Pengaruh Penambahan Yeast pada Pemberian Lamtoro Merah (Acacia villosa) terhadap Histopatologi Hati Tikus

PENGARUH PENAMBAHAN YEAST
PADA PEMBERIAN LAMTORO MERAH (Acacia villosa)
TERHADAP HISTOPATOLOGI HATI TIKUS

RATNA WULANDARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PENGARUH PENAMBAHAN YEAST
PADA PEMBERIAN LAMTORO MERAH (Acacia villosa)
TERHADAP HISTOPATOLOGI HATI TIKUS

RATNA WULANDARI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ABSTRAK

RATNA WULANDARI. Pengaruh Penambahan Yeast pada Pemberian Lamtoro
Merah (Acacia villosa) terhadap Histopatologi Hati Tikus. Dibimbing oleh EVA
HARLINA.
Acacia villosa (Lamtoro merah) termasuk leguminosa dalam subfamili
Mimosoidae yang mengandung protein tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai
sumber protein bagi ternak ruminansia. Namun, tanaman ini mengandung
senyawa anti nutrisi yaitu tanin dan asam amino non-protein.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan yeast
pada pemberian Acacia villosa terhadap performa dan gambaran histopatologi
organ hati tikus. Sebanyak 8 ekor tikus putih dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol yang diberi pakan 27% A. villosa dan kelompok perlakuan yang
diberi 27% A. villosa ditambah yeast.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan yeast tidak
mempengaruhi konsumsi pakan dan bobot badan namun menyebabkan perubahan

hitopatologi hati. Perubahan histopatologi hati berupa degenerasi berbutir,
degenerasi hidropis, degenerasi lemak dan nekrosa hepatosit.

ABSTRACT

Acacia villosa (Red lamtoro) is a leguminous tree in the subfamily
Mimosoidae that contain high protein could be potential as a protein source of
ruminant. However, it is containing antinutririve compounds that are tannin and
non-protein amino acid.
The aim of this research was to study the effect of yeast of rat fed Acacia
villosa with yeast on their performe and histopatological changes of liver. A
number of 8 rats were divided into 2 groups, control group fed 27% A. villosa
and the other group fed 27% A. villosa plus yeast.
The result showed that rat feed consumption and body weight were not
significantly different among the treatments, but causing histopathological change
of liver. The histopathological change of liver were cloudy swelling, hydropic
degeneration, fatty degeneration and necrosis of the hepatocytes.

Judul Skripsi


: Pengaruh Penambahan Yeast pada Pemberian Lamtoro
Merah (Acacia villosa) terhadap Histopatologi Hati
Tikus

Nama

: Ratna Wulandari

NRP

: B01499169

Menyetujui,
Pembimbing skripsi

Dr. drh. Eva Harlina, MSi.
NIP. 131841793

Mengetahui,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan


Dr. Nastiti Kusumorini
NIP. 131669942

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 28 Juni 1981.
Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Suherman dan Ibu Hastina.
Pada tahun 1993 penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri
Kebon Pedes 3 Bogor. Kemudian pada tahun 1996 penulis menyelesaikan studi di
SMP Negeri 05 Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri 01
Bogor pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diberi kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

KATA PENGANTAR


Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Atas selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada
1. Kedua orangtua serta keluarga yang telah dengan tulus berdoa dan
memberikan pengertian, dukungan moril dan materiil selama menempuh
pendidikan ini.
2. Dr. drh. Eva Harlina, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, nasehat dan bantuan dalam pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi selaku dosen penguji atas masukan dan
sarannya untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Dr. drh. Muhammad Agil, MSc.Agr. selaku dosen pembimbing akademik
atas bimbingan, nasehat dan bantuannya untuk penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh staf dan pegawai Bagian Patologi (Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak
Endang) atas segala bantuan yang diberikan selama penelitian.
6. Dewi Hidayati sebagai rekan sepenelitian atas kerja sama, bantuan dan
dorongannya.
7. Siska, Lian, Eni, Erik, Ame’ dan rekan Gamet ’36 yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu penulis selama menyelesaikan skipsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun untuk
kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kemajuan
ilmu pengetahuan.
Bogor, April 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................


iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................... ...........................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan .............................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA
Acacia villosa..................................................................................
Tanin ...............................................................................................

Asam Amino non Protein ...............................................................
Hati .................................................................................................
Yeast...............................................................................................

3
4
5
7
9

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................
Bahan dan Alat ...............................................................................
Metode .............................................................................................
Desain Penelitian ...................................................................
Pembuatan Pakan .....................................................................
Evaluasi Histopatologi..............................................................
Analisis Statistik .......................................................................

12

12
12
12
13
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Penambahan Yeast terhadap Performa Tikus ..............
Pengaruh Penambahan Yeast terhadap Perubahan Histopatologi
Hati Tikus ........................................................................................

15
19

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .. .................................................................................
Saran ...............................................................................................

28

28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

29

LAMPIRAN ................................................................................................

33

DAFTAR TABEL
No.

Hal

1. Konsumsi pakan tikus kelompok kontrol (27% A.villosa) dan
kelompok perlakuan (27% A.villosa+ yeast) selama 12
minggu ....….………………………………………………………..

15


2. Bobot badan dan Pertambahan bobot badan tikus kelompok kontrol
(27% A.villosa) dan kelompok perlakuan (27% A.villosa+ yeast)
selama 12 minggu ....……………………………………………......

16

3. Persentase lobulus hati yang rusak pada kelompok kontrol
(27% A. villosa) dan kelompok perlakuan (27% A. villosa + yeast)..

26

DAFTAR GAMBAR

No.

