Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N, P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung

APLIKASI KOMPOS GANGGANG COKELAT (Sargassum polycystum) DIPERKAYA DENGAN BERBAGAI KOMBINASI DOSIS PUPUK N, P, DAN K TERHADAP SIFAT KIMIA INSEPTISOL DAN TANAMAN JAGUNG
SKRIPSI Oleh:
HENDRA JAWA SIHOTANG 090301080
ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

APLIKASI KOMPOS GANGGANG COKELAT (Sargassum polycystum) DIPERKAYA DENGAN BERBAGAI KOMBINASI DOSIS PUPUK N, P, DAN K TERHADAP SIFAT KIMIA INSEPTISOL DAN TANAMAN JAGUNG
SKRIPSI Oleh:
HENDRA JAWA SIHOTANG 090301080
ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama Nim Program stud Minat

: Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N, P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung

: Hendra Jawa Sihotang : 090301080 : Agroekoteknologi : Ilmu Tanah

Ketua

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Anggota

(Ir. Alida Lubis, MS) NIP.19540721 1979032 001

(Ir. Posma Marbun, MP) NIP. 19670712 199303 2 002

Mengetahui Ketua Departemen Agroekoteknologi

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc.) NIP. 19640620 198903 2 001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


HENDRA JAWA SIHOTANG: Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat

(Sargassum polycystum) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N,

P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung. Dibimbing oleh

Ir. Alida Lubis, MS. dan Ir. Posma Marbun MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompos ganggang

cokelat (Sargassum polycystum) yang diperkaya dengan pupuk N, P, dan K

terhadap sifat kimia tanah inseptisol dan tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan

pada Bulan Juni – Oktober 2013 menggunakan rancangan acak kelompok non

faktorial, dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan yaitu P0 (kompos ganggang cokelat

tanpa diperkaya), P1, P2, P3, P4, P5, dan P6 (kompos diperkaya urea taraf dosis


2g dan 4g, SP36 taraf dosis 2g dan 4g, KCl taraf dosis 0,5g dan 1g). Diaplikasikan

sebelum masa vegetatif (saat mengolah tanah) dan awal masa generatif.

Parameter yang diamati adalah (pH H2O),

C-organik, N-total, P-tersedia, K-

dd, tinggi tanaman, bobot kering akar dan tajuk, serta bobot segar tongkol dengan

kelobot.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos ganggang cokelat yang

diperkaya nyata mempengaruhi pH H2O, K-dd tanah, tinggi tanaman dan bobot

tongkol dengan kelobot. Dosis terbaik adalah P5 (kompos ganggang cokelat

diperkaya urea 4g, SP36 2g, dan KCl 0.5g aplikasi pada awal masa vegetatif dan


urea 2g, SP36 2g, dan KCl 1g aplikasi pada awal masa vegetatif) terhadap bobot

segar tongkol dengan kelobot serta bobot kering tajuk tanaman jagung.

Kata Kunci: Kompos Ganggang Cokelat, Pupuk N, P, dan K, Inseptisol, Jagung

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
HENDRA JAWA SIHOTANG: Application of Brown Algae Compost (Sargassum polycystum) Enriched With Various N, P and K Fertilizer Dosage Against Inceptisol Chemical Properties and Maize. Supervised by Ir. Alida Lubis, MS. dan Ir. Posma Marbun MP.
This research aimed to determine the effect of brown algae compost (Sargassum polycystum) enriched with various N, P and K fertilizer dosage against inceptisol chemical properties and maize. This research was conducted in June – October 2013 using non-factorial randomized block design, with 7 treatment and 4 replication. That is P0 (not enriched brown algae compost), P1, P2, P3, P4, P5, and P6 (compost enriched urea 2g and 4g dosage level, SP36 2g and 4g dosage level, KCl 0,5g and 1g dosage level). Applied before the vegetative period (when beginning to cultivate the land) and before the generative period. Parameters measured were pH (H2O), C-organic, N-total, P-available, Kexchange, plant height, dry weight of roots and canopy, and cob with cornhusk weight.
The results showed that brown algae enriched compost significantly affect the pH (H2O), K-exchange soil, plant height and cob with cornhusk. The best dosage is P5 (brown algae compost enriched with urea 4g, SP36 2g, and KCl 0,5g application on early vegetatif and urea 2g, SP36 2g, dan KCl 1g application at the end of vegetative period) against cornhusk cob weight and dry weight of maize plant canopy. Keywords: Brown Algae Compost, N, P dan K Fertilizer, Inceptisol, Maize
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Januari 1992 dari ayah Wansitor Sihotang dan ibu Rusty Tumanggor. Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama. Penulis memilih minat studi Ilmu Tanah, Program Studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai koordinator umum UKM KMK St. Albertus Magnus USU periode 2011-2012, koordinator seksi humas Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) periode 20112012, dan sebagai asisten praktikum di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air pada tahun 2013.
Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan Kotamadya Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N, P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada kedua orang tua yang membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Alida Lubis, MS. dan Ir. Posma Marbun, MP. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai saran dan bimbingan berharga kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, kepada teman-teman Agroekoteknologi dan Ilmu Tanah 2009 yang telah membantu selama penelitian berlangsung, dan pihak-pihak lain yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Maret 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT....................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

DAFTAR TABEL............................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang............................................................................................. Tujuan Penelitian......................................................................................... Hipotesis Penelitian ..................................................................................... Kegunaan Penulisan ....................................................................................

