Pengaruh Pemberian Pangan Yang Difortifikasi Zat Multigizi Mikro Pada Ibu Hamil Dan Pengasuhan Terhadap Pertumbuhan Linier, Perkembangan Motorik Dan Status Anemia Bayi

(1)

PENGASUHAN TERHADAP PERTUMBUHAN LINIER,

PERKEMBANGAN MOTORIK DAN STATUS ANEMIA BAYI

BERNATAL SARAGIH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengaruh Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil dan Pengasuhan terhadap Pertumbuhan Linier, Perkembangan Motorik dan Sta tus Anemia Bayi adalah karya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, 7 Nopember 2007

Bernatal Saragih NRP A561040031


(3)

Food in Pregnant Mother and Caring on Linear Growth, Motor Development and Anemia Status of Infants. Supervised by HIDAYAT SYARIEF, HADI RIYADI, AMINI NASOETION

Like in many developing countries, macro and micro nutritional deficiency has long been problem in Indonesian pregnant mother and infant. Early nutritional improvement strategy through supplementary fortified foods for pregnant mother, its one of alternative nutritional improvement for next generation.

The objective of this study to analized the impact of multi micronutrients fortified supplementary food in pregnant mother and caring on linear growth, motor development and anemia status of infants. This study was conducted in tree sub-districts of Bogor Distritcs namely: Leuwiliang, Leuwisadeng and Ciampea. Total of infants has follow up were 120 with prospective cohort. From 120 infants were selected 40 infants as fortified groups (pregnant mothers was received fortified food (vermicelli, milk and biscuit) with multi-nutrients i.e. iron, iodine, zinc, folic acid, vitamin C and vitamin A), 40 infants as unfortified groups (pregnant mothers was received non fortified foods) and 40 infants as control groups (pregnant mother did not receive any experiment food). Data analyzed using SPSS 10.0 and 13.0. Z-score were calculated for the length-for-age (HAZ) and weight-for age (WAZ), using NCHS-WHO 1983 and WHO 2006 growth references.

The result of study showed multi micronutrients fortified supplementary food in pregnant mother and exclusive breast feed up to 3 month on linear growth, weight gain, WAZ, HAZ, knee lenght, motor development and Hb better than exclusive breast feed unfortified and control group infants. Multi micronutrients fortified supplementary food in pregnant mother had significant effect on infants linear growth with net effect 2.0 cm compared to control group and 1.4 cm unfortified group. Stunted (5.0%) and underweight (2.5%) finding at two months of infants age in control group. Fortified food in pregnant mothers had significant effect on infant knee length gain. Infant knee length (< 14.248 cm) at 6 months could categorized as stunted.

Infant caring had positive associated with linear growth, weight gain, knee length, motor development and anemia status but morbidity had negative associated. The mean of infants morbidity 0 up to 6 months higher in control group compared with unfortified and unfortified higher than fortified groups. The anemia status (Ht< 33%) of infant at 6 months i.e. 27.8% were fortified group, 30.6% were unfortified group and 38.9% were control group. Multi micronutrients fortified supplementary food in pregnant mother had effect retention of decreased infants Hb up to 6 months.

Keywords: Multi micronutrients, pregnancy ,caring, infant, breast feeding, linear growth, motor development, knee length, hemoglobin


(4)

Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil dan Pengasuhan terhadap Pertumbuhan Linier, Perkembangan Motorik dan Status Ane mia Bayi. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF, HADI RIYADI, AMINI NASOETION

Seperti diberbagai negara berkembang lainnya, masalah kekurangan gizi makro dan mikro pada ibu dan bayi juga terjadi di Indonesia. Strategi perbaikan gizi secara dini dapat dilakukan dengan pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil, sebagai salah satu alternatif perbaikan gizi bagi generasi yang selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil dan pengasuhan terhadap pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi.

Penelitian ini dilakukan pada 3 Kecamatan di Kabupaten Bogor yaitu di Ciampea, Leuwiliang dan Leuwisadeng. Penelitian ini dilakukan kohort prospektif dengan jumlah bayi yang diikuti 120 orang yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama (kelompok fortifikasi) yang ibunya pada waktu hamil menerima pangan yang difortifikasi vitamin A, C, asam folat, besi, seng dan iodium. Kelompok kedua (tanpa fortifikasi) diberikan pangan yang sama tetapi tidak difortifikasi dan kelompok ketiga merupakan kelompok kontrol yang ibunya waktu hamil tidak menerima pangan fortifikasi maupun tanpa fortifikasi. Data yang dikumpulkan meliputi: status sosial ekonomi keluarga, pemberian ASI, pengasuhan, intik gizi ibu menyusui, berat badan ibu, intik gizi bayi, morbiditas, berat badan, tinggi badan, panjang lutut setiap bulan, perkembangan motorik, Ht dan Hb. Analisis z-skor PB/U dan BB/U menggunakan referensi NCHS-WHO (1983) dan WHO (2006). Data ditabulasi, dianalisis secara statistik dengan Anova, Ancova, korelasi Pearson, regresi linier, regresi berganda dan regresi logistik berganda menggunakan program Software SPSS versi 10.0 dan 13.0

Hasil penelitian menunjukkan bayi yang memperoleh ASI eksklusif > 3 bulan dan ibu ketika hamil menerima pangan fortifikasi, memiliki morbiditas yang lebih rendah, pertumbuhan linier, z-skor PB/U, pertambahan berat badan, Z-skor BB/U, pertambahan tinggi lutut, perkembangan motorik dan Hb lebih baik dibandingkan dengan bayi kelompok tanpa fortifiaksi dan kontrol juga memperoleh ASI eksklusif > 3 bulan. Pemberian pangan fortifikasi pada ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan linier bayi secara signifikan dengan efek bersih lebih tinggi 1,4 cm dibandingkan dengan kelompok tanpa fortifikasi dan 2,0 cm dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pengasuhan, pendidikan ibu, pendapatan perkapita keluarga berhubungan positif dengan pertumbuhan linier, perkembangan motorik dan status anemia bayi. Stunted (5%) dan underweight

(2,5%) pada bayi terjadi pada usia 2 bulan yaitu pada kelompok kontrol. Pertambahan panjang lutut secara signifikan dipengaruhi oleh pemberian pangan fortifikasi pada saat ibu hamil dengan efek bersih 0,56 cm. Bayi pada usia 6 bulan yang panjang lututnya < 14,248 cm termasuk dalam kategori status gizi stunted

Pemberian pangan fortifikasi pada saat ibu hamil memberikan respon perkembangan motorik bayi 82 persen lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Morbiditas berkorelasi negatif dengan pertumbuhan, perkembangan,


(5)

dibandingkan dengan kelompok tanpa fortifikasi (113,3+86,2) dan fortifikasi (91,2+74,7) dalam kategori tingkat morbiditas rendah. Persentasi bayi yang anemia berdasarkan hematokrit (Ht<33%) pada kelompok kontrol adalah yang tertinggi sebesar 38,9 persen, kelompok tanpa fortifikasi sebesar 30,6 persen dan kelompok fortifikasi sebesar 27,8 persen. Pangan fortifikasi pada penelitian ini lebih pada menahan laju penurunan Hb bayi sampai usia bayi 6 bulan. Dimana pada kelompok tanpa fortifikasi dan kontrol kadar Hb pada bayi usia 6 bulan sudah ada dibawah 90,0g/L masing-masing (8,3% dan 11,11%) sedangkan kelompok fortifikasi tidak ada dan bayi kelompok kontrol. ada yang Hb-nya 70,6 g/L.

Kata kunci: Zat multi gizi mikro, pertumbuhan linier, pengasuhan, pertambahan berat badan, panjang lutut, perkembangan motorik, status anemia bayi


(6)

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagaian atas atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan nama atau menyebut sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

PENGASUHAN TERHADAP PERTUMBUHAN LINIER,

PERKEMBANGAN MOTORIK DAN STATUS ANEMIA BAYI

BERNATAL SARAGIH

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(8)

Pujia syukur kepada Tuhan atas rahmat dan kasihNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan disertasi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2006 adalah gizi bayi, denga n judul Pengaruh Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil dan Pengasuhan terhadap Pertumbuhan Linier, Perkembangan Motorik dan Status Anemia Bayi.

Pada kesempatan ini, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih kepada Prof Dr Ir Hidayat Syarief, MS, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan nasehat, saran-saran bimbingan dan senantiasa memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian penelitian ini, Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran-saran serta begitu berjasa yang telah merekomendasikan penulis dalam melaksanakan penelitian ini yang merupakan kelanjutan dari penelitian Feeding program SEAFAST center Institut Pertanian Bogor dan kepada Dr.Ir. Amini Nasoetion, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang penuh dengan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran-saran dengan segala kerendahan hati disampaikan terimakasih. Kepada tim penguji luar komisi Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc, Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP dan Prof. Dr.Ir. Hardinsyah, MS, yang telah banyak memberikan saran-saran serta masukan dalam penyempurnaan Disertasi ini, untuk ketiga penguji dengan rendah hati disampaikan terimakasih.

Ucapan terimakasih dan rasa hormat juga disampaikan kepada Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc selaku Direktur SEAFAST Center dan Prof.Dr.Ir. Made Astawan, MS selaku ketua tim feeding program SEAFAST Center, yang telah memberikan ijin untuk melanjutkan penelitian feeding program. Kepada Dr.Ir.Ahmad Sulaeman, MS dan Dr.Ir. Siti Madanijah, MS sebagai penguji pada saat prakualifikasi dan kolokium yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan disertasi ini.

Ucapan terimakasih dan rasa hormat juga disampaikan kepada Prof. Dr.Ir. Hardinsyah, MS sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Prof. Dr.Ir. Ali Khomsan, MS dan Dr. Clara M Kusharto, MS atas arahan dan nasehat yang telah


(9)

jajarannya yang telah memberikan pelayanan, baik administrasi maupun proses pembelajaran disampaikan terimakasih.

Kepada Rektor Universitas Mulawarman dan Dekan Fakultas Pertanian yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program pendidikan S3 di IPB dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan beasiswa BPPS, disampaikan terimakasih. Kepada Pemprop. Kalimantan Timur atas bantuan dana yang diberikan dalam penulisan disertasi.

Terimakasih juga disampaikan kepada Dr.Faridha sebagai, kepala Puskesmas Ciampea, Dr. Agung sebagai kepala Puskesmas Puraseda dan Dr. Esther sebagai kepala UPTD Puskesmas Leuwiliang yang telah menyediakan tempat pengambilan darah dan melakukan pemeriksaan kesehatan bayi. Para kader-kader posyandu yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian lapangan.

Ucapan terimakasih kepada Rosmala Dewi,STP dan Dra Lely yang telah membantu pengambilan darah dan analisis golongan darah, Hb dan Ht bayi. Kepada Solichin, SP dan Dudik Riyadi yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian tanpa kenal lelah berkeliling dari rumah-kerumah responden. Serta kepada Cacha rental motor dan mobil yang menjadi langgangan tetap selama penelitian.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dr.Ir. V. Prihananto, MS dan Ir. Dodik Briawan, MCN yang selalu menjadi teman diskusi dan telah banyak memberikan dorongan dalam penulisan disertasi, kepada Dra Erli Mutiara, MSi, Dra Mazarina Devi, MS dan Ir. Heryudarini Harahap,M.Kes atas bantuannya yang beberapa kali ikut ke kelapangan dalam memperlancar penelitian, dan atas kebersamaan dalam menempuh studi di GMK selama ini. Kepada Ir. C Meti Dwiriani, M.Sc atas pinjaman alat untuk pengukuran antropometri bayi yang sangat menunjang dalam memperlancar penelitian ini.