Hal

1. Acacia villosa ....................................................................................

4

2. Struktur bangun ADAB dan glutamin ..............................................

6

3. Struktur asam amino non-protein ADAB yang berubah menjadi
DABA setelah melalui proses pencernaan........................................

7

4. Tahapan pembentukan ureum sebagai hasil metabolisme normal
protein ...............................................................................................

8

5. Rata-rata konsumsi pakan tikus kelompok kontrol (27% A. villosa)
dan kelompok perlakuan (27% A. villosa + yeast ) selama
12 minggu …………………………….……………………………

18

6. Rata-rata bobot badan tikus kelompok kontrol (27% A. villosa)
dan kelompok perlakuan (27% A. villosa + yeast) selama
12 minggu ………….………………………………………….......

18

7. Degenerasi berbutir pada hepatosit pasca pemberian 27% A.villosa
(kelompok kontrol). Pewarnaan HE, Bar = 40µm………………….

21

8. Degenerasi hidropis pada hepatosit pasca pemberian 27% A.villosa
dan yeast (kelompok perlakuan). Pewarnaan HE, Bar = 40µm…….

21

9. Nekrosa hepatosit pasca pemberian 27% A.villosa dan yeast
(kelompok perlakuan). Pewarnaan HE, Bar = 40µm………..............

23

10. Lobulus hati dengan kerusakan skor (+) kontrol. Pewarnaan HE,
Bar = 20µm …………………………………………………………

23

11. Lobulus hati dengan kerusakan skor (++) perlakuan. Pewarnaan HE,
Bar = 20µm ……………………………………..…………………..

25

12. Lobulus hati dengan derajat kerusakan skor (+++) perlakuan.
Pewarnaan HE, Bar = 20µm………………………………………...

25

DAFTAR LAMPIRAN

PENGARUH PENAMBAHAN YEAST
PADA PEMBERIAN LAMTORO MERAH (Acacia villosa)
TERHADAP HISTOPATOLOGI HATI TIKUS

RATNA WULANDARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PENGARUH PENAMBAHAN YEAST
PADA PEMBERIAN LAMTORO MERAH (Acacia villosa)
TERHADAP HISTOPATOLOGI HATI TIKUS

RATNA WULANDARI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ABSTRAK

RATNA WULANDARI. Pengaruh Penambahan Yeast pada Pemberian Lamtoro
Merah (Acacia villosa) terhadap Histopatologi Hati Tikus. Dibimbing oleh EVA
HARLINA.
Acacia villosa (Lamtoro merah) termasuk leguminosa dalam subfamili
Mimosoidae yang mengandung protein tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai
sumber protein bagi ternak ruminansia. Namun, tanaman ini mengandung
senyawa anti nutrisi yaitu tanin dan asam amino non-protein.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan yeast
pada pemberian Acacia villosa terhadap performa dan gambaran histopatologi
organ hati tikus. Sebanyak 8 ekor tikus putih dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol yang diberi pakan 27% A. villosa dan kelompok perlakuan yang
diberi 27% A. villosa ditambah yeast.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan yeast tidak
mempengaruhi konsumsi pakan dan bobot badan namun menyebabkan perubahan
hitopatologi hati. Perubahan histopatologi hati berupa degenerasi berbutir,
degenerasi hidropis, degenerasi lemak dan nekrosa hepatosit.

ABSTRACT

Acacia villosa (Red lamtoro) is a leguminous tree in the subfamily
Mimosoidae that contain high protein could be potential as a protein source of
ruminant. However, it is containing antinutririve compounds that are tannin and
non-protein amino acid.
The aim of this research was to study the effect of yeast of rat fed Acacia
villosa with yeast on their performe and histopatological changes of liver. A
number of 8 rats were divided into 2 groups, control group fed 27% A. villosa
and the other group fed 27% A. villosa plus yeast.
The result showed that rat feed consumption and body weight were not
significantly different among the treatments, but causing histopathological change
of liver. The histopathological change of liver were cloudy swelling, hydropic
degeneration, fatty degeneration and necrosis of the hepatocytes.

Judul Skripsi

: Pengaruh Penambahan Yeast pada Pemberian Lamtoro
Merah (Acacia villosa) terhadap Histopatologi Hati
Tikus

Nama

: Ratna Wulandari

NRP

: B01499169

Menyetujui,
Pembimbing skripsi

Dr. drh. Eva Harlina, MSi.
NIP. 131841793

Mengetahui,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. Nastiti Kusumorini
NIP. 131669942

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 28 Juni 1981.
Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Suherman dan Ibu Hastina.
Pada tahun 1993 penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri
Kebon Pedes 3 Bogor. Kemudian pada tahun 1996 penulis menyelesaikan studi di
SMP Negeri 05 Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri 01
Bogor pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diberi kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Atas selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada
1. Kedua orangtua serta keluarga yang telah dengan tulus berdoa dan
memberikan pengertian, dukungan moril dan materiil selama menempuh
pendidikan ini.
2. Dr. drh. Eva Harlina, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, nasehat dan bantuan dalam pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi selaku dosen penguji atas masukan dan
sarannya untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Dr. drh. Muhammad Agil, MSc.Agr. selaku dosen pembimbing akademik
atas bimbingan, nasehat dan bantuannya untuk penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh staf dan pegawai Bagian Patologi (Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak
Endang) atas segala bantuan yang diberikan selama penelitian.
6. Dewi Hidayati sebagai rekan sepenelitian atas kerja sama, bantuan dan
dorongannya.
7. Siska, Lian, Eni, Erik, Ame’ dan rekan Gamet ’36 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu penulis selama menyelesaikan skipsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun untuk
kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kemajuan
ilmu pengetahuan.
Bogor, April 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................... ...........................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan .............................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA
Acacia villosa..................................................................................
Tanin ...............................................................................................
Asam Amino non Protein ...............................................................
Hati .................................................................................................
Yeast...............................................................................................