1 3 3 4

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jagung .................................................................................................... Ultisol..................................................................................................................... Nitrogen ................................................................................................................. Fosfor ..................................................................................................................... Kalium.................................................................................................................... Kompos Ganggang Cokelat ...................................................................................

5 6 7 8 10 11


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................... Bahan dan Alat ............................................................................................ Metode Penelitian ........................................................................................ Pelaksanaan Penelitian ................................................................................
Pembuatan Kompos......................................................................................... Persiapan Media Tanam .................................................................................. Penanaman....................................................................................................... Aplikasi perlakuan........................................................................................... Pemanenan.......................................................................................................
Parameter Pengamatan ................................................................................
Analisis Tanah ................................................................................................. Tinggi Tanaman............................................................................................... Bobot Kering Tajuk ......................................................................................... Bobot Kering Akar .......................................................................................... Bobot Segar Tongkol dengan Kelobot ............................................................

14 14 15 16
16 17 17 17 17
18
18 18 18 18 18

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman ................................................................................................... Bobot Segar Tongkol dengan Kelobot ................................................................. Bobot Kering Tajuk.............................................................................................. Bobot Kering Akar ............................................................................................... Kemasaman (pH) Tanah....................................................................................... C-organik Tanah................................................................................................... N-total Tanah........................................................................................................ P-tersedia Tanah ................................................................................................... K-tukar Tanah.......................................................................................................

19 20 21 22 23 25 26 27 28


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ................................................................................................ 30 Saran........................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31

LAMPIRAN..................................................................................................... 33

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Rataan Tinggi Tanaman Jagung Yang Dipengaruhi Perlakuan ......................... 19 2. Rataan Bobot Tongkol Dengan Kelobot Tanaman Jagung Yang Dipengaruhi
Perlakuan............................................................................................................ 20 3. Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman Jagung Yang Dipengaruhi Perlakuan .... 22 4. Rataan Bobot Kering Akar Tanaman Jagung Yang Dipengaruhi Perlakuan ..... 23 5. Rataan Kemasaman (pH H2O) Tanah Ultisol Yang Dipengaruhi Perlakuan ..... 24 6. Rataan C-organik Ultisol Yang Dipengaruhi Perlakuan .................................... 25 7. Rataan N-total Ultisol Yang Dipengaruhi Perlakuan ......................................... 27 8. Rataan P-tersedia Ultisol Yang Dipengaruhi Perlakuan .................................... 28 9. Rataan K-tukar Ultisol Yang Dipengaruhi Perlakuan ........................................ 29
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Data Analisis Awal Ultisol Kwala Bekala ......................................................... 33 2. Data Analisis Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum) ................. 33 3. Deskripsi Jagung Pioneer 29 .............................................................................. 34 4. Tinggi Tanaman 2MST ...................................................................................... 35 5. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST .................................................... 35 6. Tinggi Tanaman 3 MST ..................................................................................... 35 7. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST .................................................... 36 8. Tinggi Tanaman 4 MST ..................................................................................... 36 9. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST .................................................... 36 10. Tinggi Tanaman 5 MST ..................................................................................... 37 11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST .................................................... 37 12. Tinggi Tanaman 6 MST ..................................................................................... 37 13. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST .................................................... 38 14. Tinggi Tanaman 7 MST ..................................................................................... 38 15. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST .................................................... 38 16. Bobot Tongkol Dengan Kelobot ........................................................................ 39 17. Daftar Sidik Ragam Tongkol Dengan Bobot Kelobot ....................................... 39 18. Bobot Kering Tajuk............................................................................................ 39 19. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk........................................................... 40 20. Bobot Kering Akar ............................................................................................. 40 21. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar ............................................................ 40 22. Data Analisis pH Tanah .................................................................................... 41 23. Daftar Sidik Ragam Analisis pH Tanah ............................................................. 41 24. Data Analisis C-organik Tanah .......................................................................... 41 25. Daftar Sidik Ragam Analisis C-organik Tanah.................................................. 42 26. Data Analisis N-total Tanah ............................................................................... 42 27. Daftar Sidik Ragam Analisis N-total Tanah....................................................... 42 28. Data Analisis P-tersedia Tanah .......................................................................... 43 29. Daftar Sidik Ragam Analisis P-tersedia Tanah .................................................. 43 30. Data Analisis K-tukar Tanah.............................................................................. 43 31. Daftar Sidik Ragam Analisis K-tukar Tanah...................................................... 44 32. Bagan Penelitian................................................................................................. 44
Universitas Sumatera Utara

