Upaya meningkatkan keterampilan ibadah shalat melalui metode demonstrasi pada siswa Kelas III di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruanuntuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Di Susun Oleh:

N. NURAENI

NIM. 1810011000007

PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK JENJANG S1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Peningkatan Kualifikasi Akademik Jenjang S1 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilaksanakan dengan dilatarbelakangi oleh adanya tingkat keterampilan ibadah shalat siswa melalui metode demonstrasi pada siswa kelas III di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 71 (tujuh puluh satu). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan ibadah shalat siswa.

Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan responden siswa kelas III (tiga) SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupeten Bogor yang berjumlah 32 orang siswa. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode demonstrasi pada materi praktek shalat wajib berhasil meningkatkan keterampilan ibadah shalat siswa. Dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, keterampilan shalat meliputi, gerakan shalat, bacaan shalat dan kombinasi keduanya dengan baik dan benar, serta mampu meningkatkan keaktifan, semangat dan keinginan siswa untuk lebih menyukai pelajaran ibadah shalat. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis ketercapaian hasil belajar pada praktik keterampilan ibadah shalat kemampuan awal sebelum diadakan tindakan sebesar 67,7 kemudian setelah dilakukan tindakan dalam dua siklus, terdapat peningkatan di siklus I sebesar 72,3 dan pada siklus II pencapaian rata-rata penilaian sebesar 76 dengan prosentase ketuntasan 100% .

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan metode demonstrasi pada pokok bahasan praktik gerakan shalat dapat meningkatkan keterampilan ibadah shalat siswa. Selain itu siswa mampu memperbaiki gerakan,bacaan shalat yang dinilai masih kurang tepat, serta lebih mudah memahami dan mengingat pelajaran secara praktik langsung, dari pada hanya teori semata. Saran yang dapat diajukan bahwa untuk menanamkan konsep praktik gerakan ibadah shalat, guru dapat menggunakan metode demonstrasi.


(6)

v

akal dan intuisinya. Shalawat serta salam semoha allah tercurahkan kepada manusia terpilih (al Mustafa) Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan pencerahan dan reformasi etika moral di segenap penjuru dunia.

Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Ibadah Shalat melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas III di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor”, disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Sarjana Pendidikan Jurusan Program Peningkatan Kualifikasi Akademik Jenjang S1 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Jakarta Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2. Dr. H.Abdul Majid Khon, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Jakarta Syarif Hidayatullah, Jakarta.

3. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Eti Suhaeti, S.Pd., M.Si, selaku Kepala Sekolah SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, beserta seluruh dewan gurunya, yang telah membantu dalam perizinan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini

5. Suami tercinta, Raden Emen Syaefudin, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta anak-anakku tersayang Bayu Prima, Eva Arista P, Evi Arista P. dan Zickry Muhammad Afifudin yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini


(7)

vi

Jati, yang memberikan semangat kepada penulis.

7. Semua pihak yang telah banyak memberikan masukan dan arahan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu demi terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala jasa dan amal baik kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dengan balasan yang berlipat ganda. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun peneliti berharap dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Jakarta, September 2014


(8)

vii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIK, KAJIAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 9

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 9

1. Hakikat Keterampilan Ibadah Shalat ... 9

a. Pengertian Keterampilan Ibadah Shalat ... 9

b. Dasar-Dasar Perintah Shalat ... 13

c. Syarat-syarat Wajib dan Rukun Shalat Lima Waktu ... 14

d. Hal-hal yang Membatalkan Shalt ... 19

e. Tujuan dan Hikmah Shalat ... 20

f. Upaya Peningkatan Pembelajaran Ibadah Shalat ... 21

2. Hakikat Metode Demonstrasi ... 23

a. Pengertian Metode Demonstrasi ... 23

b. Kegunaan/manfaat Metode Demonstrasi ... 24


(9)

viii

C. Hipotesis Tindakan... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 29

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 31

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 32

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Pengumpul Data ... 35

I. Teknik Pengumpul Data ... 36

J. Teknik Pemeriksaan Data ... 36

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 37

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 38

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 39

A. Deskripsi Data ... 39

1. Deskripsi Umum ... 39

2. Deskripsi Partisipan dan Subjek Penelitian ... 43

3. Deskripsi Alat Pengumpulan Data ... 44

B. Analisis Data ... 45

1. Deskripsi Hasil Praintervensi ... 45

2. Deskripsi Hasil Intervensi Siklus I ... 45

3. Deskripsi Hasil Intervensi Siklus II ... 54

C. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Implikasi ... 61


(10)

