Identifikasi karakteristik kawasan kumuh di Soc Caicoli Dili, Timor-Leste sebagai masukan bagi upaya revitalisasi kawasan tersebut

(1)

(2)

(3)

CURICULUM VITAE

Nama : Margarida Maria da Gloria Lemos Soares Tempat Tanggal Lahir : Maubisse, 16 November 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : 100 % Roma Katholik Kewarganegaraan : Timor - Leste

Status : Sudah Menikah

No.HP : 081220426716

E-mail : marga_efche@ymail.com

Alamat : Aldeia 30 de Augusto, Dom Aleixo, Comoro – Dili, Timor - Leste


(4)

Jenjang Pendidikan Tahun Lulus Keterangan SD Negeri 06 Fatuhada Dili 1996 - 2001 Tamat dan Berijazah

SMPK St.Yoseph Balide Dili 2001 - 2004 Tamat dan Berijazah

SMAK St.Yoseph Balide Dili 2004 - 2007 Tamat dan Berijazah

UNIVERSITAS KOMPUTER


(5)

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASAN KUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR – LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI

UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh:

Margarida Maria da Gloria Lemos Soares

1.06.07.864

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Identifikasi Karakteristik Kawasan Kumuh Di Suco Caicoli Dili, Timor – Leste Sebagai Masukan Bagi Upaya Revitalisasi Kawasan Tersebut” sebagaimana mestinya. Tugas Akhir merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Perencanaan WiIayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan. tentunya kekurangan tersebut diakibatkan oleh keterbatasan data dan pengetahuan penulis. Tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis belum tentu mampu untuk menyelesaikan laporan ini.

Oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun dari para pembaca dan sewajarnyalah apabila penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah berperan memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini :

1) Bapak Dr.Ir Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

2) Bapak Prof.Dr.H.Denny Kurniadie, Ir.,MSc selaku Dekan Fakultas Teknik & Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

3) Ibu Rifiati Safariah ST,.MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

4) Bapak Tatang Suheri ST,.MT selaku pembimbing Tugas akhir serta dosen wali angkatan 2009 yang secara tulus ikhlas memberikan ilmu dan bimbingan 5) Ibu Ir.Romeiza Syafriharti,MT selaku Koordinator Penyusunan Tugas Akhir 6) Ibu Dr.Ir.Lia Warlina M.,Si selaku Dosen Wali angkatan 2007, yang


(7)

iii

7) Ibu Vitri yang selalu membantu penulis dalam memberikan kemudahan dalam hal surat ijin serta data, referensi dan nilai yang berkaitan dengan akademik. Terima kasih banyak Teteh.

8) Kedua orang tua tercinta ( Papa Nari & Mama Eza), kakak – kakak, sepupu – sepupu yang manis (Amaun Ary Obrigado tan durante nee acompanha ona hw to ohin loron hau bele remata hau nia estudo) serta nafasku (Efrem & Cherina) yang saya sayangi dan senantiasa mendoakan, membantu dan mendukung baik moril dan materil selama perkuliahan dan penyusunan laporan ini.

9) Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2009 (Yudis,Yogie, Ridho, Syarief, Arif, Rizal, Deny, Angga, Meiske, Tyan, Ryan, Alvhan, Ifan, Ichi, Tommy), yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan ini, serta rekan-rekan dari seluruh angkatan yang sudah menghiasi kehidupanku

10) Kepada Chefe Roberto dan Vice Efrem (IMPETIL) yang telah banyak membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Obrigado ba imi nain rua nia ajuda.

11) Kepada sahabat – sahabat terdekat saya terutama (Aloco, Jardel, Iqu Son, Taran aman) terima kasih banyak atas semua dukungannya.

12) Sahabat-sahabat saya mahasiswa Timor Leste dalam IKATAN MAHASISWA PELAJAR TIMOR LESTE (IMPETIL) yang kuliah di Bandung yang selalu mendukung saya baik moril maupun materil selama perkuliahan. Forsa nafatin

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun semua pihak.

Sekian dan Terima Kasih OBRIGADO

Bandung, Agustus 2013


(8)

iv

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

A B S T R A K ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat ... 5

1.3.1 Tujuan ... 5

1.3.2 Sasaran ... 5

1.3.3 Manfaat ... 5

1.4 Ruang Lingkup ... 5

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 5

1.4.2 Ruang Lingkup Materi Studi ... 6

1.5 Metodologi Penelitian... 7

1.5.1 Metode Pendekatan Studi... 7

1.5.2 Metode Pelaksanaan Studi... 8

1.5.3 Sumber Data... 9

1.5.4 Kebutuhan Data... 10

1.6 Kerangka Pemikiran... 15

1.8 Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman ... 18

2.2 Elemen Dasar Perumahan Permukiman ... 19


(9)

v

2.4 Definisi Permukiman Kumuh... 20

2.5 Permukiman Kumuh... 22

2.5.1 Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh ... 22

2.5.2 Tipologi Permukiman Kumuh... 25

2.5.3 Faktor Penyebab Pertumbuhan Permukiman Kumuh ... 27

2.5.4 Batas Penilaian Kumuh ... ... 28

2.6 Konsep Peremajaan Permukiman ... 29

2.6.1 Prinsip-prinsip Dasar Penanganan Peremajaan ... 30

2.6.2 Pendekatan Peremajaan Permukiman... 32

2.6.3 Pemahaman Revitalisasi... 33

2.6.4 Konsep Peremajaan Kawasan Permukiman Kumuh .. 34

2.7 Tinjauan Umum Kebijakan Perumabahan Nasional Timor Leste ... 39

2.8 Kebijakan Tentang Permukiman Indonesia...46

BAB III GAMBARAN WILAYAH STUDI 3.1 Tinjauan Wilayah Studi... 52

3.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Studi... 53

3.1.2 Kondisi Fisik Lingkungan alam... 56

3.2 Demografi Kependudukan... 57

3.3 Kondisi Sarana Hunian... ... 62

3.3.1 Kondisi Hunian / Permukiman... 62

3.4 Kondisi Prasarana... 65

3.5 Sistem Transportasi... 68

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK

KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR – LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT


(10)

vi

4.2 Analisis Kondisi Eksisting Permukiman Kumuh di

Kawasan Suco Caicoli... 71

4.3 Analisis Persepsi Warga Tentang Permukiman Kumuh di Kawasan Suco Caicoli dan Revitalisasinya... 73

4.3.1 Identifikasi Persepsi Warga ... 74

4.4 Analisis Peremajaan Kawasan Permukiman Layak Huni... 85

4.5 Keinginan Masyarakat Suco Caicoli terhadap Upaya Revitalisasi... 86

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Rekomendasi ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN


(11)

91

DAFTAR PUSTAKA

1. Distrik Dili Dalam Angka 2004. Direktor Nasional Estaistik Republik Demokratik Timor Leste, 2004.

2. Distrik Dili Dalam Angka 2009. Direktor Nasional Estaistik Republik Demokratik Timor Leste, 2009

3. Panduan Pelaksanaan Peremajaan Kawasan Permukiman Perkotaan. Direktorat Jenderal Cipta Karya

4. Persyaratan Umum Sistem Jaringan dan Geometrik Jalan Perumahan, Standar Nasional Indonesia (SNI), 03-6967-2003.

5. Standar Perencanaan Kawasan Permukiman Kota, Departemen Pekerjaan Umum, Indonesia.

6. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, Standar Nasional Indonesia (SNI), 03-1733-2004.

7. Eny Endang Surtiani, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh Di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Pancuran, Salatiga), 2006.


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan pada hakekatnya merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai suatu keinginan atau cita-cita yang lebih baik di masa yang akan datang. Melalui kegiatan perencanaan diharapkan adanya suatu perubahan. Oleh sebab itu manusia sebagai khalifah di dunia ini harus dapat melakukan suatu perubahan menuju kearah yang positif.

Dalam mencapai suatu perubahan yang terkait dengan tata ruang maka diperlukan sebuah perencanaan yang sesuai dengan kondisi dari wilayah itu sendiri. Dimana perencanaan merupakan suatu proses mempelajari dan menganalisis fenomena-fenomena yang berkembang di lapangan dan dikaitkan dengan teori-teori yang ada dan sedang berkembang guna menghasilkan sebuah produk rencana yang bermanfaat bagi perencanaan.

Kondisi kota pada umumnya berkembang pesat dan berfungsi sebagai pusat kegiatan serta menyediakan layanan primer dan sekunder, telah mengundang penduduk dari daerah perdesaan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik serta berbagai kemudahan lain termasuk lapangan kerja. Lebih dari setengah penduduk di dunia hidup di perkotaan. Sejauh ini baik kota besar dan kota kecil dianggap sebagai motor penggerak pertumbuhan dan tempat bermukim masyarakat, dan juga banyak menghadapi tantangan besar seperti peningkatan kemiskinan, tempat tinggal yang masih tertinggal (tidak layak huni), pembangunan dan pelayanan, sanitasi yang buruk dan polusi lingkungan, sistem transportasi yang belum maksimal sehingga menimbulkan kemacetan dan pola konsumsi yang tidak berkelanjutan (unsustainable consumtion patterns). Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai wadah pembinaan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang, serta merupakan pembentukan jati diri. Terwujudnya


(13)

2

kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.

Saat ini di Negara terbaru di Asia – RDTL (Republik Demokratik Timor Leste) mempunyai angka kemiskinan mencapai 50% dari total penduduk dan pertumbuhan kemiskinan ini relatif cepat dari 25% pada tahun 2001 menjadi 45% pada tahun 2007 (Data Statistik,2007). Walaupun belum ada analisis tentang peremajaan permukiman yang layak sampai saat ini, namun pada tahun 2002 UNDP/ UN Habitat telah melakukan suatu analisis khususnya di Kota Dili tentang tempat hunian (rumah) yang tidak memadai, keadaan rumah orang miskin, tunawisma, kepemilikan lahan yang rawan dan ketidaksediaan pelayanan dasar seperti air, kesehatan, listrik dan sanitasi yang memadai. Oleh karena itu, diperlukan suatu arahan peningkatan mutu permukiman yang layak huni yang memiliki standar tertentu sebagai pedoman dan penyediaan infrastruktur (sarana prasarana) untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat/ penduduk setempat.