33. Kriteria Penilaian Sifat-sifat Tanah .................................................................... 45 34. Foto Supervisi Lapangan Oleh Komisi Pembimbing......................................... 45 35. Foto Tanaman Jagung Saat Panen...................................................................... 46 36. Foto Tongkol Dengan Kelobot Saat Panen ........................................................ 49

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

HENDRA JAWA SIHOTANG: Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat

(Sargassum polycystum) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N,

P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung. Dibimbing oleh

Ir. Alida Lubis, MS. dan Ir. Posma Marbun MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompos ganggang

cokelat (Sargassum polycystum) yang diperkaya dengan pupuk N, P, dan K

terhadap sifat kimia tanah inseptisol dan tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan

pada Bulan Juni – Oktober 2013 menggunakan rancangan acak kelompok non


faktorial, dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan yaitu P0 (kompos ganggang cokelat

tanpa diperkaya), P1, P2, P3, P4, P5, dan P6 (kompos diperkaya urea taraf dosis

2g dan 4g, SP36 taraf dosis 2g dan 4g, KCl taraf dosis 0,5g dan 1g). Diaplikasikan

sebelum masa vegetatif (saat mengolah tanah) dan awal masa generatif.

Parameter yang diamati adalah (pH H2O),

C-organik, N-total, P-tersedia, K-

dd, tinggi tanaman, bobot kering akar dan tajuk, serta bobot segar tongkol dengan

kelobot.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos ganggang cokelat yang

diperkaya nyata mempengaruhi pH H2O, K-dd tanah, tinggi tanaman dan bobot


tongkol dengan kelobot. Dosis terbaik adalah P5 (kompos ganggang cokelat

diperkaya urea 4g, SP36 2g, dan KCl 0.5g aplikasi pada awal masa vegetatif dan

urea 2g, SP36 2g, dan KCl 1g aplikasi pada awal masa vegetatif) terhadap bobot

segar tongkol dengan kelobot serta bobot kering tajuk tanaman jagung.

Kata Kunci: Kompos Ganggang Cokelat, Pupuk N, P, dan K, Inseptisol, Jagung

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
HENDRA JAWA SIHOTANG: Application of Brown Algae Compost (Sargassum polycystum) Enriched With Various N, P and K Fertilizer Dosage Against Inceptisol Chemical Properties and Maize. Supervised by Ir. Alida Lubis, MS. dan Ir. Posma Marbun MP.
This research aimed to determine the effect of brown algae compost (Sargassum polycystum) enriched with various N, P and K fertilizer dosage against inceptisol chemical properties and maize. This research was conducted in June – October 2013 using non-factorial randomized block design, with 7 treatment and 4 replication. That is P0 (not enriched brown algae compost), P1, P2, P3, P4, P5, and P6 (compost enriched urea 2g and 4g dosage level, SP36 2g and 4g dosage level, KCl 0,5g and 1g dosage level). Applied before the vegetative period (when beginning to cultivate the land) and before the generative period. Parameters measured were pH (H2O), C-organic, N-total, P-available, Kexchange, plant height, dry weight of roots and canopy, and cob with cornhusk weight.
The results showed that brown algae enriched compost significantly affect the pH (H2O), K-exchange soil, plant height and cob with cornhusk. The best dosage is P5 (brown algae compost enriched with urea 4g, SP36 2g, and KCl 0,5g application on early vegetatif and urea 2g, SP36 2g, dan KCl 1g application at the end of vegetative period) against cornhusk cob weight and dry weight of maize plant canopy. Keywords: Brown Algae Compost, N, P dan K Fertilizer, Inceptisol, Maize
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Meningkatkan kesuburan dengan cara pemberian pupuk ke dalam tanah
merupakan salah satu usaha di samping usaha-usaha lainnya dalam memenuhi kebutuhan tanaman. Seiring dengan berjalannya waktu, permasalahan yang dihadapi dalam program pemupukan adalah pasokannya yang terbatas, dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik. Untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik, maka tambahan pupuk organik secara berkesinambungan sangat penting dalam meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk anorganik sekaligus dapat meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan dan hasil tanaman.
Ganggang cokelat (Sargassum polycystum) tampaknya menjadi bahan yang memungkinkan untuk dijadikan pupuk organik. Selain karena ketersediaannya yang cukup melimpah di garis pantai Indonesia yang sangat panjang, ganggang cokelat yang telah dijadikan kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah. (Eyras, dkk, 1998). Ganggang cokelat yang telah dijadikan kompos mengandung 1,34 % N-total, 0,1 % P2O5, dan 0,95 % K2O.
Selain penambahan pupuk organik, efisiensi pemakaian pupuk anorganik juga ditentukan oleh jenis pupuk, cara aplikasi dan waktu aplikasi serta dosis dari pupuk yang juga disesuaikan dengan karakteristik tanah dan tanaman (Nyakpa, dkk, 1988). Berdasarkan penelitian Subekti, dkk (2010) pada masa tasseling (berbunga jantan) atau pada akhir masa vegetatif dihasilkan biomassa maksimum dari bagian vegetatif tanaman jagung, yaitu sekitar 50% dari total bobot kering tanaman, penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing 60-70%, 50%, dan 80-90%. Sedangkan pada fase matang fisologis penyerapan N, P dan K mencapai 100%. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan hara tanaman berbeda-beda pada tiap fase pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara

Kombinasi pupuk juga akan memberikan hasil yang berbeda bagi tanaman. Dari hasil penelitian Hermanudin,dkk (2012), pengaruh kombinasi masing-masing pupuk tungggal terhadap tinggi tanaman masa vegetatif memperlihatkan bahwa kombinasi pupuk tunggal P+K (-N) memberikan pengaruh paling rendah. Sedangkan kombinasi pupuk tunggal N+P (-K) memberikan pengaruh paling tinggi dibandingkan dengan pupuk N+K (-P) dan N+P+K (lengkap). Ini menunjukkan bahwa N sangat diperlukan pada masa vegetatif tanaman dalam menunjang pertumbuhan tanaman.
Reaksi antar unsur hara dalam tanah juga dapat mempengaruhi keadaan tanaman. Penambahan unsur hara tertentu saja dapat meningkatkan pengurasan unsur hara lain, sehingga apabila hal ini terus dilakukan akan terjadi ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Winarso (2005) menyatakan bahwa penambahan unsur N dapat meningkatkan serapan K oleh tanaman. Peningkatan serapan K ini mengakibatkan unsur K di dalam tanah cepat terkuras, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan kadar unsur K dengan kadar unsur hara yang lain. Ini menunjukkan bahwa untuk memberikan hasil yang optimal, diperlukan dosis kombinasi yang tepat.
Penambahan pupuk anorganik dalam proses pengomposan belum dapat dibuktikan bahwa dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah, Namun menurut pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) penambahan pupuk dalam pembuatan kompos dapat mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos, dan juga dapat menetralisaai kemasaman, misalnya dengan menambahkan kapur yang sekaligus dapat menambah hara Ca, K, dan Mg.
Jagung merupakan komoditas pertanian yang mendapat perhatian khusus di Indonesia sebab menjadi pakan ternak dan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Dari 13 unsur tersebut, hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak, namun ketersediaan hara tersebut sangat sedikit di dalam tanah (Subekti, dkk, 2011)
Universitas Sumatera Utara

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti aplikasi kompos ganggang cokelat (Sargassum polycystum) diperkaya dengan berbagai kombinasi dosis pupuk N, P, dan K terhadap sifat kimia inseptisol dan tanaman jagung. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos ganggang cokelat yang diperkaya pupuk N, P dan K terhadap beberapa sifat kimia inseptisol dan pertumbuhan serta produksi tanaman jagung. Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh kompos ganggang cokelat dengan pengkayaan berbagai macam dosis pupuk tunggal N, P, dan K terhadap sifat kimia inseptisol serta pertumbuhan dan produksi jagung. Kegunaan Penulisan
Penulisan skripsi ini berguna sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam pemanfaatan kompos ganggang cokelat diperkaya dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis
rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotip, lama penyinaran, dan suhu (Subekti, dkk, 2011).
Tanaman jagung dapat hidup 0-3000 m dpl, temperatur 21-320C, curah hujan 600-1500 mm /3-5 bulan, pH 5,0-8,0 (optimum 6,0-7,0), struktur tanah gembur/remah, jika kemiringan lahan > 14 % perlu teras-teras dan masa pertumbuhan 110-150 hari (Lahuddin dan Damanik, 2005).
Pemupukan yang dianjurkan untuk tanaman jagung adalah pupuk organik 20 ton/ha, urea 300-350 kg/ha, TSP 100-200 kg/ha, KCl 50-200 kg/ha. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton/ha pupuk organik, 100 kg/ha urea, 100 kg TSP dan 25 kg/ha KCl dengan membuat larikan atau ditugalkan kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan jarak 10 cm dari garis tanam / lubang tanam. Pupuk susulan diberikan 28-30 hari setelah tanam berupa urea 200kg/ha, dan 25 kg/ha KCl (Kementerian Pertanian, 2011).
Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai
Universitas Sumatera Utara

dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis (Subekti, dkk, 2011). Inseptisol
Inseptisol merupakan tanah yang belum matang dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibandingkan dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Beberapa inseptisol terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan dan tidak akan matang bila lingkungan tidak berubah. Beberapa inseptisol dapat diduga arah perkembangannya ke Ultisol, Alfisol atau tanah-tanah yang lain. Mineral liat yang dominan yaitu kaolinit (tipoe 1:1). Sifat mineral ini yaitu masing-masing unit melekat dengan unit lain oleh ikatan H, sehingga tidak mudah mengembang dan mengkerut. (Hardjowigeno, 1993).
Inseptisol terjadi pada semua jenis iklim dan mudah mengalami pencucian sehingga dapat kehilangan unsur hara dan merosotnya kandungan bahan organik. Kehilangan unsur hara secara berlebihan di daerah perakaran menyebabkan kemerosotan kesuburan tanah sehingga tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan produktivitas menjadi sangat rendah (Sarief, 1985). Nitrogen (N)
Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam dalan bentuk ion NH4+ (amonium) dan ion NO3- (nitrat). Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen merupakan yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut tanaman dalam bentuk panenan setiap musim cukup banyak (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Penggunaan pupuk nitrogen dalam tanah sebagian besar akan berpengaruh pada penurunan pH tanah. Hal ini disebabkan bahwa perubahan bentuk NH4+ menjadi NO3-
Universitas Sumatera Utara

