Daya Rosot Karbondioksida Oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga

(1)

DAYA ROSOT KARBONDIOKSIDA

OLEH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN KOTA

DI KAMPUS IPB DARMAGA

ARDIANSYAH

E34103062

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

DAYA ROSOT KARBONDIOKSIDA

OLEH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN KOTA

DI KAMPUS IPB DARMAGA

ARDIANSYAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

RINGKASAN

Ardiansyah. E34103062. “Daya Rosot karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga”. Dosen Pembimbing: (1) ENDES N. DAHLAN dan (2) RACHMAD HERMAWAN

Peningkatan suhu yang terjadi di perkotan secara tidak langsung disebabkan meningkatnya kadar karbondioksida (CO2) di udara. Hal ini disebabkan perubahan

penutupan lahan dan aktifitas manusia yang banyak menggunakan bahan bakar fosil. Peningkatan kadar gas CO2 di udara perkotaan dapat ditanggulangi salah satunya dengan

hutan kota. Melalui proses fotosintesis gas CO2 diserap oleh berbagai tanaman di hutan

kota dan melepaskan gas O2. Untuk mengendalikan atau mengurangi konsentrasi CO2

secara efektif, dalam pembangunan hutan kota perlu dilakukan pemilihan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan maksimal dalam menurunkan kadar CO2. Penelitian

bertujuan mendapatkan data tentang besarnya daya rosot CO2 15 jenis tanaman hutan kota

di Kampus IPB Darmaga serta mendapatkan data tentang jenis tanaman yang memiliki kemampuan daya rosot CO2 yangefektif dari jenis tanaman hutan kota yang diteliti.

Pengukuran daya rosot CO2 tanaman dilakukan dengan metode karbohidrat. Massa

karbondioksida diketahui dari konversi massa karbohidrat hasil fotosintesis. Data lain yang diambil meliputi luas daun dan jumlah daun. Semakin tinggi luas daun maka akan meningkatkan daya rosot CO2 per helai daunnya. Dan semakin banyak jumlah daun per

pohon,maka akan meningkatkan daya rosot CO2 per pohonnya.

Daya rosot CO2 dari 15 jenis tanaman hutan lota yang diteliti per cm 2

luas daun per jam (g CO2/cm2/jam) adalah sebagai berikut: M. caesia 3,793 x 10-4; D. indica 2,180 x 10-4; B. racemosa 1,600 x 10-4; S. campanulata 1,249 x 10-4; M. champaca 1,176 x 10-4; S. malacense 0,820 x 10-4 ; B. capitella 0,805 x 10-4; C. cauliflora 0,734 x 10-4; V. pubescens 0,669 x 10-4; C. inophyllum 0,629 x 10-4 ; M. ferrea 0,479 x 10-4; A. moluccana 0,357 x 10-4; A. dammara 0,268 x 10-4-; dan G. dulcis 0,089 x 10-4.

Urutan jenis tanaman hutan kota yang memiliki daya rosot CO2 yangtinggi dari 15

tanaman yang diteliti per pohonnya adalah D. indica, M. caesia, S. campanulata, C. inophyllum, B. racemosa, V. pubescens, M. ferrea, C. cauliflora,B. capitella, G. dulcis, M. champaca,S. malacense, A. moluccana, dan A. dammara.


(4)

SUMMARY

Ardiansyah. Carbon Dioxide Sink Ability of Several Urban Forest Plant Species in Bogor Agricultural University, Darmaga Bogor

The increase of temperature in urban area is indirectly caused by the increase of Carbon Dioxide (CO2) concentration in the atmosphere. The increase is caused by land

cover alteration and high amount of human activities which uses fossil fuel. The existence of urban forest is one of the ways to coupe the increase of CO2 concentration in the urban

atmosphere. Through photosynthesis process, CO2 gas is absorbed by various plants in

urban forest and afterwards being released as Oxygen (O2). To control or reduce the

concentration of CO2 effectively, in the establishment of urban forest, selection of plants

which have maximum ability in reducing CO2 concentration needs to be done. The

objectives of this research are to obtain data CO2 sink ability of 15urban forest plant

species in Bogor Agricultural University and to obtain data about the plant species that has the effective CO2 sink ability among the plants which are measured.

The measuring of CO2 sink ability was conducted using carbohydrate method.

CO2 mass is obtained by converting carbohydrate mass produced in photosynthesis. Other

data taken include leaf area and the number of leaves. The higher the leaf area, the higher CO2 sink ability of a leaf. The higher number leaf of a tree, the higher CO2 sink in a tree.

The CO2 sink ability of 15 plant species in cm 2

of leaf area are (g CO2/cm 2

/hour):

M. caesia 3,793 x 10-4; D. indica 2,180 x 10-4; B. racemosa 1,600 x 10-4; S. campanulata

1,249 x 10-4; M. champaca 1,176 x 10-4; S. malacense 0,820 x 10-4 ; B. capitella 0,805 x 10-4; C. cauliflora 0,734 x 10-4; V. pubescens 0,669 x 10-4; C. inophyllum 0,629 x 10-4 ;

M. ferrea 0,479 x 10-4; A. moluccana 0,357 x 10-4; A. dammara 0,268 x 10-4-; and G. dulcis 0,089 x 10-4.

The CO2 sink ability of 15 plant species in urban forest in order from the highest

areD. indica, M. caesia, S. campanulata, C. inophyllum, B. racemosa, V. pubescens, M. ferrea, C. cauliflora,B. capitella, G. dulcis, M. champaca, S. malacense, A. moluccana,

and A. dammara.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Rosot Karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2009

Ardiansyah NRP E34103062


(6)

Judul Penelitian : Daya Rosot Karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga

Nama : Ardiansyah

NIM : E 34103062

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Endes Nurfilmarasa Dahlan, MS. Ir. Rachmad Hermawan, MScF

NIP.130 875 594 NIP. 131 999 961

Mengetahui:

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP. 131 578 788


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman dan semoga kita termasuk di dalamnya. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2008 – Juni 2008 adalah Daya Rosot Karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga.

Kegiatan manusia yang banyak menggunakan bahan bakar fosil menghasilkan gas buangan berupa gas karbondioksida (CO2). Gas CO2 relatif tidak beracun, namun gas ini menjadi penyebab meningkatnya suhu di permukaan bumi. Salah satu antisipasi yang dapat dilakukan adalah mengetahui jenis-jenis tanaman hutan kota yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap gas CO2, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan serapan CO2 oleh tanaman hutan kota.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah yang disusun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan adanya masukan, kritik dan saran dari pembaca untuk memperlancar dan memperoleh hasil penelitian selanjutnya yang lebih baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi, 26 Maret 1985 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak H. M. Fuad Hz. (Alm) dan Ibu Hj. Nani Hartini. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Ferdy Fery Putra Jambi dan diselesaikan Tahun 1991, Sekolah Dasar di SD Islam Al-Falah Jambi yang diselesaikan tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 7 Jambi diselesaikan tahun 2000 dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SLTA Negeri 1 Jambi diselesaikan pada tahun 2003.

Pada Tahun 2003 penulis masuk ke jenjang pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan yang selanjutnya memilih bidang minat Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) serta Organisasi Mahasiswa Daerah (Omda) Jambi. Penulis mengikuti kegiatan lapang dan profesi bidang kehutanan antara lain: Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di KPH Indramayu pada tahun 2006 dan Praktek Kerja Lapang di Taman Nasional Alas Purwo pada tahun 2007.

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis menyusun sebuah karya ilmiah yang berjudul Daya Rosot Karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga, di bawah bimbingan Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS dan Ir. Rachmad Hermawan, MScF.


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca sebagai sarana untuk memperbaiki dan menyempurnakan bagi kegiatan penelitian lainnya. Kritik dan saran dapat disampaikan melalui e-mail (ady_botax@yahoo.com).

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allas SWT, sujud dan syukur atas segala rahmat dan hidayah-Nya.

2. Ibu Nani, Bapak Fuad (Alm), kak Fenny dan seluruh keluarga di Jambi yang telah memberikan doa, harapan, motivasi dan dukungan baik moril maupun spirituil.

3. Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS dan Ir. Rachmad Hermawan, MScF selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini.

4. Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M.Si selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Ibu Dra. Nining Puspaningsih, M.Si selaku dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan yang telah menguji dan memberi masukkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Dosen-dosen yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis. 6. Ibu Farida hanum atas bimbingannya dalam perhitungan Integral.

7. Keluarga besar Himakova atas ilmu, pengalaman dan kerjasamanya selama ini.

8. Bu Evan, Bu Titin, Bu Eti, Bu Ratna, Bu Sri, Pak Acu, Pak Hasan dan semua bagian administrasi DKSHE atas bantuannya selama ini.

9. Keluarga besar KSH’40 (Komodo’ers) atas tawa, canda, suka dan duka yang telah kita lalui bersama selama ini.

10.Teman-teman di Wisma Mahameru: Deden, Uut, Imron, Asyrafy, Aan, Udi, Rahmat, Catur, Ibal, Ari, Arif, afif dan Fahri atas dukungan, bantuan dan masukkannya.

11.Teman-teman di Saung Ivon Ruri, Reren dan Yuyun atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama ini.


(10)

12.Teman-teman di Lab. Analisis Lingkungan: Lubis, Boby, Lutfhi, Rima dan Neneng atas waktu dan tempat yang diberikan.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mencurahkan segala tenaga, waktu maupun pikirannya kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.


(11)

DAYA ROSOT KARBONDIOKSIDA

OLEH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN KOTA

DI KAMPUS IPB DARMAGA

ARDIANSYAH

E34103062

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

DAYA ROSOT KARBONDIOKSIDA

OLEH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN KOTA

DI KAMPUS IPB DARMAGA

ARDIANSYAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(13)

RINGKASAN

Ardiansyah. E34103062. “Daya Rosot karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga”. Dosen Pembimbing: (1) ENDES N. DAHLAN dan (2) RACHMAD HERMAWAN

Peningkatan suhu yang terjadi di perkotan secara tidak langsung disebabkan meningkatnya kadar karbondioksida (CO2) di udara. Hal ini disebabkan perubahan

penutupan lahan dan aktifitas manusia yang banyak menggunakan bahan bakar fosil. Peningkatan kadar gas CO2 di udara perkotaan dapat ditanggulangi salah satunya dengan

hutan kota. Melalui proses fotosintesis gas CO2 diserap oleh berbagai tanaman di hutan

kota dan melepaskan gas O2. Untuk mengendalikan atau mengurangi konsentrasi CO2

secara efektif, dalam pembangunan hutan kota perlu dilakukan pemilihan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan maksimal dalam menurunkan kadar CO2. Penelitian

bertujuan mendapatkan data tentang besarnya daya rosot CO2 15 jenis tanaman hutan kota

di Kampus IPB Darmaga serta mendapatkan data tentang jenis tanaman yang memiliki kemampuan daya rosot CO2 yangefektif dari jenis tanaman hutan kota yang diteliti.

