2.4.2.Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-
manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi Felson, 2006 .
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid AINS , Inhibitor Siklooksigenase-2
COX-2, dan Asetaminofen Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan
obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi
daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak
toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 Felson, 2006 .
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat – obatan yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya Felson,
2006 .
2.4.3.Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.
2.6. Berat badan dan Osteoartritis
Berat badan sering dihubungkan dengan berbagai macam penyakit, termasuk OA. Berat badan yang berlebih ternyata berkaitan dengan meningkatnya
risiko seseorang menderita OA pada kemudian hari, baik wanita maupun pria 11
Universitas Sumatera Utara
Soeroso, 2006. Menurut penelitian dari Grotle 2008, selain umur, berat badan yang berlebih terutama obesitas turut berperan dalam patogenesis dan
patofisiologi dari OA, lutut terutama dalam perkembangan penyakit ke derajat yang lebih tinggi. Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitannya antara OA
dan obesitas juga disokong dengan adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan hipertensi Soeroso, 2006 .
Untuk mendeteksi kelebihan berat badan yang diderita seseorang, ada dua cara sederhana yang dapat dilakukan yaitu dengan cara mengukur Indeks Massa
Tubuh BMI WHO, 2005 dan mengukur Waist-hip ratio Vasquez, 2007. BMI dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BMI =
Setelah nilai didapat, maka bandingkan nilai tersebut dengan tabel klasifikasi BMI di berikut ini :
Klasifikasi BMI kgm
2
Underweight 18,50
Sangat Kurus 16,00
Kurus 16,00-16,99
Kurus Ringan 17,00-18,49
Normal 18,50-24,99
Overweight 25,00
Pre-Obese 25,00-29,99
Obese 30,00
Obese kelas I 30,00-34,99
Obese kelas II 35,00-39,99
Obese Kelas III 40,00
Berat badan dalam kilogram Kg Tinggi dalam meter m
2
Gambar 2.1. Rumus Indeks Massa Tubuh
Tabel 2.1. Klasifikasi internasional untuk BMI orang dewasa
Universitas Sumatera Utara
Untuk menilai Waist-hip ratio, terlebih dahulu ukurlah lingkar pinggang pada titik tersempit, lalu ukurlah lingkar panggul secara pada titik terlebarnya.
Selanjutnya hasil ukur yang didapat dimasukkan ke dalam rumus berikut ini Frank, 2005 :
Waist-hip Ratio =
Hasil yang didapat lalu dibandingkan dengan nilai yang terdapat pada tabel berikut ini :
Waist-hip Ratio Nilai
Klasifikasi
0.74 atau lebih rendah Non Obese
0.75 hingga 0.85 Obese
0.85+ Obese sentral
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dan orang gemuk cenderung lebih sering mengeluh tentang besarnya rasa nyeri yang dialami pada
lutut mereka dibandingkan dengan orang lain yang kurang gemuk Soeroso, 2006. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukanThumboo 2002 didapati
bahwa pasien OA lutut dengan obesitas mengalami peningkatan rasa nyeri yang pada daerah persendian lutut dibandingkan dengan pasien yang kurang obesitas.
Berdasarkan dua hal tersebut dapat dikatakan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor yang meningkatkan intensitas rasa nyeri yang dirasakan pada lutut
pasien OA. Lingkar pinggang tersempit cm
Lingkar panggul terlebar cm
Gambar 2.2. Rumus Waist-hip Ratio
Tabel 2.2. Klasifikasi Waist to Hip Ratio orang dewasa dengan modifikasi seperlunya Frank, 2005
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Penelitian ini memberikan gambaran mengenai hubungan antara waist-hip ratio dengan derajat nyeri yang dirasakan pasien osteoartritis OA lutut.
3.2. Definisi Operasional
Waist-hip ratio adalah nilai yang didapat melalui perbandingan antara ukuran lingkar pinggar yang tersempit dengan ukuran lingkar panggul yang
terlebar. Kedua nilai didapatkan dengan cara pengukuran langsung pada sampel. Pengukuran dilakukan dengan bantuan alat, yaitu meteran. Kedua nilai tersebut
selanjutnya akan dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Waist-hip Ratio =
Hasil yang didapat selanjutnya akan dicocokkan dengan kategori pada tabel klasifikasi waist-hip ratio yang telah dimodifikasi Frank, 2005 di bawah ini
sehingga didapatkan suatu skala ordinal:
Waist - Hip Ratio Nilai
Klasifikasi
0.74 atau lebih rendah Non Obese
0.75 ke atas Obese
Waist-hip Ratio Derajat Nyeri pasien
Osteoartritis
Lingkar pinggang tersempit cm Lingkar panggul terlebar cm
Variabel independen Variabel dependen
Universitas Sumatera Utara