akan melepaskan H+ (persamaan reaksi nitrifikasi) sehingga akan menurunkan pH tanah. Selain itu, NO3- merupakan faktor utama yang berhubungan dengan pencucian ion-ion basa seperti Ca2+, Mg2+ dan K+. Ion nitrat dan basa-basa tersebut tercuci secara bersamasama, yang akhirnya akan meninggalkan tapak-tapak pertukaran di dalam tanah yang bermuatan negatif. Selanjutnya tapak-tapak pertukaran tersebut diganti H+ yang dapat menurunkan pH tanah. (Winarso, 2005)
Tanaman yang tumbuh harus mengandung N untuk membentuk sel-sel baru. Fotosintesis menghasilkan karbohidrat dari CO2 dan H2O namun proses tersebut tak dapat berlangsung untuk menghasilkan protein, asam nukleat, dan sebagainya bilamana N tidak tersedia. Dengan demikian, jika terjadi kekurangan N yang hebat akan menghentikan proses pertumbuhan dan reproduksi. Kekurangan N adalah salah satu penyebab tanaman menjadi kerdil. Tanaman dapat menyerap N dalam jumlah berlebihan, terutama bila beberapa faktor lainnya seperti fosfor, kalium atau suplai air tidak cukup. Pemberian P dan K dalam dosis tinggi dapat menghindari sukulen dan penundaan pemasakan karena kelebihan N. (Nyakpa, dkk, 1988)
Pupuk urea (CO(NH2)2) memiliki beberapa sifat penting, yaitu mudah larut dalam air, kandungan N yang tinggi (46%), sangat higroskopis dan bekerjanya lambat. Bila pupuk urea ditambahkan ke dalam tanah yang lembab, maka urea mengalami hidrolisis dan berubah menjadi ammonium karbonat. Ammonium karbonat ini tidak seluruhnya akan berubah menjadi ammonium, namun akan terurai menjadi amoniak dan akan menguap ke udara. Pupuk N yang ditambahkan ke dalam tanah akan diserap akar dan sebagian lagi akan dipakai jasad-jasad renik sebagai sumber makanannya. Namun N yang dipakai jasad renik ini akan dibebaskan kembali ke dalam larutan tanah setelah jasadjasad renik ini mati dan mengalami dekomposisi. Peristiwa pengikatan N oleh jasad renik untuk pertumbuhannya dinamakan immobilisasi N (Damanik, dkk, 2011)
Universitas Sumatera Utara

Fosfor (P) Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial tanaman. Fungsi penting fosfor di
dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpangan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Fosfor dapat meningkatkan kualitas buah, sayuran dan biji-bijian dan sangat penting dalam pembentukan biji. Selain itu P sangat penting dalam transfer sifat-sifat menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fosfor membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang akhirnya meningkatkan kualitas hasil panen (Winarso, 2005).
Pada umumnya fosfor dalam tanah kebanyakan terdapat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Tanaman menyerap hara fosfor dalam bentuk ion orthofosfat yakni H2PO4-, HPO42-, dan PO43- dimana jumlah dari masing-masing bentuk sangat bergantung pada pH tanah. Pada tanah-tanah yang bereaksi masam lebih banyak dijumpai bentuk H2PO4- dan pada tanah alkalis adalah bentuk PO43-. Pada tanah masam kelarutan daripada unsur Al, Fe dan Mn sangat tinggi sehingga mereka cenderung mengikat ion-ion fosfat menjadi fosfat tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Sedangkan pada tanah alkalis, fosfat yang larut dapat berubah menjadi fosfat yang tidak larut, karena diikat oleh ion kalsium. Dekomposisi bahan organik menghasilkan asam-asam organik seperti asam sitrat, oksalat, tartarat, malat dan asam malonat. Asam organik tersebut menghasilkan anion yang akan mengikat Al, Fe dan Ca. Dengan demikian diharapkan konsentrasi Al,, Fe, dan Ca yang bebas dalam larutan tanah berkurang jumlahnya. (Nyakpa, dkk, 1988).
Salah satu pupuk fosfat adalah Superfosfat Triple (TSP). Pupuk ini dibuat dari pengasaman batuan fosfat dengan H3PO4. Pupuk ini mempunyai rumus kimia Ca(H2PO4)2, pupuk padat yang berbentuk butiran kasar, berwarna abu-abu dan termasuk pupuk yang mudah larut dalam air. Kandungan hara pupuk ini sekitar 46-48% P2O5, tidak bersifat higroskopis dan reaksinya dalam tanah netral. Pupuk superfosfat lain yang kadar
Universitas Sumatera Utara