3
4
5
7
9

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................
Bahan dan Alat ...............................................................................
Metode .............................................................................................
Desain Penelitian ...................................................................
Pembuatan Pakan .....................................................................
Evaluasi Histopatologi..............................................................
Analisis Statistik .......................................................................

12
12
12
12
13
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Penambahan Yeast terhadap Performa Tikus ..............
Pengaruh Penambahan Yeast terhadap Perubahan Histopatologi
Hati Tikus ........................................................................................

15
19

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .. .................................................................................
Saran ...............................................................................................

28
28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

29

LAMPIRAN ................................................................................................

33

DAFTAR TABEL
No.

Hal

1. Konsumsi pakan tikus kelompok kontrol (27% A.villosa) dan
kelompok perlakuan (27% A.villosa+ yeast) selama 12
minggu ....….………………………………………………………..

15

2. Bobot badan dan Pertambahan bobot badan tikus kelompok kontrol
(27% A.villosa) dan kelompok perlakuan (27% A.villosa+ yeast)
selama 12 minggu ....……………………………………………......

16

3. Persentase lobulus hati yang rusak pada kelompok kontrol
(27% A. villosa) dan kelompok perlakuan (27% A. villosa + yeast)..

26

DAFTAR GAMBAR

No.

Hal

1. Acacia villosa ....................................................................................

4

2. Struktur bangun ADAB dan glutamin ..............................................

6

3. Struktur asam amino non-protein ADAB yang berubah menjadi
DABA setelah melalui proses pencernaan........................................

7

4. Tahapan pembentukan ureum sebagai hasil metabolisme normal
protein ...............................................................................................

8

5. Rata-rata konsumsi pakan tikus kelompok kontrol (27% A. villosa)
dan kelompok perlakuan (27% A. villosa + yeast ) selama
12 minggu …………………………….……………………………

18

6. Rata-rata bobot badan tikus kelompok kontrol (27% A. villosa)
dan kelompok perlakuan (27% A. villosa + yeast) selama
12 minggu ………….………………………………………….......

18

7. Degenerasi berbutir pada hepatosit pasca pemberian 27% A.villosa
(kelompok kontrol). Pewarnaan HE, Bar = 40µm………………….

21

8. Degenerasi hidropis pada hepatosit pasca pemberian 27% A.villosa
dan yeast (kelompok perlakuan). Pewarnaan HE, Bar = 40µm…….

21

9. Nekrosa hepatosit pasca pemberian 27% A.villosa dan yeast
(kelompok perlakuan). Pewarnaan HE, Bar = 40µm………..............

23

10. Lobulus hati dengan kerusakan skor (+) kontrol. Pewarnaan HE,
Bar = 20µm …………………………………………………………

23

11. Lobulus hati dengan kerusakan skor (++) perlakuan. Pewarnaan HE,
Bar = 20µm ……………………………………..…………………..

25

12. Lobulus hati dengan derajat kerusakan skor (+++) perlakuan.
Pewarnaan HE, Bar = 20µm………………………………………...

25

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal
1. Komposisi pakan...............................................................................

34

2. Bobot badan tikus per minggu (gram) ..............................................

34

3. Konsumsi pakan tikus per minggu (gram) .......................................

35

4. Jumlah kerusakan lobulus hati tikus .................................................

35

5. Pembuatan Sediaan Histopatologi.....................................................

36

6. Pewarnaan Hematoxylin Eosin..........................................................

37

7. Analisis statistik ANOVA.................................................................

38

8. Analisis statistik Regresi Konsumsi Pakan .......................................

56

9. Analisis statistik Regresi Bobot Badan .............................................

58

10. Grafik regresi Konsumsi pakan tikus pada pemberian 27% A.villosa
(Av) dan 27% A.villosa + Yeast (AvY) selama 12 minggu............

59

11. Grafik regresi Bobot badan tikus pada pemberian 27% A.villosa
(Av) dan 27%A.villosa + Yeast (AvY) selama 12 minggu. .............

59

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Produktivitas ternak dapat ditingkatkan dengan memenuhi kebutuhan
nutrisinya melalui ketersediaan hijauan yang cukup dan berkualitas baik. Hijauan
di daerah tropis umumnya mengandung protein yang rendah dan serat kasar yang
tinggi sehingga kurang memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Leguminosa pohon
dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bahan pakan karena memiliki
beberapa keuntungan antara lain: 1) mengandung protein yang cukup tinggi,
murah, mudah didapat dan pasokan terjamin sepanjang tahun; 2) mengandung
sejumlah tanin sehingga dapat mencegah kembung dan melindungi degradasi
protein yang berlebihan oleh mikroba rumen; 3) berdaptasi baik pada berbagai
jenis lahan; dan 4) mempunyai banyak kegunaan lainnya (Manurung 1996).
Acacia villosa merupakan jenis leguminosa yang sangat potensial
digunakan sebagai sumber protein pakan karena mengandung protein yang tinggi
yaitu 20,8-28 % (Lowry et al. 1992). Namun penggunaan A. villosa terkendala,
karena adanya kandungan senyawa sekunder yang bersifat antinutrisi sehingga
menghambat pemanfaatannya. Kandungan senyawa sekunder A. villosa
diantaranya adalah tanin yang dapat menghambat proses degradasi protein pakan
sehingga dapat menurunkan nilai kecernaan pakan, dan asam amino non-protein
yang diduga bersifat toksik.
Adanya kendala tersebut mendorong peneliti untuk menemukan suatu
teknologi yang dapat meningkatkan kualitas pakan dan mengoptimumkan fungsi
kerja rumen, sehingga produksi ternak di Indonesia dapat ditingkatkan. Teknologi
dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk makanan dan pakan sudah dikenal
sejak lama dan sudah mulai diperkenalkan di Indonesia. Bentuknya dapat berupa
probiotik (bakteri, jamur, khamir atau campurannya), produk fermentasi atau
produk ekstrak dari suatu proses fermentasi yang biasanya berupa enzim (Wina
2005). Ragi (yeast) dan campurannya sudah dipakai dalam jumlah terbatas dalam
pakan ternak. Penambahan yeast dalam pakan mampu memanipulasi bakteri
rumen dengan cara meningkatkan populasi bakteri pemecah serat, sehingga dapat