(11)

x

2. Tabel IV.1 Data Personil Guru SDN Cipicung 05 Kabupaten Bogor 43 3. Tabel IV.2 Hasil Praktik Keterampilan Ibadah Shalat Siklus I ... 51 4. Tabel IV.3 Hasil Praktik Keterampilan Ibadah Shalat Siklus II ... 58


(12)

xi

2. Gambar IV.1 Denah SDN Cipicung 05 Kabupaten Bogor ... 40 3. Gambar IV.2 Struktur Organisasi SDN Cipicung 05 Bogor ... 42


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang sangat fundamental yang harus diberikan kepada anak sejak usia dini, hal itu wajib diberikan bagi seorang muslim. Pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk anak atau peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia.

Hal itu sesuai dengan yang tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, yang berisi bahwa pendidikan Nasional yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman (religiousitas) subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.2 Pendidikan agama ini harus sudah dilaksanakan sejak dini melalui pendidikan yang pertama yaitu lingkungan keluarga terutama dilaksanakan oleh kedua orang tuanya.

Sebagai seorang muslim, maka wajiblah orang tua mendidik anak-anak mereka agar menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, mereka diberi pemahaman bahwa tugas manusia di muka bumi adalah

1

Lampiran Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi ( Jakarta: Dinas Pendidikan, 2007) , hlm 1.

2

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm 29.


(14)

mata hanya untuk beribadah kepada Allah3,hal itu telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al- Dzariyat (51) ayat 56 :

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.4

Aqidah atau iman adalah fundamen dalam kehidupan Islam, sedangkan ibadah adalah manifestrasi dari pada iman. Kuat dan lemahnya ibadah seseorang di tentukan oleh kualitas imannya.

Menurut Ulwan, “Iman kepada Allah SWT merupakan pondasi dasar bagi anak-anak baik secara moral maupun fisik, serta ada hubungan yang erat antara iman dengan moral atau aqidah dengan perbuatan”.5 Kualitas iman seseorang dibuktikan pada pelaksanaan ibadah secara sempurna, ibadah merupakan bagian dari pendidikan Agama Islam yang merupakan suatu tindakan yang bisa dilihat dari setiap dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan agama yang diberikan orang tua kepada anaknya, yang pertama yaitu tentang ketauhidan dan yang kedua adalah ibadah Salat. Kewajiban orang tua dalam menumbuhkan fitrah kehidupan ini adalah dengan membina anak-anak agar beriman kepada Allah, kekuasaan dan ciptaan-Nya. Bimbingan ini dilakukan ketika anak-anak sudah dapat mengenal dan membedakan sesuatu serta diberikan secara berjenjang. Dari hal–hal yang konkrit hingga kepada yang abstrak. Kemudian orang tua menanamkan perasaan ingat kepada Allah SWT pada diri anak-anak dalam setiap perilakunya setiap saat.

Ibadah shalat merupakan salah satu bentuk realisasi dari ketaqwaan seorang muslim. Shalat dilakukan untuk mengingat (dzikir) Allah. Dengan

3

Atang Abd. Hakim,et.al., Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm 210

4

Departemen Agama RI , Al- Qur’an dan Terjemahnya (Semarang : cv. Toha Putra, 2006) hlm.417

5

Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam (Semarang: Asy Syifa, 2009), hlm 188.


(15)

demikian, fungsi ibadah shalat tidak hanya vertikal yaitu menyembah dan mengingat Allah, tetapi juga secara horizontal yaitu mencegah perbuatan keji dan mungkar (maksiat).6Jika pendidikan ibadah shalat itu ditanamkan kepada anak sejak usia dini, maka akan terbentuk dalam diri jiwa anak dengan kuat, sehingga diharapkan kelak mereka akan menjadi generasi muslim dan muslimah yang beriman dan bertaqwa.

Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak mengenai ibadah shalat, juga tidak lepas dari faktor lingkungan lain yaitu sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. Pengaruh guru di sekolah merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seorang anak cenderung meniru apa yang diajarkan atau dilihatdari seorang guru. Ia meniru dan mencontoh apa saja yang didengar dandilihatnya.

Proses meniru dan mencontoh yang dilakukan oleh anak adalah bagian dari proses belajar, yang diharapkan akan terjadi perubahan pada diri anak. Perubahan yang terjadi karena proses belajar itu bersifat positif dan aktif .Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan ketrampilan baru) yang lebih baik dari pada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya bayi, yang bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.7

Lingkungan sekolah khususnya guru akan selalu memberikan bimbingan kepada semua peserta didiknya, sehingga mereka mendapatkan perubahan yang positif dan aktif dari proses belajar itu. Untuk pembelajaran di Sekolah terutama tingkat sekolah dasar khususnya tingkat kelas I sampai III, mereka di berikan kegiatan belajar yang memuat aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik dengan cara belajar sambil bermain.

6

Atang Abd . Hakim , et. Al, Op. Cit.,, hlm 210.

7

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm 115.


(16)

Dalam aspek psikomotorik, mereka belajar keterampilan yaitu belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik (yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot /neuromuscular). Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai ketrampilan jasmani tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah shalat dan haji.8

Dari aspek motorik, anak pada masa kanak-kanak awal telah mampu mengontrol geraknya sehingga untuk melakukan gerakan-gerakan shalat, anak telah mampu melakukannya. Oleh karena itu guru dalam mendidik dapat membiasakan anak untuk bersama-sama melakukan ibadah shalat. Dari sini diharapkan akan terbentuk jiwa keagamaan yang positif dan mereka dapat tumbuh menjadi insan-insan yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT pada diri anak dikemudian hari.

Memberikan pelajaran ibadah shalat terhadap anak usia dini tidaklah mudah, karena pada umumnya seorang anak itu mudah merasa bosan dan jenuh. Kadang-kadang anak akan patuh dan menurut dengan apa yang di ajarkan guru di sekolahnya, tetapi kadang pula melawan dan menjadi marah jika ditegur gurunya, seorang guru harus pandai-pandai menarik perhatian peserta didiknya, sabar, ikhlas dalam tugas, serta bisa mengelola kelas dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi.

Dengan demikian seorang guru harus mampu menyampaikan informasi atau pelajaran dengan berbagi metode, tidak hanya dengan satu metode saja (metode ceramah), sebab dengan menggunakan metode yang tepat peserta didik akan dapat dengan mudah menyerap dan memahami apa yang disampaikan guru. Dengan kata lain guru harus memiliki kemampuan untuk mengajar secara bervariasi, sehingga anak tidak cenderung bersifat pasif dan tidak mudah bosan dalam proses pembelajaran. Apalagi untuk materi ibadah shalat, haruslah ada kesesuaian antara bacaan dengan gerakan-gerakan shalat. Bacaan-bacaannya harus hafal dan gerakan-gerakan shalatnya harus

8


(17)

faham. Karena bagaimanapun juga mengajarkan siswa dalam materi pelaksanaan ibadah shalat sangatlah mutlak diajarkan dengan baik dan benar, karena hal tersebut merupakan tiang agamanya seorang muslim.

Masih banyak dari para siswa khsusunya siswa kelas rendah (1-III) sekolah dasar, salah atau kurang tepat dalam mempraktekkan kegiatan ibadah shalat. Ada siswa yang salah rukun, kurang tepat dalam gerakannya, bacaan yang kurang fasih atau keliru dan sebagainya. Hal tersebut bila dibiarkan tentu akan menjadikan masalah besar dikemudian hari. Hal tersebut juga terjadi di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, khususnya pada siswa kelas III, dimana masih terdapat siswa yang belum tepat dalam mempraktekkan gerakan dan bacaan shalat dengan baik dan benar.

Dalam segi bacaan-bacaan shalat wajib saja masih terdapat siswa yang salah dan keliru dalam membaca atau menghafal bacaan-bacaan dalam shalat. Sehingga makna dan tujuan dari bacaan shalat tersebut akan fatal artinya. Sedangkan bacaan-bacaan dalam shalat umumnya adalah doa-doa kepada Allah SWT.

