Shalat dengan Dua Bahasa

Shalat dengan Dua Bahasa
Penanya:
Eet Hudawati, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Pertanyaan:
Bolehkah mengerjakan shalat dengan dua bahasa (bahasa Arab dan bahasa Indonesia)?
Jawaban:
Mungkin yang dimaksud penanya ialah mengucapkan lafadz-lafadz yang dibaca dalam
shalat dengan bahasa terjemahan, bukan dengan bahasa Arab, seperti mengucapkan lafadz shalat
dalam bahasa Indonesia.
Shalat adalah salah satu dari rukun Islam yang lima, merupakan ibadah mahdlah, ibadah
yang semata-mata ditujukan kepada Allah SWT. Demikian pentingnya shalat itu bagi seorang
mukmin, maka shalat itu membedakan apakah seseorang itu mukmin atau kafir, berdasarkan
hadits:

ِ
ِ ‫ول‬
‫ْ الْ ُك ْف ِر تَ ْرُك‬
‫اه‬
ُ ‫َع ْن َجابِ ِر قَ َال قَ َال َر ُس‬
َ ْ َ‫ْ الّر ُج ِل َوب‬
َ ْ َ‫صلّى اهُ َعلَْيه َو َسلّ َم ب‬

َ
ِ ّ ‫ال‬
]‫ [روا أمد ومسلم وأبو داود والرمذى وابن ماجه‬.‫صاَة‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir, ia berkata: bersabda Rasulullah saw: Perbedaan
antara laki-laki yang mukmin dengan laki-laki yang kafir ialah meninggalkan shalat.” [HR.
Ahmad, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah].
Dan firman Allah SWT:

ِِ ‫ الّ ِذين هم عن‬.ّْ‫فَويل لِْلمصل‬
‫اهو َن‬
َ َ ُ ٌ َْ
ُ ‫صاَِ ْم َس‬
َ َْ ُْ َ

.]5-4 :)701( ‫ [اماعون‬.

Artinya: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) Orang-orang yang
lalai dari shalatnya.” [QS. al-Ma’un (107): 4-5].
Demikian pentingnya shalat bagi seorang muslim, maka shalat itu diajarkan dan
dicontohkan oleh Rasulullah saw sendiri dengan lengkap, bukan saja bacaan yang dibaca dalam

shalat itu, tetapi juga cara-cara, gerakan-gerakannya, bahkan bagaimana keharusan khusyu’
dalam mengerjakannya, berdasarkan hadits:

ِ ‫ك ب ِن ا ْْوي ِر ِث ر ِضي اه عْه قَ َال قَ َال رسو ُل‬
ٍ ِ‫َعن مال‬
‫صلّى اهُ َعلَْي ِه َو َسلّ َم‬
‫اه‬
َ
ُ ُ َ َ ْ َُ ْ َ ْ
َ
ُْ َ
]‫ [روا البخاري‬.‫وِ أُصلّي‬
َ ِ ‫صلّوا َك َما َرأَيْ تُ ُم‬
َ

Artinya: “Diriwayatkan dari Malik bin al-Huwairits ra., ia berkata: bersabda Rasulullah
saw: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.” [HR. al-Bukhari].
Dari hadits-hadits dan ayat di atas, dapat difahami bahwa dalam mengerjakan shalat itu
kita harus mengikuti cara-cara Nabi saw melakukannya, sejak dari cara takbir, cara berdiri, cara
ruku’, cara i’tidal, cara sujud, cara duduk antara dua sujud, cara duduk tahiyat awal, cara duduk

tahiyat akhir, salam, dan membaca bacaan sesuai dengan yang diajarkan beliau. Hal ini
merupakan perintah dari Rasulullah saw yang wajib kita lakukan jika ingin shalat kita diterima
oleh Allah SWT.
Dengan kata lain, tidak benar shalat dikerjakan dengan bacaan selain bacaan yang
diajarkan oleh Rasulullah saw, termasuk dalam hal ini adalah shalat dengan bacaan yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atau diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain.
Wallahu a’lam bish-shawwab. *km)
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com