Penghargaan khusus diberikan kepada isteri penulis Nani Lewidina Purba, SE yang penuh dengan pengertian, kesabaran dan selalu memberikan dorongan


(10)

penulisan disertasi diucapkan terimakasih. Penghargaan khusus juga disampaikan kepada orang tua penulis Bapak (alm) Gr. Jamanta Solanus Saragih dan Ibunda Nuria Martina Purba, yang merupakan guru yang memberikan cahaya sejak kecil. Kepada abang/kakak penulis Jasner Saragih, BA/Sartaulina Damanik, Esron Saragih, SPd/Emmy Purba, Ir. Mikael Saragih/Juliati, SE, Ir. Bernaulus Saragih M.Sc, PhD/Celiyani, SPd, Letnan TNI AL Perdin Saragih,SE/Melitina Sibarani,S.Sos, Nursia Saragih/Kasman Lingga, Theresia Saragih,SPd/Arsinus Purba dan Liharia Saragih/Ely Sugandi Purba disampaikan terimakasih atas bantuan moril dan materil yang telah diberikan.

Penghargaan yang tulus juga disampaikan pada berbagai pihak yang telah membantu penelitian ini, yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini berguna bagi siapapun yang memerlukan.

Penulis


(11)

anak ke sembilan dari sembilan bersaudara dari pasangan Gr.Jamanta Solanus Saragih(alm) dengan Nuria Martina P. Pak-pak. Penulis menikah dengan Nani Lewidina Purba, SE pada tanggal 17 Februari 2000 dan dikarunia seorang putra Frederic Morado Saragih yang lahir pada tanggal 13 Mei 2001.

Pendidikan sarjana ditempuh pada Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian lulus pada tahun 1994. Pada tahun 1998 penulis diterima di program studi Ilmu Pangan (IPN) pada program pascasarjana IPB dan lulus tahun 2001. Kemudian mendapatkan kesempatan melanjutkan ke program doktor di program Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMK) Sekolah Pascasarjana IPB tahun 2004. Beasiswa BPPS diperoleh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Penulis bekerja sebagai dosen di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman sejak tahun 1996. Pada tahun 2002-2003 penulis sebagai professional expert Cold Chain Indonesia Project. Texas

A&M University. Pada tahun 2003-2004 sebagai sekretaris Program Studi Agronomi dan pada tahun 2004-2005 sebagai Kepala Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian.

Sebuah artikel telah diterbitkan dengan judul Pengaruh Pemberian Pangan Fortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil terhadap Status Gizi dan Morbiditas Bayi dari Usia 0-6 Bulan pada jurnal Info Kesehatan Masyarakat (terakreditasi) USU edisi Juni 2007. Artikel lain berjudul Pengaruh Pemberian Pangan Fortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil terhadap Pertumbuhan Linier, Panjang Lutut dan Status Anemia Bayi akan diterbitkan pada jurnal Gizi Indonesia (terakreditasi) pada tahun 2007. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.


(12)

DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR………. DAFTAR LAMPIRAN……….. xii xiv xv

PENDAHULUAN………. 1

Latar Belakang Perumusan Masalah……… Tujuan Penelitian……… Hipotesis Penelitian……… Manfaat Penelitian……….. 1 4 6 6 7

TINJAUAN PUSTAKA………. 8

Hubungan Gizi Ibu Hamil dengan Pertumbuhan Prenatal…………. Pertumbuhan Sesudah Lahir Sampai 6 Bulan………

Growth Faltering dalam Pertumbuhan Linier……….

Catch Up Grouth (Kejar Tumbuh) dalam Pertumbuhan Linier.. Perkembangan Sesudah Lahir Sampai 6 Bulan……….. Pengukuran Perkembangan Bayi Sampai 6 Bulan………. Pengaruh Genetik terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan….….. Pengaruh ASI terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan…………. Pengaruh Pemberian MP-ASI Terlalu Dini terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi 0-6 Bulan……… Pengaruh Morbiditas terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan….. Pengaruh Status Sosial-Ekonomi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan……… Pengaruh Pengasuhan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan… Hubungan Anemia dengan Pertumbuhan dan Perkembangan……... Dampak Suplementasi Multi Gizi Mikro Selama Hamil terhadap Hasil Kelahiran, Pertumbuhan dan Perkembangan………

Besi………. Asam Folat……….. Seng……… Iodium………. Vitamin A ……….. Vitamin C……… Interaksi Zat Gizi (Besi, Seng, Folat, Iodium, vitamin A dan C)…...

8 9 11 12 13 14 15 15 17 18 19 20 21 23 23 23 24 26 26 27 27

KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL……….. 30

Kerangka Pemikiran………... Definisi Operasional………...

30 31

METODE PENELITIAN………... 34


(13)

Jenis dan Cara Pengambilan Data……….. Pengolahan dan Analisis Data………

37 40

HASIL DAN PEMBAHASAN……….… 43

Karakteristik keluarga……… Besar Keluarga, Usia dan Pendidikan……… Pekerjaan, Pendapatan dan Pendapata n Perkapita……… Pengasuhan……….

Asuh Makan………. Asuh Kesehatan….……….. Asuh Bermain……….. Morbiditas……….. Intik, Tingkat Kecukupan dan Status Gizi Ibu………... Intik dan Tingkat Kecukupan Gizi Ibu………. Status Gizi Ibu………. Intik dan Tingkat Kecukupan Gizi Bayi……….

Intik Energi………... Intik Protein……….. Intik Besi……….. Pertumbuhan Bayi……….. Pertumbuhan Linier……… Z skor PB/U………..………. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Linier…………... Pertambahan Berat Badan……….. Z-Skor BB/U……….. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Bayi. Pertambahan dan Panjang Lutut Bayi……… Hubungan Panjang Lutut dengan Status Gizi (Stunted) dan

Panjang Badan……… Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Panjang Lutut Bayi……… Perkembangan Motorik……….. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Bayi…. Status Anemia………. Hemoglobin (Hb)….. ………...

Hematokrit (Ht)………

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Anemia Bayi…………..

43 43 45 45 45 53 57 59 62 62 63 65 65 67 68 70 70 75 80 83 82 94 95 97 98 99 102 104 104 106 108

KESIMPULAN DAN SARAN……….. 110

Kesimpulan………. Saran………... 110 112 DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN……….. 113 126


(14)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan pada bayi 0-6 bulan... Berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan………. Komposisi air susu ibu (ASI) per liter... Model perputaran produk yang diberikan pada wanita hamil……….. Jenis dan cara pengumpulan data……….. Pengolahan data……… Karakteristik keluarga………... Kategori total pengasuhan bayi……… Kategori asuh makan... Praktek pemberian ASI... Lama pemberian ASI saja... Rata-rata lama pemberian ASI saja dan volume ASI... Praktek pemberian makan... Higiene dan sanitasi makanan... Kategori asuh kesehatan... Pemeliharaan kebersihan badan dan pakaian... Kunjungan ke Posyandu, pemberi dorongan mengimunisasikan bayi dan kejadian sakit... Tempat pengobatan ketika bayi sakit... Kelengkapan imunisasi... Usia bayi pertama kali di imunisasi... Kategori asuh bermain... Asuh bermain... Skor dan tingkat morbiditas bayi... Jenis dan frekuensi sakit... Frekuensi sakit tanpa membedakan jenis penyakit umur 0-6 bulan.... Intik zat gizi ibu menyusui... Status gizi ibu menyusui (IMT=kg/m2)………

10 11 16 37 38 39 43 46 47 48 48 50 51 52 53 54 55 55 56 56 57 58 60 61 62 63 64


(15)

30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

Intik besi dan kecukupan besi bayi……….. Panjang badan bayi (PB, cm) setiap bulan berdasarkan perlakuan dan referensi………. Pertumbuhan linier (∆PB,cm) bayi berdasarkan status pemberian ASI, umur dan perlakuan………. Sebaran contoh berdasarkan pertumbuhan linier, status pemberian ASI, usia dan perlakuan………... Rata-rata Z Skor PB/U bayi ……… Selisih Z-skor PB/U status pemberian ASI, umur dan perlakuan…… Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan panjang badan bayi. Rata-rata berat badan bayi setiap bulan……… Pertumbuhan berat badan berdasarkan status peberian ASI, umur dan perlakuan………... Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan, status

pemberian ASI, usia dan perlakuan……..……….... Rata-rata Z Skor BB/U bayi setiap bulan ……… Rata-rata selisih Z Skor BB/U bayi berdasasrkan usia, status pemberian ASI dan perlakuan ………. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan bayi….. Pertambahan dan panjang lutut bayi……… Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan panjang lutut bayi.. Sebaran contoh berdasarkan perkembangan motorik, status pemberian ASI dan perlakuan……….. Rata-rata skor perkembangan motorik………. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi……. Sebaran hemoglobin bayi………. Sebaran contoh berdasarkan status anemia, status pemberian ASI dan perlakuan………... Sebaran hematokrit bayi……….. Faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia bayi………...

68 70 72 73 75 76 81 84 84 87 89 90 94 96 98 99 99 103 104 105 106 108


(16)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Usia pencapain perkembangan motorik ……….. Kerangka pemikiran pengaruh pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil terhadap pertumbuhan,

perkembangan motorik dan status anemia bayi………... Bagan penarikan contoh penelitian ………. Persentase lama pemberian ASI ekklusif………. Pertumbuhan panjang badan bayi …………..………. Sebaran contoh berdasarkan pertumbuhan linier, status pemberian ASI, usia dan perlakuan………... Persentasi Stunting bayi 0-6 bulan………... Z skor PB/U bayi perempuan (Referensi NCHS-WHO1983)………. Z skor PB/U bayi perempuan (Referensi WHO 2006)……… Z skor PB/U bayi laki-laki (Referensi NCHS-WHO1983)…………. Z skor PB/U bayi laki-laki (Referensi WHO 2006)………. Rata-rata berat badan bayi ……….……….. Persentase bayi yang mengalami penurunan berat badan... Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan, status pemberian ASI, usia dan perlakuan……..………....

Underweight bayi pada umur 0-6 bulan (referensi WHO 2006)……. Z skor BB/U bayi perempuan (referensi NCHS-WHO 1983)………. Z skor BB/U bayi perempuan (referensi WHO 2006)………. Z skor BB/U bayi laki-laki (Referensi NCHS-WHO 1983)………... Z skor BB/U bayi laki-laki (Referensi WHO 2006)………... Sebaran contoh berdasarkan pertambahan panjang lutut, status pemberian ASI dan perlakuan……….. Rata-rata panjang lutut bayi …………..……….. Persentase bayi yang mencapai semua perkembangan motorik ……. Persentasi anemia (Hb<100 g/L) pada usia 6 bulan………. Persentase anemia bayi (hematokrit < 33%) pada usia 6 bulan……...