Untuk menanggapi isu kritis ini, Pemerintah Timor-Leste melalui dukungan dari UNDP/ UN Habitat telah merumuskan Dokumen Kebijakan Rumah Nasional yang telah disepakati oleh Dewan Kementerian pada bulan Agustus 2010 sebagai berikut:

"Pemerintah akan menggunakan suatu kebijakan untuk memastikan bahwa semua warga negara berhak merasakan tempat tinggal yang layak, berhak memiliki rumah pribadi, kebebasan untuk bergerak dan kenyamanan selama 25 tahun. Pemerintah akan menggunakan peraturan ini, sehingga dapat memberi kuasa dan memudahkan para pemilik rumah, kelompok masyarakat, masyarakat sipil, secara pribadi dan sektor informal untuk belajar bertanggung

jawab”.

Dokumen Kebijakan Rumah Nasional merupakan langkah awal yang baik bagi Timor Leste untuk mendapatkan perhatian tentang permukiman yang layak bagi semua orang karena kawasan permukiman tidak saja hanya sebagai lingkungan tempat tinggal, tapi juga sebagai sarana tempat berlangsungnya proses kehidupan manusia yang menentukan kualitas dari suatu komunitas manusia saat ini bahkan manusia yang akan datang (future generation). Namun, sejauh ini kondisi permukiman di Kota Dili masih mengkhawatirkan, belum ada penataan


(14)

permukiman yang cukup signifikan. Sampai pada saat ini empatpuluh persen (40%) penduduk Kota Dili masih tinggal dalam suatu permukiman yang belum layak dan tempat tinggal yang tidak aman dengan kurang/ tidak ada aksesibilitas pelayanan dasar seperti air, pelayanan kesehatan dan sanitasi, sistem drainase dan listrik (TLSLS,2010). Setiap tahun, ratusan penduduk Timor khusunya Kota Dili yang masih hidup dalam kawasan yang rawan bencana seperti di pinggiran sungai dan setiap musim hujan tiba mereka akan meninggalkan rumahnya.

Empatpuluh persen (40%) penduduk Kota Dili masih tinggal dalam suatu permukiman yang belum layak dan tempat tinggal yang tidak aman dengan kurang/ tidak ada aksesibilitas pelayanan dasar seperti air, pelayanan kesehatan dan sanitasi, sistem drainase dan listrik (TLSLS,2010). Setiap tahun, ratusan penduduk Timor khusunya Kota Dili yang masih hidup dalam kawasan yang rawan bencana seperti di pinggiran sungai dan setiap musim hujan tiba mereka akan meninggalkan rumahnya. Dengan laju pertumbuhan populasi yang lebih dari 3% tiap tahun, jika hal ini tidak segera mendapat tindakan dari Pemerintah maka akan banyak penduduk Timor akan hidup dalam kemiskinan.

Sampai saat ini kondisi permukiman yang belum layak huni masih tersebar di seluruh zona Sub-distrik Dili. Sub Distrik Dili terdiri dari 6 Sub-distrik, Atauro, Vera cruz, Cristo Rei, Metinaro, dom Aleixo, dan Nain Feto. Daerah yang paling terpadat penduduk di Distrik Dili adalah Zona Dom Aleixo, Zona Cristo Rei dan Zona Vera Cruz, karena berada di Pusat Kota Dili, sedangkan ketiga sub-distrik lainnya berada di luar Kota Dili.

Sub-distrik Vera Cruz yang merupakan salah satu daerah yang berada di pusat kota. Di masa Pemerintahan Indonesia, zona Vera Cuz khususnya di Suco Caicoli merupakan kawasan permukiman padat yang dihuni oleh penduduk transmigran dari Jawa dan sekitarnya. Pada saat tregedi tahun 1999, rumah-rumah di Suco Caicoli sebagian besar dibakar dan dihancurkan, selain rumah sarana dan utilitas pelayanan semua juga dirusak. Setelah kejadian tahun 1999 ini, banyak penduduk yang datang menempati kawasan tersebut, baik itu merupakan penduduk asli Suco Caicoli maupun dari suco atau daerah lain. Penduduk ini datang dari berbagai distrik di luar Distrik Dili yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupannya setelah pasca jajak pendapat. Penduduk yang kembali ke Suco


(15)

4

Caicoli menggunakan material sisa pembakaran yang ada untuk membangun rumahnya. Sampai pada saat ini, ada sebagian rumah yang telah dibangun kembali oleh pemiliknya secara pribadi, namun sebagian besar rumah yang ada masih dalam kondisi yang cukup memperhatinkan, ditambah dengan tidak tertatanya permukiman yang baik, kondisi drainase masih rusak, jalan masuk ke permukiman penduduk masih berupa tanah dan berbatuan dan sebagainya. Sehingga dapat dikategorikan kondisi permukiman di Suzo Caicoli tergolong permukiman kumuh. Oleh sebab itu perlu adanya arahan penataan atau peremajaan, dimana penataan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia (basic needs), dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur, memberikan arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional, serta menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain. Karena peremajaan itu sendiri diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas melalui kegiatan perombakan dengan perubahan yang mendasar dan penataan yang menyeluruh terhadap kawasan hunian yang tidak layak huni tersebut. Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Timor Leste yang seutuhnya adalah sangat strategis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumusakan, antara lain:

1. Bagaimanakah sebab dan proses terbentuknya permukiman kumuh 2. Mengapa dukungan pemerintah dan peran serta masyarakat dalam

sektor operasional Sistem perumahan di daerah penelitian belum optimal.

3. Mengapa Pengelolaan perumahan terutama operasional Sistem perumahan kumuh diKawasan Suco Caicoli belum bisa memperbaiki kondisi kawasan tersebut.


(16)

1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat 1.3.1 Tujuan dan Sasaran

Tujuan yang hendak dicapai dari studi ini adalah Mengidentifikasi karakteristik kawasan kumuh di Suco Caicoli Dili,Timor – Leste sebagai masukan bagi upaya revitalisasi kawasan tersebut.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ditentukan sasaran sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi berbagai kebijakan dan konsep – konsep peremajaan permukiman yang pernah diterapkan di masa lampau dan masa saat ini. 2. Mengidentifikasi kondisi eksisting kawasan kumuh di Suco Caicoli 3. Mengidentifikasi persepsi warga dalam kegiatan upaya revitalisasi di

kawasan Suco Caicoli tersebut.

4. Memberikan arahan peremajaan kawasan permukiman yang layak huni

1.3.2 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari studi ini sebagai berikut:

Hasil studi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah setempat didalam menentukan alternatif-alternatif pemecahan masalah kondisi wilayah studi yang mengalami penurunan kualitas baik secara fungsional, lingkungan maupun visual.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal diperkampungan di daerah perkotaan, melalui penataan kembali lingkungan perumahan. Mendorong Pemerintah Kota untuk lebih memberikan perhatian terhadap

upaya peningkatan kualitas permukiman, terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), yang tinggal di kawasan permukiman kumuh perkotaan.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Sub-distrik Vera Cruz berada di pusat Kota Dili yang terdiri atas tujuh Suco. Batas administrasi Sub-distrik Vera Cruz adalah:


(17)

6

Bagian Timur : Sub-distik Nain Feto Bagian Selatan : Sub-distrik Dare

Bagian Barat : Sub-distrik Dom Aleixo

Wilayah studi terkonsentrasi di kawasan Suco Caicoli yang berada pada Sub-distrik Vera Cruz, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Suco Solo (Sub-Distrito Nain Feto) Sebelah Timur : Suco Santa Cruz (Sub-Distrito Nain Feto) Sebelah Selatan : Suco Mascarinhas (Sub-Distrito Vera Cruz) Sebelah Barat : Suco Haksolok dan Suco 28 Novembro (Sub- Distrito Vera Cruz)

Wilayah studi terdiri dari 5 (lima) Aldeia, yaitu : Aldeia Centro Da Unidade (01), Aldeia Devino Doze (02), Aldeia Foho Rai Bot (03), Aldeia Sacoco (04) dan aldeia Tahu Laran (05).

1.4.2 Ruang Lingkup Materi Studi

Ruang lingkup materi yang dikaji dalam studi ini meliputi aspek fisik baik fisik alami maupun fisik buatan. Lingkup materi ini diperoleh dari dua kelompok data, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa data yang telah ada di berbagai instansi dan berupa literature, sedangkan data primer berupa data yang langsung diperoleh di lapangan, yang diperoleh melalui kegiatan observasi lapangan maupun wawancara dengan pihak yang terkait.

Dalam studi ini menggunakan beberapa teori untuk dapat diterapkan di wilayah studi, diantaranya:

1) Panduan Pelaksanaan Peremajaan Kawasan Permukiman Kota (Direktorat Jenderal Cipta Karya)

2) Persyaratan Pemberlakuan Rencana Kawasan Kumuh sebagai Pengendali Pembangunan :

a. Rencana Kawasan Kumuh harus merupakan hasil kesepakatan bersama antar seluruh pemilik / pemegang hak atas tanah.


(18)

b. Rencana Kawasan Kumuh harus berorientasi pada aspek kemampuan daya dukung (supply side) dari lokasi setempat, bukan pada aspek tuntutan kebutuhan (demand side).

c. Penentuan area perencanaan Rencana Kawasan Kumuh harus berdasar – pertimbangan efektivitas pemanfaatan ruang yang ada, prediksi kontinuitas pelaksanaan program serta peluang manfaat yang akan dicapai (opportunity)

d. Pelaksanaan Rencana Kawasan Kumuh harus mempunyai institusi independent sebagai unit pengelola dan pemantau pelaksanaan program.

3) Dokumen kebijkan peningkatan hunian yang layak oleh Pemerintah Timor Leste yang didukung olen UNDP/ UN Habitat dan telah disepakati oleh Dewan Kementerian pada bulan Agustus 2007.

1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Metode Pendekatan Studi

Strategi pelaksanaan peremajaan kualitas permukiman kumuh sangat tergantung pada kondisi lokal, baik kualitas lingkungan atau sumber daya alam dan sumber daya lingkungan terbangun, kualitas manusia dan kualitas sosialnya. Permasalahan yang ada pada suatu permukiman berbeda dengan permasalahan yang ada pada permukiman lainnya. Sehingga upaya penanganannya pun berbeda dan memerlukan kombinasi dengan dari berbagai penanganan.