meningkatkan kecernaan yang akhirnya dapat meningkatkan bobot badan.
Peranan yeast dalam meningkatkan produksi ternak ruminansia di Indonesia
belum banyak diamati, walaupun sudah ada beberapa penelitian awal dan
penelitian in vitro yang memberikan respon positif (Wina 2000).

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan
yeast pada pemberian Lamtoro merah (Acacia villosa) terhadap performa dan
gambaran histopatologi organ hati tikus.

TINJAUAN PUSTAKA

Acacia villosa
Taksonomi dari tanaman Acacia villosa adalah sebagai berikut: Filum
Magnoliophyta; Kelas Magnoliopsida; Ordo Fabales; Famili Leguminosae;
Subfamili Mimosideae; Genus Acacia dan Spesies Acacia villosa (Perez et al.
1999).
Acacia villosa pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Verliujs yang
berasal dari Curacao, West Indies, Amerika Tengah pada tahun 1920 (Backer and
van den Brink 1963). Di Indonesia A. villosa dikenal dengan nama mlanding
merah, mlanding sebrang (Jawa), lamtoro merah (NTT), dan petes merah (Timor
Barat). Di negara lain tanaman ini dikenal dengan sebutan wild dividivi, red
wood, wata pana (Inggris), Acacia (Amerika), dan Amourette (Perancis) (Jukema
dan Danimihardja 1997). Tanaman ini banyak ditemukan di daerah sekitar hutan
di Jawa dan Sumatera, dan banyak digunakan untuk reboisasi serta sebagai
tanaman penghasil kayu bakar bagi masyarakat di sekitar hutan tersebut (Wina
dan Tangendjaja 2000).
Tanaman A. villosa tersebar dari dataran rendah hingga dataran tinggi
dengan ketinggian ± 1200 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan ± 200520 mm/tahun dan kelembaban udara 50-70 % (Riyanto 1976). Tanaman ini
merupakan semak kecil tak berduri, tegak, tinggi 1-5 m dengan batang serta
cabang pohon berwarna merah tua. Daun majemuk bersirip ganda, terdiri atas 210 pasang dengan diameter 4-9 cm. Bunga terdiri atas 20-40 bulir dengan
mahkota bunga terbuka, berkelamin dua, berwarna putih yang kemudian berubah
menjadi kekuningan. Buah berbentuk polong, pipih, dengan ukuran 1,5-10 cm x
0,5-2 cm, berwarna coklat mengkilap dan berbiji 1-8 butir dengan bentuk biji
bulat telur berwarna coklat (Jukema dan Danimihardja 1997). Gambar tanaman A.
villosa disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Acacia villosa. Sumber : Harlina 2007.
A. villosa berasal dari Amerika tropik, umumnya dijumpai di Amerika
Tengah bagian selatan dan pulau-pulau Hindia Barat, terutama Curacao dan
Barbados serta Jamaika dan Filipina (Jukema dan Danimihardja 1997). Tanaman
ini melakukan perbanyakan dengan biji atau tunas akar, dan penyebarannya sangat
mudah serta tidak perlu ditanam, tahan terhadap pemangkasan berat dan
menghasilkan tunas akar secara teratur.
A. villosa biasa dimanfaatkan sebagai tanaman pelindung dan pupuk hijau
bagi tanaman budidaya, untuk merehabilitasi tanah yang terdegradasi serta
mereboisasi hutan gundul. Tiap 100 gram daun kering mengandung 27 gr protein
kasar, 4,8 gr ekstrak eter, 24 gr serat yang tidak dapat dicerna, 12,6 gr total phenol
dan 6 gr tanin (Jukema dan Danimihardja 1997).

Tanin
Tanin didefinisikan sebagai senyawa polifenol dengan bobot molekul
besar yang dapat larut dalam air dan dapat mempresipitasi protein (Bryant et al.
1992). Tanin merupakan zat anti nutrisi yang dapat menghambat aktivitas enzim
protease dalam memecah protein menjadi asam-asam amino sehingga
menyebabkan pertumbuhan terganggu (Liener 1980).

