Pengaruh Pemberian Pangan Fortifikasi Zat Multi Gizi Mikro Pada Ibu Hamil Terhadap Status Gizi dan Morbiditas Bayi Dari Usia 0-6 Bulan

H
HA
ASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
AN
N

PENGARUH PEMBERIAN PANGAN FORTIFIKASI ZAT MULTI
GIZI MIKRO PADA IBU HAMIL TERHADAP STATUS GIZI
DAN MORBIDITAS BAYI DARI USIA 0-6 BULAN
Bernatal Saragih1, Hidayat Syarief2, Hadi Riyadi2, Amini Nasoetion2, dan Rosmala Dewi3
1

Program Doktor GMK IPB dan Dosen Fakultas Pertanian Unmul Samarinda
2
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
3
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Badan Litbang Kesehatan Depkes

ABSTRACT
Among many factors influenced the growth rate and development of an infant,

the nutrition factor is the most important one. Nutritional status is determined by
the maternal diet during pregnancy. It is determined by the adequacy of breast
feeding and complementary foods given throughout the infancy period.
Therefore, the objective of this study to analize the effect of multi micronutrients
fortified supplementary food in pregnant mother on nutritional status and
morbidity of infants from 0 to 6 months of age. This study was conducted in tree
sub-districts of Bogor Distritcs namely: Leuwiliang, Leuwisadeng and Ciampea.
Total of infants that this study has followed up were 120 with prospective cohort.
From 120 infants this study selected 40 infants as fortified groups (pregnant
mothers was received fortified food (vermicelli, milk and biscuit) with multinutrients i.e. iron, iodine, zinc, folic acid, vitamin C and vitamin A), 40 infants
as unfortified groups (pregnant mothers was received non fortified foods) and 40
infants as control groups (pregnant mother did not receive any experiment
food). Data analyzed using SPSS 13.0. Z-score were calculated for the lengthfor-age (HAZ) and weight-for age (WAZ), using WHO 2006 growth references.
The result of study showed multi micronutrients fortified supplementary food in
pregnant mother had significant effect on nutritional status (HAZ) at 6 months.
Stunting (5.0%) and underweight (2.5%) finding at two months of infants age in
control group. The mean of infants morbidity 0 up to 6 months higher in control
group compared with unfortified and unfortified higher than fortified groups.
Infants morbidity had negative ascociated with nutritional status and
hematocrit. The anemia status (Ht< 33%) of infant at 6 months i.e. 27.8% were

fortified group, 30.6% were unfortified group and 38.9% were control group.
Keywords: Multi micronutrients,
Morbidity, Hematocrit

Pregnancy,

PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan
bayi tidak hanya dipengaruhi oleh kondisikondisi setelah lahir, namun sejak
pembentukannya dalam kandungan ibu. Gizi
ibu selama hamil dan menyusui ikut
mendukung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Gagal tumbuh linier
dapat terjadi sejak usia sebulan yang
sebenarnya merupakan akibat retardasi dalam

Infant,

Nutritional


status,

uterus (Shrimpton, 2001) dan terus menurun
tajam dan baru melandai pada tingkat minus
1,5-2 Z-score ketika berusia 2 tahun (Jahari,
2000; Atmarita, 2005). Hasil penelitian
Schmidt et al. (2002) menunjukkan
penyimpangan
pertumbuhan
bayi
di
Indonesia (Jawa Barat) dimulai pada waktu
bayi berumur 6–7 bulan, dengan prevalensi
stunting 24 persen dan underweight 32
persen pada umur 12 bulan.

Pengaruh Pemberian Pangan Fortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil (1–10)
1
Bernatal Saragih, Hidayat Syarief, Hadi Riyadi, Amini Nasoetion, dan Rosmala Dewi
Universitas Sumatera Utara


Anak yang dilahirkan dengan berat
badan rendah berpotensi menjadi anak
dengan gizi kurang bahkan menjadi buruk
(Arifeen et al., 2006). Lebih lanjut lagi, gizi
buruk pada anak balita berdampak pada
penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap
anak gizi buruk mempunyai risiko
kehilangan IQ 10–13 poin. Lebih jauh lagi
dampak
yang
diakibatkan
adalah
meningkatnya kejadian kesakitan bahkan
kematian. Mereka yang masih dapat bertahan
hidup akibat kekurangan gizi yang bersifat
permanen kualitas hidup selanjutnya
mempunyai tingkat yang sangat rendah dan
tidak dapat diperbaiki meskipun pada usia
berikutnya