Untuk mencapai maksud, tujuan, dan sasaran studi, maka dilakukan pendekatan dengan melalui beberapa kegiatan. Pendekatan studi didasarkan pada aspek-aspek yang berpengaruh dan menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan proses analisis dan perumusan hasil studi. Adapun beberapa pendekatan yang dilakukan dalam studi ini yaitu melalui kegiatan:

a. Studi Kepustakaan, dilakukan dengan tujuan:

Mempelajari teori-teori yang terkait dengan studi,


(19)

8

Melakukan tinjauan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkaitan dengan materi studi.

b. Survey, pendekatan ini dilakukan untuk memperoleh data, terdiri atas:

Survey Instansional

Maksud kegiatan survei instansionan yang dilakukan untuk memperoleh data yang terkait dengan kebijakan, aturan atau pedoman ideal tertentu. Adapun aturan baku tersebut merupakan standar yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai landasan hukum, dalam hal ini berupa peraturan-peraturan atau standar baku terhadap kawasan perdagangan, permukiman dan rencana tata ruang kawasan.

Survey lapangan

Pendekatan ini dilakukan untuk memperoleh data primer maupun sekunder tentang keadaan lingkungan wilayah studi, melalui wawancara awal, survei visual dengan menggunakan foto untuk memperoleh gambaran keadaan lingkungan dan kegiatan penghuni di lingkungan kawasan kumuh daerah studi.

1.5.2 Metode Pelaksanaan Studi

Dalam pelaksanaan studi terdiri dari beberapa tahapan proses penelitian antara lain tahap survey pengumpulan data dan kompilasi data, tahap analisis dan arahan. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, untuk kemudian di analisis, selanjutnya menentukan konsep yang dan arahan sesuai dengan kondisi/ karateristik wilayah dan hingga akhirnya mendapatkan hasil atau output yang diinginkan. untuk lebeih jelas mengenai metode pelaksanaan studi dapat dilihat pada Gambar 3.2.


(20)

Gambar 1.1

Bagan Metode Pelaksanaan Studi

1.5.3 Sumber Data

Sumber data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam kegiatan survey lapangan, instansi yang terkait antara lain:

1) Secretaria de Estado das Obras Publica (Indonesia-Kementerian Pekerjaan Umum).

2) Direccao Nacional de Edificacao, Habitacao i Planeamento Urbano (DNEHPU) Diretor Nacional da Estatistica Timor Leste (DNE- BPS).

Tahap Survey dan Kompilasi

Konsep dan Arahan Tahap Analisis Metode

Pelaksana an Studi

Survey Primer

Observasi Lapangan Wawancara Visualisasi

Sumber Data Kebutuhan Data

Metode Analisis Kualitatif

Metode Analisis Kuantitatif Sumber Data

Kebutuhan Data

Survey Sekunder Literatur Instansional

Redevelopment Gentrifikasi Rehabilitasi Preservasi

Konservasi Renovasi Restorasi Rekontruksi


(21)

10

3) Direccao Nacional de Terras, Propriedades i Servicos Cadastrais (Land Property)

4) Distrito Dili

5) Sede Suco Caicoli (kantor Suco Caicoli)

Sedangkan sumber data primer diperoleh langsung dari hasil pengamatan dilapangan, yaitu melalui:

1) Wawancara

2) Observasi lapangan.

1.5.4 Kebutuhan Data

Data yang diperoleh pada kegiatan survey baik survey primer maupun survey sekunder pada dasarnya belum memenuhi kebutuhan data dalam penulisan Tugas Akhir ini. Kurangnya kelengkapan data ini yang membuat kesulitan dalam proses analisis. Berikut data yang diperoleh dari hasil survey yang telah dilakukan.

1) Survey Primer

a. Observasi (visualisasi)

Kondisi fisik alam kawasan permukiman wilayah studi Kondisi sarana

Kondisi prasarana b. Wawancara

Wawancara chefe suco (kelapa Suco Caicoli) Wawancara tokoh masyarakat

Wawancara kepala keluarga 2) Survey Sekunder

Instansioanal

a. Dokumen kebijakan perumahan nasional Timor Leste b. Profil wilayah studi:

Topografi Tata guna lahan c. Perumahan (permukiman)


(22)

Status kepemilikan lahan dan hunian d. Kependudukan

Jumlah dan perkembangan penduduk

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Kelompok penduduk menurut mata pencaharian

Kelompok penduduk menurut tingkat pendidikan e. Sosial budaya

f. Sarana

Sarana pemerintahan (pelayanan masyarakat) Sarana pendidikan

Sarana perdagangan Sarana peribadatan Sarana olahraga

g. Prasarana (Utilitas) Air Bersih Air Kotor Listrik

Telekomunikasi Drainase

Jaringan jalan

3) Teknik Survey/ Pengumpulan Data

Teknik Survey dan Kompilasi Data ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan usaha pengumpulan data secara langsung dari hasi observasi di lapangan, sedangkan data sekunder adalah usaha pengumpulan data dari instansi-instansi yang terkait baik pemerintah maupun swasta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(23)

12

Tabel 1.1

Teknik Survey pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Wawancara, yaitu berkomunikasi langsung dengan Camat, Kepala desa setempat, tokoh masyarakat dan penduduk untuk mengetahui keadaan yang ada dan terjadi pada daerah tersebut

Kebijaksanaan Peningkatan Permukiman yang Layak di Departemen Pekerjaan Umum

Kuesioner, yaitu pada dasarnya sama tapi bersifat komunikasi tidak langsung dengan cara membagikan daftar pertanyaaan pada penduduk mengenai hal-hal yang dianggap perlu sebagai bahan kajian, yang disesuaikan dengan komposisi penduduk menurut mata pencaharian dengan cara mengambil sampel sesuai proposinya.

Karakteristik wilayah studi yang meliputi topografi, curah hujan dan lain-lain yang diperoleh dalam monografi kecamatan dan dinas tata ruang.

Jumlah dan karekteristik rumah Sarana prasarana

Observasi, yaitu mengamati secara langsung tingkah laku, kejadian-kejadian dalam lingkungan daerah studi yang dikaji.

Kependudukan yang meliputi perkembangan penduduk, perkembangan penduduk menurut umur, perkembangan penduduk menurut agama, menurut pendidikan, menurut mata pencaharian dan lain-lain yang terkait dengan masalah kependudukan. Data kependudukan ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)/ Directorat Nasional Estatistica (DNE)

Check List Panduan, yaitu daftar periksa yang memuat tentang semua data yang akan dikumpulkan


(24)

13 Tabel 1.2

Kebutuhan Data Studi

No Data Jenis Data Sumber

1 Wawancara Instansi Pemerintah Terkait

Departemen Pekerjaan Umum Departemen Transportasi , Peralatan dan Komunikasi

Departemen Listrik, Air dan Perancangan Kota

Director Nacional estatistica Timor Leste (DNE)/ Badan Pusat Statistik (BPS)

Profil Kecamatan Profil Desa

Chefe Sub-distrito Vera Cruz

2 Observasi Gambar/ Foto

3 Dokumen Kebijakan Pemerintah

Kebijaksanaan

4 Profil wilayah studi

Letak Geografis dan batas adminitrasi Kondisi Fisik Dasar

Tata Guna Lahan

5 Perumahan dan Pemrukiman

Tipologi permukiman Jenis rumah

Status kepemilikan

Jumlah anggota keluarga/ unit

6 Kependudukan

Jumlah dan perkembangan penduduk

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Penduduk menurut mata pencaharian

Penduduk menurut tingkat pendididikan

7 Sarana Sarana pemerintahan


(25)

14

Sarana Pendidikan Sarana Olahraga Chefe do Suco Caicoli

Sarana kesehatan Fasilitas perdagangan

Sarana peribadatan Fasilitan Perbankan dan

keuangan

8 Utilitas

Air bersih Listrik

Air bersih Drainase

Persampahan Pos dan Telekomunikasi


(26)

15 1.6 Kerangka Pemikiran

Pada pembuatan Tugas Akhir diperlukan suatu kerangka pemikiran sebagai landasan untuk pelaksanaan kegiatan survey lapangan dan penentuan metode yang akan digunakan dalam menganalisis masalah yang dihadapi. Survey lapangan ini dilakukan dengan dua metode survey yaitu metode pengumpulan data dan metode pendekatan studi. Untuk metode pengumpulan data menggunakan dua jenis pengumpulan data yaitu metode survey primer dan metode survey sekunder. Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari lapangan dengan cara mengamati dan meneliti objek yang disurvey. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi dan studi literatur.

Kerangka pemikiran “Arahan Peremajaan Kawasan Permukiman Kota Dili (Kecamatan Vera Cruz Desa Caicoli)” ini akan meliputi latar belakang kondisi wilayah studi di masa sekarang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, survey, metode analisis dan hasil kajian.

Dalam pengkajiannya diperlukan suatu gambaran dari kondisi eksisting wilayah studi yang nantinya akan dijadikan dasar terhadap analisis yang digunakan serta didukung oleh berbagai teori dan kebijaksanaan yang ada sehingga hasil akhir berupa usulan terhadap penataan permukiman diswilayah studi dapat berlandasan kuat. Feed back dapat menunjukan terhadap tingkat keberhasilan terhadap pemunculan fenomena atau permasalahan yang ada.


(27)

16

Gambar 1.2 Kerangka Berfikir


(28)

1.8 Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini terdapat Sistematika pembahasan untuk mengetahui hasil penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dibawah ini:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas uraian yang berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materinya, serta sistematika pembahasan.

BAB II STUDI PUSTAKA

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori-teori permukiman, tipologi permukiman dan konsep peremajaan permukiman serta studi pustaka tentang permukiman di Distrik Dili

BAB III GAMBARAN WILAYAH STUDI

Bab ini berisikan tentang gambaran wilayah stusi baik dari aspek fisik alam maupun aspek fisik buatan yaitu mengenai kondisi sarana prasarana di wilayah studi dan aspek non fisik yaitu mengenai kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya (kependudukan).

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASAN KUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR – LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

Bab ini berisikan analisis tentang karakteristik kawasan kumuh sebagai upaya revitalisasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisikan kesimpulan dari semua pembahasan dalam studi ini dan dasar pertimbangan serta beberapa rekomendasi untuk turut serta dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman wilayah studi.


(29)

18 BAB II STUDI PUSTAKA

2.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:

• Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian dan sarana pembinaan keluarga.

• Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Sedangkan

• Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung (kota dan desa) yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Rumah merupakan bagian yang tidak dapat dilihat sebagai hasil fisik yang rampung semata, melainkan merupakan proses yang berkembang dan berkaitan dengan mobilitas sosial-ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. Kata permukiman merupakan sebuah istilah yang tidak hanya berasal dari satu kata saja. Apabila ditinjau dari struktur katanya, kata permukiman terdiri atas dua kata yang mempunyai arti yang berbeda, yaitu:

Isi; mempunyai implementasi yang menunjuk kepada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat di lingkunga sekitarnya. Wadah; menunjuk pada funia yang teridri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia.