P2O5 nya lebih rendah yakni 36% yang dikenal dengan nama SP 6 atau Superfosfat 36. Sifat fisik dan kimiawi dari SP 36 tidak jauh berbeda dengan pupuk TSP (Damanik, dkk, 2011). Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk ion K+. Ketersediaan kalium di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe koloid tanah, suhu, pH tanah dan pelapukan. Hubungan antara pH tanah dengan jumlah K-dd adalah berlawanan. Ini dimaksud bahwa fiksasi kalium terjadi pada pH tanah tinggi, sehingga pada pH tanah tersebut kalium dapat dipertukarkan menjadi rendah. Ini dapat disebabkan dengan menambah pH tanah atau menambah kalsium menyebabkan komplek adsorpsi jenuh dengan kalsium. Dengan demikian, kalium akan lebih banyak diikat karena kalsium akan berikatan dengan Cl, jika pupuk yang diberikan KCl, sehingga K-dd akan berkurang dalam tanah. Sebaliknya pada pH rendah K-dd cukup tinggi karena fiksasi kalium relatif rendah. Atau mungkin dikarenakan adanya montmorilonit yang membebaskan aluminium dari kisinya, sehingga menyebabkan ruang antar lapisan akan merekah yang memungkinkan kalium bebas keluar masuk (Nyakpa, dkk, 1988).
Fungsi utama dari kalium adalah kalium sangat vital dalam proses fotosintesis. Apabila K defisiensi maka proses fotosintesis akan turun, tetapi respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk aktifitasnya sehingga pembentukan bagian-bagian tanaman akan berkurang sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman berkurang. Fungsi kalium yang lainnya adalah esensil dalam sintesis protein, penting dalam pemecahan karbohidrat yaitu dalam proses pemberian energi bagi tanaman, membantu dalam kesetimbangan ion tanaman, penting dalam translokasi logamlogam berat seperti Fe, membantu dalam ketahanan terhadap penyakit dan iklim yang tidak menguntungkan, penting dalam pembentukan buah, terlibat aktif dalam lebih dari
Universitas Sumatera Utara

60 sistem enzim yang mengatur reaksi-reaksi kecepatan pertumbuhan tanaman, dan

berpengaruh dalam efisiensi penggunaan air (Winarso, 2005).

Salah satu pupuk kalium adalah Muriate of Potash (MOP) dengan rumus kimia

KCl. Berbentuk kristal merah dan adapula yang berwarna putih kotor. Pupuk ini larut dalam air. Bila dimasukkan dalam tanah pupuk ini akan terionisasi menjadi ion K+ dan ion Cl-. Pupuk ini bereaksi asam lemah dan sedikit higroskopis Pemupukan hara nitrogen

dan fosfor dalam jumlah besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam tanah

(Damanik, dkk, 2011).

Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum)

Indonesia yang memiliki garis pantai yang cukup panjang sehingga memiliki

potensi persebaran jenis ganggang cokelat. Salah satu jenis ganggang cokelat yang

banyak tumbuh di Indonesia adalah marga sargasum. Menurut

Kadi (2005) di

perairan Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 15 jenis algae sargassum dan yang

telah dikenal mencapai 12 jenis dan tumbuh sepanjang tahun.

Kompos rumput laut tampaknya menjadi teknologi yang memungkinkan, selain

itu juga mampu mengatasi masalah penting bagi lingkungan sekitar pantai, ini juga

memberi kontribusi dalam meningkatkan kesuburan tanah pada lahan pertanian yang

miskin mikroorganisme dan unsur hara. Di daerah yang kekurangan air seperti Patagonia,

penambahan kompos pada tanah lempung berpasir yang digunakan secara intensif untuk

pertanaman hortikultura terbukti baik sebagai amandemen yang meningkatkan sifat fisik

dan unsur hara tanah. Selain meningkatkan produksi tanaman kompos rumput laut juga

meningkatkan kapasitas tanah mengikat air dan ketahanan tanaman terhadap stress air

(Eyras, dkk, 1998).

Pada penelitian Mageswaran dan Sivasubramaniam (1984), analisis menunjukan

bahwa ganggang jenis Sargassum polycystum memiliki kandungan hara yang sangat

tinggi yaitu kadar kandungan hara N sekitar 16,1 g /kg bobot kering, hara P sekitar 476