Pengukuran daya rosot CO2 tanaman dilakukan dengan metode karbohidrat. Massa

karbondioksida diketahui dari konversi massa karbohidrat hasil fotosintesis. Data lain yang diambil meliputi luas daun dan jumlah daun. Semakin tinggi luas daun maka akan meningkatkan daya rosot CO2 per helai daunnya. Dan semakin banyak jumlah daun per

pohon,maka akan meningkatkan daya rosot CO2 per pohonnya.

Daya rosot CO2 dari 15 jenis tanaman hutan lota yang diteliti per cm 2

luas daun per jam (g CO2/cm2/jam) adalah sebagai berikut: M. caesia 3,793 x 10-4; D. indica 2,180 x 10-4; B. racemosa 1,600 x 10-4; S. campanulata 1,249 x 10-4; M. champaca 1,176 x 10-4; S. malacense 0,820 x 10-4 ; B. capitella 0,805 x 10-4; C. cauliflora 0,734 x 10-4; V. pubescens 0,669 x 10-4; C. inophyllum 0,629 x 10-4 ; M. ferrea 0,479 x 10-4; A. moluccana 0,357 x 10-4; A. dammara 0,268 x 10-4-; dan G. dulcis 0,089 x 10-4.

Urutan jenis tanaman hutan kota yang memiliki daya rosot CO2 yangtinggi dari 15

tanaman yang diteliti per pohonnya adalah D. indica, M. caesia, S. campanulata, C. inophyllum, B. racemosa, V. pubescens, M. ferrea, C. cauliflora,B. capitella, G. dulcis, M. champaca,S. malacense, A. moluccana, dan A. dammara.


(14)

SUMMARY

Ardiansyah. Carbon Dioxide Sink Ability of Several Urban Forest Plant Species in Bogor Agricultural University, Darmaga Bogor

The increase of temperature in urban area is indirectly caused by the increase of Carbon Dioxide (CO2) concentration in the atmosphere. The increase is caused by land

cover alteration and high amount of human activities which uses fossil fuel. The existence of urban forest is one of the ways to coupe the increase of CO2 concentration in the urban

atmosphere. Through photosynthesis process, CO2 gas is absorbed by various plants in

urban forest and afterwards being released as Oxygen (O2). To control or reduce the

concentration of CO2 effectively, in the establishment of urban forest, selection of plants

which have maximum ability in reducing CO2 concentration needs to be done. The

objectives of this research are to obtain data CO2 sink ability of 15urban forest plant

species in Bogor Agricultural University and to obtain data about the plant species that has the effective CO2 sink ability among the plants which are measured.

The measuring of CO2 sink ability was conducted using carbohydrate method.

CO2 mass is obtained by converting carbohydrate mass produced in photosynthesis. Other

data taken include leaf area and the number of leaves. The higher the leaf area, the higher CO2 sink ability of a leaf. The higher number leaf of a tree, the higher CO2 sink in a tree.

The CO2 sink ability of 15 plant species in cm 2

of leaf area are (g CO2/cm 2

/hour):

M. caesia 3,793 x 10-4; D. indica 2,180 x 10-4; B. racemosa 1,600 x 10-4; S. campanulata

1,249 x 10-4; M. champaca 1,176 x 10-4; S. malacense 0,820 x 10-4 ; B. capitella 0,805 x 10-4; C. cauliflora 0,734 x 10-4; V. pubescens 0,669 x 10-4; C. inophyllum 0,629 x 10-4 ;

M. ferrea 0,479 x 10-4; A. moluccana 0,357 x 10-4; A. dammara 0,268 x 10-4-; and G. dulcis 0,089 x 10-4.

The CO2 sink ability of 15 plant species in urban forest in order from the highest

areD. indica, M. caesia, S. campanulata, C. inophyllum, B. racemosa, V. pubescens, M. ferrea, C. cauliflora,B. capitella, G. dulcis, M. champaca, S. malacense, A. moluccana,

and A. dammara.


(15)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Rosot Karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2009

Ardiansyah NRP E34103062


(16)

Judul Penelitian : Daya Rosot Karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga

Nama : Ardiansyah

NIM : E 34103062

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Endes Nurfilmarasa Dahlan, MS. Ir. Rachmad Hermawan, MScF

NIP.130 875 594 NIP. 131 999 961

Mengetahui:

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP. 131 578 788


(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman dan semoga kita termasuk di dalamnya. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2008 – Juni 2008 adalah Daya Rosot Karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga.

Kegiatan manusia yang banyak menggunakan bahan bakar fosil menghasilkan gas buangan berupa gas karbondioksida (CO2). Gas CO2 relatif tidak beracun, namun gas ini menjadi penyebab meningkatnya suhu di permukaan bumi. Salah satu antisipasi yang dapat dilakukan adalah mengetahui jenis-jenis tanaman hutan kota yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap gas CO2, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan serapan CO2 oleh tanaman hutan kota.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah yang disusun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan adanya masukan, kritik dan saran dari pembaca untuk memperlancar dan memperoleh hasil penelitian selanjutnya yang lebih baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi, 26 Maret 1985 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak H. M. Fuad Hz. (Alm) dan Ibu Hj. Nani Hartini. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Ferdy Fery Putra Jambi dan diselesaikan Tahun 1991, Sekolah Dasar di SD Islam Al-Falah Jambi yang diselesaikan tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 7 Jambi diselesaikan tahun 2000 dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SLTA Negeri 1 Jambi diselesaikan pada tahun 2003.

Pada Tahun 2003 penulis masuk ke jenjang pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan yang selanjutnya memilih bidang minat Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) serta Organisasi Mahasiswa Daerah (Omda) Jambi. Penulis mengikuti kegiatan lapang dan profesi bidang kehutanan antara lain: Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di KPH Indramayu pada tahun 2006 dan Praktek Kerja Lapang di Taman Nasional Alas Purwo pada tahun 2007.

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis menyusun sebuah karya ilmiah yang berjudul Daya Rosot Karbondioksida oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga, di bawah bimbingan Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS dan Ir. Rachmad Hermawan, MScF.


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca sebagai sarana untuk memperbaiki dan menyempurnakan bagi kegiatan penelitian lainnya. Kritik dan saran dapat disampaikan melalui e-mail (ady_botax@yahoo.com).

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allas SWT, sujud dan syukur atas segala rahmat dan hidayah-Nya.

2. Ibu Nani, Bapak Fuad (Alm), kak Fenny dan seluruh keluarga di Jambi yang telah memberikan doa, harapan, motivasi dan dukungan baik moril maupun spirituil.

3. Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS dan Ir. Rachmad Hermawan, MScF selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini.

4. Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M.Si selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Ibu Dra. Nining Puspaningsih, M.Si selaku dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan yang telah menguji dan memberi masukkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Dosen-dosen yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis. 6. Ibu Farida hanum atas bimbingannya dalam perhitungan Integral.

7. Keluarga besar Himakova atas ilmu, pengalaman dan kerjasamanya selama ini.

8. Bu Evan, Bu Titin, Bu Eti, Bu Ratna, Bu Sri, Pak Acu, Pak Hasan dan semua bagian administrasi DKSHE atas bantuannya selama ini.

9. Keluarga besar KSH’40 (Komodo’ers) atas tawa, canda, suka dan duka yang telah kita lalui bersama selama ini.

10.Teman-teman di Wisma Mahameru: Deden, Uut, Imron, Asyrafy, Aan, Udi, Rahmat, Catur, Ibal, Ari, Arif, afif dan Fahri atas dukungan, bantuan dan masukkannya.

11.Teman-teman di Saung Ivon Ruri, Reren dan Yuyun atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama ini.


(20)

12.Teman-teman di Lab. Analisis Lingkungan: Lubis, Boby, Lutfhi, Rima dan Neneng atas waktu dan tempat yang diberikan.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mencurahkan segala tenaga, waktu maupun pikirannya kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

RIWAYAT HIDUP... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... 1

1.2. Tujuan penelitian... 1

1.3. Manfaat penelitian... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Kota ... 3

2.2. Tanaman sebagai penyerap CO2... 3

2.3. Pengukuran daya rosot CO2... 4

2.4. Respon tanaman terhadap peningkatan kadar CO2... 8

2.5. Karakteristik Tanaman Hutan Kota ... 10

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu ... 12

3.2. Alat dan Bahan ... 12

3.3. Metode Pengambilan Data ... 14

3.3.1. Jumlah Daun Per Pohon ... 14

3.3.2. Luas Daun ... 14

3.3.3. Massa Karbohidrat Daun ... 15

3.4. Pengolahan Data... 16

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Dan Luas ... 20

4.2. Topografi... 20


(22)

4.4. Flora dan Fauna... 21 4.5. Denah Lokasi Penelitian ... 21

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Massa Karbohidrat ... 23 5.2. Daya Rosot CO2 per Luas Daun... 25 5.3. Daya Rosot CO2 Per Helai Daun ... 27 5.4. Daya Rosot CO2 Per Pohon ... 28 5.5. Daya Rosot CO2 Berdasarkan Kelas Umur... 29 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 32 6.2. Saran... 32 DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN... 35


(23)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tabel 1. Hasil penelitian daya rosot tanaman terhadap CO2...6 2. Tabel 2. Hasil penelitian daya rosot tanaman terhadap CO2 yang dilakukan

oleh Karyadi ...8 3. Tabel 3. Daftar jenis tanaman hutan kota yang diteliti ...13 4. Tabel 4. Massa karbohidrat tanaman hutan kota...23 5. Tabel 5. Daya rosot CO2 per luas daun ...26 6. Tabel 6. Daya rosot CO2 per helai daun per jam...27 7. Tabel 7. Daya rosot CO2 per pohon ...28


(24)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Gambar 1. Denah lokasi penelitian ...22 2. Gambar 2. Kurva persamaan kuadratik A. dammara...24 3. Gambar 3. Kurva persamaan kuadratik A. moluccana...25


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil data pengujian laboratorium (Analisis Karbohidrat) ...36 2. Hasil perhitungan massa karbohidrat ...36 3. Karakteristik pohon...37 4. Gambar grafik kurva persamaan kuadratik ...38 5. Perhitungan luas area dibawah kurva...43 6. Gambar tanaman hutan kota yang diteliti ...49


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan manusia memerlukan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil yang banyak diperlukan dalam kegiatan manusia menghasilkan gas karbondioksida (CO2) sehingga dapat meningkatkan kadar karbondioksida (CO2) di udara. Konsentrasi gas CO2 pada masa sebelum maraknya industri sebesar 275 ppmv sedangkan pada masa sekarang konsentrasinya sekitar 350 ppmv. Konsentrasi oksigen dan CO2 pada lingkungan yang tidak tercemar masing-masing sekitar 20,95 % dan 0,03 % (300 ppmv) dibandingkan dengan gas CO, SO2, atau O3, gas CO2 relatif tidak begitu beracun, namun gas ini menjadi penyebab meningkatnya suhu udara bumi (Dahlan 2007). Salah satu antisipasi yang dapat dilakukan adalah mengetahui jenis-jenis tanaman hutan kota yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap gas CO2, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan serapan CO2 oleh tanaman hutan kota sehingga dapat memberikan alternatif yang efektif dan efesien dalam pemilihan jenis untuk tanaman hutan kota.