Pengertian di atas diterangkan oleh Suparno Sastra M. dalam bukunya yang berjudul Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Awal terjadinya permukiman disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah perpindahan penduduk hingga menetap pada suatu wilayah. Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal


(30)

atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

2. 2 Elemen Dasar dari Permukiman

Dari artian perumahan permukiman dapat disimpulkan bahwa permukiman terdiri dari dua bagian yaitu: manusia (baik sebagai pribadi maupun dalam hubungan sosial) dan tempat yang mewadahi manusia yang berupa bangunan (baik rumah maupun elemen penunjang lain). Menurut Constantinos A. Doxiadis (1968: 21-35) ada lima elemen dasar yaitu sebagai berikut :

Elemen - elemen dasar permukiman:

1. Nature (alam) yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah dan difungsikan semaksimal mungkin,

2. Man (manusia) baik pribadi maupun kelompok,

3. Society (Masyarakat) bukan hanya kehidupan pribadi yang ada tapi juga hubungan sosial masyarakat,

4. Shells (rumah) atau bangunan dimana didalamnya tinggal manusia dengan fungsinya masing-masing,

5. Networks (jaringan atau sarana prasarana) yaitu jaringan yang mendukung fungsi permukiman baik alami maupun buatan manusia seperti jalan lingkungan, pengadaan air bersih, listrik, drainase, dan lain-lain.

2. 3 Kawasan Kumuh

Permasalahan umum yang terjadi di wilayah yang perkembangannya pesat dan tak terkendali adalah penggunaan dan pemanfaatan lahan yang tidak efektif dan efisien. Masalah lain adalah munculnya perumahan ilegal yang kumuh di lahan-lahan kosong. Hal ini terkait dengan kurangnya kemampuan masyarakat untuk membeli lahan dan membangun rumah yang layak huni. Hal ini juga mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan seperti polusi, berkurangnya RTH, rendahnya pelayanan air bersih, kebersihan, dan sebagainya, menimbulkan apa yang disebut kawasan permukiman kumuh.


(31)

20

2.4 Definisi Permukiman Kumuh

Terdapat beberapa definisi kumuh yang kerap digunakan, antara lain dijabarkan berikut ini:

Definisi Kumuh versi Prof.Dr. P.Suparian

Kawasan kumuh sebagai kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.

Definisi Kumuh versi Syarifuddin Akil

Kumuh di daerah perkotaan sebagai kawasan yang rawan banjir, tidak ada sarana air bersih, listrik dan dekat dengan kawasan pabrik yang rentan polusi. Definisi Kumuh dalam Kamus Wikipedia

Kawasan kumuh sebagai kawasan dengan tingkat kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin.

Berdasarkan beberapa definisi di atas terlihat bahwa penentuan kumuh ditentukan oleh kondisi bangunan rumah dan kondisi sarana prasarana. Batasan penilaian kawasan kumuh secara umum lebih melihat pada ciri fisik ditandai dengan kepadatan penduduk dan ketidaklayakan huni rumah dan ciri non fisik seperti rendahnya pendapatan penduduk serta tingginya permasalahan kesehatan dan kejahatan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kumuh dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi fisik kawasan permukiman yang buruk/rendah dan tidak memenuhi standar kelayakan, yang disebabkan oleh dan memiliki dampak terhadap kondisi fisik maupun non fisik. Sebagai kualitas kondisi fisik, maka indikator yang digunakan untuk mencirikan kekumuhan adalah hanya pada indikator fisik. Hal ini mendasari penggunaan variabel dalam kriteria kumuh adalah variabel fisik dari kondisi kawasan, bangunan dan prasarana yang dapat terukur (kuantitas dan kualitas) dan diamati secara visual (kualitas).Permukiman Kumuh sebagai bagian dari Kawasan Kumuh


(32)

Berdasarkan pemahaman tersebut, maka dalam konteks kawasan permukiman yang dimaksud dengan permukiman kumuh adalah kawasan permukiman yang tidak tertata dan mempunyai kepadatan bangunan yang tinggi, didominasi rumah tidak sehat disertai kepadatan penduduk yang tinggi. Kata tidak tertata (secara fisik) yang di maksud di sini mengandung pengertian : • Tata letak bangunan rumah dan prasarana dalam kawasan tidak teratur • Struktur pembentuk Iingkungan yang tidak teratur (tidak berpola) dan pola

pemanfaatan ruang dengan efektifitas rendah. Dicirikan oleh struktur dan pola jalan serta infrastruktur

• Sarana pelayanan air bersih, air kotor, dan persampahan tidak memadai • Ketidaktertataan itu bisa disebabkan oleh aspek fisik alami dan fisik

binaan di kawasan tersebut

Petunjuk Pelaksanaan Peremajaan Permukiman Kumuh di Perkotan & Perdesaan tentang Permukiman Kumuh

Dalam Petunjuk Pelaksanaan Peremajaan Permukiman Kumuh di Perkotan & Perdesaan, suatu kawasan permukiman dikategorikan sebagai kawasan permukiman kumuh bila memiliki karakteristik berikut:

1. Lokasinya bisa berada atau tidak berada pada peruntukan perumahan dalam RUTR/RDTR Kota atau Kabupaten. Dalam hal tidak pada peruntukan perumahan, perlu dilakukan review terhadap rencana tata ruang atau rencana turunannya.

2. Kondisi lingkungan permukimannya sangat kumuh (langka prasarana/sarana dasar, sering kali tidak terdapat jaringan jalan lokal ataupun saluran pembuangan)

3. Kepadatan nyata diatas 500 jiwa/ha untuk kota besar dan sedang, dan diatas 750 jiwa/ha untuk kota metro.

4. Lebih dari 60% rumah tidak/kurang layak huni, dengan angka penyakit akibat buruknya lingkungan permukiman cukup tinggi (ISPA, diarhee, penyakit kulit dll)


(33)

22

2. 5 Permukiman Kumuh

2.5.1 Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh

Lingkungan permukiman kumuh dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 org per Ha) b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah

c. Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya di bawah standart

d. Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan

e. Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diluar perundangundangan yang berlaku.

Pengertian permukiman kumuh adalah:

1) Karakter fisik, yang dimaksud adalah karakter dari sarana dan prasarana fisiknya seperti suplai air bersih, sanitasi, listrik, jalan lingkungan.

2) Karakter Sosial, padea umumnya masyarakat yang berada di permukiman kumuh adalah penduduk dengan pendapatan yang rendah, sebagai pekerja/buruh, informal sektor.

3) Kepemilikan Tanah, biasanya masyarakat menempati tanah-tanah ilegal, misalnya mereka membangun rumahnya bukan diatas tanah miliknya tetapi tanah milik pemerintah atau mulik swasta yang biasa tidak digunakan karena dianggap tidak produktif dan mereka tidak memiliki sertifikat tanda kepemilikan tanah.

Keadaan kumuh dapat mencerminkan keadaan ekonomi, sosial, budaya para penghuni permukiman tersebut. Adapun ciri-ciri kawasan kumuh dapat tercermin dari:

1) Penampilan fisik bangunannya yang miskin konstruksi, yaitu banyaknya bangunan-bangunan temporer yang berdiri serta nampak tak terurus maupun tanpa perawatan.

2) Pendapatan yang rendah mencerminkan status ekonomi mereka, biasanya masyarakat kawasan kumuh berpenghasilan rendah

3) Kepadatan bangunan yang tinggi, dapat terlihat tidak adanya jarak antar bangunan maupun siteplan yang tidak terencana


(34)

4) Kepadatan penduduk yang tinggi dan masyarakatnya yang heterogen 5) Sistim sanitasi yang miskin atau tidak dalam kondisi yang baik

6) Kondisi sosial yang tidak baik dapat dilihat dengan banyaknya tindakan kejahatan maupun kriminal

7) Banyaknya jumlah masyarakat pendatang yang bertempat tinggal dengan menyewa rumah.

Kondisi wilayah studi yang akan dikaji dilihat dari penampilan fisik bangunan kontruksi masih tergolong miskin, sebagian masyarakat menggunakan bahan genteng rumah yang hasil pembakaran untuk bahan rumahnya. Kepadatan bangunan yang terlihat tidak begitu tinggi masih ada jarak antar bangunan, tapi letak bangunan rumah atau siteplannya tidak terencana dan tertata. Sistem sanitasi linkungan yang miskin atau masih dalam kondisi tidak baik. Kepadatan penduduk di wilayah studi cukup tinggi dengan masyarakatnya yang heterogen karena banyaknya jumlah masyarakat pendatang yang bertempat tinggal dengan menghuni rumah-rumah bekas peninggalan pada jaman pendudukan Indonesia ataupun dengan menyewa rumah, sehingga terdapat kondisi sosial yang kurang baik dengan masih terdapat beberapa tindakan yang kriminal.

Suatu kawasan dinilai kumuh dapat dilihat berdasarkan kriteria : a. Kriteria Lokasi

• Penentuan kawasan kumuh pada prinsipnya tidak mengenal batas administrasi, namun demikian guna mempermudah pengelolaannya batas administrasi kelurahan/desa harus menjadi referensi.

• Kawasan kumuh merupakan kawasan yang berada baik di pusat kota (CDB) Central Business District ataupun di kawasan pinggiran kota.

b. Kriteria Demografi

• Kepadatan penduduk;

• Jumlah keluarga Pra-sejahtera; • Jumlah keluarga sejahtera;

o Jumlah Manula;


(35)

24

o Jumlah anak terlantar; o Jumlah anak cacat;

o Jumlah anak tidak sekolah, putus sekolah. c. Kriteria Lingkungan

• Kondisi perumahan dan permukiman; • Kepadatan bangunan (>200 jiwa/ha); • Pelayanan air bersih;

• Jamban/MCK;

• Sarana pembuangan sampah. d. Kriteria Usaha

• Jumlah usaha kecil, kerajinan dan rumah tangga di bidang perdagangan jasa, industri, pertanian, perikanan dan peternakan;

• Jumlah tenaga kerja yang terserap, jumlah omset.

Selain itu hal-hal berikut juga dapat dipertimbangkan sebagai kriteria permukiman kumuh,yaitu ukuran bangunan sangat sempit tidak memenuhi standar kesehatan; Kondisi bangunan berimpitan sehingga rawan kebakaran; Kurangnya suplai air bersih serta jaringan listrik tidak tertata dan tidak terpasang dengan baik; Sistem drainasenya buruk; Jalan lingkungan tidak memadai; sanitasi lingkungan: sarana mandi, cuci, dan kakus juga sangat terbatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.4 di bawah ini

Tabel II.4.