Universitas Sumatera Utara

mg/kg bobot kering, hara K sekitar 39,3 g/kg bobot kering serta kandungan Ca dan Mg yang masing – masing sekitar 3,15 dan 0,35 g/100g bobot.
Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kompos adalah: 1. Kelembaban timbunan bahan kompos: Kegiatan dan kehidupan mikroorganisme
sangat dipengaruhi oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering atau basah. 2. Aerasi timbunan: Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu
anaerob, maka mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja. Sedangkan, bila terlalu aerob udara bebas masuk ke dalam timbunan bahan yang dikomposkan sehingga menyebabkan hilangnya nitrogen relative banyak karena menguap berupa NH3. 3. Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 60oC). Pada suhu yang terlalu tinggi, mikrobia mati atau sedikit yang hidup. Untuk menurunkan temperatur, umumnya dilakukan pembalikan timbunan bakal kompos. 4. Suasana: Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam organik, sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak netralisasi kemasaman atau dengan menambah bahan pengapuran yang sekaligus menambah hara Ca, K, dan Mg. 5. Kualitas kompos: Untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos, timbunan diberi pupuk yang mengandung hara, terutama P. Perkembangan mikrobia yang cepat memerlukan hara lain termasuk P. (Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah kasa, Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dimulai dari Bulan Juni 2013 hingga Oktober 2013, kemudian analisis dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari Bulan November 2013 hingga Desember 2013. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Ultisol dari Lahan Arboretum Kampus Baru USU sebagai media tumbuh jagung, ganggang cokelat (Sargassum polycystum) sebagai bahan dasar pembuatan kompos, pupuk urea, SP36, KCl, sebagai bahan perlakuan, benih jagung varietas Pioneer 29 sebagai bahan tanaman indikator dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam analisis.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer untuk mengukur kadar P-tersedia tanah, Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) untuk mengukur kadar K-dd, Kjedhaltherm sebagai alat pendestruksi saat menganalisis N-total, pH meter untuk mengukur kemasaman tanah, timbangan analitik untuk menimbang pupuk, cangkul untuk mengambil sampel tanah, ayakan untuk mengayak tanah, dan alat lain yang diperlukan dalam menganalisis. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan formula pupuk campuran (f) yaitu: f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya) f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g
Universitas Sumatera Utara

f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Pupuk campuran dengan masing-masing formula tersebut dicampurkan dalam proses

pengomposan. Setelah jadi, kompos yang dihasilkan tersebut dibuat dalam 7 perlakuan

(P) yaitu:

1. P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1)

2. P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2)

3. P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2)

4. P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3)

5. P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4)

6. P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5)

7. P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6)

Jumlah ulangan

:4

Sehingga didapat 7 x 4 = 28 unit percobaan

Dari hasil percobaan dianalisis sidik ragam rancang acak kelompok (RAK) non

faktorial dengan model linier sebagai berikut:

Yij = µ + αi + βj +∑ij

dimana :

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke –i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh ulangan ke-j ∑ij = pengaruh galat dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Selanjutnya data di analisis dengan ANOVA (Analysis of Variance) pada setiap

parameter yang diukur. Uji lanjutan dilakukan bagi perlakuan yang nyata dengan

menggunakan Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Kompos
Dibuat larutan aktivator dengan melarutkan larutan inti aktivator 1 L dan gula 1 kg dalam air sumur sebanyak 50 L. Ganggang cokelat yang sudah dikumpulkan, dilakukan proses pelayuan, pencincangan, disebar dalam wadah yang telah diberi lubang, sebanyak 400 g / formula campuran pupuk (perkiraan penyusutan sebanyak 25 %). Kemudian adonan tersebut ditabur dengan dedak 10 %. Siram larutan aktivator dengan gembor secara perlahan ke dalam adonan secara merata hingga kandungan air mencapai 30-40 % dengan catatan bila adonan dikepal dengan tangan, maka air tidak keluar dan bila kepalan dilepas, maka adonan akan megar. Kemudian adonan ditabur dengan pupuk urea, SP36 (sudah digiling) dan KCl sesuai dengan perlakuan lalu ditutup dengan karung goni. Pertahankan suhu gundukan 40-50 oC. Jika suhu melebihi batas, adonan dibalik kemudian ditutup lagi dengan karung goni. Setelah adonan menunjukkan warna coklat hitam dan tidak berbau serta tidak panas, maka kompos siap digunakan. Kompos kemudian dianalisis C-organik, N-total, pH, P2O5, dan K2O. Persiapan Media Tanam
Tanah inseptisol diambil dari Lahan Arboretum USU Kuala Bekala pada kedalaman 0-20 cm dari atas permukaan tanah. Tanah tersebut dikering udarakan lalu diayak dengan ayakan 10 mesh. Kemudian dilakukan pengukuran kadar air (% KA), kapasitas lapang (% KL), pH, C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd. Setelah itu, tanah dimasukkan ke dalam polibag setara dengan 10 kg tanah kering oven. Penanaman
Biji jagung ditanam dalam polibag sebanyak 2 biji/ polybag dengan kedalaman 2 cm. Penjarangan dilakukan 1 minggu setelah tanam dengan meninggalkan 1 tanaman yang baik pertumbuhannya. Penyulaman dilakukan kalau tidak ada jagung yang tumbuh dalam 1 polybag.
Universitas Sumatera Utara