13 32 36 49 71 74 76 77 78 78 79 85 86 87 90 91 92 92 93 96 97 101 105 107


(17)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Intik zat gizi ibu hamil pada awal penelitian……… Kontribusi AKG dalam 100 g produk fortifikasi………. Tingkat kecukupan gizi (%) pada akhir intervensi………... Kontribusi dari intervensi terhadap tingkat kecukupan zat gizi……... Komposisi gizi biskuit fortifikasi dalam 100 g bahan………. Komposisi gizi bihun fortifikasi dalam 100 g bahan………... Komposisi gizi susu fortifikasi dalam 100 g bahan……… Persentase stunting bayi pada umur 0-6 bulan………. Persentse stunting bayi pada umur 0-6 bulan……….. Pertambahan panjang lutut bayi……….. Korelasi Pearson antara beberapa variabel dengan pertumbuhan linier (∆PB), pertambahan berat badan (∆BB), Panjang lutut (∆PL), perkembangan motorik dan status anemia (Hb)………... Hasil analisis tabulasi silang pertumbuhan linier 0-3 bulan berdasarkan, morbiditas, status pemberian ASI dan pemberian pangan………... Hasil analisis tabulasi silang pertumbuhan linier 0-3 bulan berdasarkan, morbiditas, asuh makan dan pemberian pangan………. Hasil analisis tabulasi silang pertumbuhan linier 0-3 bulan berdasarkan, morbiditas, pengasuhan dan pemberian pangan……….. Hasil analisis tabulasi silang pertumbuhan linier 3-6 bulan berdasarkan, morbiditas, pengasuhan dan pemberian pangan……….. Hasil analisis tabulasi silang pertambahan berat badan 0-3 bulan berdasarkan, morbiditas, status pemberian ASI dan pemberian pangan………... Hasil analisis tabulasi silang pertambahan berat badan 3-6 bulan berdasarkan, morbiditas, status pemberian ASI dan pemberian pangan………... Hasil analisis tabulasi silang berdasarkan perkembangan motorik, morbiditas, status pemberian ASI dan pemberian pangan…………... Hasil analisis tabulasi silang berdasarkan hemoglobin, morbiditas, status pemberian ASI dan pemberian pangan………..

126 126 126 127 127 127 128 128 128 129 129 130 131 132 133 134 135 136 137


(18)

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30 31 32 33 34

dan pemberian pangan……….. Hasil analisis regresi hubungan panjang lutut dengan panjang badan bayi usia 6 bulan... Hasil analisis regresi hubungan panjang lutut dengan panjang badan bayi laki-laki usia 6 bulan ……….. Hasil analisis regresi hubungan panjang lutut dengan panjang badan bayi perempuan usia 6 bulan………... Hasil analisis regresi panjang lutut dengan Z-skor PB/U untuk menentukan cut of tinggi lutut terhadap status gizi stunted…………. Hasil analisis regresi berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi respon pertambahan panjang badan bayi …………... Hasil analisis regresi berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi respon pertambahan berat badan bayi ……… Hasil analisis regresi berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi respon pertambahan tinggi lutut bayi……….. Hasil analisis regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik……… Hasil analisis regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia bayi………... Pengukuran panjang lutut……… Pengukuran kadar hemoglobin (Hb)………... Pengukuran intik gizi bayi dari ASI………. Pengukuran perkembangan motorik bayi………. Persetujuan Etik………

138

138

139

139

139

140

141

142

143

143 144 144 145 146 148


(19)

Kehidupan manusia dimulai sejak di dalam kandungan ibu. Sehingga calon ibu perlu mempunyai kesehatan yang baik. Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan bagi sang bayi untuk menjadi sehat. Jika tidak, maka dari awal kehidupan manusia akan bermasalah pada kehidupan selanjutnya. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas anak yang dilahirkan. Penyebab terjadinya gangguan gizi dan pertumbuhan dini pada umumnya disebabkan gangguan gizi pada masa kehamilan, praktek pemberian makan (termasuk ASI) serta infeksi.

Keadaan gizi ibu yang kurang baik sebelum hamil dan pada waktu hamil cenderung melahirkan BBLR, bahkan kemungkinan bayi meninggal dunia. Sejak anak dalam kandungan hingga berumur 2 tahun merupakan masa emas yang merupakan masa kritis untuk tumbuh kembang fisik, mental dan sosial. Pada masa ini tumbuh kembang otak paling pesat (80%) yang akan menentukan kualitas sumberdaya manusia pada masa dewasa. Sehingga potensi anak dengan IQ (Intelligence Quotient) yang rendah sangat memungkinkan.

Anak yang dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi menjadi anak dengan gizi kurang bahkan menjadi buruk (Arifeen et al. 2006). Lebih lanjut lagi gizi buruk pada anak balita berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap anak gizi buruk mempunyai risiko kehilangan IQ 10-13 poin. Lebih jauh lagi dampak yang diakibatkan adalah meningkatnya kejadian kesakitan bahkan kematian. Mereka yang masih dapat bertahan hidup akibat kekurangan gizi yang bersifat permanen, kualitas hidup selanjutnya mempunyai tingkat yang sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki meskipun pada usia berikutnya kebutuhan gizinya sudah terpenuhi. Istilah “generasi hilang” terutama disebabkan pada awal kehidupannya sulit memperoleh pertumbuhan dan perkembangan secara optimal (Depkes 2004).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan gizi pada masa pertumbuhan dini berhubungan dengan gangguan perkembangan motorik (Kirksey 1994; Satoto 1990). Bukti-bukti tersebut memperkuat pernyataan Unicef


(20)

1997 bahwa untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak harus melibatkan tiga aspek yaitu gizi, kesehatan dan pengasuhan.

Gizi selama kehamilan juga sangat membantu dalam menentukan hasil laktasi. Kuantitas dan kualitas ASI berhubungan dengan diet ibu selama hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi zat gizi selama kehamilan berpengaruh terhadap komposisi zat gizi ASI dan pertumbuhan bayi (Ortega et al.

1997; Gibson et al. 1997; Jarjou et al.2006; Hilson et al. 2006).

Gagal tumbuh linier dapat terjadi sejak usia sebulan yang sebenarnya merupakan akibat retardasi dalam uterus (Shrimpton 2001) dan terus menurun tajam dan baru melandai pada tingkat minus 1,5-2 Z-score ketika berusia 2 tahun (Sharma 1988; Utomo 1999; Jahari 2000; Atmarita 2005). Hasil penelitian Schmidt et al.(2002) menunjukkan penyimpangan pertumbuhan bayi di Indonesia (Jawa Barat) dimulai pada waktu bayi berumur 6-7 bulan, dengan prevalensi

stunting 24 persen dan underweight 32 persen pada umur 12 bulan.

Masalah anemia di berbagai negara sedang berkembang juga sangat tinggi. Anemia pada bayi akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan. Di Indonesia prevalensi anemia usia 6 bulan mencapai 61 persen dan meningkat 65 persen pada usia 12 bulan serta 31 persen balita kurang gizi (-2 Z-score berat/umur) (Depkes 2001). Bayi yang lebih dari 6 bulan ASI eksklusif memiliki Hb yang lebih rendah dibandingkan yang ASI 4- 6 bulan, yang diukur pada umur 9 bulan serta ibu yang anemia anaknya memiliki risiko anemia 3 kali dibandingkan ibunya yang tidak anemia (Maizen-Derr et al. 2006).

ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna. Dari segi gizi, antibodi dan psikososial, ASI mempunyai peran penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi ASI secara signifikan mempunyai fungsi kognitif lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang diberi susu formula dan perbedaan ini stabil sepanjang pertambahan usia (Anderson et al. 1999). Ditemukan juga bahwa lamanya pemberian ASI berhubungan dengan pertumbuhan panjang badan terutama pada anak usia dibawah tiga tahun (Marquis 1997; Simondon et al. 2001; Ntab et al.


(21)

Ada keraguan tentang pola-pola pertumbuhan bayi pada 6 bulan pertama kehidupan, juga tentang kecukupan zat gizi. Jarang dilakukan penelitian longitudinal tentang pertumbuhan dan pemberian ASI pada bayi sehat menjadikan kejadian tersebut menjadi lebih rumit. Disamping itu, perbandingan hasil penelitian sering dilakukan antara masyarakat industri dan masyarakat berkembang dengan memperlihatkan ibu yang mengalami kekurangan gizi memproduksi ASI lebih sedikit. Hasil penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa ibu yang pada waktu hamil diberikan supplementasi makanan 608 kkal per hari selama 4 bulan dapat meningkatkan berat bayi lahir 118 g (Shaheen et al.

2006). Studi di Guatemala menunjukkan bahwa suplementasi selama hamil berhubungan positif dengan perkembangan psikomotor bayi usia 6 bulan. Sedangkan variabel lain yang berhubungan negatif dengan perkembangan psikomotor adalah lamanya pemberian ASI, morbiditi, dan paritas (Lechtig 1985).

Hasil meta analisis PMT dengan energi-protein yang seimbang (300-800 kkal/hari) dengan energi yang berasal dari protein <25 persen dapat meningkatkan tambahan berat badan ibu hamil terutama pada ibu yang mengalami KEK, pertumbuhan janin dan ukuran bayi yang dilahirkan (Kramer 1997 diacu dalam Anwar et al. 2003). Sebaliknya PMT yang tinggi protein >25 persen dapat memberikan efek sebaliknya, penurunan pertambahan berat badan dan berat bayi yang dilahirkan.

Salah satu alternatif memotong siklus hayati kekurangan gizi adalah jatuh pada mata rantai status gizi dan kesehatan ibu hamil yang merupakan faktor penentu kesehatan dan gizi generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penting sekali untuk mencegah kurang gizi pada masa janin. Intervensi gizi pada masa kehamilan dapat memperbaiki komposisi dan ukuran tubuh pada masa remaja dan dewasa kelak. Pemberian makanan tamb ahan pada ibu hamil adalah salah satu alternatif perbaikan gizi bagi generasi yang selanjutnya.

Pada tahun 2005-2006 SEAFAST Center IPB, melakukan feeding program

pada ibu hamil “Pengaruh Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat Multi Gizi Mikro Terhadap Status Gizi Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir”. Zat gizi yang digunakan sebagai fortifikan adalah asam folat, vitamin A, vitamin C, besi,


(22)

iodium dan seng. Studi ini dilakukan pada ibu hamil trimester dua sampai melahirkan. Penelitian ini mengacu pada keseimb angan energi-protein yaitu energi antara 500-550 kkal dan protein 12,5-18,75 gram. Hasil penelitian tersebut menunjukkan respon positif terhadap panjang badan dan berat badan bayi lahir dimana kelompok fortifikasi tidak terdapat kasus BBLR (<2,5kg), sedangkan kelompok tanpa fortifikasi sebesar 5,3% dan kontrol sebesar 3,6%. Panjang badan bayi lahir pada kelompok fortifikasi 48,93+2,00 cm, tanpa fortifikasi 48,93+1,57 cm dan kontrol 48,63+1,99 cm.

Dampak lanjutan PMT tersebut merupakan suatu kajian penelitian yang menarik. Intervensi gizi pada masa kehamilan juga memberikan cadangan atau simpanan zat gizi yang lebih baik pada ibu dan janin, misalnya intervensi besi dapat meningkatkan simpanan besi dalam bentuk ferritin atau haemosiderin dalam hati dan darah, seng dalam bentuk α-macroglobulin, asam folat dalam bentuk poliglutamat, dan iodium dalam tiroid dalam bentuk triglobulin. Simpanan ini dapat dimanfaatkan bayi dari ASI selama masa menyusui misalnya laktoferin. Pengasuhan juga berperan dalam pertumbuha n dan perkembangan bayi. Seorang ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih mampu mengasuh bayinya. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian lanjutan dengan judul” Pengaruh Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ib u Hamil dan Pengasuhan terhadap Pertumbuhan Linier, Perkembangan Motorik dan Status Anemia Bayi.

