BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya kelautan dan perikanan merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Adanya beberapa penyakit
yang menyerang tambak-tambak udang membuat ekspor udang ditolak ke luar negeri. Akibatnya beberapa petambak mulai membudidayakan kepiting. Permintaan konsumen
terhadap kepiting terus meningkat baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri membuat kepiting menjadi salah satu komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, saat ini telah
berkembangnya teknologi budidaya kepiting lunak sangkak. Kepiting lunak atau soka adalah kepiting yang memiliki cangkang karapas lunak. Budidaya kepiting lunak ini
masih baru di Aceh, salah satu daerah yang telah menerapkan teknik budidaya kepiting lunak di Aceh adalah Gampong Lamjabat, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Selain di
desa Lamjabat, budidaya kepiting lunak ini juga sudah mulai dikembangkan di desa Pusong, Sigli. Untuk wilayah aceh harga kepiting lunak berkisar antara Rp 55,000 sampai
dengan Rp 65,000kg, kepiting lunak segar atau beku bisa dijual ke pasar lokal, rumah makan, Medan, dan Jakarta dengan harga jual yang lebih tinggi.
1.2 Potensi
Saat ini trend makanan di Aceh sedang digalakkan untuk mengkonsumsi kepiting lunak. Budidaya kepiting lunak merupakan jenis budidaya perikanan yang sesuai dengan
kondisi perikanan di Aceh yang banyak terdapat tambak namun tidak dipergunakan. Permintaan pasar akan kepiting lunak baik di dalam maupun di luar negeri cukup tinggi
sehingga berapapun jumlah produksi yang dihasilkan masih bisa tertampung di pasar.
1
1.3 Masalah
Semenjak menurunnya hasil produksi udang akibat serangan penyakit yang belum dapat diatasi dengan baik, masyarakat pecinta makanan laut seafood mulai beralih kepada
kepiting yang memiliki cita rasa yang lezat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan kepiting dari pengusaha restoran seafood
Amerika Serikat mencapai 450 ton per bulan. Namun jumlah tersebut masih belum dapat dipenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih
minim. Selama ini masyarakat yang ingin mengonsumsi kepiting seringkali direpotkan dengan cangkangnya yang keras. Pemilihan kepiting berukuran besarpun seringkali
mengecewakan konsumen karena setelah dibuka ternyata cangkangnya saja yang besar namun dagingnya hanya sedikit.
1.4 Solusi