kebutuhan
gizinya
sudah
terpenuhi (Depkes, 2004).
Gizi selama kehamilan juga sangat
membantu dalam menentukan hasil laktasi.
Kuantitas dan kualitas ASI berhubungan
dengan diet ibu selama hamil. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa suplementasi
zat gizi selama kehamilan berpengaruh
terhadap komposisi zat gizi ASI dan
pertumbuhan bayi serta status gizi bayi
(Ortega et al., 1997; Gibson et al., 1997;
Jarjou et al., 2006; Hilson et al., 2006).
Tingkat morbiditas juga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan, malnutrisi
dan tingginya mortalitas bayi (Sudigbia,
1990; Stephensen, 1999; Pudjiadi, 2001, Li
et al., 2004; Long et al., 2006).
Anemia pada bayi akan mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan. Di
Indonesia prevalensi anemia usia 6 bulan 61
persen dan meningkat 65 persen pada usia 12
bulan dan 31 persen balita kurang gizi (-2 zskorBB/U) (Depkes, 2001). Bayi yang lebih
dari 6 bulan ASI eksklusif memiliki Hb yang
lebih rendah dibandingkan yang ASI 4–6
bulan, yang diukur pada umur 9 bulan serta
ibu yang anemia anaknya memiliki risiko
anemia 3 kali dibandingkan ibunya yang
tidak anemia (Maizen-Derr et al., 2006).
Salah satu alternatif memotong
siklus hayati kekurangan gizi adalah jatuh
pada mata rantai status gizi dan kesehatan
ibu hamil yang merupakan faktor penentu
kesehatan dan gizi generasi selanjutnya. Oleh
karena itu, penting sekali untuk mencegah
kurang gizi pada masa janin. Intervensi gizi
pada masa kehamilan dapat memperbaiki
komposisi dan ukuran tubuh pada masa
remaja dan dewasa kelak. Pemberian pangan

fortifikasi zat multi gizi pada ibu hamil

2

adalah salah satu alternatif perbaikan gizi
bagi generasi yang selanjutnya. Hasil
penelitian di Bangladesh menunjukkan
bahwa ibu yang pada waktu hamil diberikan
suplementasi makanan 608 kkal per hari
selama 4 bulan dapat meningkatkan berat
bayi lahir 118 g (Shaheen et al., 2006).
Pada tahun 2005–2006 SEAFAST
IPB, melakukan suatu studi mengenai
“Pengaruh
Pemberian
Pangan
yang
Difortifikasi Zat Multi Gizi Mikro terhadap
Status Gizi Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir”.
Zat gizi yang digunakan sebagai fortifikan

adalah asam folat, vitamin A, vitamin C,
besi, iodium, dan seng. Dampak lanjutan
penelitian tersebut merupakan suatu kajian
penelitian yang menarik. Hal ini disebabkan
berbagai studi membuktikan pemberian
pangan dan suplementasi zat multi gizi mikro
pada saat ibu hamil memberikan dampak
lanjutan pada bayi yang dilahirkan
(Sunawang,
2001;
Herawati,
2003).
Pengaruh suplementasi makanan secara
kumulatif tidak terjadi pada 6 bulan pertama
(Walker et al., 1991).
Intervensi gizi pada masa kehamilan
juga memberikan cadangan atau simpanan
zat gizi yang lebih baik pada ibu dan janin,
misalnya intervensi besi dapat meningkatkan
simpanan besi dalam bentuk ferritin atau

haemosiderin dalam hati dan darah, seng
dalam bentuk α-macroglobulin, asam folat
dalam bentuk poliglutamat, dan iodium
dalam tiroid dalam bentuk triglobulin.
Simpanan ini dapat dimanfaatkan bayi dari
ASI selama masa menyusui misalnya
laktoferin. Demikian juga halnya dengan zat
gizi yang pro pertumbuhan seperti seng,
yodium, vitamin A dan folat diduga
memungkinkan meningkatkan cadanganya
pada bayi yang dilahirkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di 21
Desa, terletak di Kecamatan Leuwiliang,
Ciampea dan Leuwisadeng Kabupaten Bogor
Pripinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi
didasarkan bahwa Jawa Barat memiliki
angka kematian ibu 321 per 100.000
kelahiran hidup (BPS 2003). Selanjutnya
penentuan lokasi kecamatan didasarkan pada

pertimbangan kemudahan teknis di lapangan
dan adanya kerjasama yang baik dari pihak
pemerintah daerah setempat (kecamatan) dan