Jo dan McPherson (1995) dalam Dahlan (2004) menyatakan, penelitian yang dilakukan di Chicago menyatakan hutan kota dapat menyerap gas CO2 sebesar 0,32 – 0,49 kg/m2. Purwaningsih (2007) menyatakan bahwa Kebun Raya Bogor mampu menyerap CO2 sebesar 0,11 ton /jam, sedangkan Mayalanda (2007) menyatakan bahwa Hutan Penelitian Darmaga mampu menyerap CO2 sebesar 21,274 ton/ha/thn.

1.2. Tujuan

Penelitian tentang daya rosot CO2 oleh beberapa jenis tanaman hutan kota di Kampus IPB Darmaga dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mendapatkan data tentang besarnya daya rosot 14 jenis tanaman hutan kota di Kampus IPB Darmaga terhadap CO2

2. Mendapatkan data tentang jenis tanaman yang memiliki daya rosot CO2 yang tinggi dari jenis tanaman hutan kota yang diteliti.


(27)

I.3. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Menambahkan data tentang daya rosot CO2 jenis tanaman hutan kota. 2. Memberikan informasi tentang pertimbangan dalam penentuan jenis


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hutan Kota

Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat berwenang (Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2003). Hutan kota menurut Jauhari (2003) berfungsi untuk memperbaiki iklim mikro, nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keserasian lingkungan fisik kota dan menjaga keseimbangan ekosistem perkotaaan.

Hutan kota yang ada dapat berbentuk antara lain berupa; jalur hijau (dapat berupa pohon peneduh jalan, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi rel kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam maupun di luar kota); tanaman kota yaitu tanaman yang ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah; kebun dan halaman; kebun raya, hutan raya dan kebun binatang; hutan lindung; kuburan dan taman pemakaman pahlawan (Dahlan 1992)

2.2. Tanaman Sebagai Penyerap CO2

Tanaman hijau daun menyerap CO2 selama fotosintesis dan memakainya sebagai bahan untuk membuat karbohidrat. Fotosintesis merupakan salah satu mekanisme penting pengambilan CO2 dari atmosfer (Dwidjoseputro 1980; Darmawan & Baharsjah 1983; Salisbury & Ross 1995; Wikipedia Indonesia 2006; KLH 2006). Lebih dari 13 % karbon di atmosfer digunakan dalam fotosintesis tiap tahunnya (Salisbury & Ross 1995).

Heriansyah & Mindawati (2005) menyatakan hutan dapat mencegah pemanasan global dengan menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya sebagai karbon dalam bentuk materi organik tanaman. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam telah meneliti kemampuan penyerapan CO2 yang hasilnya menunjukkan variasi kandungan CO2 berbeda-beda menurut lokasi, jenis pohon hutan, dan umur tegakan (Dephut 2005).


(29)

Dahlan (2004) menyatakan hutan dan taman kota dapat menyerap CO2, namun hutan kota dianggap memiliki kelebihan dalam menyerap gas ini dibandingkan dengan taman. Hal itu karena hutan menempati hamparan yang lebih luas daripada taman, selain dari itu biomassa hutan jauh lebih banyak daripada taman karena terdiri dari beberapa strata ketinggian dari yang paling rendah sampai yang tinggi, juga pepohonan hutan memiliki diameter tajuk dan kerapatan daun yang jauh lebih besar daripada taman. Tanaman hutan kota baik di dalam maupun di luar kota akan menyerap CO2 melalui proses fotosintesis yang kemudian menghasilkan gas oksigen (O2) yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan (Dahlan 2004).

Sifat dan kemampuan tanaman dalam menyerap CO2 dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan yaitu tanaman C-3, C-4, dan CAM (Lakitan 1993). Tanaman C-3 memfiksasi CO2 melalui daur Calvin, tanaman C-4 memfiksasi CO2 melalui daur C4 asam dikarboksilat, sedangkan tanaman CAM merupakan tanaman yang memfiksasi CO2 menjadi asam malat (Dahlan 2004). Tanaman C-4 umumnya memiliki laju fotosintesis tertinggi, tanaman CAM paling lambat laju fotosintesisnya, sedangkan tanaman C-3 berada di antara kedua ekstrim tersebut (Lakitan 1993; Salisbury & Ross 1995).

2.3. Pengukuran Daya Rosot CO2

Pengukuran daya rosot tanaman terhadap CO2 telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian secara mendalam tentang kemampuan pohon menyerap karbon telah dilakukan oleh International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology (BIOTROP), Institut Pertanian Bogor (IPB), Departemen Kehutanan dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup (Dephut 2005).

Dari penelitian Bernatzky (1978) diketahui bahwa 1 hektar areal yang ditanami pohon, semak dan rumput yang memiliki luas daun kurang dari 5 hektar dapat menyerap 900 kg CO2 dari udara dan melepaskan 600 kg O2 dalam waktu 2 jam. Jo & McPherson (1995) dalam Dahlan (2004) menyatakan hasil penelitian pada hutan kota di Chicago dapat menyerap CO2 sebesar 0,32-0,49 kg/m2.


(30)

Heriansyah & Mindawati (2005) telah mengukur potensi hutan tanaman meranti dalam menyerap CO2. Kemampuan 7 jenis meranti yang diteliti bervariasi sesuai jenis dan umur tanaman. Variasi daya rosot karbon disebabkan oleh perbedaan luas kawasan, perbedaan kombinasi dan komposisi jenis, kerapatan tanaman dan perbedaan komposisi umur tegakan. Hasil penelitian Heriansyah & Mindawati (2005) menyatakan rata-rata penyerapan CO2 per individu tanaman jenis Shorea leprosula, Shorea palembanica, Shorea pinanga, Shorea selanica, Shorea seminis, Shorea stenoptera Burck dan Shorea stenoptera forma Ardikusuma adalah masing-masing 55,13; 35,37; 28,97; 40,46; 71,32; 72,18 dan 20,41 ton CO2 per tahun. Dari hasil penelitian Sugiharti (1998) diperoleh bahwa kaliandra (Calliandra sp), flamboyan (Delonix regia), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) merupakan tanaman yang efektif dalam menyerap CO2 dan sekaligus tanaman tersebut kurang terganggu oleh pencemaran udara.

Hasil penelitian Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam tentang kemampuan pohon dalam menyerap CO2 menunjukkan bahwa akasia (Acacia

mangium) berumur 6 tahun yang terdapat di Pusat Penelitian Benakat, Sumatera Selatan mempunyai kandungan CO2 sebesar 16,64 ton/ha/tahun, lebih besar dari kandungan CO2 tegakan akasia berumur 10 tahun yang terdapat di Jawa Barat yang hanya sebesar 9,06 ton/ha/tahun (Dephut 2005). Keragaman umur tegakan juga memberikan perbedaan dalam kemampuan menyerap CO2. Tegakan sengon (Paraserienthes falcataria) di Jawa Barat berumur 8 tahun mempunyai kandungan CO2 sebesar 14,10 ton/ha/tahun yang lebih kecil dari kandungan CO2 tegakan sengon berumur 18 tahun yang terdapat di Jawa Timur sebesar 16,78 ton/ha/tahun. Diperkirakan dengan bertambahnya umur tegakan belum tentu menambah kandungan CO2 yang bisa diserap oleh tegakan (Dephut 2005).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode karbohidrat diantaranya oleh Hariyadi (2008), Lailati (2008), Purwaningsih (2007), Mayalanda (2007) dan Sinambela (2007) terdapat pada Tabel 1.


(31)

Tabel 1. Hasil penelitian daya rosot tanaman terhadap CO2

No Nama ilmiah

Daya rosot CO2/luas

daun/jam (10-4g/cm2/jam)

Daya rosot CO2/helai

daun/jam (10-4g/helai/jam)

Daya rosot CO2/pohon/tahun

(kg/pohon/tahun)

1 Bouea macrophylla 1,063 388,200 557,000 (1

2 Dracontomelon dao 0,024 3,800 281,000 (1

3 Koopsia arborea 3,521 488,200 41633,000 1

4 Cerbera odollam 1,726 172,300 4509,000 (1

5 Diospyros celebica 1,582 128,900 5166,000 (1

6 Diospyros macrophylla 0,723 83,400 246,000 (1

7 Eusideroxylon zwageri 1,166 214,900 9968,000 (1

8 Lansium domesticum 0,310 49,300 429,000 (1

9 Sandoricum koetjape 0,507 95,100 522,000 (1

10 Swietenia macrophylla 0,090 10,700 221,000 (1

11 Myristica fragrans 0,595 28,700 566,000 (1

12 Knema laurina 1,782 200,300 3713,000 (1

13 Pometia pinnata 0,487 101,400 11879,000 (1

14 Peronema canescens 0,395 41,900 1200,000 (1

15 Vitex coffasus 1,671 195,400 6151,000 (1

16 Canarium asperum 10,311 1923,700 38964,000 (2

17 Altingia excelsa 8,808 247,900 35336,000 (2

18 Dryobalanops aromatica 5,817 172,700 34101,000 (2

19 Shorea pinanga 7,212 725,000 21897,000 (2

20 Vatica punciflora 5,537 603,300 12316,000 (2

21 Ceiba pentandra 4,085 535,500 8606,000 (2

22 Arthocarpus heterophyllus 4,434 213,900 4856,000 (2

23 Mimusops elengi 3,239 105,400 1703,000 (2

24 Alstonia scholaris 1,932 208,100 1474,000 (2

25 Bischofia javanica 1,881 99,000 1350,000 (2

26 Strelechocarpus burahol 1,226 76,700 1108,000 (2

27 Terminalia cattapa 1,490 472,800 756,000 (2

28 Mangifera foetida 0,850 95,200 638,000 (2

29 Aquilaria malaccensis 0,406 9,400 405,000 (2

30 Santalum album 0,155 1,100 4,000 (2

31 Delonix regia 2,510 303,000 4,409 (3

32 Cassia sp 2,920 197,000 8,478 (3

33 Intsia bijuga 1,130 260,000 1,098 (3

34 Tamarindus indica 0,600 1,000 0,364 (3

35 Koompasia exelsa 0,980 65,000 15,323 (3

36 Maniltoa browneodes 0,33 14,000 0,330 (3

37 Filicium decipiens 2,80 245,000 36,380 (3

38 Pometia pinnata 18,90 208,000 22,136 (3

39 Nephelium lappaceum 0,080 45,000 0,197 (3

40 Mimosops elengi 0,120 597,000 0,314 (3

41 Manilkara kauki 0,120 6,000 5,673 (3

42 Pterocarpus indicus 1,210 37,000 0,669 (3

43 Erytrina cristagalli 1,640 48,000 0,419 (3

44 Samanea saman 1,190 207,000 204,403 (3

45 Adenanthera pavonina 2,710 321,000 22,814 (3


(32)