Peran guru dalam membimbing dalam membiasakan shalat terlihat masih kurang aktif. Sehingga hal tersebut mengakibatkan banyak siswa yang belum terbiasa dalam melaksanakan praktek shalat wajib. Banyak siswa yang bila memasuki waktu shalat, misalkan shalat zuhur (sebelum waktu KBM berlangsung) maupun pada saat jam istirahat pada waktu belajar di sore hari ketika masuk waktu shalat ashar, banyak siswa yang berkeliaran atau bermain dan jajan di sekitar lingkungan sekolah. Jika hal tersebut dibiarkan tentu kedisiplinan dan peningkatan kualitas pelaksanaan shalat bagi siswa akan semakin rendah, dan bila dibiasakan secara terus menurus akan membuat siswa menjadi malas dan lalai dalam melaksanakan ibadah shalat.

Dalam menghadapi hal tersebut, berbagai usaha guru dalam menggiatkan siswa untuk melaksanakan shalat wajib dengan baik dan benar sesuai aturan dan waktu syariat telah dilaksanakan. Mulai dari mengajak siswa shalat berjamaah di musholah sekolah maupun di masjid dekat dengan lingkungan sekolah, namun hal tersebut kurang kondusif untuk meningkatkan


(18)

siswa dalam melaksanakan ibadah shalat yang baik dan benar. Hanya terdapat beberapa siswa saja yang mengikuti hal tersebut.

Disinilah peran guru di sekolah sangat penting dalam mendidik siswa agar menjadikan praktek ibadah shalat menjadi benar sesuai dengan aturan atau syariat Islam. Dalam mengajarkan materi pelaksanaan ibadah shalat, diperlukan pemilihan metode yang tepat untuk diterapkan, diantaranya yaitu dengan metode demonstrasi. Metode demonstrasi dalam prakteknya menirukan bacaan-bacaan dan gerakan shalat secara berulang-ulang, sehingga akan tercapai keserasian antara bacaan dengan gerakan shalatnya, peserta didik bisa hafal bacaannya dan mempraktekkan shalat sendiri. Dalam menerapkan metode demosntrasi diperlukan teknik tersendiri agar guru mampu mengajarkan dan siswa mampu menerapkan/mempraktekkan apa yang diajarkan oleh guru. Dalam metode ini diperlukan kesabaran guru dalam membimbing siswa. Hal tersebut dikarenakan tidak semua siswa mampu menerima dengan cepat apa-apa yang diajarkan oleh guru, dan mempraktekkan/meniru dengan benar.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Ibadah Salat melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas III di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Masih banyak siswa yang salah atau kurang tepat dalam mempraktekkan ibadah shalat.

2. Rendahnya jumlah siswa yang hafal secara tepat bacaan-bacaan shalat wajib.

3. Banyak siswa yang belum terbiasa dalam melaksanakan shalat wajib di sekolah.


(19)

5. Kurangnya guru dalam menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan keterampilan ibadah shalat pada siswa kelas III di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditulis batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Keterampilan ibadah shalat, yaitu kecakapan untuk melakukan Shalat

meliputi ucapan dan gerakan sesuai dengan syara’ yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

2. Metode demonstrasi, yang dimaksud di sini adalah suatu pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan (dalam hal ini mempraktikkan shalat wajib) agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.

3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dibuat perumusan masalah ini yaitu:

“Apakah dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan ibadah shalat pada siswa kelas III di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode demonstrasi dalam meningkatkan keterampilan ibadah shalat pada siswa kelas III di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.


(20)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi guru, menambah kreativitas guru dalam menentukan strategi atau metode yang tepat untuk pembelajaran.

b. Bagi siswa, akan lebih paham dengan materi ibadah shalat, pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan karena siswa terlibat langsung.

c. Bagi sekolah, sebagai salah satu upaya untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hakikat Keterampilan Ibadah Shalat

a. Pengertian Keterampilan Ibadah Shalat

Keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik (yang berhubungan dengan urat- urat syarat dan otot- otot / neuromuscular). Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmani tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan- latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda- benda elektronik dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah shalat dan haji.1

Menurut Kamus Besar Indonesia, keterampilan berasal dari kata “terampil” yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan artinya yaitu “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”.2

Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan/tugas-tugas tertentu.