Pengaruh Pemberian Pangan Fortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil (1–10)
Bernatal Saragih, Hidayat Syarief, Hadi Riyadi, Amini Nasoetion, dan Rosmala Dewi
Universitas Sumatera Utara

juga Puskesmas. Partisifan penelitian adalah
bayi yang dilahirkan dari ibu pada waktu
hamil ikut program feeding dan non feeding
selama 6 bulan dengan judul Pengaruh
Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat
Multi Gizi Mikro terhadap Status Gizi Ibu
Hamil dan Berat Bayi Lahir. Dengan
kelompok perlakuan; ibu yang mendapat
intervensi biskuit, bihun dan susu yang
difortifikasi dengan vitamin A, C, asam folat,
besi, seng dan iodium (Fortifikasi), mendapat
intervensi biskuit, bihun dan susu tanpa

difortifikasi (Tanpa Fortifikasi) dan tanpa
menerima makanan tambahan (Kontrol).
Bayi tidak sakit serius (tidak
memiliki penyakit jantung, ginjal serta
kelainan organ tubuh lainnya), berat badan
lahir > 2500 gram (normal), tidak kembar
dan kelahiran dengan cara normal.
Sedangkan kriteria ibu hamil yang digunakan
pada penelitian sebelumnya adalah berusia
18–35 tahun, usia kehamilan 2–3 bulan,
bukan kehamilan pertama atau di atas
kehamilan kelima, sehat, tidak merokok dan
minum alkohol, tidak memiliki penyakit
kronik, dan bersedia mengikuti kegiatan
penelitian lanjutan dengan umur bayi 0–6
bulan. Ibu yang sudah melahirkan dilakukan
pendataan ulang dan ditanyakan kesediaannya
(informed
consent)
untuk
mengikuti
penelitian lanjutan terhadap pertumbuhan,
perkembangan motorik, dan status anemia
bayi yang diikuti secara kohort 0-6 bulan.
Dari hasil pendataan ulang, perlakuan tidak
dianalisis, karena masalah-masalah kesehatan,
BBLR, kembar dan sosial pada ibu dan bayi
dari 165 bayi, maka terjadi penyusutan
jumlah contoh 120 orang, untuk masingmasing perlakuan 40 orang.
Panjang
badan,
berat
badan,
morbiditas, status pemberian asi, di amati
setiap bulan dari 0-6 bulan serta hematokrit
bayi di ukur pada usia 6 bulan. Oleh karena
penelitian lanjutan ini juga melibatkan
manusia sebagai contoh perlakuan, ethical
clereance telah diperoleh dari Komisi Etik
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Persetujuan setelah penjelasan
penelitian (informed consent) juga diperolah
dari partisipan secara tertulis untuk masingmasing penelitian tersebut. Pengolahan data
dilakukan menggunakan program SPSS versi
13.0. Z-skore PB/U dan BB/U dianalisis
dengan menggunakan rujukan WHO 2006
dan morbiditas atau tingkat kesakitan bayi

dihitung dengan mengalikan faktor lama
sakit dan skor jenis penyakit (Firlie, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Status Gizi
Z-Skor PB/U
Z skor adalah nilai tingkat
pertumbuhan yang dibakukan dengan
posisinya dari nilai rujukan. Penentuan Z
skor ini juga untuk menentukan status gizi
bayi berdasarkan titik potong (cut of point)
tertentu dalam penelitian ini digunakn cut of
point -2 SD untuk mendeteksi stunting dan
underweight pada bayi 0-6 bulan. Hasil uji
Ancova
(Analisis
of
Covariance)
menunjukkan efek bersih z-skor PB/U
berbeda nyata (p4-5
69,5+95,9a
134,8+198,1b
158,0+118,9b
120,7+137,6
0,020
>5-6
105,7+101,0a
154,6+180,2a
230,2+205,8b
163,5+162,3
0,005
Rata-rata
91,2+74,7a
113,3+86,2a
166,3+134,0b
123,8+98,3
0.001
Rendah
Tinggi
Tingkat
Rendah
(> 146,7)
Morbiditas
(< 146,7)
a, b
Keterangan:
Angka yang diiukti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata antar kelompok

Pengaruh Pemberian Pangan Fortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil (1–10)
7
Bernatal Saragih, Hidayat Syarief, Hadi Riyadi, Amini Nasoetion, dan Rosmala Dewi
Universitas Sumatera Utara

