100 200
300 400
500 50
100 83
55 191
68 71 95
149 123
290 93
263 164
377 206
58 442
Gambar 7. Spektra massa senyawa hopana di sedimen Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Hopana merupakan sikloalkana bercabang yang terdiri dari lima atau enam cincin karbon yang menggambarkan biomarker dengan karakteristik sebaran
struktur dan sterokimia isomer yang tinggi pada minyak dan sedimen Peters and Modolwan, 1993. Hopana yang terdapat pada sedimen Muara Sungai Somber,
Balikpapan, Kalimantan Timur berasal dari fitoplankton dan bakteri. Senyawa hopana mz 191 pada sedimen dapat dijadikan indikator tingkat
kematangan termal sedimen. Kebanyakan senyawa hopana berasal dari hasil reduksi bakteri hopanotetrol. Senyawa ini berada dalam bentuk tidak stabil pada
proses diagenesis sehingga dipakai untuk mengindikasikan tingkat kematangan termal rendah Ourrisson et al., 1979 in Yuanita, 2007.
4.2. Isoprenoid
Identifikasi senyawa isoprenoid pada dasarnya sama dengan identifikasi senyawa n-alkana. Umumnya senyawa isoprenoid terdiri dari 20 atom karbon
atau kurang Peters and Moldowan, 1993. Senyawa isoprenoid yang teridentifikasi pada sedimen adalah senyawa isoprenoid yang memiliki ciri mz 57
yaitu pristana C
19
dan phytana C
20
. Umumnya senyawa pristana muncul setelah n-alkana C
17
dan phytana setelah n-alkana C
18
Gambar 8 dan 9. mz
X 148+X
191
100 200
300 400
500 600
50 100
57 71
113 85
70 127
183
Gambar 8. Spektra massa isoprenoid pristana Pr di sedimen Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur
100 200
300 400
500 100
200 57
71 85
99 69
197 155
264 221
Gambar 9. Spektra massa isoprenoid phytana Ph di sedimen Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur
Pada dasarnya analisis fingerprint senyawa isoprenoid hampir sama dengan senyawa n-alkana. Namun pada analisis senyawa isoprenoid pristana dan
phytana tidak dilakukan perhitungan bobot molekul untuk menentukan nomor karbon karena pristana Pr memiliki nomor karbon C
18
dan phytana Ph dengan nomor karbon C
20
. Analisis fingerprint dengan kromatografi gas memiliki beberapa keterbatasan. Tingginya konsentrasi senyawa n-parafin n-alkana dan
senyawa asiklik isoprenoid dibandingkan dengan senyawa lain menyebabkan senyawa n-alkana dan isoprenoid muncul bersamaan pada kromatogram Peters
and Moldowan, 1993. Senyawa isoprenoid pristana Pr dan phytana Ph pada sedimen Muara
Sungai Somber dideteksi berdasarkan intensitas spektra utama base peak mz 57. Keberadaan senyawa isoprenoid pristana dan phytana diduga berasal dari
183
197 [M]
.+ =
268
[M]
.+ =
282
mz
mz
plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton. Kondisi lingkungan sekitar Muara Sungai Somber dan iklim akan mempengaruhi kelimpahan plankton di
perairan, sehingga akan mempengaruhi keberadaan senyawa isoprenoid pristana dan phytana.
Pristana C
19
dan phytana C
20
merupakan senyawa isoprenoid yang paling melimpah pada minyak mentah Wang et al., 2006. Pristana diidentifikasi
sebagai produk dari klorofil-a melalui proses pencernaan kopepoda Blumer et al., 1971 in Prartono, 1995. Pristana dan phytana juga ditemukan pada jaringan
tumbuhan vascular Picea glauca Meyer et al., 1995 in Prartono, 1995. Namun, pristana juga dapat bersumber dari zooplankton Blumer et al., 1963 in Medeiros
et al., 2005. Hidrokarbon isoprenoid pristana dan phytana adalah hasil perubahan fitol pada lapisan sedimen dan yang lainnya merupakan hasil alami
isoprenoidil dan bukan unsur utama dari kebanyakan biota teresterial Peters and Moldowan, 1993.
4.3. Polisiklik Aromatik Hidrokarbon PAH