No Nama ilmiah

Daya rosot CO2/luas

daun/jam (10-4g/cm2/jam)

Daya rosot CO2/helai

daun/jam (10-4g/helai/jam)

Daya rosot CO2/pohon/tahun

(kg/pohon/tahun)

47 Swietenia macrophylla 2,050 72,000 7,708 (3

48 Khaya anthoteca 1,440 43,000 1,865 (3

49 Disoxylum exelsum 1,320 794,000 306,143 (3

50 Ficus benjamina 0,550 286,000 1917,632 (3

51 Pterocarpus integra 0,220 30,000 10,513 (3

52 Cananga odorata 1,580 26,000 69,676 (3

53 Annona muricata 0,570 39,000 78,617 (3

54 Caesalpinia pulcherima 7,260 15200,000 2,291 (3

55 Cassia grandis 3,800 37,000 3946,251 (3

56 Hopea mengarawan 0,009 2,000 0,660 (4

57 Carapa guineensis 0,055 99,200 52,251 (4

58 Arthocarpus heterophyllus 0,118 8,500 8,074 (4

59 Pterygota alata 0,133 86,400 55,380 (4

60 Dipterocarpus retusa 0,145 33,100 37,098 (4

61 Shorea selanica 0,171 22,100 47,355 (4

62 Pachira affinis 0,186 95,900 20,123 (4

63 Acacia mangium 0,251 29,000 23,255 (4

64 Sapium indicum 0,351 16,700 25,234 (4

65 Khaya senegalensis 0,434 156,200 128,327 (4

66 Hopea odorata 0,437 12,800 6,474 (4

67 Swietenia macrophylla 0,439 698,300 559,705 (4

68 Langerstroemia speciosa 0,531 297,700 245,034 (4

69 Swietenia mahagoni 0,611 346,200 452,530 (4

70 Trachylobium verrucossum 0,688 508,900 860,086 (4

71 Acacia auriculiformis 0,917 29,300 74,470 (4

72 Cinnamomum parthenoxylon 1,013 178,900 347,659 (4

73 Schima wallichii 1,511 97,200 96,871 (4

74 Tectona grandis 1,965 1598,600 206,999 (4

75 Beilschiedia roxburghiana 3,308 436,600 677,312 (4

76 Strombosia zeylanica 5,362 440,100 2453,184 (4

77 Filicium decipiens 2,070 0,308 (5

78 Garcinia mangostana 6,670 1,850 (5

79 Gnetum gnemon 3,410 1,202 (5

80 Manilkara kauki 3,330 1,141 (5

81 Cassia fistula 1,100 0,185(5

1) Hariyadi (2008) 2) Lailati (2008) 3) Purwaningsih (2007) 4) Mayalanda (2007) 5) Sinambela (2006)

Hasil penelitian Hariyadi (2008) terhadap 15 jenis tanaman di Kebun Raya Bogor menyatakan bahwa Koopsia arborea adalah tanaman yang mempunyai daya rosot CO2 tertinggi yaitu 41633 kg/pohon/tahun. Penelitian yang dilakukan


(33)

oleh Lailati (2008) terhadap 15 jenis tanaman di Kebun Raya Bogor menyatakan Canarium asperum adalah tanaman yang mempunyai daya rosot CO2 tertinggi yaitu 38964 kg/pohon/tahun. Berdasarkan penelitian Purwaningsih (2007) pada 25 jenis tanaman di Kebun Raya Bogor didapatkan bahwa jenis Casia grandis merupakan jenis tanaman yang mempunyai daya rosot CO2 tertinggi yaitu 3946,251 kg/pohon/tahun. Penelitian daya rosot CO2 tanaman juga telah dilakukan oleh Mayalanda (2007) terhadap 21 jenis tanaman di Hutan Penelitian Darmaga, Bogor. Dari hasil penelitiannya didapatkan daya rosot bersih tanaman terhadap CO2 yang tertinggi adalah jenis Strombosia zeylanica sebesar 5,362 x 10-4 g/cm2/jam. Hasil penelitian Mayalanda (2007) juga menyebutkan bahwa daya rosot CO2 Hutan Penelitian Darmaga Bogor sebesar 1182,07 ton/tahun. Sinambela (2006) juga telah meneliti daya rosot CO2 terhadap 5 jenis tanaman hutan kota di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Hasil penelitian Sinambela (2006) menyatakan bahwa manggis hutan (Garcinia mangostana) adalah jenis tanaman yang memiliki daya rosot CO2 terbesar yaitu sebesar 1,850 kg/pohon/tahun kemudian diikuti melinjo (Gnetum gnemon), sawo kecik (Manilkara kauki), krey payung (Filicium decipiens) dan yang terkecil adalah trengguli (Cassia fistula).

Karyadi (2005) telah mengukur daya rosot CO2 5 jenis tanaman hutan kota dengan menggunakan alat ADC LCA-4. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa daya rosot bersih CO2 per pohon per tahun tertinggi adalah jenis

Mangifera indica yaitu sebesar 445,300 kg/pohon/tahun. Hasil penelitian Karyadi selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil penelitian daya rosot tanaman terhadap CO2 yang dilakukan oleh Karyadi

No Nama jenis

Daya rosot bersih CO2 per

pohon per hari (kg/pohon/hari)

Daya rosot bersih CO2 per pohon

per tahun (kg/pohon/tahun)

Daya rosot bersih CO2

(kg/ha/hari) dengan jarak tanam

5 x5 m2

1 Mangifera indica 1,220 445,300 487,110

2 Chrysophyllum cainito 0,630 229,950 251,190

3 Canarium commune 0,540 197,100 218,150

4 Mimusops elengi 0,460 167,900 183,750

5 Tectona grandis 0,290 105,850 114,500

2.4. Respon Tanaman Terhadap Peningkatan Kadar CO2

Gas CO2 adalah bahan baku bagi fotosintesis dan laju fotosintesis dipengaruhi oleh kadar CO2 di udara. June (2006) menyatakan peningkatan kadar


(34)

CO2 di atmosfer akan merangsang proses fotosintesis, meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tanpa diikuti oleh peningkatan kebutuhan air. Pengaruh fisiologis utama dari kenaikan CO2 adalah meningkatnya laju fotosintesis di dalam daun, akibat peningkatan laju fotosintesis tersebut akan menyebabkan terjadinya penimbunan karbohidrat di daun (Darmawan & Baharsjah 1983).

Sifat dan kemampuan tanaman dalam menyerap CO2 dikelompokkan ke dalam 3 golongan yaitu tanaman C-3, C-4, dan CAM (Lakitan 1993). Dalam kondisi kadar CO2 normal tumbuhan C-4 memiliki efisiensi fotosintesis lebih tinggi daripada tumbuhan C-3, akan tetapi pada kadar CO2 tinggi tumbuhan C-3 menunjukkan laju pertumbuhan lebih tinggi daripada tumbuhan C-4, sehingga tanaman C-3 lebih diuntungkan dengan adanya peningkatan CO2 daripada tanaman C-4 (Wolfe 2007). Hutan diperkirakan akan mengalami efek pemupukan yang besar dari kenaikan kadar CO2 karena pohon hutan terdiri atas tumbuhan C-3, sehingga produktivitas hutan akan naik (Soemarwoto et al. 1992).

Kenaikan CO2 juga memiliki pengaruh positif terhadap penggunaan air oleh tanaman (Wolfe 2007). Stomata memiliki fungsi sebagai pintu masuknya CO2 dan keluarnya uap air ke daun atau dari daun. Besar kecilnya pembukaan stomata merupakan regulasi terpenting yang dilakukan oleh tanaman, dimana tanaman berusaha memasukkan CO2 sebanyak mungkin tetapi dengan mengeluarkan air sedikit mungkin untuk mencapai efisiensi pertumbuhan yang tinggi (June 2006). Tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata maksimum untuk mencapai kadar CO2 optimum di dalam daun jika CO2 di atmosfir meningkat, sehingga laju pengeluaran air dapat dikurangi (June 2006).

Efisiensi penggunaan air baik pada tanaman C-3 maupun C-4 akan meningkat dengan bertambah besarnya kadar CO2. Peningkatan penggunaan air pada tanaman C-3 disebabkan oleh meningkatnya asimilasi dan menurunnya transpirasi, sedangkan pada tanaman C-4 hanya disebabkan oleh menurunnya transpirasi (June 2006). Tanaman-tanaman C-4 memiliki efisiensi penggunaan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman C-3 (June 2006). Daya ikat yang tinggi terhadap CO2 pada tanaman C-4 menyebabkan perbandingan antara pemasukan CO2 dan konduktivitas stomata (kemampuan stomata menyalurkan air


(35)

persatuan waktu) optimum (June 2006). Daya ikat yang rendah terhadap CO2 pada tanaman C-3 menyebabkan tanaman ini boros dalam penggunaan air.

Peningkatan CO2 berpengaruh positif terhadap fotosintesis dan penggunaan air oleh tanaman. Peningkatan CO2 juga meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor pertumbuhan lainnya seperti radiasi matahari dan nutrisi (June 2006).