Total tingkat morbiditas rata-rata
ketiga perlakuan 48,71 persen bayi dalam
kategori tingkat morbiditas tinggi (> 146,7),
dengan persentasi pada masing-masing
kelompok perlakuan dari tertinggi sampai
terendah adalah kelompok kontrol 57,75
persen, tanpa fortifikasi 51,29 persen dan
fortifikasi
37,5
persen.
Sedangkan
berdasarkan morbiditas rata-rata selama 6
bulan, maka kelompok fortifikasi dan
kelompok tanpa fortifikasi termasuk dalam
kategori tingkat morbiditas rendah, karena
nilainya 146,7). Bukti
lain adanya perbedaan tingkat morbiditas
antar kelompok juga ditunjukkan dari jenis
dan frekuensi sakit. Misalnya frekuensi yang
mengalami sakit infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA) >3 kali pada usia 0-6 bulan pada
kelompok kontrol sebesar 37,5 persen, tanpa
fortifikasi sebesar 30,8 persen dan kelompok
fortifikasi 15,0 persen. Jenis penyakit yang
paling dominan pada bayi adalah ISPA dan
diare, dengan tingkat frekuensi tertinggi
dalam 6 bulan terakhir adalah ISPA 5 kali
dan diare 3 kali pada kelompok kontrol.
Frekuensi sakit pada bayi tanpa membedakan
jenis penyakit tertinggi juga ditemukan pada
kelompok kontrol yaitu 8 kali dari usia 0-6
bulan. Pada kelompok fortifikasi dan tanpa
fortifikasi frekuensi sakit tertinggi pada bayi
adalah 5 kali dari usia 0-6 bulan.
Morbiditas
pada
masa
bayi
cenderung menjadi sebab mediator antara
konsumsi dan pertumbuhan.
Gizi yang
buruk pada masa awal kehidupan (konsepsi)
tidak hanya meningkatkan risiko morbiditas
dan mortalitas janin dan bayi tetapi juga akan
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan jangka panjang. Pemberian
pangan fortifikasi (Vitmain A, C, besi, folat,
seng dan iodium) kepada ibu hamil turut
memberikan respon yang baik dalam
menjaga dan pertahanan kesehatan bayi. Hal
ini terbukti dengan adanya perbedaan yang
nyata tingkat morbiditas antara ketiga
kelompok perlakuan.
Tingkat paparan
penyakit pada bayi kelompok kontrol lebih
tinggi
dibandingkan
terhadap
kedua
kelompok perlakuan lainnya. Kelompok
tanpa
fortifikasi
juga
lebih
tinggi
dibandingkan dengan kelompok fortifikasi.
Dalam penelitian ini ditemukan
morbiditas berkorelasi negatif status gizi
PB/U dan BB/U, semakin tinggi morbiditas

8

maka status gizi bayi semakin rendah. Hasil
penelitian Lechtig (1985) juga menunjukkan
hasil yang sama bahwa pertumbuhan
dipengaruhi oleh morbiditi.
Morbiditi
dipengaruhi oleh inti gizi pada masa janin,
out come kelahiran dan status gizi bayi
(Raqib et al. 2007). Suplementasi vitamin A
pada anak di Mexico menurunkan morbiditas
dan meningkatkan respon immunitas (Long.
2006).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Rata-rata
kurva
status
gizi
berdasarkan z-skor PB/U dan z-skor BB/U
kelompok fortifikasi selalu di atas kedua
kelompok perlakuan lainnya.
1. Pengenalan MP-ASI yang lebih cepat (<
4 bulan) akan menyebabkan status gizi
bayi (PB/U) dan (BB/U) lebih rendah
dibandingkan
dengan
pengenalan
MPASI > 4 bulan.
2. Stunting (5%) dan underweight (2,5%)
pada bayi dimulai umur 2 bulan yaitu
pada kelompok control.
3. Persentasi bayi yang anemia (Ht

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

1 67 103

Praktek Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Ditinjau Dari Pekerjaan Ibu Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Tahun 2005

1 46 80

Pola Asuh Dan Status Gizi Anak Usia 0-36 Bulan Di Desa Kutambaru Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2010

1 31 90

Pola Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir, Tahun 2010

3 39 79

Praktek Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-11 Bulan Di Kabupaten Nias Selatan

3 69 92

Pengaruh pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro terhadap status gizi ibu hamil dan berat bayi lahir

0 5 183

Pengaruh pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro terhadap status gizi ibu hamil dan berat bayi lahir

0 4 351

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan Status Gizi Anak Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan Status Gizi Anak Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta.

0 2 11

PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAHUAN GIZI, PEMENUHAN ZAT GIZI DAN STATUS BESI REMAJA PUTRI

0 0 7