Pengukuran Daya Serap Karbondioksida Lima Jenis Tanaman Hutan Kota
PENGUKURAN DAYA SERAP KARBONDIOKSIDA
LIMA JENIS TANAMAN HUTAN KOTA
HADINATA KARYADI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN
EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
Ringkasan
HADINATA KARYADI. E03400048. Pengukuran Daya Serap Karbon
dioksida Lima Jenis Tanaman Hutan Kota, di bawah bimbingan Ir. H.Endes
N. Dahlan, MS dan Dr. Ir. Tania June, M.Sc.
Kota merupakan pusat perekonomian masyarakat. Hal ini mengakibatkan
wilayah perkotaan menjadi daerah yang sangat ramai, padat dengan aktivitas dan
penggunaan lahan. Dan akhirnya, banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
beralih fungsi menjadi infrastruktur kota hasil pembangunan. Berkurangnya RTH
menyebabkan perkotaan menjadi lingkungan yang sakit dan tercemar. Salah satu
indikasi dari penurunan kualitas lingkungan perkotaan adalah meningkatnya kadar
karbondioksida di udara. Selain berdampak buruk bagi lingkungan perkotaan,
peningkatan ini juga memicu kerusakan lingkungan bumi melalui pemanasan
global. Oleh karena itu, diperlukan penanggulangan langsung dari sumber
produsen CO2, yaitu daerah perkotaan. Hal ini dilakukan dengan cara menanam
tanaman yang dapat mereduksi peningkatan kadar CO2 di wilayah perkotaan.
Dalam pembangunan hutan kota ini, pengetahuan tentang kemampuan
daya serap tanaman terhadap CO2 akan menentukan keberhasilan pembangunan.
Oleh karena itu, diperlukan data akurat mengenai daya serap CO2 dari berbagai
jenis tanaman hutan kota. Sehingga tercipta suatu wujud hutan kota yang efektif
dan efisien.
Penelitian ini menggunakan lima jenis tanaman hutan kota sebagai bahan
penelitian. Alat ukur yang dipakai adalah ADC LCA-4 dan kertas milimeter
block. LCA-4 digunakan untuk mengukur daya serap CO2 dan milimeter block
digunakan untuk mengukur luas satu helai daun.
Hasil pengukuran dengan mengunakan LCA-4 di laboratotorium
silvikultur, diratakan lalu dibentuk sebuah grafik laju fotosintesis. Dari grafik
tersebut didapatkan parameter-parameter persamaan laju fotosintesis dari masingmasing jenis tanaman. Selanjutnya dengan mempertimbangkan data dasar tentang
perkiraan intensitas cahaya harian Kota Bogor kedalam persamaan, maka
didapatkan laju fotosintesis rata-rata kelima jenis tanaman di kota bogor. Laju
fotosintesis tanaman ini masih dalam satuan mikro mol per meter persegi per
detik. Satuan ini kemudian diubah menjadi kilogram per hektar per hari. Mikro
mol diubah ke dalam kilogram dengan pertimbangan faktor molekul relatif dari
CO2.
Satuan per hektar diperoleh dengan mengalikan luas satu helai daun,
jumlah daun per pohon dan jumlah pohon per hektar dari setiap jenis. Satuan detik
diubah menjadi hari dengan pertimbangan lama penyinaran rata-rata di Bogor.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tanaman tanjung dapat menyerap
CO2 sebesar 1,622 kg CO2 per hari, mangga dapat menyerap 1,247 kg CO2 per
hari, lalu sawo duren menyerap sebesar 0,648 kg per hari, kenari 0,363 kg CO2
per hari dan jati 0,298 kg CO2 per hari. Nilai daya serap ini didasarkan pada
informasi intensitas cahaya di Kota Bogor
Dalam peranannya sebagai tanaman hutan kota, baik itu sebagai pohon
peneduh, penyerap karbondioksida dan lain sebagainya, biasanya tanaman
ditanam dengan jarak yang sangat rapat. Hal ini untuk memaksimalkan fungsi dari
tanaman tersebut. Untuk daya serap CO2 bersih per hektar dengan jarak tanam 5m
x 5m, tanjung dapat menyerap CO2 sebesar 648,978 kg CO2 per hari. Mangga
498,657 kg CO2 per hari, sawo duren 259,405 kg CO2 per hari, kenari 225,418 kg
CO2 per hari dan jati 119,215 kg CO2 per hari.
Pada jarak tanam yang ideal, tanjung hanya dapat menyerap 111,949 kg
CO2 per hari, begitu juga dengan mangga, daya serapnya turun menjadi 194,476
kg CO2 per hari. Sawo duren yang merupakan tanaman dengan luas tajuk yang
lebat, daya serapnya turun menjadi 64,851 kg per hari. Kenari yang memiliki
jarak tanam 14m x 14m hanya mampu menyerap CO2 sebesar 28,741 kg per hari
kg per hari, sedangkan jati yang memiliki jarak tanam 12m x 12m mampu
menyerap CO2 sebesar 20,565 kg per hari. Penghitungan dengan jarak tanam ideal
adalah khusus diperuntukkan bagi penanaman hutan produksi.