Meningkatnya kadar CO2 di atmosfer sebenarnya berdampak positif terhadap proses fisiologis tanaman, tetapi pengaruh positif CO2 dihilangkan oleh peningkatan suhu atmosfer yang cenderung berdampak negatif terhadap proses fisiologis tersebut (June 2006). Meningkatnya suhu beberapa derajat akibat dari peningkatan kadar CO2 dapat menurunkan laju fotosintesis dan memperpendek periode pertumbuhan tanaman (Wolfe 2007).

2.5. Karakterisitik Tanaman Hutan Kota

Pemilihan jenis tanaman untuk hutan kota merupakan salah satu langkah yang penting guna menuju keberhasilan program penghijauan kota. Dalam pemilihan jenis tanaman untuk hutan kota perlu diperhatikan aspek-aspek ekologi, khususnya mengenai kemampuan tanaman-tanaman tersebut memperbaiki lingkungan hidup. Tanaman hutan kota sebaiknya tanaman yang tidak memiliki buah yang besar sehingga apabila buah tersebut jatuh tidak membahayakan orang-orang yang sedang beraktifitas di sekitar tanaman tersebut. Tanaman hutan kota sebaiknya juga memiliki massa daun yang lebat dan padat sehingga dapat membuat lingkungan menjadi teduh dan nyaman. Tanaman hutan kota yang digunakan di jalur hijau dapat berupa tanaman yang memiliki estetika yang baik, tidak mudah patah dan tidak mudah tumbang sehingga tidak membahayakan para pengguna jalan (Dahlan 2004).

Agathis dammara merupakan tanaman yang tumbuh meninggi ke atas sehingga tidak mengganggu pengguna jalan raya. Aleurites moluccana, Bacaurea racemosa, Brownea capitella, Calophyllum inophyllum, Cynometra cauliflora, Dillenia indica, Garcinia dulcis, Mangifera caesia, Mesua ferrea, Mitchelia champaca, Spatodea campanulata, Syzygium malacense dan Vitex pubescens merupakan jenis-jenis yang cocok digunakan sebagai tanaman taman kota karena


(36)

jenis-jenis ini dapat berfungsi sebagai peneduh selain itu jenis-jenis tersebut juga dapat digunakan sebagai tanaman di kebun raya, hutan raya ataupun kebun binatang. Aleurites moluccana, Cynometra cauliflora, Mangifera caesia, Michelia champaca dan Syzygium malacense merupakan jenis-jenis yang dapat digunakan sebagai tanaman di kebun atau halaman karena tanaman jenis-jenis ini menghasilkan buah dan bunga yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bacaurea racemosa, Calophyllum inophyllum, Dillenia indica, Garcinia dulcis dan Mesua ferrea merupakan jenis-jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman hutan lindung karena jenis-jenis ini memang sudah mulai susah dijumpai sehingga harus dilindungi. Mitchelia champaca merupakan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman di kuburan atau taman makam pahlawan karena jenis ini mempunyai aroma daun dan bunga yang harum.


(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kampus IPB Darmaga, untuk pengambilan sampel daun dari 14 jenis tanaman. Analisis karbohidrat dan pengukuran luas daun dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu Mei-Juni 2008.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Plastik

2. Kamera digital 3. Tabung reaksi 4. Pipet kaca berskala 5. Penggiling

6. Kertas filter dengan kesarangan 0,05 mg/cm

7. Spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 µm 8. Timbangan

9. Global Position System (GPS) Garmin CSx 67 10.Oven

11.Water bath (penangas air) 12.Leaf area meter (LAM) 13.Kotak preparat (slide box) 14.Hand Counter

15.Alat tulis

16.Seperangkat komputer dengan Software Microsoft Word, Microsoft Excel dan Mathematic 6.

Bahan yang digunakan dalam penelitian:

1. Sampel daun dari 14 jenis tanaman yang tumbuh di Kampus IPB Darmaga. Jenis tanaman yang diambil daunnya dipilih dari tanaman


(38)

yang daya rosot CO2 belum diketahui. Jenis pohon yang dipilih merupakan tanaman asli yang tumbuh di Indonesia atau bukan jenis eksotik. Jenis-jenis tanaman hutan kota yang diteliti disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Daftar jenis tanaman hutan kota yang diteliti

No Nama jenis Nama lokal Famili

1 Agathis dammara Damar Pinaceae

2 Aleurites moluccana Kemiri Euphorbiaceae

3 Baccaurea racemosa Menteng Bunga Putih Euphorbiaceae

4 Brownea capitella Bunga Lampion Fabaceae

5 Calophyllum inophyllum Nyamplung Clusiaceae

6 Cynometra cauliflora Nam-nam Fabaceae

7 Dillenia indica Simpur Dilleniaceae

8 Garcinia dulcis Mundu Clusiaceae

9 Mangifera caesia Kemang Myrtaceae

10 Mesua ferrea Gandasari Clusiaceae

11 Michelia champaca Cemapaka Hijau Magnoliaceae

12 Spatodea campanulata Kecrutan Bignoniaceae

13 Syzygium malacense Jambu Bol Myrtaceae

14 Vitex pubescens Laban Verbenaceae

2. Pereaksi Cu

Proses pembuatan pereaksi Cu:

a) Menimbang 12 g K Na Tartrat, 24 g Na2O3, 2 g CuSO4, 20 ml H2O (10% Cu), serta 16 g NaHCO3.

b) Melarutkan 180 g Na2SO4 dengan air panas dan didinginkan.

c) Mencampur Larutan K Na Tartrat, Na2O3, CuSO4, H2O, NaHCO3, Na2SO4.

d) Menyimpan campuran tersebut selama 2 hari di tempat gelap atau pada botol gelap.

3. Pereaksi Nelson

Proses pembuatan Pereaksi Nelson:

a) Melarutkan 25 g (NH4) 6 Mo7O24 (Amonium molibdat) dalam 450 ml H2O dan menambahkan dengan 21 ml H2SO4 pekat.

b) Melarutkan 3 g Na2HASO4.7H2O (Amonium hidrogen arsenat) dalam 25 ml H2O.


(39)

c) Mencampurkan larutan a) dan b) kemudian dipanaskan pada suhu 370C selama 1-2 hari dan simpan pada botol gelap. Campuran ini disebut pereaksi Nelson.

4. Pereaksi karbohidrat

Pereaksi karbohidrat yang digunakan terdiri dari: a) 0.7 N HCl

b) 1 N NaOH c) 5% ZnSO4 d) 0.3N Ba(OH)2 5. Phenol merah 6. Aquades

3.3. Metode Pengambilan Data 3.3.1. Jumlah Daun Per Pohon

Penentuan daya rosot CO2 per pohon memerlukan data tentang jumlah daun per pohon. Langkah-langkah penentuan jumlah daun per pohon adalah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah cabang yang ada dalam satu pohon.

2. Mengelompokkan cabang-cabang tersebut berdasarkan ukurannya. 3. Memilih salah satu cabang sampel dan hitung jumlah daunnya. 4. Mengalikan jumlah daun pada sampel dengan jumlah sampel cabang. 5. Menjumlahkan hasil kali tersebut sehingga didapat jumlah total daun per

pohon.

3.3.2. Luas Daun

Daun sampel diukur luas totalnya dengan menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM). Langkah-langkah pengukuran luas daun adalah sebagai berikut:

1. Mengambil sampel daun yang telah diketahui beratnya.

2. Menyalakan LAM dan kalibrasi sehingga menunjukan nilai 0.00. 3. Menyusun daun di atas tempat yang telah disediakan.

4. Memasukkan daun ke LAM.

5. Daun akan melewati pendeteksi luas daun dan secara otomatis luas daun tertera di layar.


(40)

3.3.3. Massa Karbohidrat Daun

Pengukuran daya rosot CO2 dilakukan dengan metode karbohidrat, dimana massa CO2 diketahui dari konversi massa karbohidrat hasil fotosintesis. Massa karbohidrat hasil fotosintesis dianalisis dengan metode Somogyi Nelson. Penentuan massa karbohidrat daun terdapat dua tahapan, yaitu pengambilan daun sampel dan pengukuran massa karbohidrat.

1. Pengambilan Daun Sampel:

a. Menentukan jenis pohon sampel.

b. Memetik daun dari pohon sampel dan timbang sebanyak 30 gram dengan komposisi daun muda, dewasa dan tua secara proporsional tiap jenisnya. Daun yang diambil adalah daun yang sehat dan tidak berlubang. Pengambilan sampel daun dilakukan dalam 3 tahapan waktu, yaitu pada pukul 05.00 WIB, pukul 17.00 WIB dan 19.00 WIB. Pada pukul 05.00 WIB diasumsikan belum terjadi proses fotosintesis, sedangkan pada pukul 17.00 WIB diasumsikan telah terjadi proses fotosintesis selama sehari, sedangkan pada pukul 19.00 WIB diasumsikan tidak terjadi lagi proses fotosintesis. Pengambilan daun yang dimulai pada pukul 05.00 WIB dihentikan pada pukul 05.30 WIB. Hal itu karena pada pukul 05.30 WIB tanaman memulai proses fotosintesis karena pada jam tersebut matahari sudah terbit.

c. Memasukkan sampel daun ke dalam plastik, rendam dengan alkohol 70% selama 5 menit, lalu kering udarakan. Perendaman dalam alkohol dilakukan untuk mencegah terjadinya fotosintesis dan respirasi lanjutan setelah daun dipetik dari pohon.

2. Pengukuran Massa Karbohidrat:

a. Mengeringkan Daun segar yang telah dipetik (30 gram) menggunakan oven pada suhu 500C selama 72 jam untuk mendapatkan berat kering mutlak.

b. Menghancurkan sampel daun yang telah dikeringkan dengan menggunakan alat penggiling sampai halus.


(41)

d. Menambahkan dengan 120 ml HCl 0,7 N.

e. Menghidrolisis selama 2,5 jam dalam penangas air. f. Menyaring dalam labu ukur 100 ml.

g. Memasukkan phenol merah, kemudian netralkan dengan NaOH 1 N sampai terjadi perubahan warna larutan.

h. Menambahkan 5 ml ZnSO4 5 % dan 5 ml Ba(OH)2 0,3 N. i. Menambahkan larutan aquades sampai tanda tera 100 ml. j. Menyaring kembali dan ambil larutan jernih.

k. Memipet 2 ml yang sudah jernih.

l. Membuat deret standar karbohidrat 5, 10, 15, 20, 25 ml.

m. Menambahkan pereaksi Cu sebanyak 2 ml pada deret standar dan larutan sampel, lalu panaskan dalam penangas air selama 10 menit kemudian didinginkan.

n. Menambahkan pereaksi Nelson 2 ml dan 20 ml H2O sampai tanda tera masing-masing deret standar dan larutan sampel. Kocok dan biarkan selama 2 menit.

o. Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 µm sehingga didapat nilai absorbsi karbohidrat (A).

p. Menghitung persentasi karbohidrat (% KH). Nilai persentasi karbohidrat yang didapat adalah % KH dalam keadaan kering.

q. Menghitung massa karbohidrat dalam daun segar (basah).