Berbicara tentang istilah keteramplan, ada lima macam pengembangan keterampilan pada anak yaitu:

1) Keterampilan kognitif, yaitu keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. 2) Keterampilan sosial dan emosional, yaitu kemampuan berinteraksi

dengan orang lain, membantu orang lain dan pengendalian diri.

1

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya ,2005), hlm 120.

2

J.S. Badudu, & Sutan Muhammad Zain Pustaka, Kamus Umum Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hlm 1486.


(22)

3) Keterampilan berbicara dan berbahasa, yaitu keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan memahami dan menggunakan bahasa.

4) Keterampilan motorik halus, yaitu kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya, khususnya tangan dan jari-jari tangan.

5) Keterampilan motorik kasar, yaitu kemampuan menggunakan otot-otot besar.3

Materi tentang ibadah shalat memuat keterampilan di atas, sebab di dalam materi ini ada hafalan bacaan shalat, adab gerakan-gerakan anggota tubuh, ada ketenangan juga ada pengendalian diri. Oleh sebab itu keterampilan ibadah shalat pada diri siswa perlu di tingkatkan, diantaranya dengan metode demonstrasi.

Sedangkan untuk istilah ibadah, secara bahasa ibadah berarti: taat, tunduk, menurut, mengikuti, dan do‟a.4 Bisa juga diartikan menyembah, sebagaimana disebut dalam Al Qur‟an Surat Al-Dzariyat ayat 56.

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku”.

Juga terdapat dalam Al Qur‟an Surat Al-Fatihah ayat 5:

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”.

Ibadah berasal dari kata “Abada-ya’budu ibadahan” yang berarti beribadah/menyembah. Ibadah adalah menyembah kepada

3

http://olvista.com/parenting/5-macam-pengembangan-keterampilan-anak/.diakses 4 Juni 2011

4

Ahmad Thib Raya, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam (Jakarta: Prenada Media ,2003), hlm 137.


(23)

Allah atau tunduk kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan jika tidak bisa seolah-olah kamu dilihat-Nya.5

Menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah meng-Esakan Allah SWT. Dengan sungguh–sungguh dan merendahkan serta menundukkan jiwa setunduk–tunduknya kepada-Nya. Pengertian ini didasarkan pada firman Allah SWT , dalam Al Qur‟an Surat An-Nisa‟ ayat 36:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun”.

Menurut ulama fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh keridhoan Allah SWT. Dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat.6

Ibadah atau ejaan aslinya “Ibadah”, yang berarti (ia telah) memuja, menyembah, berkhidmat, mengabdi. Orang yang

melaksanakan abada disebut “abid”, sedang dipuja atau disembah

disebut “ma’bud”. Kata benda dari abada adalah abdun, berarti budak atau khadam. Dengan demikian ibadah berarti pemujaan, penyembahan, kekhidmatan, pengabdian.

Menurut Sidi Gazalba, “Ibadah adalah perbuatan kaum muslim dalam mendekatkan dirinya kepada Allah dan menyeru kebesaran-Nya dalam perundang-undangan-Nya yang suci dalam Islam”.7

Sedangkan menurut Roni Ismail, “Ibadah merupakan rangkaian perbuatan yang disukai oleh Allah, sebab semua ibadah pada dasarnya merupakan panggilan ketakwaan. Setelah melakukan ibadah ,

5

Sidi Gazalba , Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Antara , 1975), hlm 14.

6

Ahmad Thib Raya, Loc. Cit., hlm 137. 7


(24)

seseorang harus menjadi lebih baik dalam hidupnya dan terhindar dari perilaku–perilaku buruk sebelumnya”.8

Manusia beribadah kepada Allah dengan mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui pula bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan naik haji ke Baitullah. Dalam arti melaksanakan segala amal perbuatan yang terkandung dalam rukun Islam, dan melaksanakan setiap perbuatan yang dapat memperoleh keridhoan Allah dalam segala tingkah laku manusia.