Perumusan Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi-kondisi setelah lahir, namun sejak pembentukannya dalam kandungan ibu. Gizi ibu selama hamil dan menyusui ikut mendukung terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam merupakan faktor yang ada dalam diri anak yang meliputi genetik, hormon, jenis kelamin, kemampuan intelektual, emosi dan sifat-sifat temperamen tertentu. Sedangkan faktor luar berasal dari luar anak, mencakup lingkungan pengasuhan, serta


(23)

kebutuhan fisik anak yang meliputi keluarga, kesehatan, gizi, budaya, kondisi sosial ekonomi, iklim dan musim.

Kurang gizi pada bayi akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembanganya. Gagal tumbuh linier sudah dimulai sejak usia sebulan yang sebenarnya merupakan akibat retardasi dalam uterus (Shrimpton 2001). Retardasi pertumbuhan linier mulai terjadi sebelum atau pada saat usia 3 bulan pertama kehidupan, suatu periode dimana konsumsi ASI mulai menurun, pemberian makanan tambahan mulai diberikan dan mulai rentan terhadap infeksi (Hautvast,

et al. 2000). Hasil penelitian Satoto (1990) memperlihatkan bahwa pertumbuhan linier pada dua bulan pertama menunjukkan kondisi yang baik. Sebaliknya setelah umur 2 bulan pertumbuhan berat badan cenderung menurun lambat dan pertumbuhan linier turun naik lebih tajam.

Salah satu pilihan cerdas untuk mengatasi masalah gizi di negara berkembang seperti Indonesia bersifat kronis dan berkepanjangan dan sulit untuk dipecahkan. Pilihan rasional menunjukkan bahwa untuk “memutus” mata rantai ibu hamil dan bayi yang diartikan sebagai sasaran strategis untuk diperbaiki sehingga dapat memutus siklus hayati kurang gizi tersebut (Shrimpton 2001; Sunawang 2005). Suplementasi ibu hamil dengan makanan atau pemberian makanan tambahan (PMT) yang diperkaya dengan zat multi gizi mikro dan energi-protein yang seimbang diharapkan dapat meningkatkan hasil kehamilan dan pertumbuhan selanjutnya.

Secara singkat dapat pula disebutkan permasalahan penelitian ini dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan linier, pertambahan berat badan dan panjang lutut bayi hingga umur 6 bulan ?

2. Apakah pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil mempengaruhi perkembangan motorik dan status anemia (Hb) bayi ? 3. Apakah selain faktor pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro

pada ibu hamil, faktor-faktor lain (pengasuhan, status pemberian ASI, status gizi ibu, asupan gizi, morbiditas dan faktor sosial ekonomi keluarga) juga


(24)

berperan terhadap pertumbuhan linier, pertambahan berat badan, panjang lutut, perkembangan motorik dan status anemia bayi?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk menganalisis dampak pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil dan pengasuhan terhadap pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi.

Tujuan Khusus

1. Menganalisis pengaruh pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil terhadap pertumbuhan (pertumbuhan linier, pertambahan berat badan dan panjang lutut bayi).

2. Menganalisis pengaruh pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil terhadap perkembangan motorik dan status anemia bayi 3. Menganalisis pengaruh status pemberian ASI dengan pertumbuhan,

perkembangan motorik dan status anemia bayi

4. Menganalisis hubungan pengasuhan dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi

5. Menganalisis hubungan morbiditas dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi

6. Menganalisis hubungan panjang lutut dengan panjang badan dan cut of point

stunting pada usia bayi 6 bulan

7. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan linier, pertambahan berat badan, pertambahan panjang lutut, perkembangan motorik dan status anemia bayi

Hipotesis Penelitian

1. Pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia (Hb) bayi dari ibu hamil yang menerima pangan yang difortifikasi, lebih baik dibanding yang tidak difortifikasi


(25)

2. Bayi yang menerima ASI eksklusif lebih lama dan ketika ibu hamil menerima pangan fortifikasi menghasilkan pertumbuhan, perkembangan motorik dan Hb yang lebih baik, dari pada bayi yang lebih cepat berhenti ASI eksklusif dan ibu ketika hamil tidak menerima pangan fortifikasi.

3. Terdapat hubungan positif antara pengasuhan, pendidikan ibu dan pendapatan perkapita keluarga dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi

4. Terdapat hubungan negatif antara tingkat morbiditas dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi.

Manfaat Penelitian

Memberikan informasi dampak lanjutan pengaruh pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil terhadap pertumbuhan linier, pertambahan berat badan, tinggi lutut, perkembangan motorik dan status anemia bayi. Memberikan informasi hubungan pengasuhan, status pemberian ASI dan morbiditas dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi. Memberikan informasi pelayanan kesehatan dasar. Rekomendasi kebijakan pembangunan dalam program peningkatan kesehatan ibu dan anak pada lembaga terkait.


(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Gizi Ibu Hamil dengan Pertumbuhan Prenatal

Gizi ibu selama kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas sumberdaya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisi saat masa janin dalam kandungan (Linder 1992; Pudjiadi 2001; Kusharisupeni 1999). Kekurangan gizi pada saat hamil akan mempengaruhi keadaan fisik dan mental anak hingga dewasa (Jalal & Atmojo 1998; Unicef 1998; Allen &Gillespie, 2001 ).

Selain asupan energi dan protein, beberapa zat gizi mikro diperlukan terutama untuk produksi enzim, hormon, pengaturan proses biologis untuk pertumbuhan dan perkembangan, fungsi imun dan sistem reproduktif. Defisiensi zat gizi mikro sering dijumpai terutama pada masa pertumbuhan cepat, kehamilan dan menyusui. Asupan zat gizi mikro yang rendah pada saat kehamilan dapat meningkatkan risiko terhadap ibu dan hasil kelahiran yang merugikan. Oleh karena itu direkomendasikan untuk pemberian suplemen zat gizi mikro selama kehamilan seperti besi, asam folat, zinc, vitamin A, kalsium dan iodium (Allen & Gillespie 2001).

Pertambahan berat janin biasanya juga terlihat dari kenaikan berat badan ibu selama hamil. Pertambahan berat badan selama kehamilan dan per trimester ditentukan oleh indeks masa tubuh ibu sebelum hamil. Penambahan berat badan per minggu pada trimester kedua dan ketiga yang direkomendasikan bagi wanita dengan indeks masa tubuh (IMT) normal (19.8-26.0) adalah 0.4 kg, pada wanita dengan IMT rendah (< 19.8) adalah 0.5 kg dan bagi wanita denga n IMT tinggi (26-29) adalah 0.3 kg (WHO 1995).

Wanita hamil yang memiliki IMT rendah dan pertambahan berat badan yang tidak cukup, beresiko besar melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dan 2 kali lebih besar mendapatkan bayi dengan intraurine growth retardation

(IUGR) (Allen & Gillespie 2001). Bayi yang mengalami BBLR beresiko tinggi terhadap kematian dan jika bayi tersebut hidup maka akan sering mengalami sakit, rusaknya perkembangan kognitif dan kemungkinan juga menjadi anak yang kurang gizi. Bayi yang berat badanya rendah, dibawah 2500 g meningkat


(27)

risikonya terhadap penyakit pada setelah lahir disebabkan oleh rendahnya fungsi immun tubuh (Ragib et al. 2007). Pada kehidupan selanjutnya beresiko terkena diabetes melitus, penyakit jantung dan kondisi kronik lainnya (Barker 1998)

Bayi yang tidak cukup menerima gizi selama trimester pertama sehingga akhir kehamilan termasuk dalam kelompok bayi yang mengalami intra-uterin growth retardation (IUGR) yang kronis atau disebut IUGR simetrik, dengan panjang badan sebanding dengan berat badan. Sebaliknya bayi yang terkena hal efek negatif pada umur sebelum fetus mencapai puncak beratnya, tetapi telah mencapai puncak panjang badannya termasuk kedalam bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan dalam uterus (IUGR) yang asimetrik. Apabila efek negatif ini menimpa bayi pada 3 minggu terakhir kandungan, dengan panjang dan berat badan tubuh sudah hampir sempurna termasuk dalam bayi IUGR akut. Pada golongan ini apabila suplai makanan tidak cukup, fetus akan menggunakan cadangan lemaknya dan menyebabkan penurunan berat badan. Selama trimester akhir ini terjadi juga perkembangan dan maturasi beberapa sistim fisiologis misalnya sistem sirkulasi, pernapasan dan pencernaan untuk mempersiapkan janin memasuki transisi kehidupan diluar uterus. Umumnya bayi akan lahir setelah 280 hari atau 40 minggu dalam kandungan (Kusharisupeni 1999; Pudjiadi 2001).

Pertumbuhan Sesudah Lahir Sampai 6 bulan

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam ukuran, jumlah, besar, tingkat fungsi sel, organ maupun jaringan yang dinyatakan dalam ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Sinclair 1991; Myers 1992; Hurlock 1994; Supariasa 2002; Anwar 2004).

Pertumbuhan dapat berlangsung optimal apabila didukung oleh potensi biologis. Tingkat pencapain fungsi biologis seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan. Faktor-faktor tersebut yaitu fa ktor bawaan (genetic factor atau nature) dan faktor lingkungan (enviromental factors atau

nature) misalnya kecukupan gizi pada bayi (Supariasa 2002; Anwar 2004). Angka kecukupan Gizi bayi 0-6 bulan yang dianjurkan disajikan pada Tabel 1.


(28)

Tabel 1 Angka Kecukupan Zat Gizi Yang Dianjurkan pada bayi 0-6 bulan

Zat Gizi Jumlah

Energi (Kal) 550

Protein (g) 10

Vitamin A (RE) 375

Vitamin D (µg) 5

Vitamin E (mg) 4

Vitamin K (µg) 5

Asam folat (µg) 65

Thiamin (mg) 0,3

Riboflavin (mg) 0,3

Vitamin B6 (mg) 0,1

Vitamin B12 (µg) 0,4

Niacin (mg) 2

Vitamin C (mg) 40

Besi (mg) 0,5

Zinc (mg) 1,3

Iodium (µg) 90

Kalsium (mg) 200

Fosfor (mg) 100

Magnesium (mg) 25

Selenium (µg) 5

Mangan (mg) 0,003

Fluor (mg) 0,01

Sumber: WNPG (2004)

Pertumbuhan yang pesat selama rentang kehidupan terjadi pada masa bayi. Selama enam bulan kehidupan pertumbuhan terus terjadi dengan pesat dan kemudian menurun (Hurlock 1994). Pertumbuhan berbeda menurut jenis kelamin. Anak dengan jenis kelamin laki-laki mempunyai tinggi badan yang lebih tinggi dari pada anak perempuan (NCHS-WHO 1983; Riyadi 2001; WHO 2006). Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke 10. Kecepatan pertumbuhan berat dan panjang badan tidak sama, pada triwulan pertama setelah melahirkan lebih cepat dari pada triwulan kedua dan pada triwulan kedua lebih cepat dibandingkan dengan triwulan ketiga (Pudjiadi 2001). Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan dan akan menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu tahun. Tinggi badan rata-rata waktu lahir adalah 50 cm dan pada waktu satu tahun tinggi badan akan mencapai 1,5 kali tinggi badan waktu lahir (Soetjiningsih 1995)


(29)

Rata-rata pertambahan berat badan dan panjang badan pada bayi setelah lahir sampai 6 bulan disajikan pada Tabel 2. Selain pertumbuhan panjang dan berat badan dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran tinggi lutut. Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh seng lebih responsif terhadap pertumbuhan tingi lutut. Pengukuran tingi lutut sangat berkorelasi dengan tinggi badan (stature), dapat mengestimasi tinggi badan pada orang yang tidak dapat berdiri. Tinggi lutut diukur dengan mini knemometer (Gibson 2005; Geoffrey & Copeman 1996). Hasil studi suplementasi seng (A), micronutrient dengan seng (B) dan mikronutrien (C) selama 10 minggu pada anak berumur 6 sampai 9 tahun menunjukkan hasil tinggi lutut anak perlakuan B>C>A (Penland et al. 1997).