Aplikasi Perlakuan Masing-masing kompos yang telah jadi, diaplikasi sebanyak hasil yang didapat
dari pembuatan kompos pada saat 2 minggu sebelum penanaman (sebelum memasuki masa vegetatif) dan saat setelah baru muncul bakal bunga jantan (awal masa generatif). Aplikasi dilakukan dengan sistem tugal. Pemanenan
Panen dilakukan setelah tongkol telah matang fisiologis pada umur 100 HST. Bagian tanaman yang dipanen meliputi tajuk dan tongkol dengan kelobot. Pengamatan parameter Analisis Tanah
Untuk analisis tanah dilakukan setelah pemanenan yang meliputi: 1. pH (H2O) tanah melalui metode Elektrometri 2. C-organik (%) melalui metode (Walkey and Black) 3. N-total melalui metode Kjeldhal 4. P-tersedia melalui metode Bray II 5. K-dd, melalui metode NH4OAc Tinggi Tanaman
Pengukuran dilaksanakan mulai 2 MST dan dilakukan setiap minggu sampai memasuki akhir masa vegetatif jagung (saat bunga betina mulai muncul) Bobot Kering Tajuk Tanaman
Bobot kering tajuk tanaman dihitung setelah tanaman dipanen. Bobot Kering Akar Tanaman
Bobot kering akar tanaman dihitung setelah tanaman dipanen. Bobot Segar Tongkol dengan Kelobot (g)
Bobot ini dihitung dengan mengukur berat tongkol dan kelobot segera setelah dipanen.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman (cm)

Analisis sidik ragam pada Lampiran 15 menunjukkan bahwa pengaruh

perlakuan berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji beda rataan pengaruh

perlakuan terhadap tinggi tanaman dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Jagung 7 MST (cm) Yang Dipengaruhi Pemberian

Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan

Rataan

P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1)

157.73 c B

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5)

181.85 b AB 203.28 ab A 205.65 a A 194.23 ab A 199.88 ab A

P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6)

195.95 ab A

Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau P = 0.01 dengan uji DMRT.
- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya) - f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Jagung

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan tertingggi terdapat pada P3 dan terendah terdapat pada P0. Kemudian dari hasil uji beda rataan dapat dilihat bahwa P0
Universitas Sumatera Utara

berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan, P3 hanya berbeda nyata dengan P0 dan P1. Ini

menunjukkan bahwa pemakaian urea yang tinggi di setiap waktu aplikasi (awal vegetatif

dan awal generatif) sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini

diperkuat dengan pendapat Winarso (2005) yang menyatakan bahwa kelebihan N akan

meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi kekurangan N akan menyebabkan

pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi kerdil serta tanaman akan

lebih cepat masak.

Bobot Segar Tongkol dengan Kelobot (g)

Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 17 menunjukkan bahwa pengaruh

perlakuan berbeda nyata terhadap bobot tongkol dengan kelobot tanaman jagung. Hasil

uji beda rataan pengaruh perlakuan terhadap bobot tongkol dengan kelobot dapat

disajikan dalam Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Rataan Segar Bobot Tongkol dengan Kelobot Tanaman Jagung (g) Yang

Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa

Diperkaya

Perlakuan

Rataan

P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1)

88.28 c C

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2)

149.56 b B

P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2)

183.50 ab AB

P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3)

172.71 ab AB

P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4)

170.57 ab AB

P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5)

203.29 a A

P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6)

158.96 b AB

Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau

P = 0.01 dengan uji DMRT.

- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g

- f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g

- f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g

- f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g

- f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Tabel 2 menunjukkan bahwa bobot tongkol dan kelobot tertinggi terdapat pada

P5, sedangkan terendah terdapat pada P0. Dan dari hasil uji beda rataan terlihat bahwa P0

sangat berbeda nyata dengan semua perlakuan dan P1 hanya berbeda nyata dengan P5.

Pada perlakuan P6, rataan bobot tongkol dan kelobot kelobot mengalami penurunan. Ini

dapat disebabkan karena dosis pupuk SP36 yang terlalu tinggi. Dosis yang terlalu tinggi

Universitas Sumatera Utara

dapat memberikan hasil yang kurang optimum untuk tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, bila dosis terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan bila dosis terlalu banyak dapat mengganggu kesetimbangan hara dan dapat meracun akar tanaman.
Perlakuan kedua (P2) memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan perlakuan ketiga (P3) yang ditandai dengan rataan bobot segar tongkol dengan kelobot yang lebih besar (P3 = 183,5 g dan P3 = 172,71 g). Ini menunjukkan bahwa peningkatan dosis urea pada waktu aplikasi awal generatif menyebabkan penurunan hasil. Ini dapat disebabkan oleh dampak negatif dari nitrogen yang dapat memperpendek masa generatif tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarso (2005) yang menyatakan kelebihan N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi akan memperpendek masa generatif, yang akhirnya justru menurunkan produksi atau menurunkan kualitas produksi tanaman. Bobot Kering Tajuk (g)
Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 19 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman jagung. Hasil uji beda rataan pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tajuk dapat disajikan dalam Tabel 3 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman Jagung (g) Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan

Rataan

P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1)

40.968

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal