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian terbesar pada tahun 2007, yaitu sebesar 20,11%. Kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 7.2.

Pada Lampiran 7.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektor terhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor tanaman perkebunan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit di Provinsi Sumatera Selatan. Besar kontribusi sub sektor tanaman perkebunan Rp. 537.233 miliar per tahun. Hal ini dikarenakan kontribusi industri pengolahan kayu cenderung turun dari tahun ke tahun, sehingga sub sektor tanaman perkebunan seperti tembakau dan karet (Ernies, 2008).

Laju pertumbuhan Sektor Pertanian selama sembilan tahun terakhir (2004-2012) selalu mengalami fluktuatif. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2007 pertumbuhan sebesar 6,49 dan pertumbuhan terkecil pada tahun 2009 sebesar 3,10.


(60)

5.1.8 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Bengkulu

Daerah Pemerintah Bengkulu merupakan daerah yang kehidupan masyarakatnya sangat bergantung pada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar pertama. Sumbangan Sektor Pertanian bagi perekonomian Pemerintahan Bengkulu dapat dilihat pada Lampiran 8.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar pertama dalam pembentukan PDRB Pemerintah Bengkulu. Sektor Pertanian penyumbang rata-rata Rp. 2.915,67 miliar rupiah per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sumbangan Sektor Pertanian tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan Sektor-Sektor lain. Dari jumlah sumbangan tersebut terlihat bahwa Sektor Pertanian merupakan sektor yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Bengkulu. Penyumbang terbesar kedua bagi PDRB Pemerintah Bengkulu adalah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yaitu rata-rata sebesar Rp. 1.512,78 miliar per tahun disusul dengan Sektor Jasa-Jasa di urutan ketiga dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada urutan keempat yaitu rata-rata sebesar Rp. 1.267,56 miliar dan Rp. 631,78 miliar per tahun.

Kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2012 terus mengalami penurunan disetiap tahunnya. Kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 8.2.

Pada Lampiran 8.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektor terhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor tanaman bahan makanan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit di


(61)

Provinsi Bengkulu. Besar kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan Rp. 132.156 miliar per tahun.

Laju pertumbuhan Sektor Pertanian selama sembilan tahun terakhir (2004-2012) selalu mengalami penurunan disetiap tahunnya. Tetapi pada tahun 2009 dan 2010 terjadi pertumbuhan yang berfluktuatif, yaitu sebesar 5,54 dan 2,46. Menurut Supriyati (2010) dalam Fitria (2014) hal ini terkait dengan semakin menurunnya lahan pertanian akibat konversi lahan.

5.1.9 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Lampung

Daerah Pemerintah Lampung merupakan daerah yang kehidupan masyarakatnya sangat bergantung pada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar pertama. Sumbangan Sektor Pertanian bagi perekonomian Pemerintahan Lampung dapat dilihat pada Lampiran 9.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar pertama dalam pembentukan PDRB Pemerintah Bengkulu. Sektor Pertanian penyumbang rata-rata Rp. 14.139,22 miliar rupiah per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sumbangan Sektor Pertanian tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan Sektor-Sektor lain. Dari jumlah sumbangan tersebut terlihat bahwa Sektor Pertanian merupakan sektor yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Lampung. Penyumbang terbesar kedua bagi PDRB Pemerintah Lampung adalah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yaitu rata-rata sebesar Rp. 5.505,78 miliar per tahun disusul dengan Sektor Industri Pengolahan di urutan ketiga dan Sektor Keuangan,


(62)

Persewaan, dan Jasa Perusahaan pada urutan keempat yaitu rata-rata sebesar Rp. 4.644,11 miliar dan Rp. 2.930,44 miliar per tahun.

Kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2012 terus mengalami penurunan disetiap tahunnya. Tetapi pada tahun 2004 dan tahun 2005 sempat mengalami fluktuatif, yaitu sebesar 42,29 dan 42,55. Kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 8.2.

Pada Lampiran 8.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektor terhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor tanaman bahan makanan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit di Provinsi Lampung. Besar kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan Rp. 682.944 miliar per tahun.

Laju pertumbuhan Sektor Pertanian selama sembilan tahun terakhir (2004-2012) selalu mengalami fluktuatif disetiap tahunnya. Pertumbuhan Sektor Pertanian tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 5,51 dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 1,07.

5.1.10 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Daerah Pemerintah Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah yang kehidupan masyarakatnya sangat bergantung pada Sektor Pertanian. Saat ini Sektor Pertanian penyumbang terbesar pertama. Sumbangan Sektor Pertanian bagi


(63)

perekonomian Pemerintahan Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada Lampiran 10.