Tanin dapat berinteraksi dengan protein dari dinding sel saluran
pencernaan selama pengunyahan dan pencernaan. Interaksi ini berbeda-beda
antara spesies tanaman, spesies hewan, kadar tanin dan struktur tanin (Hartati
1997). Tanin dapat melindungi tanaman dari serangan bakteri, jamur dan hewan
perusak lainnya, terutama selama tanaman dalam masa pertunasan (White 1957).
Tanin dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan
tanin terkondensasi. Pada A. villosa tanin terkondensasi jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan tanin terhidrolisis (Wina et al. 1998). Tanin ditemukan di
bagian permukaan dari tanaman seperti pada kulit pohon, daun, batang, tunas,
akar dan biji. Banyaknya tanin yang terkandung dalam tanaman dipengaruhi oleh
spesies tanaman, genetik, tingkat pertumbuhan serta faktor lingkungan yaitu
temperatur, curah hujan, pemotongan dan defoliasi (Wiryawan 1999, Sugiarto
2001).
Tanin secara umum mempunyai efek antinutrisi antara lain: 1) rasa sepat
yang akan menurunkan jumlah konsumsi pakan; 2) pengendapan protein karena
terbentuk kompleks tanin-protein; 3) membentuk kompleks dengan enzim-enzim
pencernaan dan menyebabkan terganggunya fungsi saluran pencernaan; serta 4)
bersifat toksik bagi ternak. Namun demikian tanin juga mempunyai efek
menguntungkan antara lain dapat melindungi protein dari degradasi mikroba
rumen (protein bypass) sehingga dapat langsung diserap oleh usus halus. Kadar
tanin yang paling efektif untuk melindungi protein pakan dari degradasi mikroba
rumen adalah sebesar 6-8% (Wiryawan et al. 1999).

Asam Amino Non-Protein (AANP)
Asam amino non-protein (AANP) merupakan asam amino yang tidak
tergolong protein, akan tetapi memiliki struktur yang mirip dengan asam amino
pembentuk protein, sehingga sering mengganggu fungsi dari asam amino
penyusun protein. Mekanisme kerja asam amino non-protein di dalam tubuh
analog dengan asam amino esensial dan bersifat toksik (Hegarty 1978). Hampir
300 jenis senyawa asam amino non-protein telah berhasil diisolasi dari tanaman.
Asam amino non-protein banyak terkandung pada tanaman leguminosa dan
banyak diantaranya yang berfungsi sebagai agen pertahanan bagi tanaman.

A.

villosa

mengandung

AANP

yaitu

ADAB

(2-amino-4-

acetylaminobutyric acid), DABA (2,4-diaminobutyric acid) dan ODAP (oxalyl
diaminopropionic). ADAB memiliki struktur bangun yang mirip dengan Glutamin
(Gambar 2). Belum diketahui apakah senyawa ADAB dan DABA pada tanaman
ini beracun namun struktur kimiawinya mirip dengan DABA, lathyrogen yang
terkandung pada tanaman Lathyrus sylvestris (flatpea) (Bansi 2001). ODAP
diketahui dapat menyebabkan gajala keracunan syaraf (Smith et al. 2001). Selain
itu penggunaan tanaman yang mengandung senyawa ODAP dapat mengganggu
kecernaan pakan (Peng et al. 2005).

O H2 H H H
‫װ‬
I
I I
I
CH3 ─ C ─ N ─ C ─ C ─ C ─ COOH
I I
I
H H H
ADAB (2-amino-4-acetylaminobutyric acid)

O H H NH2
‫װ‬
I I
I
NH2 ─ C ─ C ─ C ─ C ─ COOH
I
I
I
H H H
Glutamin
Gambar 2. Struktur bangun ADAB dan glutamin.

Ternak yang mengkonsumsi Acacia dalam jumlah besar tanpa masa
adaptasi akan mengalami gejala keracunan yamg mirip dengan gejala keracunan
Lathyrus silvestris. Berdasarkan penelitian ILRI tentang Acacia angustissima,
gejala keracunan yang timbul meliputi: penurunan konsumsi pakan, sindrom SSP
akut yang diikuti dengan kematian >50%, mabuk, kolaps, mulut berbusa, gigi
gemeretak, kejang-kejang, degenerasi lemak sentrolobular hati, edema paru-paru
serta haemoragi submukosal pada duodenum, ileum dan sekum (Odenyo et al.

1997). Gejala ini merupakan gejala neurolathyrism yang khas pada pemamah
biak.
DABA pertama kali diisolasi oleh Ressler et al. (1961) dari daun tanaman
Lathyrus sylvestris dan Lathyrus latifolius. Pemberian DABA pada tikus secara
oral, intraperitonial atau intragastrik dapat menimbulkan gejala konvulsi (Roy dan
Spenser 1989). Berikut ini adalah struktur asam amino non-protein ADAB dan
DABA yang disajikan pada Gambar 3.

NH2

CH3−CO−NH−CH2−CH2−CH−COOH

NH2

NH2−CH2−CH2−CH−COOH

2-amino-4-acetyilbutyric acid (ADAB)

2,4-diaminobutyric acid (DABA)

Gambar 3. Struktur asam amino non-protein ADAB yang berubah menjadi
DABA setelah melalui proses pencernaan.
Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang menerima pembuluh
darah aferen dari usus yang membawa nutrisi kecuali lemak (Hartono 1992).
Fungsi dasar hati diantaranya adalah fungsi vaskuler untuk menyimpan dan
menyaring darah; fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar
sistem metabolisme tubuh; fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk
empedu yang dialirkan melalui saluran empedu ke saluran pencernaan (Guyton
1994).
Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar
obat dan senyawa racun yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran
gastrointestinal. Hati sering mengalami kerusakan akibat bahan toksik karena
sekitar 80% suplai darah ke hati berasal dari saluran pencernaan, sehingga
substansi toksik yang diabsorbsi oleh usus akan dibawa ke hati. Selain itu hati
mempunyai enzim yang mampu melakukan biotransformasi berbagai substansi
endogen dan eksogen untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Proses ini dapat
mengaktivasi beberapa substansi menjadi bentuk yang lebih toksik dan
menyebabkan kerusakan hati (MacLachlan and Cullen 1995).