Kriteria Permukiman Kumuh

No Indikator/Parameter Klasifikasi Kawasan Kumuh

Sangat Kumuh Kumuh Berat Kumuh Sedang

1 Kepadatan Bangunan > 100 rmh/Ha 80-100 rmh/Ha 60-80 rmh/Ha

2 Jumlah Bangunan Temporer > 60 % 40-60% 30-40%

3 Koefisien Dasar Bangunan > 70 % 70-50 % 30-50%

4 Jarak Hadap Antar Bangunan <1,5 meter 1,5-3 meter 3-5 meter

5 Kepadatan Penduduk > 500 jiwa/Ha 400-500


(36)

(Sumber: Standar Nasional Indonesia Tentang Permukiman)

2.5.2 Tipologi Permukiman Kumuh

Berdasarkan kondisi dan permasalahan lingkungan permukiman yang diamati di lapangan, kawasan permukiman kumuh dapat dibedakan dalam 7 (tujuh) tipologi. Masing-masing tipologi memiliki karakter khas yang memberi corak kehidupan lingkungan permukiman tersebut. Ketujuh tipologi permukiman kumuh tersebut sebagai berikut:

a. Permukiman kumuh nelayan

Permukiman kumuh nelayan adalah permukiman kumuh yang terletak di luar arena antara garis pasang tertinggi dan terendah, dengan bangunan-bangunan yang langsung bertumpu pada tanah, baik itu bangunan rumah tinggal atau bagunan lainnya. Rata-rata lokasinya ditepi pantai.

b. Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi. Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial-ekonomi adalah permukiman kumuh yang terletak di sekitar pusat-pusat aktifitas sosial-ekonomi. Seperti halnya lingkungan industri, sekitar pasar tradisional, pertokoan, lingkungan pendidikan/kampus, sekitar obyek-obyek wisata dan pusat-pusat pelayanan sosial-ekonomi lainnya.

c. Permukiman kumuh pusat kota

Permukiman kumuh pusat kota adalah permukiman kumuh yang terletak di tengah kota (urban core), yang sebagai permukiman lama atau kuno atau tradisional. Permukiman yang dimaksud disini adalah permukiman yang dahulu

6 Tingkat Pertumbuhan Penduduk > 2.1%/thn 1.7-2.1%/thn 1.2-1.7%/thn 7 Kondisi Jalan Lingkung-an/Jalan

Setapak > 70 % Buruk 50-70 % Buruk 30-50 % Buruk

8 Area Kawasan Genangan/Banjir > 50 % 25-50 % 10-25 %

9 Tingkat Pelayanan Air Bersih

Perpipaan Dan Air Limbah < 30 % 30-50 % 60-80 %


(37)

26

merupakan permukiman yang diperuntukkan bagi hunian kalangan menengah ke bawah.

d. Permukiman kumuh pinggiran kota

Permukiman kumuh pinggiran kota adalah permukiman kumuh yang berada di luar pusat kota (urban fringe), yang ada pada umumnya merupakan permukiman yang tumbuh dan berkembang di pinggiran kota sebagai konsekuensi dari perkembangan kota, perkembangan penduduk yang sangat cepat serta tingkat perpindahan penduduk dari desa ke kota yang sangat tinggi.

e. Permukiman kumuh daerah pasang surut

Permukiman kumuh daerah pasang-surut adalah permukiman kumuh yang terletak didaerah antara garis pasang tertinggi dan terendah yang secara berkala selalu terendam air pasang, dengan sebagian besar type bangunan yang ada baik itu bagunan rumah tinggal maupun bangunan lainnya adalah type panggung. Jalan penghubung antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya adalah jalan titian. Karakter lain yang cukup menonjol adalah perletakan dermaga atau tempat menambak perahu yang berdekatan dengan permukiman.

f. Permukiman kumuh daerah rawan bencana

Permukiman kumuh tepian sungai adalah permukiman kumuh yang terletak didaerah rawan bencana alam, khususnya tanah longsor, gempa bumi dan banjir.

g. Permukiman kumuh tepian sungai

Permukiman kumuh tepian sungai adalah permuiman kumuh yang berada di diluar Garis Sempadan Sungai (GSS). Permukiman kumumuh tepian sungai ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tipe. (1) apa bila sungai yang bersangkutan mempunyai tanggul, maka dengan Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang


(38)

Wilayah Nasional, lingkungan permukiman yang dimaksud terletak sekurang-kurangnya 5 (lima) meter sepanjang kaki tanggul sedangkan untuk sungai tidak bertanggul, letak permukiman yang dimaksud berada diluar sempadan sungai yang lebarnya ditetapkan oleh pemerintah setempat.

Melihat karakteristik Sifat dan tipologi yang diuraikan diatas dapat dikatakan bahwa tipologi penelitian yang dilaksanakan adalah kategori penelitan permukiman kumuh pusat kota.

sumber : Hasil Observasi, 2013 Gambar 2.3

Contoh Permukiman Kumuh Pusat Kota 2.5.3 Faktor Penyebab Pertumbuhan Kawasan Permukiman

Dalam perkembangannya perumahan permukiman di pusat kota ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

Growth of density (Pertambahan jumlah penduduk)

Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.

Urbanization (Urbanisasi)

Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum


(39)

28

urbanis yang bekerja di pusat kot ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memilih untuk tinggal di permukiman di sekitar kaeasan pusat kota (down town). Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.

2.5.4 Batas Penilaian Kumuh

Berdasarkan literatur diatas terlihat bahwa penentuan kumuh ditentukan oleh kondisi bangunan rumah dan kondisi sarana prasarana. Batasan penilaian kawasan kumuh secara umum lebih melihat pada ciri fisik ditandai dengan kepadatan penduduk dan ketidaklayakan huni rumah dan ciri non fisik seperti rendahnya pendapatan penduduk serta tingginya permasalahan kesehatan dan kejahatan. Akan tetapi jika ditelaah lebih mendalam terdapat perbedaan antara karakteristik kumuh, penyebab kumuh, dan dampak kumuh. Berdasarkan ciri umum, suatu kawasan kumuh selalu dicirikan dengan ketidakteraturan (ketidaktertataan) kawasan yang ditandai dengan kondisi unit bangunan rumah yang tidak sehat dan kondisi pelayanan dan akses terhadap sarana dan prasarana pendukung yang kurang memadai dan rendahnya efektifitas pemanfaatan ruang. Penyebab kekumuhan bisa karena masalah ekonomi atau daya dukung lingkungan yang rendah. Sedangkan dampak kumuh dapat berupa tingginya penyakit di dalam masyarakat dan kerawanan kejahatan yang meningkat.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka kriteria kumuh yang digunakan lebih didasari pada pemahaman bahwa kumuh adalah suatu kondisi fisik kawasan permukiman yang buruk/rendah dan tidak memenuhi standar kelayakan, yang merupakan dampak atau akibat dari beberapa faktor penyebab baik fisik maupun non fisik.

Beberapa indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah sebuah kawasan tergolong kumuh atau tidak adalah diantaranya dengan melihat : Tingkat kepadatan kawasan, Kepemilikan lahan dan bangunan serta kualitas sarana dan prasarana yang ada dalam kawasan tersebut.

Namun demikian kondisi kumuh tidak dapat digeneralisasi antara satu kawasan dengan kawasan lain karena kumuh bersifat spesifik dan sangat


(40)

bergantung pada penyebab terjadinya kekumuhan. Tidak selamanya kawasan yang berpenduduk jarang atau kawasan dengan mayoritas penghuni musiman/liar masuk dalam kategori kumuh. Kerenanya penilaian tingkat kekumuhan harus terdiri dari kombinasi dari beberapa indikator kumuh yang ada.

2. 6 Konsep Peremajaan Permukiman

Arahan peremajaan kawasan permukiman didefinisikan sebagai: Kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang dilakukan melalui penataan dan perbaikan kualitas yang lebih menyeluruh terhadap kawasan hunian yang sangat kumuh. Melalui kegiatan tersebut masyarakat difasilitasi dan distimulasi untuk secara bersama memperbaiki kehidupan dan penghidupannya.

Perumahan dan permukiman sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, memiliki fungsi strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitaas generasi yang akan dating. Hunian merupakan kebutuhan dasar manusia dan sebagai hak bagi semua orang untuk menempati hunian yang layak dan terjangkau (Shellter for All). sebagaimana dinyatakan dalam Agenda Habitat (Deklarasi Istambul) yang telah juga disepakati Indonesia. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan lingkungan pemukimannya terlihat jelas bahwa kualitas sumberdaya manusia di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukiman di mana masyarakat tinggal menempatinya (Djoko Kirmanto, 25 Maret 2002). Agenda 21 Rio de Janeiro tahun 1992 mengartikan pembangunan permukiman secara berkelanjutan sebagai upaya yang berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan sebagai tempat hidup dan bekerja semua orang. Untuk itu perlu disiapkan tempat tinggal yang layak bagi semua, perlu terus diperbaiki cara mengelola permukiman, mengatur penggunaan tanah untuk permukiman, meningkatkan prasarana permukiman, menjamin ketersediaan transportasi dan energi, dan juga perlu dikembangkan industri konstruksi yang mendukung pembangunan serta pemeliharaan permukiman. Selain itu di dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman harus mengedepankan strategi pemberdayaan (enabling strategy).


(41)

30

Sumber : Google_Housing Siteplan

Gambar 2.4

Ilustrasi Peremajaan Permukiman

2.6.1 Prinsip-prinsip Dasar Penanganan Peremajaan Permukiman Kumuh Dari batasan serta pemahaman tentang dasar penanganan peremajaan permukiman tersebut di atas, diperoleh prinsip-prinsip peremajaan yang harus mendasari seluruh konsepsi peremajaan permukiman kumuh, adalah:

a) Penanganan terpadu Multi-sektor

Penanganan peremajaan permukiman kumuh dilandasi unsur keterpaduan antar sektor terkait secara komprehensif. Proses pembangunannya bersifat multi year dan menyeluruh, sesuai tanggung jawab dan peran masing-masing yang terlibat (Pemerintah, swasta, masyarakat).

b) Bertumpu pada masyarakat

Menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan, sehingga terdapa keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan, meliputi:

Aspek perencanaan Aspek pelaksanaan

Aspek pemanfaatan dan pemeliharaan

Peremajaan harus dilaksanakan dengan pola Tridaya yang dalam prosesnya saling mendukung satu dengan yang lain.

Bina Peningkatan Usaha Ekonomi


(42)

Bina Pengembangan Fisik Lingkungan c) Asas keterjangkauan/ Affordability

Rasionalisasi dari biaya sosial dan ekonomi dari lingkungan kehidupan kumuh membuat subsidi silang bagi masyarakat berpenghasilan rendah terjustifikasi. Dengan demikian akan ada pemisahan antara komponen-komponen peremajaan yang cost recovery dan non cost recovery. Komponen cost recovery dihitung dalam kelayakan pyoyek dan dibebankan kepada masyarakat. Komponen non cost recovery diarahkan dalam bentuk-bentuk public invesment yang dapat ditawarkan pada sektor-sektor lain, sehingga tidak dibebankan kepada masyarakat. Melalui mekanisme subsidi silang maka tiap bagian proyek yang cost recovery menjadi mungkin terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

d) Pembangunan berkelanjutan (sustainability)

Peremajaan permukiman kumuh harus dapat berkelanjutan. Beberapa prasyarat untuk pembangunan berkelanjutan antara lain: harus di dasarkan atas kebutuhan (needs assesment); Penetapan keadaan awal yang harus dimiliki, keadaan akhir yang akan dicapai serta dampak sosial budaya; Dampak lingkungan (alamiah); Kesepakatan institusional untuk melaksanakan program pembangunan; bagaimana mengatasi beban O&M jangka panjang; Penggunaan teknologi tepat guna; Kemudahan replikasi.

Agar program peremajaan yang dilakukan dapat dilaksanakan sendiri oleh Kota dengan kekuatan sendiri, dibutuhkan prasayarat berikut:

Pelaksanaan program merupakan kesepakatan Kota.

Didukung oleh sistem inventory yang mampu memberikan informasi keadaan awal setiap Kota serta permasalahannya (sosial, ekonomi, fisik) dan potensi yang dimiliki.

Dampak sosial ekonomi program

Kemampuan kelembagaan termasuk sumber daya manusia. Kemampuan Pemda untuk membiayaa (affordability) pelaksanaan program berkelanjutan Operational & Maintenance (O&M) serta re investasi.

Penerapan sistem pengelolaan peremajaan kawasan kumuh yang berdasarkan sistem pengelolaan sumber daya terpadu.


(43)

32

e) Membangun tanpa Mengusur dengan Preservasi sosio-ekonomi Proses peremajaan diharapkan tidak mengusur masyarakat baik secara langsung (displacement) maupun secara tidak langsung atau bertahap (gentrification process) . preservasi sosial ekonomi dimaksudkan untuk membantu masyarakat menggali dan mengenali bakat, potensi, kemampuan, kelebihan yang sudah atau mungkin belum terlihat secara jelas, lalu mengakomodasikan ke dalam bentuk-bentuk bina usaha dan bina manusia yang didukung oleh bina fisik.

f) Efisiensi dalam Redistribusi lahan

Peremajaan dapat menjadi mekanisme redistribusi lahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta memungkinkan pencadangan lahan bagi kepentingan penggalian sumber pembiayaan pembangunan. Peremajaan berarti suatu upaya mengintervensi kegagalan mekanisme pasar lahan perkotaan. Apabila hak atas lahan berhasil diakses masyarakat, maka konsep-konsep besar seperti self help (swadaya), enabling (memampukan), dalam pembangunan masyarakat miskin akan terakselerasi dengan sendirinya.

g) Public-Private Partnership (Kemitraan)

Interaksi antar pelaku pembangunan yang terjadi adalah interaksi antara pihak yang setara, meskipun berbeda fungsi, sehingga terbentuk kerabat kerja pembangunan. Tujuannya adalah penggalangan semaksimal mungkin peran dan fungsi para pelaku yang terlibat.

2.6.2 Pendekatan Peremajaan Permukiman

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan strategi pendekatan peremajaan permukiman harus dilaksanakan sebagai satu kesatuan sistem, yang pelaksanaannya dapat dengan memanfaatkan berbagai pendekatan yang relevan secara efektif, dan yang implementasinya agar dapat disesuaikan berdasarkan kondisi lokal yang ada, yaitu:

o Pembangunan Berkelanjutan

o Penyelenggaraan Secara Multisektoral dan Terdesentralisasi. o Penyelenggaraan Dengan Pengembangan Sistem Insentif


(44)

2.6.3 Pemahaman Revitalisasi

Peremajaan Kota Konservasi Revitalisasi

Peremajaan kota (urban renewal) sebagai upaya atau pendekatan dalam proses perencanaan guna menata kembali suatu kawasan tertentu dalam kota yang bertujuan mendapatkan niai tambah yang memadai untuk kawasan tersebut sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh lahan kawasan. (Danisworo, 1996).

Konservasi

ICOMOS – The Burra Charter konservasi: istilah yang menjadi payung dari semua kegiatan pelestarian.

Menurut : - Feilden (1994) ; Kode etik konservasi

- Holland, Adhisakti (2002), Wieland (1997); respek terhadap eksisting tata ruang melibatkan intervensi fisik.

- Antariksa (2008) ; Usaha – usaha preservasi Revitalisasi

Tahap Revitalisasi :

- Intervensi fisik - Rehabilitasi ekonomi

- Revitalisasi sosial/institusional Menurut ;

Juliarso (2009), Juwono (2010) : Permasalahan kawasan yang perlu direvitalisasi :

- Matinya aktivitas ekonomi

- Menurunnya kualitas spasial dan fisik bangunan - Buruknya citra kawasan

- Tidak memadainya infrastruktur

Revitalisasi Obyek life monument & dead monument menurut Kwanda, 2004


(45)

34

2.6.4 Konsep Peremajaan Kawasan Permukiman Kumuh

Konsep dan strategi peremajaan permukiman dapat dirumuskan dari pemaparan latar belakang mengenai kondisi di lapangan dan kebijakan pemerinatah. Hal ini dimaksudkan untuk mengwujudkan kualitas permukiman yang layak. Konsep dan strategi sebagai berikut:

Pengembangan peraturan perundang-undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan partisipatif. Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan.

Salah satu penanganan kawasan kumuh perkotaan, dikenal dengan istilah/konsep peremajaan kawasan atau peremajaan kota. Peremajaan kota, menurut Soefaat, dkk. (Direktorat Jendral Cipta Karya, 1996) adalah kegiatan pembongkaran dan pembangunan kembali suatu kawasan bagian perkotaan dalam rangka meningkat-kan manfaat lahan bagi masyarakat serta pemerintah kota. Peremajaan kawasan bertujuan untuk menciptakan kawasan yang baik, yang merupakan satu kesatuan sistem organisasi terpadu, baik yang bersifat sosial, visual, maupun fisik.

Danisworo (dalam Lestari Purnomo, 1992), mengartikan peremajaan kota sebagai suatu pendekatan di dalam proses perencanaan kota yang diterapkan untuk menata kembali suatu kawasan dengan tujuan meningkatkan kemampuan lahan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih positif bagi kotanya. Dengan demikian peremajaan kota mempunyai konotasi ekonomi dari pemanfaatan sumber daya dalam memberikan vitalitas baru.

Terjadinya kemerosotan kawasan tersebut disebabkan antara lain oleh :

a. Tata letak lingkungan fisik secara keseluruhan tidak memungkinkan lagi untuk dikembangkan atau tidak sesuai lagi untuk menampung kegiatan baru.

b. Tingkat pencapaian yang buruk serta tidak menguntungkan, ruang parkir yang kurang dan tidak diperluas lagi, organisasi ruang serta hubungan fungsional yang buruk.


(46)

c. Kondisi gedung sudah sangat buruk sehingga tidak layak pakai, seperti tidak dapat lagi melayani fungsinya dengan baik, tidak sehat serta tidak aman.

Kerusakan yang paling menonjol adalah kerusakan lingkungan perumahan, yang disebut dengn istilah slum. Meskipun kemerosotan yang paling menonjol adalah lingkungan perumahan, namun peremajaan kawasan perkotaan yang sering dilakukan adalah di kawasan perdagangan, karena merupakan fasilitas pelayanan yang penting bagi suatu kota (Wilson, 1973).

Dengan demikian, dari berbagai pendapat mengenai peremajaan kota, maka dapat disimpulkan bahwa peremajaan kota adalah segala upaya dan kegiatan pembangunan yang terencana untuk mengubah atau memperbaharui suatu kawasan terbangun di kota yang sudah merosot fungsinya agar dapat meningkat lagi dan menjadi lebih sesuai dengan perkembangan kota. Peremajaan kota dapat berupa pembangunan kembali (redevelopment) dari suatu bagian kawasan berskala besar di dalam kota secara menyeluruh yang dapat berupa : preservasi dan konservasi, rehabilitasi, rekonstruksi, renovasi, restorasi atau kombinasi dari jenis peremajaan tersebut.

1. Redevelopment (Pembangunan kembali)

Adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan prasarana dari sebagian atau seluruh kawasan kota tersebut yang telah dinyatakan tidak dapat dipertahankan lagi kehadirannya. Perubahan secara struktural dari peruntukan lahan serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur intensitas pembangunan baru (KLB, KDB, GSB, tinggi maksimum dan lain-lain).

2. Gentrifikasi

Adalah upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan kota melalui upaya pening-katan kualitas lingkungan, namun tanpa melakukan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan tersebut. Gentrifikasi bertujuan memperbaiki lingkungan suatu kawasan kota dengan cara memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana


(47)

36

yang ada, meningkatkan kualitas serta kemampuan dari berbagai sarana tersebut melalui program rehabilitasi/renovasi tanpa harus melakukan pembongkaran yang berarti.

3. Rehabilitasi

Yaitu upaya untuk mengembalikan kondisi suatu bangunan atau unsur-unsur kawasan kota yang telah mengalami kerusakan, kemunduran atau degradasi, kepada kondisi aslinya sehingga dapat berfungsi kembali dengan baik, serta perbaikan dari bagian-bagian suatu bangunan yang telah rusak.

4. Preservasi

Merupakan upaya untuk memelihara dan melestarikan monument, bangunan atau lingkungan pada kondisinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan. Metode ini biasanya diterapkan untuk melindungi gedung-gedung, monument-monumen/lingkungan memiliki arti sejarah atau nilai arsitektur yang baik dari kehancuran. Tergantung dari kondisi bangunan atau lingkungan yang akan dilestarikan, maka upaya preservasi biasanya disertai pula dengan restorasi, rehabilitasi atau rekonstruksi.