Tabel 2 Berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan Umur

(bulan)

Perempuan Laki-laki

BB (kg) PB(cm) BB (kg) PB(cm)

0 3,2 49,1 3,3 49,9

1 4,2 53,7 4,5 54,7

2 5,1 57,1 5,6 58,4

3 5,8 59,8 6,4 61,4

4 6,4 62,1 7,0 63,9

5 6,9 64,0 7,5 65,9

6 7,3 65,7 7,9 67,6

Sumber: WHO (2006)

Growth Faltering dalam pertumbuhan linier

Tertundanya fase pertumbuhan linier tampaknya merupakan penentu dalam terjadinya faltering pada usia dini. Kejadian growth faltering

mencerminkan sosio-ekonomi rendah dan seringnya mengalami infeksi (Hagekul

et al. 1993; Karlberg 1994; Becket 2000; Allen & Gillespie 2001).

Retardasi pertumbuhan linier mulai terjadi sebelum atau pada saat usia 3 bulan pertama kehidupan, suatu periode dimana konsumsi ASI mulai menurun, pemberian makanan tambahan mulai diberikan dan mulai rentan terhadap infeksi (Hautvast et al. 2000). Hasil penelitian Satoto (1990) memperlihatkan bahwa pertumbuhan linier pada dua bulan pertama menunjukkan kondisi yang baik. Sebaliknya setelah umur 2 bulan pertumbuhan berat badan cenderung menurun lambat dan pertumbuhan linier turun naik lebih tajam. Fenomena tersebut dapat


(30)

dijelaskan oleh dua hal. Pertama, pemberian makanan tambahan terlalu dini sehingga terjadi penurunan masukan ASI. Kedua, mulai meningginya angka kesakitan sejak bayi usia 2 bulan yang dapat menyebabkan kelambatan pertumbuhan linier dan perkembangan bayi. Hasil penelitian Kimmons et al. (2005) di Bangladesh menunjukkan gangguan pertumbuha n karena, rendah asupan zat gizi pada makanan pendamping ASI.

Catch up Growth (kejar tumbuh) dalam pertumbuhan linier

Anak yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya, biasanya dapat mengejar pertumbuhannya apabila faktor lingkungan terutama zat gi zi diperbaiki dalam fase pertumbuhan linier (Waterlow 1994; Weiler et al. 2006). Dari berbagai studi menunjukkan bahwa terdapat suatu hubungan positif langsung antara berat badan lahir dengan kenaikan berat badan selanjutnya (Dewey et al.

1992; Ramasethu et al. 1993; Markides et al. 2003; Baker et al. 2004; Li et al.

2004; Sayer et al. 2004).

Hasil penelitian Sunawang (2005) juga membuktikan bahwa pengaruh suplemen gizi mikro lebih kuat terhadap pertumbuhan bayi yang kurang gizi dibandingkan dengan bayi yang cukup gizi. Pengaruh yang tidak merata untuk semua bayi ini diperkirakan telah mengakibatkan penggunaan nilai tunggal rerata antropometri pencapaian pertumbuhan dapat menyamarkan efek perbaikan pertumbuhan yang bersifat longitudinal dan dinamis tidak teratur. Hasil penelitian Weiler et al. (2006) juga membuktikan bahwa bayi yang berat lahir rendah < 1200g dan umur lahir < 32 minggu yang di intervensi asam amino dapat meningkatkan kepadatan tulang bayi.

Waterlow (1994) menekankan terdapat dua titik penting bagaimana terjadi kejar tumbuh dari anak yang gizi kurang setelah diperbaiki gizinya yaitu :(1) pertambahan panjang badan berkorelasi negatif dengan panjang badan lahir, sehingga anak-anak stunted akan bertumbuh lebih cepat, dan (2) pertumbuhan linier anak-anak umumnya baru mulai setelah berat badan mencapai setidaknya 85% berat badan terhadap tinggi badan yang diharapkan. Hubungan dengan berat badan merupakan suatu kunci untuk mengatur pertumbuhan linier.


(31)

Perkembangan Sesudah Lahir Sampai 6 Bulan

Perkembangan bayi merupakan proses perubahan dimana bayi belajar pada tingkatan yang lebih kompleks dalam bergerak, berpikir, berperasaan dan berhubungan dengan yang lain (Myers 1992; Hurlock 1997). Pada usia 6 bulan pertama gerakan motorik kasar lebih dominan dibandingkan gerakan motorik halus, jika terjadi kekurangan gizi, maka keterlambatan perkembangan motorik lebih jelas nampak dibandingkan perkembangan mental (Kirskey 1994).

Perkembangan motorik adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan terkoordinasi antara susunan syaraf pusat, syaraf dan otot. Bayi umur 1 bulan dapat mata melirik kekanan ke kiri, 2 bulan membalas senyum pada orang lain, 3 bulan menegakkan kepala, 4 bulan miring sendiri, 5 bulan menelurkan 3 suara berbeda dan 6 bulan meraih dan memegang benda kecil dihadapannya. (Lumbantobing 1997; BKKBN 1999; Husaini et al. 2003). Perkembangan motorik umumnya mudah diketahui oleh orang tua atau pengasuhnya. Keterlambatan motorik merupakan gejala yang umum dijumpai pada gangguan perkembangan. Keterlambatan di bidang motorik juga merupakan gejala umum pada retardasi mental dan sering pula menjadi gejala awal dari gangguan belajar (Lumbantobing 1997).

Perbandingan berbagai hasil studi perkembangan motorik bayi (Gambar 1) menunjukkan bahwa usia pencapaian perkembangan motorik bayi orang Indonesia rata-rata lebih tinggi dengan orang Amerika, Inggris dan Nepal. (Capute at al.1985; Pollitt et al. 1994; Siegel et al. 2005; Kariger et al. 2005)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

duduk dengan bantuan

duduk sendiri telungkup merangkak berdiri dengan bantuan

berjalan dengan bantuan

Berdiri sendiri berjalan sendiri berlari

Milestones Motorik

Usia (bulan)

Indonesia Amerika Nepal Zanzibari


(32)

Pengukuran Perkembangan bayi sejak lahir sampai 6 bulan

Perkembangan bayi yang sangat menonjol pada umur 0 sampai 6 bulan adalah perkembangan motorik. Pengukuran pada masa perkembangan selama satu tahun pertama, ada tiga bulan yang sangat pesat perkembangannya, yaitu bulan ketiga, keenam dan bulan kesepuluh (Zulkifli 1995). Penelitian ini difokuskan pengukuran milestone perkembangan motorik bayi dengan menggunakan milestone perkembangan pada umur tepat 3 bulan dan 6 bulan yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2005, yang terdiri dari 14 tugas perkembangan motorik (Lampiran 2).

Beberapa pengukuran lain yang sering digunakan untuk mengukur perkembangan antara lain : Kartu Kembang Anak (BKKBN 1999), Aspek perkembangan anak diamati meliputi; gerakan kasar (GK), gerakan halus (GH), komunikasi pasih (KP), komunikasi aktif (KA), kecerdasan (KC), menolong diri sendiri (MD) dan bergaul (TS), Diagnostik Perkembangan Fungsi Munchen Tahun Pertama, aspek perkembangan yang dinilai adalah umur merangkak, umur duduk, umur berjalan, umur memegang, umur berbicara, umur pengertian bahasa dan umur sosialisasi (Soetjiningsih 2004).

Bayley Infant Scale of Development, Skala Bayley dibagi dalam 3 bagian yang saling melengkapi, yaitu: Skala perkembangan mental (mental scale), skala perkembangan motorik (motoric scale) dan skala perilaku (behavior scale). (Soetjiningsih 2004). Peabody Picture Vocabulary Test (PPVT) , Dunn (1965), menggunakan gambar sebagai alat untuk test, waktu yang dibutuhkan untuk test ini biasanya 10 sampai 15 menit (http/cps.nova.edu.cpphelp/PPVT-3.html. 2005).

Denver Developmental Screening Test/DDST, adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak (Soetjiningsih 2004). Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI), merupakan suatu seri standar test digunakan untuk mengevaluasi kemampuan kognitif dan kemampuan intelektual pada anak-anak, berumur 4 – 6,5 tahun (http:/www.chclibrary.org. 2004). The Kaufman Assesment Battery for Children (K-ABC), test inteligensi yang disebut K-ABC merupakan rangkaian test yang diperuntukkan bagi anak usia 2,5-12,5 tahun (http.//www/agsnet.com/assesment/kabe.asp. 2005)


(33)

Pengaruh Genetik terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

Faktor herediter menentukan batas dan kemungkinan apa yang dapat terjadi pada organisme dalam lingkungan kehidupannya (Baker et al. 2004; Li et al. 2004). Peranan genetik terhadap pertumbuhan dan perkembangan sangat kompleks. Gen secara langsung mempengaruhi proses biologi molekuler yang sangat penting transmisi DNA ke RNA (Wachs 1999). Misalnya variasi ukuran tubuh antara individu dalam kelompok etnis yang sama, tinggi badan pada kurva pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan dengan percepatan pertumbuhan

growth spurt terjadi lebih dulu pada anak perempuan dan pada anak laki-laki puncak pertumbuhannya jauh lebih tinggi (Furusho 1985; Davies 1988; Tanner 1990; Anwar 2004).

Hasil studi Baker et al. (2004) menunjukkan bahwa ibu yang lebih gemuk pada waktu hamil yang ditunjukkan dengan indikator IMT (indeks massa tubuh) lebih tinggi cenderung memiliki pertumbuhan (berat badan) anak pada tahun pertama juga lebih tinggi. Hasil suatu penelitian yang dilakukan Li et al. (2004) terhadap data longitudinal tahun 1958 di British, anak yang dilahirkan pada bulan maret 1958 diukur tingginya pada umur 7, 11, 16 dan 33 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor yang signifikan berpengaruh terhadap tinggi badan anak adalah genetik (tinggi badan orang tua), berat badan lahir, pemberian ASI, jumlah anggota keluarga dan sosio-ekonomi.