Sektor Pertanian merupakan penyumbang pendapatan terbesar pertama dalam pembentukan PDRB Pemerintah Kepulauan Bangka Belitung. Sektor Pertanian penyumbang rata-rata Rp. 2.282,78 miliar rupiah per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2004-2012. Sumbangan Sektor Pertanian tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan Sektor-Sektor lain. Dari jumlah sumbangan tersebut terlihat bahwa Sektor-Sektor Pertanian merupakan sektor yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Kepulauan Bangka Belitung. Penyumbang terbesar kedua bagi PDRB Pemerintah Kepulauan Bangka Belitung adalah Sektor Industri Pengolahan yaitu rata-rata sebesar Rp. 2.194 miliar per tahun disusul dengan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di urutan ketiga dan Sektor Pertambangan dan Penggalian pada urutan keempat yaitu rata-rata sebesar Rp. 1.956,56 miliar dan Rp. 1.531,33 miliar per tahun.

kontribusi PDRB Sektor Pertanian atas harga konstan menurut lapangan usaha pada periode tahun 2004 sampai tahun 2012 terus mengalami fluktuatif disetiap tahunnya. kontribusi Sektor Pertanian dapat dilihat pada Lampiran 10.2.

Pada Lampiran 10.1 dapat dilihat bahwa kontribusi PDRB masing-masing sub sektor terhadap Sektor Pertanian. Kontribusi PDRB sub sektor tanaman perkebunan secara rata-rata mendominasi PDRB Sektor Pertanian secara sempit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Besar kontribusi sub sektor tanaman perkebunan Rp. 116.489 miliar per tahun.


(1)

Jasa-Jasa

2,19 2,07 2,04 1,99 1,90 1,99 2,01 2,07 2,11 2,04

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014 (diolah)

65. Nilai LQ Sektor Perekonomian Provinsi Maluku Utara

Lapangan Usaha

Location Quotient (LQ) RATA-RATA

(miliar rupiah)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian


(2)

332

Pertambangan dan

Penggalian 0,51 0,51 0,51 0,56 1,37 0,50 0,51 0,52 0,52 0,61

Industri Pengolahan

0,55 0,55 0,55 0,54 1,13 0,48 0,47 0,46 0,45 0,58

Listrik. Gas. dan Air Bersih

0,71 0,74 0,77 0,76 1,62 0,59 0,59 0,61 0,61 0,78

Bangunan

0,27 0,26 0,26 0,26 0,67 0,28 0,27 0,29 0,31 0,32

Perdagangan. Hotel. dan

Restoran 1,45 1,44 1,45 1,43 1,80 1,54 1,57 1,59 1,63 1,55

Pengangkutan dan

Komunikasi 1,34 1,13 1,06 1,03 1,25 0,92 0,86 0,83 0,80 1,02

Keuangan. Persewaan.

dan Jasa Perusahaan 0,39 0,36 0,36 0,36 0,47 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38 Jasa-Jasa


(3)

66. Nilai LQ Sektor Perekonomian Provinsi Papua Barat

Lapangan Usaha

Location Quotient (LQ) RATA-RATA

(miliar rupiah)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian

2,08 2,04 2,06 2,08 4,96 1,92 1,63 1,35 1,20 2,15

Pertambangan dan

Penggalian 2,18 2,20 2,14 2,09 4,87 1,83 1,45 1,19 1,14 2,12


(4)

334

Listrik. Gas. dan Air Bersih

0,61 0,63 0,68 0,66 1,50 0,56 0,47 0,41 0,38 0,65

Bangunan

1,20 1,24 1,31 1,35 3,42 1,40 1,18 1,05 1,01 1,46

Perdagangan. Hotel. dan

Restoran 0,57 0,57 0,60 0,60 0,75 0,58 0,46 0,39 0,37 0,54

Pengangkutan dan

Komunikasi 1,20 1,04 1,06 1,02 1,17 0,86 0,69 0,59 0,54 0,91

Keuangan. Persewaan.

dan Jasa Perusahaan 0,21 0,20 0,19 0,21 0,32 0,27 0,22 0,19 0,18 0,22 Jasa-Jasa

1,06 1,07 1,12 1,14 1,11 1,14 1,07 1,03 1,01 1,08


(5)

67. Nilai LQ Sektor Perekonomian Provinsi Papua

Lapangan Usaha

Location Quotient (LQ) RATA-RATA

(miliar rupiah)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian

1,20 0,95 1,23 1,23 3,14 1,13 1,25 1,42 1,49 1,45

Pertambangan dan

Penggalian 5,64 6,85 5,88 5,91 12,99 6,01 5,23 4,33 3,85 6,30

Industri Pengolahan

0,09 0,07 0,09 0,09 0,23 0,09 0,10 0,11 0,11 0,11


(6)

336

Air Bersih Bangunan

0,92 0,71 0,94 1,02 2,90 1,12 1,41 1,74 2,00 1,42

Perdagangan. Hotel. dan

Restoran 0,35 0,27 0,36 0,37 0,51 0,39 0,43 0,49 0,52 0,41

Pengangkutan dan

Komunikasi 0,93 0,64 0,82 0,84 1,13 0,75 0,83 0,92 0,96 0,87

Keuangan. Persewaan.

dan Jasa Perusahaan 0,16 0,12 0,18 0,25 0,37 0,34 0,37 0,42 0,44 0,29 Jasa-Jasa

0,84 0,60 0,78 0,82 0,94 0,94 1,12 1,32 1,42 0,97