PENGUKURAN DAYA SERAP KARBONDIOKSIDA
LIMA JENIS TANAMAN HUTAN KOTA
HADINATA KARYADI
Skripsi
Sebagai Salah satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN
EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
LIMA JENIS TANAMAN HUTAN KOTA
HADINATA KARYADI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN
EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
Ringkasan
HADINATA KARYADI. E03400048. Pengukuran Daya Serap Karbon
dioksida Lima Jenis Tanaman Hutan Kota, di bawah bimbingan Ir. H.Endes
N. Dahlan, MS dan Dr. Ir. Tania June, M.Sc.
Kota merupakan pusat perekonomian masyarakat. Hal ini mengakibatkan
wilayah perkotaan menjadi daerah yang sangat ramai, padat dengan aktivitas dan
penggunaan lahan. Dan akhirnya, banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
beralih fungsi menjadi infrastruktur kota hasil pembangunan. Berkurangnya RTH
menyebabkan perkotaan menjadi lingkungan yang sakit dan tercemar. Salah satu
indikasi dari penurunan kualitas lingkungan perkotaan adalah meningkatnya kadar
karbondioksida di udara. Selain berdampak buruk bagi lingkungan perkotaan,
peningkatan ini juga memicu kerusakan lingkungan bumi melalui pemanasan
global. Oleh karena itu, diperlukan penanggulangan langsung dari sumber
produsen CO2, yaitu daerah perkotaan. Hal ini dilakukan dengan cara menanam
tanaman yang dapat mereduksi peningkatan kadar CO2 di wilayah perkotaan.
Dalam pembangunan hutan kota ini, pengetahuan tentang kemampuan
daya serap tanaman terhadap CO2 akan menentukan keberhasilan pembangunan.
Oleh karena itu, diperlukan data akurat mengenai daya serap CO2 dari berbagai
jenis tanaman hutan kota. Sehingga tercipta suatu wujud hutan kota yang efektif
dan efisien.
Penelitian ini menggunakan lima jenis tanaman hutan kota sebagai bahan
penelitian. Alat ukur yang dipakai adalah ADC LCA-4 dan kertas milimeter
block. LCA-4 digunakan untuk mengukur daya serap CO2 dan milimeter block
digunakan untuk mengukur luas satu helai daun.
Hasil pengukuran dengan mengunakan LCA-4 di laboratotorium
silvikultur, diratakan lalu dibentuk sebuah grafik laju fotosintesis. Dari grafik
tersebut didapatkan parameter-parameter persamaan laju fotosintesis dari masingmasing jenis tanaman. Selanjutnya dengan mempertimbangkan data dasar tentang
perkiraan intensitas cahaya harian Kota Bogor kedalam persamaan, maka
didapatkan laju fotosintesis rata-rata kelima jenis tanaman di kota bogor. Laju
fotosintesis tanaman ini masih dalam satuan mikro mol per meter persegi per
detik. Satuan ini kemudian diubah menjadi kilogram per hektar per hari. Mikro
mol diubah ke dalam kilogram dengan pertimbangan faktor molekul relatif dari
CO2.
Satuan per hektar diperoleh dengan mengalikan luas satu helai daun,
jumlah daun per pohon dan jumlah pohon per hektar dari setiap jenis. Satuan detik
diubah menjadi hari dengan pertimbangan lama penyinaran rata-rata di Bogor.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tanaman tanjung dapat menyerap
CO2 sebesar 1,622 kg CO2 per hari, mangga dapat menyerap 1,247 kg CO2 per
hari, lalu sawo duren menyerap sebesar 0,648 kg per hari, kenari 0,363 kg CO2
per hari dan jati 0,298 kg CO2 per hari. Nilai daya serap ini didasarkan pada
informasi intensitas cahaya di Kota Bogor
Dalam peranannya sebagai tanaman hutan kota, baik itu sebagai pohon
peneduh, penyerap karbondioksida dan lain sebagainya, biasanya tanaman
ditanam dengan jarak yang sangat rapat. Hal ini untuk memaksimalkan fungsi dari
tanaman tersebut. Untuk daya serap CO2 bersih per hektar dengan jarak tanam 5m
x 5m, tanjung dapat menyerap CO2 sebesar 648,978 kg CO2 per hari. Mangga
498,657 kg CO2 per hari, sawo duren 259,405 kg CO2 per hari, kenari 225,418 kg
CO2 per hari dan jati 119,215 kg CO2 per hari.
Pada jarak tanam yang ideal, tanjung hanya dapat menyerap 111,949 kg
CO2 per hari, begitu juga dengan mangga, daya serapnya turun menjadi 194,476
kg CO2 per hari. Sawo duren yang merupakan tanaman dengan luas tajuk yang
lebat, daya serapnya turun menjadi 64,851 kg per hari. Kenari yang memiliki
jarak tanam 14m x 14m hanya mampu menyerap CO2 sebesar 28,741 kg per hari
kg per hari, sedangkan jati yang memiliki jarak tanam 12m x 12m mampu
menyerap CO2 sebesar 20,565 kg per hari. Penghitungan dengan jarak tanam ideal
adalah khusus diperuntukkan bagi penanaman hutan produksi.
PENGUKURAN DAYA SERAP KARBONDIOKSIDA
LIMA JENIS TANAMAN HUTAN KOTA
HADINATA KARYADI
Skripsi
Sebagai Salah satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN
EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005