3.4. Pengolahan Data

Data dianalisis menggunakan rumus-rumus sebagai berikut: 1. Luas daun per pohon dihitung dengan rumus:

Luas rata-rata daun per 30 gram bobot basah daun x Σ daun per pohon

Σ daun per 30 gram bobot basah daun 2. Ketebalan relatif daun diketahui dari rumus:

bobot basah daun : luas daun


(42)

3. Persentasi karbohidrat kering (% KH kering) dihitung dengan menggunakan rumus:

% KH kering =

            1000000 % 100 1 20 2 , 0 100 x x x S A keterangan:

A : nilai absorbsi karbohidrat S : rata-rata standar karbohidrat

2 , 0 100 dan 1 20

merupakan faktor pengenceran

4. Massa karbohidrat dalam daun segar atau daun basah dihitung dengan rumus:

Massa C6H12O6 = % KH basah x bobot basah daun (30 gram)

dimana % KH basah: 100% - KA

100 x %KH kering dan KA (kadar air tiap jenis daun dalam %):

Bobot basah daun – Bobot kering daun

Bobot basah daun x 100%

5. Massa CO2 dihitung dengan rumus:

Massa CO2 = Massa C6H12O6 × 1,47

Rumus tersebut didapat dari persamaan reaksi fotosintesis: 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6 O2

Dari persamaan reaksi tersebut dapat dilihat 1 mol C6H12O6 setara dengan 6 mol CO2, sehingga perhitungannya adalah:


(43)

b. Massa CO2 = 6 x Mol C6H12O6 x Mr CO2 Massa C6H12O6 = 6 x

Mr C6H12O6

x Mr CO2

Massa C6H12O6 = 6 x

180 x 44

= Massa C6H12O6 × 1,47

keterangan:

Mr : massa molekul relatif Ar C = 12, Ar H = 1, Ar O = 16

Mr C6H12O6 = (6 x Ar C) + (12 x Ar H) + (6 x Ar O) = (6 x 12) + (12 x 1) + ( 6 x 16) = 180 Mr CO2 = (1 x Ar C) + (2 x Ar O)

= (1 x 12) + (2 x 16) = 44

6. Penentuan daya rosot CO2 per luas sampel daun (D) menggunakan rumus:

Massa CO2 D =

Luas Daun (dari 30 gram sampel daun)

7. Penentuan daya rosot CO2 bersih per luas daun per jam (Dt) D

Dt = t keterangan:

Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun D = daya rosot CO2 per luas sampel daun

t = selisih waktu pengambilan sampel yang dimulai pukul 05.00 sampai dengan pukul 19.00

8. Penentuan daya rosot CO2 per helai daun per jam (Dl) Dl = Dt x luas per helai

keterangan:

Dl = daya rosot bersih CO2 per helai daun per jam Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun


(44)

Dy = [{Dn x 5,36} + {Dn x (12,07-5,36) x 0,46}] x 365 9. Penentuan daya rosot CO2 per pohon per jam (Dn)

Dn = Dt x Σ d x luas per helai daun keterangan:

Dn = daya rosot bersih CO2 per pohon per jam Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun

Σd = jumlah daun tiap pohon

10.Penentuan daya rosot CO2 per pohon per tahun (Dy)

keterangan:

Dy = daya rosot bersih CO2 per pohon per tahun Dn = daya rosot bersih CO2 per pohon per jam

12,07 = nilai rata-rata lama penyinaran maksimum per hari, satuan dalam jam/hari (Sitompul & Guritno 1995)

5,36 = nilai rata-rata lama penyinaran aktual per hari di Bogor, satuan dalam jam/hari (Abdullah 2000)

0,46 = perbandingan antara rata-rata per hari laju fotosintesis pada hari mendung dengan hari cerah (Sitompul & Guritno 1995)


(45)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak dan Luas

Kampus IPB Darmaga berjarak kurang lebih 10 Km dari Kota Bogor. Kampus IPB Darmaga memiliki luas areal + 256,97 Ha (Nasution 2003). Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, kampus IPB Darmaga terletak antara 6030’ – 6045’ LS dan 106030’ – 106045’ BT. Kampus IPB Darmaga dibatasi oleh Sungai Cihideung dan Sungai Ciapus di sebelah Utara, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Babakan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Raya Bogor – Leuwiliang dan di sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Cihideung.

4.2. Topografi dan Tanah

Kampus IPB Darmaga berada pada ketinggian 142 – 200 mdpl dengan kondisi topografi yang beragam dari datar di sebelah Timur dan Selatan, kemudian bergelombang di sebelah Utara dengan kemiringan tanah berkisar antara 0 – 5% (Songko 2002).

Suciasti (2004) menyatakan bahwa kampus IPB Darmaga memiliki kategori tanah jenis latosol dengan tekstur sedang, pH tanah agak asam (5,6 – 6,5). Hara essensial (karbon, Nitrogen, Fosfor dan Kalium) berada dalam defisiensi. Jenis batuan yang ditemukan pada tapak adalah batuan vulkanik dari Gunung Salak, batuan endapan dan batuan sedimen. Jenis batuan baku yang dominan adalah andesit basal dengan susunan mineral piroksin (Nasution 2003).

4.3. Iklim

Kampus IPB Darmaga menurut Schmid dan Ferguson termasuk ke dalam wilayah yang bertipe iklim A, dengan curah hujan rata-rata tahunan mencapai 4046 mm per tahun (Mulyani 1985 dalam Kurnia 2003). Berdasarkan data iklim dari Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor selama 10 tahun (1988 – 1997), suhu udara rata-rata bulanan daerah Darmaga adalah 25,480C, dengan suhu tertinggi 32,250C yaitu pada bulan September dan suhu terendah yaitu pada bulan Agustus sebesar 21,220C. Kelembaban udara rata-rata adalah 84,4%, kelembaban tertinggi


(46)

terjadi pada bulan Januari yaitu 89,2% dan terendah pada bulan Agustus dan September yaitu 79,6% (Suciasti 2004).

4.4. Flora dan Fauna

Secara umum vegetasi di Kampus IPB Darmaga berupa vegetasi semak berumput, tegakan karet, pinus, hutan campuran, hutan percobaan, arboretum, taman pekarangan perumahan dosen dan taman (Hernowo, Soekmadi dan Ekarelawan 1991).

Kampus IPB Darmaga memiliki 12 jenis mamalia, 68 jenis burung, 37 jenis reptilia dan 4 jenis ikan. Beberapa jenis fauna yang mudah ditemukan antara lain bajing (Calloscirus notatus), kelelawar (Emballonura monticola), burung kutilang (Pygnonotus aurigaster) dan burung cabe (Dichaeum trochileum) (Hernowo, Soekmadi dan Ekarelawan 1991).

4.5. Denah Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Koordinat dari masing-masing tanaman hutan kota adalah sebagai berikut: A. dammara

(S 06°33,648’ dan E 106°43,736’), A. moluccana (S 06°33,667’ dan E 106°43,766’), B. Racemosa (S 06°33,481’ dan E 106°43,888’), B. capitella

(S 06°33,674’ dan E 106°43,716’), C. inophyllum (S 06°33,655’ dan E 106°43,781’), C. cauliflora (S 06°33,478’ dan E 106°43,888’), D. indica (S 06°33,659’ dan E 106°43,694’), F. inermis (S 06°33,656’ dan E 106°43,618’), G. dulcis (S 06°33,668’ dan E 106°43,752’), M. ceasia (S 06°33,590’ dan E 106°43,804’), M. ferrea (S 06°33,660’ dan E 106°43,705’), M. champaca (S 06°33,516’ dan E 106°43,869’), S. campanulata (S 06°33,612’ dan E 106°43,804’), S. malacense (S 06°33,489’ dan E 106°43,886’) dan V. pubescens


(47)

(48)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Massa Karbohidrat

Karbohidrat merupakan produk utama dalam proses fotosintesis oleh tumbuhan, hasil sintesis senyawa karbondioksida dan air dengan bantuan cahaya matahari. Persentase karbohidrat yang dihasilkan selama proses fotosintesis dapat digunakan untuk mengetahui massa CO2 yang diserap oleh suatu jenis tanaman yang dapat diketahui melalui metode analisis karbohidrat dengan menggunakan alat spektrofotometer.

Massa karbohidrat dari hasil fotosintesis 14 jenis tanaman berbeda untuk setiap jenis dan setiap waktu pengambilan daun sampel (Tabel 4). Massa CO2 bersih merupakan banyaknya massa CO2 yang digunakan tanaman untuk aktif selama sehari.

Tabel 4. Massa karbohidrat tanaman hutan kota Massa karbohidrat No Nama jenis

05.00 17.00 19.00

Massa karbohidrat

bersih (g)

Massa CO2

bersih (g)

1 Agathis dammara 0,412 0,444 0,465 0,228 0,335

2 Aleurites moluccana 0,874 0,881 0,823 0,619 0,910

3 Baccaurea racemosa 0,308 0,586 0,78 1,709 2,512

4 Brownea capitella 0,829 1,05 0,985 1,554 2,284

5 Calophyllum inophyllum 0,938 1,033 1,223 0,674 0,991

6 Cynometra cauliflora 0,785 0,903 0,908 1,132 1,664

7 Dillenia indica 0,313 0,551 0,416 2,299 3,380

8 Garcinia dulcis 1,005 1,021 1,029 0,107 0,157

9 Mangifera caesia 0,911 1,081 0,932 3,078 4,525

10 Mesua ferrea 0,515 0,616 0,891 0,789 1,160

11 Michelia champaca 0,583 0,675 0,557 1,953 2,871

12 Spathodea campanulata 0,529 0,736 0,631 1,694 2,490

13 Syzygium malacense 1,102 1,224 1,276 0,697 1,025

14 Vitex pubescens 0,709 0,846 0,781 1,086 1,596

Massa karbohidrat A. dammara mengalami peningkatan pada pukul 05.00 WIB (0,412 g); 17.00 WIB (0,444 g) dan 19.00 WIB (0,465 g). Massa karbohidrat bersih pada pukul 05.00 WIB; 17.00 WIB dan 19.00 WIB dapat diketahui melalui pendekatan persamaan kuadratik y = 0,0006x2 – 0,0052x + 0,4166 (Gambar 2). Secara umum massa karbohidrat meningkat dari pukul 05.00 WIB– 19.00 WIB, meskipun pada pukul 05.00 WIB- 09.00 WIB terjadi sedikit penurunan, sehingga


(49)

kurva berbentuk parabola. Penurunan yang terjadi sebesar 0,008 g sedangkan peningkatan terjadi sebesar 0,236 g. Massa karbohidrat bersih yang didapat sebesar 0,228 g. Jenis tanaman lain yang memiliki model kurva seperti jenis A. dammara adalah B. recemosa, C. inophyllum, G. dulcis, M. ferrea dan S. malacense. Massa karbohidrat bersih dari tiap jenis ini berbeda-beda walaupun memiliki model kurva yang sama. Massa karbohidrat bersih untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut: B. racemosa sebesar 1,709 g, C. inophyllum sebesar 0,674 g, G. dulcis sebesar 0,107 g, M. ferrea sebesar 0,789 dan S. malacense sebesar 0,697 g.