Pengaruh Air Susu Ibu (ASI) terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

Air susu ibu merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi. ASI mempunyai keunggulan sebagai prioritas pilihan utama yang secara alami dianjurkan berdasarkan pertimbangan ekonomis, biologis, psikologis dan medis untuk kualitas tumbuh kembang anak (Pudjiadi 2001). ASI mengandung berbagai zat gizi yang lengkap (Tabel 3). Selain mengandung zat gizi pada Tabel 3, ASI juga mengandung bermacam-macam faktor pertahanan seperti laktoferin, lisozim, imunoglobin, laktoperoksidase, faktor bifidus dan berjuta-juta sel hidup (makrofag) (Hanson et al. 1997; Riordan 1999; Pudjiadi 2001; Di Mario et al.


(34)

Tabel 3 Komposisi Air Susu Ibu (ASI) per Liter

Zat Gizi Jumlah

Energi (Kal) 750

Karbohidrat (g) 68

Lemak (g) 45

Protein (g) 11

Vitamin A (IU) 1898

Vitamin D (IU) 22

Vitamin E (IU) 1,8

Vitamin K (µg) 15

Asam folat (µg) 52

Thiamin (mg) 0,16

Riboflavin (mg) 0,36

Vitamin B6 (mg) 0,1

Vitamin B12 (µg) 0,3

Kolin (mg) 90

Pantotenat (mg) 1,84

Vitamin C (mg) 43

Besi (mg) 0,5

Zinc (mg) 4

Iodium (µg) 30

Kalsium (mg) 0,4

Magnesium (mg) 40

Kalium (mg) 510

Mangan (mg) 0,01

Sumber: Linder (1992)

Imunoglobin yang dominan dalam ASI adalah IgA, yaitu sekitar 90 persen. IgA beraksi melawan virus atau bakteri penyebab infeksi pernafasan dan saluran pencernaan (Riordan 1999). Laktoperoksidase merupakan enzim dan bersama-sama peroksidase hidrogen serta ion tiosianat membantu membunuh streptokokkus. Laktoferin dan transferin protein tersebut memiliki kapasitas untuk mengikat zat besi hingga mengurangi ketersediaan bagi mikroba yang memerlukannya. Lactoferin juga dapat membunuh H pylori (Di Mario et al. 2006), penyembuhan pasien hepatitis C (Konishi et al. 2006). Sel-sel makrofag dan netrofil dapat melakukan fagositosis, terutama terhadap Stafilokokkus, E. Coli

dan Candida albicans (Pudjiadi 2001). Adanya zat anti kekebalan dalam ASI ini dapat menghindari bayi dari penyakit.

Pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 4 bulan dapat menurunkan kesakitan bayi, kematian dan perkembangan yang lebih baik (Dewey 1995; Roesli 2000; Simodon et al. 2001; Depkes 2001; Eckhardt et al. 2001).


(35)

Hasil studi Kramer et al. (2003) dan Somodon et al. (2003) menunjukkan anak yang diberi ASI eksklusif 3 bulan cenderung memiliki pertambahan berat badan dan panjang badan lebih tiap bulannya dibandingkan dengan yang ASI eksklusif 6 bulan.

Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Terlalu Dini terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi 0- 6 Bulan

ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, namun dengan bertambahnya umur pada suatu saat bayi yang sedang bertumbuh cepat memerlukan sehari-hari energi dan zat gizi lainnya yang melebihi jumlah yang didapat dari ASI saja (Gibson et al. 1998). Menurut Haryono (1977) alasan pemberian MP-ASI adalah; (1) ASI yang dihasilkan mulai tidak mencukupi atau mengalami penurunan jumlahnya, sehingga tidak memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan bayi. (2) untuk membiasakan bayi pada berbagai macam makanan yang bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk dan nilai gizi. Pola makan harus disesuaikan dengan umur (Hardinsyah & Martianto 1992; Aritonang 1996).

Praktek pemberian dan pengolahan yang kurang higienis sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit terutama infeksi (Satoto 1990; Winarno 1990; Muchtadi 1996; Adetugbo & Adetugbo 1997; Jahari et al. 2000; Dewey 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemb erian makanan tambahan lebih dini berhubungan dengan rendahnya status gizi bayi (Adetugbo 1997). Hal ini selain disebabkan oleh rendahnya kualitas makanan yang diberikan juga intik ASI menjadi berkurang (Kimmons et al. 2000). Sedangkan hasil penelitian Simondon dan Simondon (1997) menujukkan bahwa pemberian makanan tambahan mulai usia 2-3 bulan berhubungan dengan rendahnya status gizi dan pemberian makanan tambahan mulai usia 4-5 bulan berhubungan dengan lambatnya pertumbuhan linier. Hal ini disebabkan karena adanya dampak negatif dari pemberian makanan tersebut seperti tingginya tingkat morbiditi terutama diare, disamping rendahnya kualitas makanan dan intik ASI yang semakin berkurang. Infeksi, rendahnya status gizi dan intik ASI yang berkurang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan bayi.


(36)

Pengaruh Morbiditas terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

Pernanan infeksi sebagai penyebab utama gangguan pertumbuhan dan perkembangan, malnutrisi dan tingginya mortalitas telah terbukti dari berbagai hasil penelitian (Black 1984; Sudigbia 1987; Briend 1989; Sudigbia 1990; Stephensen 1999; Pudjiadi 2001, Long et al, 2006). Penyakit infeksi dapat mengurangi intik makanan, gangguan penyerapan dan transportasi zat gizi dalam tubuh.

Diare

Secara epidemiologi dimasyarakat, diare berarti berak lembek cair sampai cair sebanyak 3-5 kali per hari (Sudigbia 1987). Diare dapat bersifat akut, kronik dan persisten. Diare akut adalah dengan tinja cair/lembek sebanyak 3-5 kali perhari, diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (Smith 1983), diare persisten adalah diare yang berlangsung terus menerus dan sebagai kelanjutan diare akut dan lebih atau sama dengan 14 hari (WHO 1988).

Sebanyak 60 anak balita diteliti 2 tahun episode diare dicatat 3 kali per minggu dan jumlah hari keseluruhan diare dihitung 12 kali periode 2 bulanan, tanpa tumpang tindih. Panjang dan berat badan dihitung setiap 2 bulan. Periode diare yang lama dan berurutan (lebih dari 30 persen hari diare periode sebelumnya) berhub ungan dengan kecilnya peningkatan dengan panjang dan berat badan. Apabila prevalensi diare tinggi dalam 6 bulan berturut-turut, pertumbuhan nyata berkurang jika dibandingkan dengan pertumbuhan dalam periode 6 bulan tanpa prevalensi diare tinggi. Apabila ada satu atau dua periode diare dengan prevalensi tinggi, kecepatan pertumbuhan tetap menurun. Diare mengganggu pertumbuhan melalui 2 jalur yaitu progresi membatasi pertumbuhan anak-anak yang mengalami malnutrisi berat dan pengurangan mengejar kembali pertumbuhan sebesar 21-42 % (Schorling & Guerrant 1990).

Infeksi Saluran Napas

Infeksi dan ketidakcukupan zat gizi, khususnya energi, protein, vitamin A dan besi pada masa bayi dan balita akan menyebabkan pertumbuhan yang


(37)

terhambat (ACC/SCN 2000). Selain itu juga anak yang kurang gizi cenderung lebih mudah mengalami sakit yang berat termasuk diare dan radang paru-paru (WHO 1995). Selain itu juga anak yang sakit cenderung tidak aktif yang akhirnya berdampak pada penurunan perkembangannya (Satoto 1990). Kurangnya pemberian ASI maka sistem kekebalan tubuh menjadi berkurang, karena ASI mengandung anti infeksi sebagai akibat adanya kandungan immunoglobin yang cukup tinggi (Heikens 1993; Victoria et al. 1999).

Status gizi erat kaitannya dengan sistim immunitas tubuh. Semakin rendah status gizi seseorang semakin rentan sakit dan meningkatkan morbiditas. Dalam tingkat parah morbiditas dapat menyebabkan kematian (mortalitas). Berbagai penelitian membuktikan bahwa gizi kurang pada anak-anak dapat menyebabkan sakit (44,8%), malaria (7,3%), diare (60,7%) dan pnemunomia (52,3%). Lebih jauh lagi anak-anak dengan status gizi kurang pada tingkat ringan (mild), sedang (moderate) dan berat (severe) memiliki risiko meninggal masing-masing 2.5, 4.6, dan 8,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dengan status gizi normal (Mclachan 2006 diacu dalam Hardinsyah, 2007).

Pengaruh Status Sosio-Ekonomi terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua sisi, pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan serta di sisi lain akan meningkatkan produktivitas. Hasil penelitian Kartika (2001) menunjukkan bahwa anak yang lahir dari keluarga miskin di Bogor kemampuan motorik kasar lebih rendah dari pada keluarga tidak miskin. Beberapa penelitian di banyak negara menunjukkan bahwa proporsi bayi dengan BBLR berkurang seiring dengan peningkatan pendapatan nasional suatu negara (Depkes 2004). Status sosio-ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki anak memiliki tinggi badan yang lebih tinggi (Dewey et al.1992).

Hasil studi Paxon (2005) diacu dalam Hardinsayah (2007) meneliti skor kognitif dengan metode Peabody Picture Vocabulary Test (TVIP) pada 3000 anak pra sekolah dari berbagai lapisan ekonomi di Equador. Anak dari keluarga kaya memiliki skor kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga miskin. Pada


(38)

anak prasekolah menunjukkan bahwa dengan semakin bertambah umur anak, perbedaan skor kognitif tersebut semakin panjang.

Hasil suatu penelitian yang dilakukan Li et al (2004) terhadap data longitudinal tahun 1958 di British, anak yang dilahirkan pada bulan maret 1958 diukur tingginya pada umur 7, 11, 16 dan 33 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor yang signifikan berpengaruh terhadap tinggi badan anak adalah tinggi badan orang tua, berat badan lahir, pemberian ASI, jumlah anggota keluarga dan sosio-ekonomi. Sosio-ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki anak memiliki tinggi badan yang lebih tinggi.

Kecepatan bertumbuh mengalami retardasi sejak lahir yang tercermin dengan adanya panjang badan yang stunted. Stunting sering ditemukan berhubungan dengan kondisi ekonomi yang buruk, terutama adanya infeksi ringan hingga berat yang berulang-ulang ataupun asupan zat gizi yang tidak cukup. Seseorang dapat gagal dalam menambah panjang badannya, tetapi tidak pernah dapat kehilangan panjang badan. Pertumbuhan linier merupakan proses yang lambat dibandingkan dengan pertumbuhan dalam berat badan. Pengejaran kembali pertumbuhan dalam panjang memerlukan waktu yang relatif lama meskupin lingkungan menyokong (WHO 1995).