Ibadah merupakan media (wasilah) yang akan menghubungkan manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan sesamanya. Komunikasi yang intens dengan Allah SWT. Diharapkan dapat melahirkan kesadaran–kesadaran baru yang positif, di antaranya: pertama, kesadaran akan kebesaran Allah SWT., sehingga seseorang akan menjauhkan diri dari setiap keburukan dan kemaksiatan. Kedua , meningkatnya perasaan kesederajatan (al-musawa) antara sesama yang tercermin dalam keluhuran dan kepekaan jiwa untuk memperhatikan kaum yang lemah.9

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibadah merupakan manifestasi murni dari aqidah. Yaitu suatu sistem praktis untuk menguatkan hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan antar individu atau hubungan manusia dengan masyarakat dari seorang insan yang berdaya guna dan berhasil guna. Karena itu ibadah mempunyai peranan besar dalam membina peradaban manusia.

Kemudian tentang istilah shalat, menurut bahasa adalah do‟a. Dalam firman Allah surat At-Taubat:103

8

Roni Ismail , Menuju Hidup Islam, (Yogjakarta: Pustaka Insan Madani , 2008), hlm. 129 9


(25)

...Dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui ( At-Taubah:103)

Sedangkan, shalat menurut terminologi syara‟ adalah sekumpulan ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.10 Shalat merupakan pangkal tolak pembinaan kepribadian seorang muslim , yang dijadikan oleh Rasulullah sebagai tiang agama Islam, satu- satunya ibadah yang diwajibkan secara berulang- ulang setiap hari seumur hidup.

Menurut Moh. Rifa‟i, “Shalat ialah menghadapkan hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat- syarat yang telah ditentukan syara”.11

Dari ketiga istilah di atas maka dapat ditarik garis kesimpulan bahwa keterampilan ibadah shalat adalah kemampuan seseorang dalam melakukan ucapan dan perbuatan/gerakan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan tujuan mengabdi kepada Allah SWT.

b. Dasar-dasar Perintah Shalat

Shalat adalah ibadah yang diwajibkan atas setiap umat manusia. Shalat adalah kewajiban yang selalu tidak boleh ditinggalkan. Pentingnya mengerjakan shalat dan larangan untuk meninggalkan memberikan pengertian bahwa shalat adalah ibadah yang esensial dalam kehidupan manusia. Dalil yang mewajibkan shalat dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 43:

10

Abdul Azis Muhammad Azzam, Fiqih Ibadah, (Jakarta : AMZAH , 2009 ), hlm . 145 11 Moh. Rifa‟i ,

Risalah Shalat Lengkap, ( Semarang : PT : karya Toha Putra , 2009), hlm.32


(26)

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, dan keluarkan zakat, dan tunduklah atau rukuk bersama-sama orang-orang yang rukuk.” (S. Al -Baqoroh : 43).12

Sedangkan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 45 juga menerangkan tentang kewajiban shalat.

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu

Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ankabut:45).

c. Syarat-syarat Wajib dan Rukun Shalat Lima Waktu 1) Islam

Orang yang bukan Islam tidak diwajibkan shalat, berarti ia tidak dituntut untuk mengerjakannya di dunia hingga ia masuk Islam, karena meskipun dikerjakannya, tetap tidak sah. Tetapi ia akan mendapat siksaan di akhirat karena ia tidak shalat, sedangkan ia dapat mengerjakan shalat dengan jalan masuk Islam terlebih dahulu. Begitulah seterusnya hukum-hukum furu‟ terhadap orang yang tidak Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Muddassir.

12

Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim dan Terjemah, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,1996), hlm. 7


(27)

Artinya: “Berada di dalam surga, mereka tanya-menanya tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin”. (Al-Muddasssir:40-44)

Apabila orang kafir masuk Islam, maka ia tidak diwajibkan mengqada shalat sewaktu ia belum Islam, begitu juga puasa dan ibadah lainnya, tetapi amal kebaikannya sebelum Islam tetap akan mendapat ganjaran yang baik.

2) Suci dari haid (kotoran) dan nifas.

Kewajiban pelaksanaan shalat tidak ditujukan pada wanita yang haid dan nifas.

3) Berakal. Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan shalat 4) Baligh (dewasa)

5) Telah sampai dakwah (Perintah Rasulullah SAW kepadanya). Orang yang belum menerima perintah tidak dituntut dengan hukum.

6) Mampu melaksanakan.