5. Konservasi

Merupakan upaya untuk memelihara suatu tempat sedemikian rupa sehingga makna dari tempat tersebut dapat dipertahankan. Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan upaya preservasi namun tetap memanfaatkan keguna-an dari suatu tempat untuk menampung atau memberi wadah bagi kegiatan yang sama seperti asalnya atau berbagai kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya.

6. Renovasi

Adalah upaya untuk merubah sebagian atau beberapa bagian dari bangunan tua. Terutama bagian dalamnya dengan tujuan agar bangunan tersebut dapat diadaptasikan untuk menampung fungsi atau kegunaan baru yang diberikan kepada bangunan tersebut atau masih untuk fungsi yang sama namun dengan persyaratan-persyaratan yang baru.


(48)

7. Restorasi

Merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi suatu tempat pada kondisi asalnya dengan menghilangkan tambahan-tambahan yang timbul kemudian serta memasang atau mengadakan kembali unsur-unsur semula yang telah hilang tanpa menambahkan unsur-unsur baru ke dalamnya.

8. Rekonstruksi

Merupakan upaya mengembalikan kondisi atau bangunan kembali suatu tempat sedekat mungkin dengan wajahnya semula. Proses rekonstruksi biasanya dilakukan untuk mengadakan kembali tempat-tempat yang telah sangat rusak atau bahkan telah hampir punah sama sekali.

Sedangkan lingkup usaha peremajaan kota, menurut Djoko Sujarto (2002:5) dapat terdiri atas kegiatan sebagai berikut :

1. Urban Renewal, yaitu rehabilitasi atau peningkatan kualitas kawasan sedemikian sehingga satu atau beberapa macam pola penggunaan lahan akan menjadi lebih efektif, efisien dan lebih baik dari segi estetika dan ekologis lingkungannya dengan tanpa mengubah fungsi kegiatan serta pola penggunaan lahannya.

2. Urban Redevelopment, yaitu perubahan fungsi atau kegiatan dari penggunaan lahan lama menjadi pola penggunaan lahan yang baru.

Dalam skala yang besar suatu peremajaan kota dapat juga berupa pembangunan suatu kawasan kota setara kota yang disebut sebagai Kota Baru Dalam Kota (New Town in Town).

Berdasarkan uraian di atas, maka perangkat peremajaan yang tepat digunakan adalah perangkat yang mampu menyelesaikan dan merupakan problem solving terhadap kondisi permasalahan yang terjadi pada wilayah studi. Adapun pemilihan perangkat tersebut didasari oleh proses seleksi dalam upaya memperoleh hasil yang optimal sesuai dengan tujuan peremajaan kawasan.

Dengan demikian, maka tujuan dari peremajaan permukiman kota adalah : • Meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat dan


(49)

38

masyarakat berpenghasilan rendah, dengan memperoleh perumahan yang layak dalam lingkungan permukiman yang sehat dan teratur.

• Mewujudkan kawasan permukiman kota yang ditata secara lebih baik dan terencana. sesuai dengan fungsinya, sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang kota yang bersangkutan.

• Mendorong penggunaan tanah yang lebih efisien dengan meningkatkan tertib bangunan, memudahkan penyediaan prasarana dan fasilitas lingkungan permukiman yang diperlukan serta mengurangi Kawasan kumuh di daerah perkotaan.

• Mendorong percepatan peningkatan kemampuan perangkat pelaksana pemba-ngunan serta kemampuan swadaya masyarakat.

• Memberikan kepastian hukum dalam bermukim melalui penataan dan penggu-naan lahan permukiman secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Adapun sasaran dari peremajaan permukiman kota adalah : • Sasaran Fungsional adalah :

Tercapainya masyarakat yang mandiri dalam memenuhi kebutuhannya akan rumah yang layak dalam lingkungan sehat, tertib dan terencana, dan melem-baganya pembangunan perumahan dan permukiman menjadi gerakan yang mengakar pada karsa masyarakat.

• Sasaran Operasional adalah:

Peningkatan kembali kondisi dan fungsi kawasan perkotaan yang menurun produktivitas maupun kualitas pemanfaatannya karena berbagai sebab. Penghapusan atau pengurangan kawasan permukiman kumuh di perkotaan secara rasional dan konsepsional.

• Sasaran Lokasi adalah :

Lingkungan permukiman kumuh di perkotaan, baik yang berlokasi pada perun-tukan perumahan permukiman dalam RTRW/RDTR, pada tanah/lahan ilegal, di kawasan pingdiran kota, kawasan pantai, dan/atau daerah bantaran banjir.


(50)

Dalam pelaksanaan pembangunan peremajaan kota/kawasan perkotaan, terdapat 5 (lima) pola urban renewal sebagai berikut:

1. Peremajaan Permukiman lama melalui KIP (Kampung Improvement Program);

2. Peremajaan pada prasarana kota; 3. Membangun tanpa menggusur;

4. Fungsi dan pemanfaatan berubah total; 5. Renovasi bangunan dan kawasan Lama.

Sedangkan pendekatan pelaksanaan urban renewal dapat dilakukan dengan mem-pertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

• Perkembangan sosial kultural masyarakat

• Memanfaatkan sebanyak mungkin potensi yang ada • Perkembangan mutu ekosistem

• Pengembangan mutu fasilitas • Sustainable development.

Fungsi perkotaan di suatu kawasan dalam peremajaan kota dapat : (1) Tetap sebagaimana sebelum diremajakan; (2) Tetap dengan pengembangan dan tam-bahan fungsi baru; (3) Sama sekali berubah menjadi fungsi baru; (4) Sebagian tetap, sebagian dikembangkan dengan fungsi baru dan sebagian berubah sama sekali.

2.7 Tinjauan Umum Kebijakan Perumahan Nasional Timor Leste

Timor Leste sebagai negara yang baru melaksanakan pembangunan jangka panjang yang terencana untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakatnya. Berbeda dengan banyak negara-negara maju, konsep pembangunan perumahan Timor Leste mempertimbangkan secara luas dalam rangka untuk memastikan secara komprehensif dari semua aspek kebijakan yang ada, yaitu terdiri atas 12 kebijakan:

1. Peranan Pemerintah dalam melayani kebutuhan masyarakat

2. Peraturan Kerja

3. Kepemilikan


(51)

40

5. Akses untuk Pelayanan dasar

6. Penyediaan Perumahan bagi Pegawai Negeri

7. Perumahan bagi kelompok berpenghasilan rendah dan korban kerusuhan sipil maupun bencana alam

8. Regularisasi, rehabilitas dan rumah yang ditnggal penghuni

9. Pengembanagn Masyarakat yang terencana dan terpadu

10. Penyediaan lahan dan pelayanan untuk perumahan baru

11. Biaya perumahan

12. Bahan bangunan, pengembangan industry kontruksi dan penciptaan lapangan kerja.

2.7.1 Peran Negara dan Pengaturan Kelembagaan

Pemerintah akan memfasilitasi kebutuhan rumah tangga secara individu, kelompok masyarakat, masyarakat sipil dan sektor bisnis swasta formal dan informal untuk menjalankan tanggung jawab langsung untuk perumahan. Selain itu Pemerintah pun akan mendukung pengembangan pasar, perumahan, sementara pada saat yang sama akan menggunakan intervensi negara yang selektif dan tepat untuk menjamin akses ke kelompok masyarakat yang miskin dan lainnya. Dengan cara ini kebijakan yang berdasarkan pemberdayaan akan meminimalkan ketergantungan pada investasi keuangan sektor publik, sedangkan untuk memobilisasi inisiatif penuh rakyat sendiri dan sumber daya.

Adapun kerjasama yan dilakukan oleh Pemerintahan antar departemen terkait, Lembaga Sosial Masyarakata (LSM) dan masyarakat sehubungan dengan tanggung jawab terhadap perumahan, dan menyediakan lingkungan yang memungkinkan untuk memperkenalkan inovatif berbasis organisasi masyarakat dan mekanisme pendanaan.

Kebijakan perumahan memungkinkan akan membutuhkan tindakan promosi dan peraturan yang didukung oleh program intensif pengembangan sumber daya manusia. Langkah-langkah ini akan mencakup baik permintaan dan sisi penawaran mencakup intervensi tanah dan properti regularisasi / registrasi / sertifikasi; pembuangan persediaan perumahan sektor publik; desain konstruksi, tepat dan standar perencanaan; akses terjangkau ke tanah dan jasa,


(52)

untuk bahan konstruksi dan pembiayaan perumahan; dukungan untuk rumah berbasis perusahaan, dan penyediaan saran organisasi / teknis. Oleh karena itu mereka perlu terintegrasi dengan ekonomi Pemerintah, sosial, kebijakan lingkungan dan infrastruktur, dengan referensi khusus untuk multi-sektoral pengurangan kemiskinan.

Pemerintah mengintervensi beberapa kemungkinan resiko. Untun itu diperlukan pengawasan berskala subsidi, insentif sektor swasta, evaluasi lahan, kontraktor prosedur, peraturan perencanaan, zonasi penggunaan lahan, kode bangunan dan standar minimum.

Peran perempuan dalam pembangunan perumahan, dalam organisasi sosial dan dalam pengelolaan rumah

Pengumpulan prosedur saat ini, pengelolahan dan bertukar informasi perumahan akan memerlukan peninjauan besar, dengan tujuan untuk menentukan peranan yang jelas untuk alokasi peran dan tanggung jawab secara spesifik dan terbuka.

2.7.2 Peraturan Kerangka Kerja

Pemerintah akan membentuk suatu kerangka kerja peraturan terintegrasi penuh, adil dan operasional dan layak untuk dikontrol, pengembangan dan pengelolaan perumahan dan pembangunan perkotaan. Kerangka kerja berupa Undang-undang, arahan, kode, rencana zonasi dan regulasi.

Kerangka kerja ini tidak hanya akan mengawas, tapi juga sebagai penasehat dan promosi; hal ini tidak hanya mempertimbangkan beberapa persyaratan yang berbeda untuk daerah perkotaan dan pedesaan dan untuk zona pembangunan khusus, melainkan akan memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan.

Ruang lingkup, bentuk dan fungsi dari Undang-Undang memungkinkan untuk pembangunan perumahan dan yang memperhitungkan kekuatan hukum, termasuk hak banding dan tanggung jawab institusional, sehingga berfungsi melayani dan sebagai payung undang-undang untuk instrumen hukum anak perusahaan yang akan direkrut, diperkenalkan dan juga diamandemen sebagian besar tanpa Parlament nasional.