Hepatosit menghasilkan enzim ornithine-carbamoyl transferase (OCT)
yang berperan dalam siklus urea. Urea merupakan hasil akhir katabolisme protein
dalam hati. Reaksi dimulai dengan derifat asam amino ornitin yang bergabung
dengan satu molekul karbondioksida dan satu molekul amonia membentuk
sitrulin dengan bantuan enzim OCT. Kemudian sitrulin bergabung dengan
molekul amonia lain membentuk arginin yang akan dipecah menjadi ornitin dan
ureum. Ureum berdifusi dari sel hati ke cairan tubuh dan dikeluarkan melalui
ginjal, sedangkan ornitin digunakan kembali dalam siklus pembentukan ureum
(Guyton 1994). DABA diduga bekerja sebagai inhibitor enzim ornithinecarbamoyl transferase (OCT) di dalam hati mamalia sehingga mengganggu siklus
ornithine-urea yang dapat menginduksi terjadinya toksisitas ammonia. Tahapan
pembentukan ureum di hati disajikan pada Gambar 4.

Ornitin

+CO2 + NH 3
-H2 O

Sitrulin
+H2O

-H2O

Arginin

Ureum

Gambar 4 Tahapan pembentukan ureum sebagai hasil katabolisme protein
(Guyton 1994).
Bahan toksik yang menjadi penyebab kerusakan hati dapat dibagi menjadi
3 golongan (Smith and Jones 1983), yaitu :
1. Racun kimia, antara lain tetrachloroetylene dan carbontetrachloride
yang keduanya digunakan sebagai obat anthelmentik. Keduanya
memiliki efek toksik yang merusak hati.
2. Racun tanaman, diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon
yang diduga memiliki efek sebagai immunosupresor.
3. Racun metabolik.
Lesio pada hati merupakan hal yang berharga dalam diagnosis karena
dapat mengindikasikan keberadaan dan penyebab penyakit pada sistem organ lain
(Kelly 1993). Hepatosit atau sel parenkhim hati bertanggung jawab dalam proses

metabolisme yang terletak diantara sinusoid yang terisi darah dan saluran empedu
(Lu 1995). Nekrosa hati merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya
tetapi tidak selalu kritis karena hati mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali
yang luar biasa. Ada beberapa perubahan morfologi yang mendahului kematian
sel antara lain edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma dan disagregasi
polisom (Lu 1995).

Ragi (Yeast)
Teknologi dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk makanan dan
pakan sudah dikenal sejak lama dan sudah mulai diperkenalkan di Indonesia.
Bentuknya dapat berupa probiotik (bakteri, jamur, khamir atau campurannya),
produk fermentasi atau produk ekstrak dari suatu proses fermentasi yang biasanya
berupa enzim. Mikroorganisme murni atau campuran digunakan untuk pembuatan
silase terutama jerami padi, untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian
misalnya limbah pabrik kelapa sawit atau untuk meningkatkan fungsi rumen.
Pemanfaatan mikroorganisme untuk manipulasi rumen serta untuk meningkatkan
kesehatan ternak akan memberikan prospek yang semakin baik bagi peternak
dalam meningkatkan produktivitas ternaknya (Wina 2005).
Metschnikoff adalah orang yang pertama kali mengadvokasi konsumsi
bakteri asam laktat guna mengontrol autointoksikasi yang disebabkan oleh
perubahan imbangan mikrobiota dalam usus untuk mencegah dan mengobati
berbagai penyakit. Namun pada saat itu kurang mendapat sambutan karena pada
saat yang sama ditemukan antibiotik neomycin, yang daya kerjanya jauh lebih
cepat dari probiotik untuk mengatasi infeksi sistem pencernaan (Parker 1974).
Salah satu jenis mikroorganisme yang telah lama dikenal dan digunakan
dalam kehidupan manusia adalah ragi (yeast). Yeast dan campurannya sudah
dipakai dalam jumlah terbatas dalam pakan ternak untuk meningkatkan
produktivitas ternak. Penambahan yeast mampu memanipulasi rumen dengan
meningkatkan populasi bakteri pemecah serat sehingga dapat meningkatkan
kecernaan dan kemudian meningkatkan bobot badan. Peranan yeast dalam
meningkatkan produksi ternak ruminansia di Indonesia belum banyak diamati,

walaupun sudah ada beberapa penelitian awal dan penelitian in vitro yang
memberikan respon positif (Wina 2000).
Ragi (yeast) merupakan fungi dengan sel tunggal. Sebagai fungi, yeast
sangat berkaitan dengan fungi-fungi lain yang telah dikenal sebelumnya oleh
manusia. Fungi-fungi tersebut meliputi jamur yang banyak tersedia di
supermarket, ragi roti yang biasa digunakan untuk proses pembuatan roti, dan
kapang yang biasa digunakan untuk pembuatan keju dan antibiotik untuk
keperluan medis. Selain itu banyak juga yeast yang dapat diperoleh dari alam
seperti dari buah-buahan dan sayuran (Anonim 2006).
Lebih dari 600 spesies yeast telah diketahui dan sebagian besar diperoleh
dari alam. Yeast saling berhubungan dengan mikroorganisme lain dalam
habitatnya, dan biasa ditemukan di darat, vegetasi laut dan lingkungan perarian
lainnya. Beberapa spesies juga secara alami berhubungan dengan manusia dan
hewan, dan beberapa spesies hanya khusus ditemukan pada habitat dan dalam
kurun waktu tertentu (Anonim 2006).
Yeast memiliki ukuran yang sama dengan sel darah merah pada manusia
dan berbentuk spherical sampai ellipsoidal. Sebagian besar yeast memiliki ukuran
3-4 µm, akan tetapi tidak jarang pula yang memiliki ukuran sampai 40 µm.Yeast
bereproduksi dengan cara pertunasan, proses reproduksi berlangsung apabila
muncul tunas-tunas kecil pada bagian tepi dari dinding selnya. Tunas ini akan
terlepas dari tubuh induknya dan menjadi bagian dari sel anak. Setiap sel akan
bereproduksi sebanyak 12-15 kali sampai ia dapat bereproduksi kembali (Anonim
2006).
Yeast yang paling sering digunakan sebagai campuran dalam pakan
biasanya berasal dari jenis Saccharomyces cerevisiae. Yeast jenis ini mengandung
protein yang cukup tinggi serta vitamin B-kompleks yang berfungsi
memetabolisme beberapa macam mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh
untuk pertumbuhan. Selain itu kandungan lemak dan sodium dari S. cerevisiae ini
rendah. Beberapa suplemen probiotik juga menggunakan yeast di dalamnya untuk
mengendalikan dan membunuh berbagai macam mikroflora yang terdapat dalam
saluran pencernaan, yang dapat mengganggu proses pencernaan dan penyerapan
nutrisi pakan.