Daya rosot karbohidrat = 0,228 g

y = 0,0006x2 - 0,0052x + 0,4166 R2 = 1

0,36 0,38 0,4 0,42 0,44 0,46 0,48 0 5 .0 0 1 7 .0 0 1 9 .0 0 waktu m a s s a k a rb o h id ra t Agathis dammara

Gambar 2 Kurva persamaan kuadratik A. dammara

Pada jenis A. moluccana terjadi juga peningkatan massa karbohidrat antara pukul 05.00 WIB – 17.00 WIB dengan massa 0,874 g menjadi 0,881 g, peningkatan ini terjadi karena adanya penyerapan CO2 pada proses fotosintesis. Massa karbohidrat pada pukul 19.00 WIB menurun dengan massa sebesar 0,823 g. Massa karbohidrat pada pukul 05.00 WIB; 17.00 WIB dan 19.00 WIB dapat diketahui melalui pendekatan persamaan kuadratik y = -0,0021x2 + 0,0302x + 0,8459 (Gambar 3), terlihat bahwa kurva berbentuk parabola terbalik dengan massa karbohidrat bersih sebesar 0,619 g. Terdapat juga beberapa jenis yang memiliki bentuk kurva seperti jenis ini yaitu jenis: B. capitella, C. cauliflora, D. indica, M. caesia, M. champaca, S. campanulata dan V. pubescens. Massa karbohidrat bersih untuk masing-masing jenis secara berturut-turut adalah sebagai berikut 1,554 g; 1,132 g; 2,299 g; 3,078 g; 1,953 g; 1,694 dan 1,086 g.


(50)

Daya rosot karbohidrat = 0,619 g

y = -0,0021x2 + 0,0302x + 0,8459 R2 = 1

0,75 0,8 0,85 0,9 0,95 1 0 5 .0 0 1 7 .0 0 1 9 .0 0 waktu m a s s a k a rb o h id ra t Alaurites moluccana

Gambar 3 Kurva persamaan kuadratik A. moluccana

Massa karbohidrat tertinggi pada pengambilan sampel daun pukul 05.00 WIB adalah S. malacense sebesar 1,102 g dan terendah adalah B. racemosa sebesar 0,308 g. Pada pukul 17.00 WIB massa karbohidrat tertinggi adalah S. malacense sebesar 1,224 g dan terendah adalah A. dammara 0,444 g. Massa karbohidrat tertinggi pada pukul 19.00 WIB adalah S. malacense dengan nilai 1,276 g dan terendah adalah D. indica sebesar 0,416 g.

Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4 menyatakan bahwa M. caesia merupakan tanaman yang paling banyak menyerap karbohidrat selama 14 jam (pukul 05.00 WIB – 05.00 WIB) yaitu sebesar 3,078 g, sehingga jenis tersebut juga paling banyak menggunakan CO2 untuk fotosintesis yaitu sebesar 4,525 g. Hal itu sesuai pernyataan Harjadi (1992) dalam Purwaningsih (2007) bahwa massa CO2 yang digunakan dalam proses fotosintesis berbanding lurus dengan jumlah karbon (C) dalam gula (karbohidrat). Semakin tinggi massa karbohidrat maka semakin tinggi pula massa CO2 yang digunakan oleh tanaman. Jenis yang paling sedikit menyerap karbohidrat adalah G. dulcis (0,105 g), sehingga jenis tersebut juga merupakan jenis yang paling sedikit menyerap CO2 (0,154 g). Ini diduga disebabkan posisi tanaman jenis ini paling jauh dari jalan.

5.2. Daya Rosot CO2 per Luas Daun

Daya rosot CO2 tanaman merupakan kemampuan tanaman dalam menyerap sejumlah massa CO2, sedangkan daya rosot CO2 per luas daun merupakan kemampuan tanaman menyerap sejumlah massa CO2 per luas daun. Daya rosot


(51)

CO2 per luas daun tidak selalu berbanding lurus dengan massa CO2, hal ini disebabkan karena terdapat faktor pembagi yaitu luas sampel daun tanaman yang diteliti. Semakin besar luasan sampel daun yang diteliti maka semakin kecil daya rosot CO2 yang diterima per cm2 daun dan begitu juga sebaliknya, semakin kecil luas daun, maka semakin besar daya rosot CO2 per cm2. Data mengenai daya rosot CO2 tanaman hutan kota per luas daun yang diteliti dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Daya rosot CO2 per luas daun

No Nama jenis

Massa CO2

bersih

Luas daun (cm2)

Daya rosot CO2

/luas daun (10-4 g/cm2)

Daya rosot CO2

/luas daun/jam (10-4 g/cm2/jam)

1 Agathis dammara 0,335 894,9 3,745 0,268

2 Aleurites moluccana 0,910 1819,84 5,000 0,357

3 Baccaurea racemosa 2,512 1121,52 22,400 1,600

4 Brownea capitella 2,284 2027,2 11,269 0,805

5 Calophyllum inophyllum 0,991 1124,81 8,808 0,629

6 Cynometra cauliflora 1,664 1619,83 10,273 0,734

7 Dillenia indica 3,380 1107,14 30,525 2,180

8 Garcinia dulcis 0,157 1260,65 1,248 0,089

9 Mangifera caesia 4,525 852,13 53,098 3,793

10 Mesua ferrea 1,160 1729,08 6,708 0,479

11 Michelia champaca 2,871 1743,31 16,468 1,176

12 Spathodea campanulata 2,490 1423,82 17,489 1,249

13 Syzygium malacense 1,025 891,97 11,487 0,820

14 Vitex pubescens 1,596 1703,59 9,371 0,669

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa M. caesia memiliki kemampuan tertinggi dalam menyerap CO2 yaitu sebesar 53,098 x 10-4 g/cm2 dan dalam 1 jam dapat menyerap CO2 sebesar 3,793 x 10-4 g/cm2/jam. Hal ini disebabkan karena

M. ceasia merupakan jenis yang memiliki massa CO2 bersih tertinggi (4,525 g) dan didukung juga dengan luas daun yang dimiliki M. caesia adalah luas daun terkecil yaitu 852,13 cm2 dibandingkan dengan jenis-jenis yang lain.

Ketebalan daun juga berpengaruh terhadap daya rosot CO2 per cm2 luas daun. Hal ini terlihat pada jenis M. caesia yang merupakan jenis yang memiliki ketebalan relatif tertinggi sehingga memiliki daya rosot CO2 per luas sampel daun tertinggi. Peryataan ini juga didukung oleh Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan ketebalan daun menentukan absorbsi cahaya dan daun yang tebal akan memiliki kloroplas yang lebih banyak per satuan luas daun. Di dalam kloroplas terdapat klorofil yang mampu memanfaatkan cahaya sebagai energi


(52)

untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Darmawan & Baharsjah (1983) menyatakan banyaknya klorofil dalam tanaman langsung berpengaruh terhadap fotosintesis, semakin banyak klorofil maka akan semakin aktif tanaman berfotosintesis. Sitompul & Guritno (1995) menyatakan bahwa daun yang tebal akan memiliki kapasitas mengintersepsi energi cahaya dan mereduksi CO2 yang lebih tinggi daripada daun yang tipis, sehingga semakin tinggi ketebalan daun maka semakin meningkatkan penyerapan CO2 karena semakin aktif daun berfotosintesis.

5.3. Daya Rosot CO2 Per Helai Daun

Daya rosot CO2 per helai daun tidak selalu berbanding lurus dengan daya rosot CO2 per cm2, karena yang menentukan adalah luas tiap helai daun. Ukuran tiap helai daun berbeda-beda pada masing-masing tanaman. Ukuran luas daun dari yang tertinggi adalah S. campanulata, S. malacense, V. pubescens, D. indica, M. caesia, A. moluccana, M. champaca, M. ferrea, G. dulcis, C. inophyllum, C. cauliflora, B. racemosa, B. capitella dan A. dammara. Kapasitas penyerapan gas CO2 dipengaruhi oleh ukuran luas daun, semakin besar luas daun, maka semakin besar pula kapasitas penyerapan gas CO2.

Tabel 6. Daya rosotCO2 per helai daun per jam

No Nama Jenis Luas/

helai daun

Daya rosot CO2 / helai daun/

jam (10-4 g/helai/jam)

1 Agathis dammara 27,12 7,255

2 Aleurites moluccana 129,99 46,425

3 Baccaurea racemosa 65,97 105,556

4 Brownea capitella 34,95 28,133

5 Calophyllum inophyllum 80,34 50,550

6 Cynometra cauliflora 73,63 54,027

7 Dillenia indica 158,16 344,850

8 Garcinia dulcis 84,04 7,490

9 Mangifera caesia 142,02 538,650

10 Mesua ferrea 96,06 46,025

11 Michelia champaca 108,96 128,166

12 Spathodea campanulata 1054,68 1317,554

13 Syzygium malacense 222,99 182,963

14 Vitex pubescens 189,29 126,700

Dari Tabel 6 diketahui bahwa jenis S. campanulata memiliki daya rosot CO2 per helai daun per jam yang tertinggi yaitu 1317,554 x 10-4 g/helai/jam. Hal


(53)

itu disebabkan tanaman jenis tersebut memiliki luas per helai daun yang tertinggi yaitu 1054,68 cm2, selain itu daya rosot CO2 per helai daun per jam juga dipengaruhi oleh daya rosot CO2 per luas daun per jam. Jenis yang memiliki daya rosot CO2 per helai daun per jam terendah adalah jenis A. dammara (7,255 x 10-4 g/helai/jam), karena jenis ini memiliki luas per helai daun terendah yaitu 27,12 cm2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis secara tidak langsung juga berpengaruh pada daya rosot CO2. Salah satu hal yang mempengaruhi laju fotosintesis yaitu tahap pertumbuhan yang merupakan saat berkembangnya daun. Kemampuan daun dalam berfotosintesis meningkat pada awal perkembangan daun kemudian mulai menurun. Laju fotosintesis persatuan luas daun mencapai puncaknya pada saat menjelang tercapainya luas daun maksimal. Hal ini berarti daya rosot CO2 pada tanaman yang masih muda akan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang sudah dewasa, terutama yang sudah tidak berkembang lagi.