Pengaruh Pengasuhan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengasuhan anak merupakan interaksi antara subjek dan objek yang meliputi bimbingan, pengarahan dan pengawasan terhadap aktivitas objek sehari-hari yang berlangsung secara rutin. Pengasuhan anak dimanifestasikan sebagai memberi makan, merawat (menjaga kesehatannya), mengajari dan membimbing (mendorong dan stimulasi kognitif anak) (Gunarsa 1997; Unicef 1998; Hurlock 1997b; Goleman 1995). Praktek pengasuhan dalam hal pemberian makan meliputi pemberian ASI, pemberian makanan tambahan yang berkualitas, penyiapan dan penyimpanan makanan yang higienis. Praktek pengasuhan dalam perawatan anak adalah pemberian perawatan kesehatan kepada anak sehingga dapat mencegah anak dari penyakit, yang meliputi imunisasi dan pemberian suplemen pada anak. Sedangkan praktek pengasuhan dalam stimulasi kognitif


(39)

adalah dukungan emosional dan stimulasi kognitif yang diberikan oleh orang tua atau pengasuh untuk mendukung perkembangan anak yang optimal, yang meliputi ketersediaan alat bermain yang mendukung perkembangan mental, motorik dan sosial; pemberian ASI dan stimulasi yang diberikan pengasuh serta interkasi anak-orang tua (Unicef 1998).

Keluarga juga merupakan sumber pendidikan utama karena semua pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama -tama dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri (Satoto 1992; Myers 1992; Gunarsa & Gunarsa 1995). Hasil penelitian Tanmella (2002) menunjukkan bahwa pengasuhan sangat menentukan terbentuknya kecerdasan emosi. Peran ayah dalam pengasuhan mempunyai pengaruh nyata pada tingkat perkembangan anak (Kasuma 2001; Hawadi 2001)

Perkembangan anak yang optimal tidak hanya dicapai dengan stimulasi dan dukungan sosial saja tetapi juga oleh pemberian makanan dan perawatan kesehatan yang berkualitas (Monks et al. 1999; Zeitlin 2000; Alisjahbana 2000; Jahari et al. 2000). Grantham-McGregor (1995) menyatakan bahwa keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah, kurang dalam memberikan stimulasi, sedikit alat permainan dan kurangnya partisipasi orang tua dalam aktivitas bermain anak.

Seorang ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mampu mengasuh anaknya, sehinga skor perkembangan kognitifnya lebih tinggi dibandingkan dengan anak dari ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Skor kognitif anak pada keluarga dengan tingkat pendidikan ibu <7 tahun (setingkat SD) akan lebih rendah dengan ibu yang tingkat pendidikan 7-11 tahun (setingkat SMP) atau tingkat pendidikan > 12 tahun (setingkat SMA), apalagi dengan tingkat pendidikan ibu akademi/sarjana (Paxon 2005 diacu dalam Hardinsyah 2007).

Hubungan Anemia dengan Pertumbuhan dan Perkembangan

Hubungan anemia (Hb < 110 g/L) dengan pertumbuhan berkaitan dengan kekurangan protein pada bayi. Retardasi pertumbuhan umumnya juga mengalami kekurangan protein dan besi sehingga akan membatasi produksi hemoglobin.


(40)

Hemo globin adalah protein oligomer dengan berat molekul 64.500, yang mengandung empat rantai polipeptida dan empat gugus prostetik heme, yang mempunyai atom besi dalam bentuk fero [Fe(II)]. Bagian protein tersebut disebut globin yang terdiri dari dua rantai α (masing-masing mempunyai 141 residu) dan dua rantai β (masing-masing mempunyai 146 residu) (Lehninger 1995).

Menurut Waterlow (1994) penurunan sel darah merah dan penurunan aktivitas eryhtropoietic adalah hasil dari penurunan metabolisme jaringan dalam retardasi pertumbuhan. Retardasi pertumbuhan mungkin berhubungan dengan pernanan besi sebagai kofaktor essensial metabolik dan berhubungan dengan immunocompetence serta memperbaiki indra perasa yang kurang pada waktu IDA

(iron defeciency anemia) (Dallma n 1987; Lehninger 1995). Anemia pada anak akan menyebabkan penurunan perkembangan kognitif, motorik dan perilaku anak (Pollit 1993; Roncagliolo et al. 1998; Gratham et al. 1999; Lozof 2003; Beard 2003; Halileh & Gordon 2005).

Ketersediaan oksigen sangat berhubungan hemoglobin yang berfungsi sebagai trasportasi oksigen dalam tubuh. Secara ringkas reaksi pengikatan Hb dengan oksigen sebagai berikut; Hb+O2 HbO2

Besi juga sangat berperan dalam fungsi neurotransmitter dan penurunan fungsi dopamin. Dopamin adalah komponen neurotransmitter pada otak manusia. Kekurangan fungsi reseptor dopamin berhubungan kekurangan besi (Lozooff 1988; Youdim et al. 1989; Beard et al. 1993; Lehninger 1995). Besi juga sangat penting dalam mielinasi, tikus yang mengalami kekurangan besi menunjukkan mielinasi saraf yang rendah (hypomyelination) (Grantham-McGregor et al. 1999).

Kurang zat besi pada wanita hamil meningkatkan risiko kematian wanita pada saat melahirkan, dan meningkatkan risiko kematian bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak (Depkes, 2004). Masalah anemia gizi besi pada balita di Indonesia mencapai 8,5 juta jiwa dampak dari anemia gizi besi ini akan menyebabkan kehilangan IQ 5-10, sehingga total kehilangan IQ mencapai 40-85 juta (Depkes, 2004)

Prevalensi anemia diberbagai negara masih tinggi, prevalensi anemia di India pada anak pra sekolah berumur 1-5 tahun 81,66 persen (Sidhu et al. 2002),


(41)

di Kenya 76,1 persen (Desai et al. 2005), di Kepulauan Marshal 36,4 persen (Palafox et al. 2003). Menangani masalah anemia pada anak sangat diperlukan pendekatan yang holistik pada tingkat rumah tangga terutama perbaikan asupan makanan (Stanley et al. 2004).

Dampak Suplementasi Multi Gizi Mikro Selama Hamil terhadap Hasil Kelahiran, Pertumbuhan dan perkembangan

Vitamin dan mineral yang digunakan sebagai fortifikan dalam bahan pangan penelitian ini adalah besi, seng, folat, iodium, vitamin A dan vitamin C. Kurang energi dan protein merupakan gejala awal dari penyebab utama stunting. Pertumbuhan anak/bayi yang stunting juga diakibatkan oleh defisiensi satu atau beberapa zat gizi seperti besi, seng, vitamin A dan iodium (Rosado 1999; Hautvast et al. 2000).

Besi (Fe)

Status besi ibu selama hamil berpengaruh terhadap simpanan besi bayi selama beberapa bulan setelah melahirkan (Linder 1992; Allen & Gillespie 2001). Bayi yang kurang besi dapat berdampak pada gangguan pertumb uhan sel-sel otak yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak. Hasil studi suplementasi zat besi pada bayi yang anemia ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan (berat badan, tinggi badan) dan memperbaiki indra perasa (Soemantri 1989; Latham et al. 1990; Angeles et al. 1993; Lawless et al. 1994; Nguyen 1997; Wasantwisut

et al. 2006). Hasil berbagai penelitian membuktikan suplementasi besi pada anak yang anemia dapat meningkatkan perkembangan motorik anak (Walter et al 1982; Walter 1989; Seshadri & Gopaldas 1989; Idjradinata & Pollitt 1993; Pollit 1994; Pollit 1999; Moffat et al. 1994).

Folat (Asam Folat)

Asam folat berfungsi sebagai koenzim dalam reaksi/penerima 1-C dalam metabolisme asam amino, purin dan asam nukleat (Lehninger 1995; Linder 1992). Rendahnya konsentrasi folat selama kehamilan berhubungan dengan


(42)

meningkatnya risiko lahir prematur, berat bayi lahir rendah dan retardasi pertumbuhan janin (Scholl & Johnson 2000).

Hasil studi di pedesaan di Nepal dengan pemberian mikronutrien (asam folat, besi dan seng) dapat meningkatkan berat bayi lahir rata-rata 40-70g (Katz et al. 2006). Hasil studi lain di Mexico menunjukkan bahwa ibu yang sedang menyusui (22 + 13 hari setelah melahirkan) di suplementasi asam folat (400µg) dengan atau tanpa besi (18 mg). Hasil studi ini menunjukkan kenaikan hematokrit dan transferin akan tetapi tidak mempengaruhi konsentrasi folat dalam darah ibu. Kenaikan folat ibu lebih kelihatan pada ibu yang mengalami kekurangan besi (Khambalia et al. 2006).

Hasil meta analisis menyatakan bahwa suplementasi folat pada masa kehamilan dapat meningkatkan folat serum dan menurunkan prevalensi anemia pada akhir kehamilan. Penelitian epidemiologi juga menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengkonsumi suplemen folat dapat mengurangi terjadinya resiko

neural tube defect (NTDs). Di China suplementasi folat dapat menurunkan kejadian NTD sebesar 80%. Studi di Amerika menunjukkan bahwa kadar folat serum yang rendah pada trimester II dan III memiliki resiko 2 kali lebih besar mengalami kelahiran prematur (Allen & Gillespie 2001).

Suplementasi besi dan folat pada bayi yang berumur 5-10 bulan di Zanzibari yang diamati milestone motorik yaitu umur waktu berjalan, menunjukkan bahwa kecepatan (umur) waktu berjalan anak dipengaruhi sumplemetasi besi dan folat yang berhubungan dengan perbaikan status besi dan hemoglobin pada anak (Olney et al. 2006).

Seng (Zinc)

Seng sangat penting untuk outcome kelahiran, karena seng mempunyai peranan penting pada pembelahan sel, sistem imunitas dan metabolisme hormon. Seng berfungsi sebagai koenzim dalam proses metabolisme. Diantaranya adalah sebagai bagian dari enzim DNA dan RNA polimerase, berperan dalam sintesa DNA (Deoxyribonucleic Acid) dan RNA (Ribonucleic Acid). Keduanya merupakan unsur genetik, serta berperan dalam sintesa protein (Linder 1992; Lehninger 1995; Bender 2002). Kekurangan seng dapat menghambat


(43)

pertumbuhan, perkembangan jenis kelamin yang tidak normal, rasa dan penciuman rusak, anoreksia, impotensi dan penyembuhan luka tertunda (Linder 1992; Osendarp et al. 2000; Grantham-Mc Gregor 1999).

Suplemantasi seng sewaktu hamil menunjukan indikator keberhasilan kelahiran, pertumbuhan janin, berat lahir, tidak adanya kelainan genetis (Goldenberg et al. 1995; Meraldi et al. 1999; Allen & Gillespie 2001). Hasil studi supplementasi seng pada bayi dan anak pra sekolah serta anak sekolah menunjukkan bahwa seng berhubungan dengan aktivitas anak, setelah supplementasi lebih aktif (Kirksey et al. 1994; Sazawal et al. 1996; Bentley et al.

1997; Black 2003). Supplementasi seng juga memperbaiki kecepatan tumbuh dan menurunkan kejadian infeksi pernapasan akut (Purdy & Moriz 1978; Thu et al. 1999; Osendap et al. 2002; Li et al. 2006).