(1)

85

terhadap aksesibiltas seperti jaringan listrik yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka dan berpengaruh pada kehidupan mereka masing – masing.

4.4 Analisis Peremajaan Kawasan Permukiman Layak Huni

Sarana rumah tinggal merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting dalam perkembangan suatu kawasan. Kebutuhan rumah erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk. Berdasarkan hal tersebut maka untuk memperkirakan jumlah kebutuhan rumah akan dilakukan dengan mengambil asumsi bahwa setiap satu kepala keluarga (KK) terdiri atas 5 (lima) anggota keluarga dimana setiap kepala keluarga membutuhkan satu unit rumah. Kebutuhan ruang untuk hunian dapat dihitung dengan rumus:

Dimana:

U = Kebutuhan Udara segar per orang per jam (m3) Tp = Tinggi Plafon (m)

Dengan menggunakan standard yang ada (Dinas Pekerjaan Umum) dimana U = 15 m3 dan Tp = 3 m, maka luas lantai per orang = 5 m2

Diasumsikan dalam satu unit rumah terdiri dari 5 orang (ayah, ibu dan tigas anak), maka:

Luas lantai = 5 x 5 =25

Luas lantai pelayanan = 50% x 25 m = 12,5 m Total luas lantai = 37,5 %

Menurut hasil analisis jumlah penduduk di wilayah studi pada tahun 2012 jumlah penduduk Caicoli sebesar 3.335 jiwa dengan 662 KK, maka luas lahan yang digunakan 12.412,50 m2. Suco Caicoli masih memiliki daya tampung ruang yang dapat menampung penduduk untuk beberapa tahun kedepan dan yang perlu ditekankan adalah penataan ruang perumahannya.

Berdasarkan studi empiris yang telah banyak dilakukan di berbagai perencanaan, penentuan jenis/tipe rumah secara umum didasarkan arahan pola

U Luas Perorang = ---


(2)

pemilikan lahan/kapling yang terdiri dari : kapling besar, kapling sedang dan kapling kecil. Konsep atau tipe rumah yang diterapkan menggunakan proporsi antara kapling besar, sedang, dan kapling kecil dengan proporsi 1 : 3 : 6, dimana setiap pembangunan rumah dalam suatu kawasan pengembangan perumahan mengikuti ketentuan pembangunan 1 unit rumah besar, harus diikuti pembangunan 3 unit rumah kapling sedang dan 6 unit rumah kapling kecil. Sedangkan luas masing-masing jenis kapling dengan mempertimbangkan potensi lahan yang cukup luas maka luas masing-masing jenis kapling yang disarankan adalah sebagai berikut :

- Tipe kapling besar, dengan luas 600 m2 - Tipe kapling sedang, dengan luas 400 m2 - Tipe kapling kecil, dengan luas 200 m2

Tabel IV-14

Kondisi Drainase di Permukiman di Kawasan Suco Caicoli

Sumber: Hasil Analisis, 2013

4. 5 Keinginan Masyarakat Suco Caicoli terhadap Upaya Revitalisasi Keinginan masyarakat Suco Caicoli terhadap upaya revitalisasi tersebut adalah sarana untuk aktivitas penunjang kawasan serta kawasan tersebut harus dijadikan sebagai tempat tujuan wisata dan tempat perdagangan. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa kantor dan banyaknya toko yang berada disekitar kawasan, sehingga penyatuan antara wisata dan perdagangan menjadi hal yang menarik dalam pengembangan kawasan. Sedangkan untuk ruang terbuka sendiri masyarakat mau untuk dialokasikan di terminal dan depan terminal dan pertokoan disepanjang jalan menuju ke kawasan Suco Caicoli tersebut agar dapat dimanfaatkan untuk berekreasi serta taman main kanak – kanak. Untuk tata ruang

Wilayah Studi Jumlah (Jiwa) Jumla h KK (Kepa la Kelua rga) Rata-rata Angg ota Kelua rga

Kapling Besar Kapling

Sedang Kapling Kecil

Total Jumla h (Unit) Luas (m2) Jum lah (Uni t) Luas (m2) Jumlah (Unit) Luas (m2) Suco Caicoli

3,335 662 5

159 58,723.53 244 47,981.3 7 109 37,239.2 1 512


(3)

87

bangunan pemerintah harus melakukan revitalisasi terhadap bangunan dan sarana bersejarah serta menfungsikannya menjadi bangunan promosi wisata atau aktivitas tertentu. Sedangkan bangunan milik pribadi atau masyarakat setempat di kawasan Suco Caicoli tersebut yang memiliki kawasan kumuh, mengharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan dana untuk melakukan revitalisasi tanpa mengurangi bangunan kumuh tersebut. Selain itu pemerintah juga mulai melakukan pengawasan terhadap bertambahnya bangunan yang dapat merubah tata ruang bangunan serta nilai sejarah yang ada dikawasan Suco Caicoli tersebut. Dengan memperhatikan tata bangunan dan tata ruang, sebagian masyarakat menginginkan pemerintah juga perlu membangkitkan kesadaran masyarakat di sekitar kawasan akan pentingnya menjaga kelestarian bangunan dan lingkungan dikawasan tersebut. Oleh karena itu masyarakat harus diajak untuk berpartisipasi dalam menjaga kawasan tersebut. Masyarakat dikawasan Suco Caicoli ini juga mengharapkan juga pemerintah akan melakukan pembangunan dengan berpihak pada kebutuhan masyarakat dan bukan oleh para pendatang atau investor. Selain dari melakukan riset terhadap kebutuhan dan keberlangsungan kehidupan masyarakat pemerintah juga harus menyadari bahwa dikawasan Suco Caicoli tersebut sebagian bangunan yang ada selain bangunan kumuh adapun bangunan yang merupakan tempat bersejarah seperti ex Mercado lama atau Dili Convention Center memiliki nilai historis atau sejarah yang tinggi.

Keinginan masyarakat tersebut akan bangunan – bangunan tersebut direvitalisasi karena Kawasan Suco Caicoli tersebut merupakan salah satu kawasan yang berada di pusat kota serta memiliki nilai historis atau sejarah yang tinggi akan bangunan – bangunan yang ada serta akan terus mampu untuk bercerita lewat bangunan yang lama atau masa lalu mereka bagi setiap generasi hingga masa mendatang. Selain itu juga mampu menjadi potensi pengembangan kawasan di Kawasan Suco Caicoli tersebut.


(4)

88 5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan Suco Caicoli tersebut terdapat beberapa permukiman kumuh di antaranya di Aldeia Centro Unidade memiliki tingkat kekumuhan yang paling tinggi karena di Aldeia tersebut memiliki banyak rumah. Oleh sebab itu, penilaian terhadap tingkat kekumuhan tersebut berdasarkan penilaian terhadap tingkat kekumuhan, tingkat kesadaran masyarakat dan penilaian tingkat kesadaran terhadap tingkat kekumuhan.

Lokasi wilayah studi yang berada di pusat kota dan jalan utama Rua Jacinto membuat lokasi ini mudah dicapai, karena keberadaan di pusat Kota Dili menjadikan wilayah ini selain ada permukiman juga lebih didominasi pusat perkantoran dan perdagangan. Berdasarkan eksistingnya maka upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman ini lokasi bertujuan untuk mendukung kawasan sekitarnya. Upaya peningkatan kualitas lingkungan ini yang dilakukan dengan memoerhatikan penataan kapling rumah, pembukaan jalan baru bagi penduduk ynag tingggal jauh dari jalan utama permukiman, pengembangan ruang terbuka hijau dan peningkatan sarana prasarana pendukung ruang. Berdasarkan hasil análisis disimpulkan beberapa hal meliputi:

1) Kondisi fisik alam wilayah studi yang memiiliki luas 54,00 Ha dengan topografi antra 0 – 3% adalah layak untuk dibangun dan kepadatan penduduk wilayah studi ini masih rendah yaitu 51 jiwa/ ha.

2) Pengembangan Ruang terbuka di area terbuka dekat dengan sarana pendidikan taman bermain dan olahraga berfungsi sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan berupa.

3) Peningkatan kebutuhan akan utilitas seperti pembukaan jalan baru masuk permukiman warga belum memiliki akses jalan yang disertai dengan pembuatan drainase disepanjang sisi mengikuti jalan baru masuk ke permukiman.


(5)

89

4) Perbaikan jaringan air bersih dengan memperbaiki pompa dan penyediian bak air bersih. Pengolaan sampah dengan menyediakan bak sampah di setiap blok kawasan, pusat lingkungan, dan kawasan komersil di muka jalan sehingga memudahkan proses pengangkutannya yang dilakukan setiap hari oleh petugas kebersihan, untuk menghindari penumpukan sampah nantinya.

5. 2 Rekomendasi

Secara garis besar rekomendasi untuk penataan permukiman di wilayah studi adalah:

1. Perbaikan lingkungan dalam hal ini meningkatan kualitas dan kuantitas dari sarana prasarana lingkungan.

2. Peremajaan kawasan permukiman berupa penataan kapling hunian sehingga dapat terlihat rapid an indah.

3. Perlu adanya penyuluhan dan pengawasan serta komunikasi dua arah dari pemerintah dan masyarakat setempat agar pembagunan/ penataan dapat diterima oleh masyarakat, sehingga terhindar dair konflik antara kedua belah pihak

4. Adanya sosialisasi mengenai penataan ruang dan peraturan penggunaan lahan sesuai aturan yang berlaku dari Pemerintah maupun pihak terkait.

5. Adanya kerjasama antara Pemerintah terkait dengan pihak swasta (investor atau instansi terkait) dan masyarakat setempat untuk menciptakan lingkungan yang tertata dan teratur.

6. Masyarakat harus menjadi subjek dalam pembangunan ataupun penanganannya agar hasil hasil yang diperoleh sesuai dengan aspirasinya sendiri atau disebut dengan perenacanaan partisipatif yaitu perencanaan yang melibatkan masyarakat.

Adapun yang menjadi usulan dalam pelaksanaan studi lanjutan dari bahsan ini adalah:

1. Bentuk penataan dan perancangan baik terhadap hunian maupun sarana prasarana lingkungan penunjang yang lebih terinci aspek-aspeknya, bentuk


(6)

pelaksanaannya serta biaya yang hari dikeluarkan untuk merealisasikan penataan terbeut.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dari segi sosial dan kependudukan, ekonomi dan budaya masyarakat secara lebih mendalam untuk megetahui keinginan dan harapan dari masyarakat setempat.