5.4. Daya Rosot CO2 Per Pohon

Jumlah helai daun per pohon, luas per helai daun tanaman dan data daya rosot CO2 per luas daun per jam diperlukan untuk mengetahui daya rosot CO2 per pohon. Tabel 7 menunjukan daya rosot CO2 per jenis pohon yang diteliti.

Tabel 7. Daya rosot CO2 per pohon

No Nama jenis

Luas/ helai daun

Jmlh daun/ pohon

Daya rosot CO2

/pohon/jam (g/pohon/jam)

Daya rosot CO2

/pohon/tahun (kg/pohon/tahun)

1 Agathis dammara 27,12 11158 8,095 24,956

2 Aleurites moluccana 129,99 3276 15,209 46,889

3 Baccaurea racemosa 65,97 20592 217,361 670,125

4 Brownea capitella 34,95 47880 134,700 415,280

5 Calophyllum inophyllum 80,34 58710 296,779 914,972

6 Cynometra cauliflora 73,63 29376 158,711 489,306

7 Dillenia indica 158,16 26752 922,543 2844,208

8 Garcinia dulcis 84,04 59892 44,859 138,301

9 Mangifera caesia 142,02 14130 761,112 2346,517

10 Mesua ferrea 96,06 35280 162,376 500,607

11 Michelia champaca 108,96 3424 43,884 135,294

12 Spathodea campanulata 1054,68 3953 520,829 1605,720

13 Syzygium malacense 222,99 1937 35,440 109,261


(54)

Kemampuan daya rosot CO2 per pohon sangat tergantung dari jumlah total daun pada setiap jenis tanaman, semakin banyak jumlah daun maka kemampuan serapan CO2 juga semakin besar. Urutan jumlah daun terbanyak dari 14 jenis tanaman tersebut adalah G. dulcis, C. inophyllum, B. capitella, M. ferrea, C. cauliflora, D. indica, B. racemosa, V. pubescens, M. caesia, A. dammara, S. campanulata, M. champaca, A. moluccana dan S. malacense.

Nilai daya rosot CO2 per pohon dapat ditentukan setelah nilai daya rosot CO2 per helai daun dan jumlah daun per pohon diketahui. Hasil yang disajikan dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah daun, semakin tinggi pula luas total daun per pohon, maka akan meningkatkan daya rosot CO2 per pohonnya. Dari tabel 7 diketahui bahwa jenis D. indica memiliki daya rosot CO2/pohon/jam tertinggi yaitu 922,543 g/pohon/jam, ini disebabkan jenis ini memiliki daya rosot CO2 per luas daun per jam tertinggi kedua (2,180 x 10-4 g/helai/jam) dan didukung jumlah daun yang banyak pula (26752 helai). M. caesia merupakan jenis yang memiliki daya rosot CO2 per pohon per jam tertinggi kedua (761,112 g/pohon/jam) karena jenis ini memiliki jumlah daun yang lebih sedikit dibandingkan D. indica yaitu 14130 helai. Jenis S. campanulata merupakan jenis ketiga yang memiliki daya rosot CO2 per pohon per jam tertinggi yaitu 520,829 g/pohon/jam, karena jenis ini memiliki jumlah daun yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jenis D. indica dan M. caesia yaitu 3953 helai. Sedangkan jenis yang memiliki daya rosot CO2 per pohon per jam terendah adalah jenis A.

dammara (8,095 g/pohon/jam), ini disebabkan karena jenis ini memiliki daya rosot CO2 per helai daun per jam terendah (7,255 x 10-4 g/helai/jam).

Dari Tabel 7 diketahui bahwa jenis D. indica memiliki daya rosot CO2 per pohon per tahun tertinggi (2844,208 kg/pohon/tahun), karena daya rosot CO2 per pohon per tahun besarnya sebanding dengan daya rosot CO2 per pohon/jam. Daya rosot CO2 per pohon per tahun didapatkan dari daya rosot CO2 per pohon pada hari cerah ditambah daya rosot CO2 per pohon pada hari mendung selama setahun. Faktor yang mempengaruhi besarnya daya rosot CO2 pada hari cerah dan pada hari mendung adalah lama penyinaran. Lama penyinaran aktual rata-rata di Bogor pada hari cerah adalah 5,36 jam/hari atau selama 19296 detik/hari (Abdullah 2000). Lama penyinaran maksimum rata-rata per hari menurut Sitompul &


(55)

Guritno (1995) adalah 12,07 jam/hari atau 43465 detik/hari. Faktor lain yang perlu diketahui dalam penentuan daya rosot CO2 per pohon per tahun selain faktor lama penyinaran adalah nilai perbandingan antara laju fotosintesis rata-rata per hari pada hari mendung dengan hari cerah, yaitu sebesar 0,46 (Sitompul & Guritno 1995).

5.5. Daya Rosot CO2 Tanaman Hutan Kota Berdasarkan Kelompok Umur

Salah satu faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah tahap pertumbuhan tanaman. Menurut Soemarwoto (1991) pada fase pertumbuhan, laju fotosintesis (P) lebih besar daripada proses pernafasan (R), sehingga P/R > 1. Pada fase ini laju pengikatan CO2 lebih besar daripada laju emisi CO2, semakin tua tanaman P/R semakin mendekati 1. Hal itu berarti daya rosot CO2 pada tanaman yang masih mengalami pertumbuhan akan lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang sudah dewasa yang telah mencapai tingkat pertumbuhan maksimum.

Dari ke 14 jenis tanaman hutan kota yang diteliti, berdasarkan umurnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok. Yaitu, kelompok kisaran umur 3 – 20 tahun meliputi jenis A. dammara, A. moluccana, B. racemosa, B. capitella, C. cauliflora, M. caesia, M. ferrea, M. champaca, S. campanulata dan S. malacense. Dan yang kedua kelompok umur > 20 tahun meliputi C. inophyllum, D. indica, G. dulcis dan V. pubescens. Daya rosot CO2 per pohon tertinggi pada kelas umur 3 – 20 tahun adalah M. caesia (761,112 g/pohon/jam) dan pada kisaran umur > 20 tahun tertinggi adalah D. indica (922,543 g/pohon/jam).

Secara umum tanaman yang berumur lebih tua memiliki daya rosot CO2 per pohon lebih tinggi daripada tanaman yang lebih muda. Hal itu diduga jenis-jenis tanaman muda yang diteliti belum semuanya mencapai pertumbuhan yang maksimum. Pada jenis tanaman yang berumur lebih tua yang memiliki daya rosot per pohonnya lebih tinggi daripada tanaman dengan umur yang lebih muda disebabkan oleh daya rosot CO2 per helai daunnya yang tinggi, jumlah daun dan luasan daun yang tinggi pula serta jenis ini belum mencapai tingkat pertumbuhan yang maksimum. G. dulcis merupakan kelompok tanaman > 20 tahun yang memiliki daya rosot CO2/pohon/jam yang rendah diantara tanaman yang diteliti.


(56)

Hal ini diduga karena jenis ini telah mencapai pertumbuhan maksimum. Pada kelompok tanaman umur 3 – 20 tahun, jenis A. moluccana dan S. malacense memiliki daya rosot CO2 per pohonnya paling rendah daripada tanaman pada kelompok umur yang lainnya. Hal itu karena A.moluccana dan S. malacense memiliki jumlah daun yang paling rendah.


(57)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian iniadalah sebagai berikut:

1.Daya rosot CO2 dari 14 jenis tanaman hutan kota yang diteliti per cm2 luas daun per jam (dalam g CO2/cm2/jam) adalah sebagai berikut:

M. caesia 3,793 x 10-4; D. indica 2,180 x 10-4; B. racemosa 1,600 x 10-4; S. campanulata 1,249 x 10-4; M. champaca 1,176 x 10-4; S. malacense 0,820 x 10-4 ; B. capitella 0,805 x 10-4; C. cauliflora 0,734 x 10-4; V. pubescens 0,669 x 10-4; C. inophyllum 0,629 x 10-4 ; M. ferrea 0,479 x 10-4; A. moluccana 0,357 x 10-4; A. dammara 0,268 x 10-4-; dan G. dulcis 0,089 x 10-4.

2.Daya rosot CO2 dari 15 jenis tanaman hutan kota yang diteliti per pohon per tahun (dalam kg CO2/pohon/tahun) adalah sebagai berikut: D. indica 2844,208; M. caesia 2346,517; S. campanulata 1605,720; C. inophyllum 914,972; B. racemosa 670,125; V. pubescens 575,301; M. ferrea 500,607; C. cauliflora 489,306; B. capitella 415,280; G. dulcis 138,301; M. champaca 135,294; S. malacense 109,261; A. moluccana 46,889; dan A. dammara 24,956.

3.Jenis tanaman hutan kota yang memiliki daya rosot CO2 yang tinggi per pohonnya berturut-turut adalah D. indica, M. caesia, S. campanulata, C. inophyllum, B. racemosa, V. pubescens, M. ferrea, C. cauliflora, B. capitella, G. dulcis, M. champaca,S. malacense, A. moluccana, dan A. dammara.

6.2. Saran

Saran yang dapat diberikan antara lain:

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap jenis-jenis yang telah diketahui memiliki daya rosot CO2 tinggi terhadap faktor-faktor lain berdasarkan umur dan lokasi pohon.

2. Perlu dilakukan penelitian pada jenis tanaman yang lain untuk menambah data tentang daya rosot CO2 suatu jenis tanaman hutan kota.


(1)

3. Baccaurea racemosa


(2)

5. Calophyllum inophyllum


(3)

7. Dillenia indica


(4)

9. Mangifera caesia


(5)

11. Michelia champaca


(6)

13. Syzygium malacense