Hasil studi cross-sectional menyatakan bahwa rendahnya intik seng dan seng plasma berhubungan dengan meningkatnya resiko bayi berat lahir rendah dan kelahiran prematur. Rendahnya seng plasma juga berhubungan dengan beberapa komplikasi kehamilan seperti hipertensi, keguguran, dan kelainan bawaan. Tetapi beberapa percobaan suplementasi seng pada ibu hamil terhadap perbaikan outcome kelahiran memberikan hasil yang tidak konsisten. Hasil penelitian di Banglades menujukkan bahwa insiden dan distribusi berat bayi lahir rendah, prematur dan masa gestasi yang pendek tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan setelah diberi suplementasi seng. Secara klinik dan statistik suplementasi seng berpengaruh secara signifikan pada berat badan dan lingkar kepala bayi lahir dan keadaan tersebut hanya terjadi pada suplementasi terhadap wanita yang memiliki status seng plasma yang rendah. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa suplementasi seng selama hamil memberikan keuntungan hanya pada populasi yang defisiensi seng dan mempunyai resiko besar terhadap pertumbuhan janin yang tidak baik (Osendarp et al. 2000). Studi di Amerika juga menunjukkan bahwa suplementasi seng cukup efektif pada wanita hamil yang memiliki status seng yang rendah. Hal yang sama juga terjadi di Peru bahwa suplementasi seng 15 mg/hari yang disertai 60 mg besi dan 250 ug asam folat tidak menunjukkan dampaknya terhadap masa gestasi, berat lahir, dan panjang badan (Allen & Gillespie 2001).


(44)

Iodium

Iodium merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang relatif kecil, tetapi peranannya sangat penting untuk pembentukan hormon tiroksin. Iodium komponen utama sedikitnya 2 hormon tyroid yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan saraf. Defesiensi yodium pada janin akan menyebabkan hyphotirodism pada janin dan perkembangan saraf yang tidak dapat balik/irreversibel, kreatinisme/stunted growth dan kekurangan kognitif (Kreb 2000; Krebs & Westcott 2002; Reyes 2006). Hubungan antara kekurangan iodium waktu prenatal terhadap perkembangan adalah berdampak langsung terhadap retardasi mental (Krebs et al. 1996; Sanstead 1996).

Hasil penelitian metaanalisis pada anak-anak yang tinggal didaerah defisiensi yodium memiliki kekurangan kognitif (Brown et al. 2002; Bhutta et al. 1999). Hasil penelitian lain menunjukan bahwa dengan suplementasi yodium pada trisemester pertama, anak yang dilahirkan memiliki skor psykomotor performace lebih baik dibandingkan dengan anak yang menerima yodium setelah lahir sampai umur 2 tahun (Black 2001). Studi di China menunjukkan bahwa suplementasi ioidum selama hamil dapat menurunkan prevalensi kelainan neurologi anak (Allen & Gillespie 2001).

Vitamin A

Vitamin A esensial untuk sistem imun yang dapat menurunkan risiko penyakit infeksi, difrensiasi sel epitel, produksi lendir serta pertumbuhan tulang (Linder 1992). Hubungan zat gizi yang berdampak pada perkembangan kognitif dan sistem saraf juga dipengaruhi vitamin A. Anak yang kekurangan vitamin A akan menyebabkan penurunan napsu makan (sense of taste) sehingga mengganggu pertumbuhan.

Suplementasi vitamin A pada anak-anak meningkatkan hemoglobin dan menurunkan prevalensi anemia dari 54% menjadi 38% (Zimmermann et al. 2006). Miller et al. 2006). Pertumbuhan dan perkembangan juga dipengaruhi oleh tingkat morbiditi anak yang disuplementasi vitamin A dapat meningkatkan respon


(45)

immunitas (Lechtig 1985; Long 2006a; Long et al. 2006b). Pemberian vitamin A dapat meningkatkan kekebalan humoral dan selluer (Muhilal 2002).

Vitamin C

Vitamin C pada level molekuler, askorbat mempunyai sifat pereduksi. Fungsi lain vitamin C terlibat dalam hidroksilasi, pembentukkan hidroksi prolin dan hidroksilin selama sintesis prokolagen; sintesis karnitin dan lisis yang penting dalam pengangkutan asam-asam lemak kedalam mitokondria untuk medapat proses oksidasi, hidroksilasi tirosin dan mungkin pembentukan katekolamin dan serotonin (penting dalam neurotransmitter) (Linder 1992).

Suplementasi vitamin C dalam biskuit multi gizi (besi, vitamin C, Vitamin A, seng dan folat) pada ibu hamil memberikan pengaruh pertumbuhan dan perkembangan bayi bayi 0-6 bulan (Herawati 2003). Studi Nasoetion (2003) menunjukkan tidak ada pengaruh suplementasi biskuit multi gizi (besi, vitamin C, Vitamin A, seng dan folat) pada ibu hamil sampai melahirkan terhadap kadar seng sedangkan besi memberikan pengaruh. Hasil penelitian lain membuktikan konsumsi vitamin C berperan dalam respon immunitas (Li et al. 2006; Moreno et al. 2003; Johnsen et al. 2003; Duk-Hee Lee 2004).

Interaksi Zat Gizi (Besi, Folat, Seng, Iodium, Vitamin A, dan Vitamin C)

Efesiensi penyerapan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya, ketersediaan zat gizi dalam tubuh, makanan, proses pemasakan dan ketersediaan (bioavailibility) dari zat gizi tersebut. Interaksi zat gizi umumnya terjadi pada ion-ion yang bermuatan sama dan berukuran sama. Tempat terjadinya interaksi zat gizi bisa makanan dan minuman, dalam saluran usus, pada level jaringan, pada level transport dalam organisme dan jalur ekskressi.

Interaksi zat gizi yang digunakan sebagai fortifikan tersebut bisa terjadi dalam interaksi yang sinergistik, antagonistik atau kombinasi keduanya. Selain terjadi interaksi penyerapan zat gizi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor


(1)

ABSTRAK

BUDI SANTOSO. Evaluasi Pola Pengelolaan Tambak Inti Rakyat (TIR) Yang Berkelanjutan (Kasus TIR Transmigrasi Jawai Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat). Dibimbing oleh ERNAN RUSTIADI dan KADARWAN SOEWARDI.

Proyek TIR Transmigrasi Jawai adalah proyek pemerintah yang merupakan program transmigrasi umum dengan pola perikanan usaha tambak yang pertama dilakukan di Indonesia. Proyek ini dimulai pada tahun 1990 namun sejak tahun 1996 proyek ini mengalami stagnasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang tepat tentang kondisi proyek saat ini dan memberikan arahan dalam rangka upaya untuk mengoperasikan kembali proyek TIR transmigrasi Jawai. Hasil penelitian ini dari analisis bioteknis didapatkan kesesuaian lahan lokasi proyek TIR tansmigrasi Jawai adalah layak untuk budidaya udang dan dari daya dukung kawasan diperoleh luas tambak lestari adalah 93.23 ha atau setara dengan 207 petak tambak. Hasil analisis finansial untuk komoditas udang Vaname dengan kepadatan tebar 80 ekor/m2 dengan menggunakan analisis biaya dan manfaat (cost benefit analysis) dengan kriteria

net present value, net benefit cost ratio dan internal rate of return menunjukkan layak usaha. Hasil analisis kelembagaan menunjukan perlu dibentuk lembaga yang dinamakan forum komunikasi yang merupakan wadah sebagai tempat bermusyawarah untuk membuat peraturan, kesepakatan, sanksi dan lain-lain. Output dari forum komunikasi ini digunakan sebagai pedoman baku bagi semua pihak dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan proyek. Langkah-langkah yang dapat diambil dalam upaya untuk mengoperasikan kembali proyek TIR transmigrasi Jawai adalah dikelola oleh pemerintah daerah, kerjasama operasional (KSO), dan disewakan.


(2)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh


(3)

PRAKATA

Salah satu pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dalam rangka meningkatkan perekonomian wilayah pesisir dan peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah melalui kegiatan budidaya udang di tambak. Sampai saat ini usaha tambak udang masih merupakan salah satu komoditas unggulan dari sektor perikanan, hal terbukti dengan dipilihnya komoditas udang oleh Departemen Kelautan dan Perikanan dalam mewujudkan program revitalisasi perikanan. Proyek Perintis Tambak Inti Rakyat Transmigrasi Jawai (TIR Trans. Jawai) adalah proyek transmigrasi umum berskala nasional yang pertama kali dilakukan dengan usaha utama (main project) yaitu tambak udang. Proyek ini didisain dengan pola Tambak Inti Rakyat yang melibatkan swasta sebagai perusahaan inti dan transmigran sebagai plasma. Penelitian ini berjudul Evaluasi Pola Pengelolaan Tambak Inti Rakyat (TIR) Yang Berkelanjutan (Kasus TIR Transmigrasi Jawai Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat). Ulasan didalam penelitian ini adalah 1) memberikan gambaran yang tepat tentang kondisi proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai dan 2) memberikan arahan dalam rangka upaya untuk mengoperasikan kembali kegiatan usaha budidaya tambak di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan sehingga diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka pengembangan pola TIR Transmigrasi dalam upaya pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir.

Bogor, 17 Juli 2007 Penulis


(4)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah... 2

1.2.1. Bioteknis... 2

1.2.2. Finansial... 2

1.2.3. Kelembagaan... 3

1.3. Maksud dan tujuan penelitian... 3

1.4. Kegunaan penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis bioteknis... 5

2.1.1. Kesesuaian lahan ... 5

2.2.2. Daya dukung kawasan ... 7

2.2. Analisis finansial... 8

2.3. Analisis kelembagaan... 9

2.3.1. Konsep kelembagaan ... 9

2.3.2. Spatial autocorrelation ... 11

2.3.3. Konsep kemitraan... 11

2.3.4. Konsep tambak inti rakyat (TIR) ... 14

2.3.5. Konsep bagi hasil (contract farming)... 16

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian... 19

3.2. Kerangka pemikiran ... 19

3.3. Metode pengumpulan data ... 20

3.3.1. Pengumpulan data sekunder ... 20

3.3.2. Pengumpulan data primer ... 21

3.4. Analisis bioteknis... 21

3.4.1. Kesesuaian lahan ... 21

3.4.2. Daya dukung kawasan ... 21

3.5. Analisis kelayakan usaha... 22

3.5.1. Net present value (NPV)... 23

3.5.2. Net benefit cost ratio ( Net B/C)... 24

3.5.3. Internal rate of return (IRR)... 25

3.6. Analisis kelembagaan... 25

3.6.1. Kelembagaan... 25

3.6.2. Karakteristik produktifitas plasma ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran umum lokasi ... 29


(5)

ix

4.2.1. Profil stakeholder... 30

4.2.2. Pelaksanaan proyek ... 32

4.2.3. Pembinaan plasma ... 33

4.3. Gambaran fisik proyek ... 34

4.3.1. Sarana/prasarana pendukung... 34

4.3.2. Fisik tambak ... 35

4.4. Model Pengelolaan ... 41

4.4.1. Aspek bioteknis ... 41

4.4.2. Analisis finansial ... 44

4.4.3. Analisis kelembagaan ... 46

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 72

5.2. Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(6)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Parameter kualitas air untuk budidaya udang ... 6

2. Parameter kualitas tanah untuk budidaya udang ... 7

3. Metoda pengukuran dimensi konstruksi tambak ... 23

4. Dimensi saat awal pembangunan konstruksi tambak ... 38

5. Dimensi konstruksi tambak pada saat pengamatan ... 39

6. Hasil inventarisasi barang di lokasi proyek ... 40

7. Parameter kesesuaian lahan dari data lapangan ... 42

8. Perencanaan pola tanam budidaya udang dalam satu tahun ... 43

9. Realisasi hasil panen terhadap pencapaian target produksi ... 46

10.Hasil panen plasma berdasarkan daerah asal transmigran ... 47