Yeast mengandung 61 jenis nutrisi yang terbagi menjadi 11 nutrisi vital
(lesitin, kolin, Q10, dll.), 11 vitamin (B1, B2, B6, dll.), 20 asam amino dimana 8
diantaranya merupakan asam amino esensial, 19 mineral (kalsium, besi, mangan,
dll.) dan trace element. Tidak hanya itu, yeast juga mengandung 16 ekstrak herbal
seperti Chamomile, Cinnamon, Lavender, Peppermint, Thyme, dll. Ekstrak herbal
tersebut sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit flu,
influenza, saluran pernafasan dan pencernaan (Anonim 2007).
Selain mengandung vitamin B, yeast juga dapat bertindak sebagai toxin
binder. Dalam kaitannya sebagai toxin binder, yeast dapat mengikat berbagai
macam zat toksik yang masuk bersama makanan ke dalam tubuh dan
membuangnya melalui feses. Saat ini PT Alltech Biotechnology Indonesia
memproduksi Mycosorb®, yang merupakan beta glukan yang diekstrak dari yeast
Saccharomyces cerevisiae strain 1026. Beta glukan tersebut memiliki kemampuan
mengikat berbagai jenis mikotoksin. Selain itu, penggunaan dengan konsentrasi
rendah, ketahanannya terhadap temperatur dan pH serta tidak mengikat nutrisi
seperti vitamin, mineral dan asam amino, dan bersifat biodegradable (Trobos
2008).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi
dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dari bulan
Agustus 2003 hingga Mei 2004.

Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain kandang pemeliharaan individu yang
terbuat dari boks plastik, timbangan, blender, oven, spoit, alat-alat nekropsi, tissue
processor (Autotechnicon®), rotary microtome, tissue cassette, label, pencetak
paraffin, gelas objek, gelas penutup, lemari es dan mikroskop cahaya.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain daun Acacia villosa yang
diperoleh dari Balai Penelitian Ternak-Ciawi, yeast (Pakmaya®, Alsa Farma
Group) dari jenis Saccharomyces cerevisiae, bahan-bahan pakan (Lampiran 1),
Albendazole, bahan-bahan pembuatan sediaan histopatologi seperti Buffered
Neutral Formalin (BNF) 10%, xylol, alkohol absolut, alkohol bertingkat (70100%), zat pewarna Mayer’s Haematoxyllin dan Eosin, Lithium Carbonate, air
dan paraffin.
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
(Rattus rattus) berumur empat minggu dari jenis Sprague Dowley (SD) dengan
bobot badan berkisar antara 48-69 gram. Tikus diperoleh dari Laboratorium Satwa
Harapan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Metode
1. Desain Penelitian
Hewan coba sebanyak 8 ekor dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
kontrol yang diberi 27% Acacia villosa dan kelompok perlakuan yang diberi 27%
Acacia villosa + yeast. Sebelum perlakuan, hewan coba diadaptasikan terlebih
dahulu selama satu bulan dan diberi pakan kontrol, yaitu pakan yang tidak
mengandung A. villosa. Pakan dan minum diberikan secara ad libitum setiap hari

selama 12 minggu. Setiap minggu bobot badan dan sisa pakan ditimbang untuk
mengetahui performa tikus. Pada minggu terakhir penelitian, hewan coba
dieuthanasia menggunakan ether dan dinekropsi guna pengambilan organ untuk
dibuat sediaan histopatologi.

2. Pembuatan Pakan
Daun Acacia villosa dijemur hingga benar-benar kering kemudian digiling
hingga halus membentuk tepung daun. Tepung daun kemudian dicampurkan ke
dalam bahan-bahan pakan lainnya (Lampiran 1) dan pakan dicetak dalam bentuk
pelet.

3. Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organ yang telah diambil dari masing-masing tikus kemudian
difiksasi menggunakan BNF 10% lalu dibuat sediaan histopatologi (Lampiran 2)
dan diwarnai dengan Haematoxyllin Eosin (Lampiran 3).

4. Evaluasi Histopatologi
Evaluasi histopatologi dilakukan berdasarkan derajat kerusakan lobulus
hati dengan kategori :
+

: terjadi kerusakan pada hepatosit dengan luas 50% dari luas lobulus.

.
Yang dimaksud dengan kerusakan lobulus hati adalah lobulus yang
mengandung sel-sel hati yang mengalami degenerasi berbutir, degenerasi
hidropis, degenerasi lemak dan nekrosa. Persentase kerusakan pada masingmasing skor diperoleh dengan cara menghitung jumlah lobulus yang sesuai
dengan kategori yang telah ditentukan dibandingkan dengan jumlah lobulus yang
ditemukan pada masing-masing sediaan.

5. Analisis Data
Data yang diperoleh berupa konsumsi pakan, bobot badan dan persentase
derajat kerusakan lobulus hati dianalisis menggunakan Sidik Ragam Rancangan
Acak Lengkap (ANOVA). Jika hasil penghitungan perlakuan berpengaruh nyata
maka dilanjutkan dengan uji Duncan (α=0.05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penambahan Yeast terhadap Performa Tikus.
Selama penelitan berlangsung, pada kelompok kontrol maupun perlakuan
tidak ditemukan adanya gejala-gejala keracunan ataupun perubahan tingkah laku.
Secara umum penambahan yeast dalam pakan tidak mempengaruhi konsumsi
pakan. Konsumsi pakan tikus kelompok kontrol tidak berbeda nyata (p>0.05)
dengan kelompok perlakuan (Tabel 1). Analisis regresi konsumsi pakan pada
kelompok kontrol menunjukkan nilai korelasi 0,944 sedangkan kelompok
perlakuan adalah 0,145 (Lampiran 8). Dengan demikian penambahan yeast tidak
memperbaiki konsumsi pakan karena palatabilitas tikus tetap konsisten dari awal
hingga akhir penelitian. Hal ini diduga yeast tidak bekerja pada saluran
pencernaan atas dan tidak terpengaruh oleh enzim-enzim pencernaan di mulut.
Tikus menghasilkan saliva yang mengandung Proline-Rich Protein (PRP)
yang dapat berikatan dengan tanin (Wiryawan et al. 1998). Dengan demikian
tanin A. villosa tidak mengganggu palatabilitas tikus karena tanin telah berikatan
dengan Proline-Rich Protein (PRP).

Tabel 1. Konsumsi pakan tikus kelompok kontrol (27% A.villosa) dan kelompok
perlakuan (27% A.villosa+ yeast) selama 12 minggu
Minggu ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kontrol (g)
67.00 ± 9.81 Aa
77.55 ± 4.34 Aa
75.50 ± 6.48 Aa
70.58 ± 10.88 Aa
71.50 ± 8.99 Aa
71.63 ± 9.25 Aa
70.18 ± 12.34 Aa
71.63 ± 8.84 Aa
74.10 ± 7.21 Aa
73.95 ± 6.71 Aa
69.73 ± 10.86 Aa
73.53 ± 7.35 Aa

Perlakuan (g)
78.65 ± 4.85 Aa
78.28 ± 7.22 Aa
79.05 ± 5.32 Aa
73.03 ± 10.38 Aa
70.33 ± 10.29 Aa
66.88 ± 14.70 Aa
69.95 ± 9.71 Aa
74.95 ± 8.46 Aa
73.25 ± 8.02 Aa
74.15 ± 7.64 Aa
68.28 ± 12.03 Aa
73.98 ± 8.26 Aa

Ket :Huruf kecil berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p0,05) (Tabel 2). Hal
ini disebabkan oleh pemberian jangka panjang A. villosa yang mengakibatkan
gangguan penyerapan nutrisi yang berguna untuk pertumbuhan. Menurut
Herdiana (2004) dan Fajar (2004), pemberian A. villosa selama 8 minggu pada
konsentrasi 15% menyebabkan penurunan pertambahan bobot badan.

Tabel 2. Bobot badan dan pertambahan bobot badan tikus kelompok kontrol
(27% A. villosa) dan kelompok perlakuan (27% A. villosa+ yeast)
selama 12 minggu

Minggu
keAwal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kontrol (g)
Pertambahan
Bobot badan
bobot badan
(g)
(g)

Perlakuan (g)
Pertambahan
Bobot badan
bobot badan
(g)
(g)

110.32 ± 5.41
138.15 ± 9.96
150.00 ± 7.25
159.35 ± 8.67
167.30 ± 10.57
173.35 ± 15.46
179.23 ± 18.44
181.83 ± 17.68
188.80 ± 19.68
190.63 ± 22.16
194.33 ± 22.62
199.43 ± 28.18

100.55 ± 1.69
127.08 ± 7.51
137.18 ± 8.98
148.98 ± 10.15
158.00 ± 14.43
165.15 ± 18.78
170.63 ± 19.75
174.45 ± 22.66
182.53 ± 23.48
185.55 ± 25.10
189.20 ± 25.63
195.88 ± 31.56
195.28 ± 30.63

198.40 ± 25.94

27.83 ± 6.18 Aa
11.85 ± 6.78 Ab
9.35 ± 3.06 Abc
7.95 ± 5.53 Abcd
6.05 ± 5.66 Abcde
5.65 ± 2.96 Abcde
2.83 ± 2.76 Acde
6.98 ± 2.87 Abcd
1.38 ± 4.09 Ade
3.70 ± 1.85 Acde
5.10 ± 5.66 Abcde
-1.03 ± 2.24 Ae

26.53 ± 6.70 Aa
10.10 ± 1.92 Abc
11.78 ± 1.26 Ab
9.03 ± 4.59 Abcd
7.15 ± 4.63 Abcde
5.48 ± 1.07 Acde
3.83 ± 3.12 Adef
8.03 ± 1.97 Abcde
3.03 ± 2.74 Aef
3.65 ± 0.89 Adef
6.68 ± 6.27 Abcde
-0.60 ± 1.30 Af

Ket :Huruf kecil berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p