Kewajiban hanya dibebankan kepada orang yang mampu melaksanakan, sehingga orang yang tidak mampu atau orang yang di paksa untuk meninggalkan shalat tidak wajib melaksanakan.

Sedangkan untuk syarat-syarat sah shalat antara lain, yaitu: 1) Suci dari hadas besar dan hadas kecil. Hal ini dapat dilakukan

dengan wudhu, mandi (wajib), atau tayamum. 2) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis.

3) Menutup aurat. Aurat ditutup dengan sesuatu yang menghalangi kelihatan warna kulit. Aurat pria antara pusar dengan lutut, aurat wanita sekalian badannya kecuali muka dan kedua telapak tangan. Firman Allah SWT.:


(28)

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A‟rof: 31)

Yang dimaksud dengan “pakaian” dalam ayat ini ialah

pakaian untuk shalat.

4) Mengetahui masuknya waktu shalat. Diantara syarat sah shalat ialah mengetahui bahwa waktu shalat sudah tiba. Firman Allah QS. An-Nisa:103

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.(An-Nisa’:103)

a) Shalat dzuhur, awal waktu shalat dzuhur adalah: setelah tergelincirnya matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya adalah apabila bayang-bayang sesuatu telah sama dengan panjangnya sesuatu tersebut.

b) Shalat ashar, waktu shalat ashar adalah dari habisnya shalat dzuhur, yaitu; bayangan suatu benda menjadi bertambah panjang dari bendanya sampai terbenamnya matahari.


(29)

c) Shalat maghrib, waktu shalat maghrib adalah: dari terbenamnya matahari sampai terbenamnya mega merah.

d) Shalat Isya‟waktunya adalah: dari terbenamnya mega merah sampai terbitnya fajar shodiq, yakni, sinar fajar yang terbentang luas di sebelah timur.

e) Shalat subuh, waktunya adalah dari fajar shodiq sampai terbitnya matahari.

5) Menghadap ke kiblat (ka‟bah). Selama dalam shalat, wajib menghadap ke kiblat. Kalau shalat berdiri atau duduk menghadapkan dada. Kalau shalat berbaring, menghadap dengan dada dan muka. Kalau shalat menelentang, hendaklah dua tapak kaki dan mukanya menghadap ke kiblat; kalau mungkin, kepalanya diangkat dengan bantal atau sesuatu yang lain.13

Dalam hal ini Allah menerangkan dalm QS Al Baqarah:144

Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah:144)

13


(30)

Sedangkan yang termasuk ke dalam rukun shalat antara lain, yaitu:

1) Niat.

Arti niat ada dua:

a) Asal makna niat ialah “menyengaja” suatu perbuatan. Dengan adanya kesengajaan ini, perbuatan dinamakan ikhtijari (kemauan sendiri, bukan dipaksa).

b) Niat pada syara‟ (yang menjadi rukun shalat dan ibadah yang lain), yaitu menyengaja suatu perbuatan karena mengikuti perintah Allah supaya diridhoi-Nya. Inilah yang dinamakan ikhlas. Maka orang yang shalat hendaklah sengaja mengerjakan shalat karena mengikuti perintah Allah semata-mata agar mendapatkan keridahan-Nya, begitu juga ibadah lain.

Allah berfirman dalam QS Al-Bayinah: 5

Artinya:Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”(Al-Bayinah:5)

2) Berdiri bagi orang yang kuasa.

Apabila tidak kuasa berdiri maka boleh duduk, apabila tidak kuasa duduk maka dengan berbaring, boleh menelentang, kalau tidak kuasa juga demikian, shalatlah sekuasanya, sekalipun dengan isyarat. Yang penting shalat tidak boleh ditinggalkan selama iman masih ada. Orang yang diatas kendaraan, kalau takut jatuh atau takut mabuk, ia boleh sambil duduk. Juga ia boleh percaya akan nasihat tabib yang mahir.


(31)

3) Takbiratul Ihram, yaitu mengucapkan “Allohu Akbar” yang disertai dengan niat dan mengangkat kedua tangan.

4) Membaca surat Al-Fatihah, didahului membaca basmalah, karena basmallah termasuk ayat dari surat al-fatihah.

5) Ruku‟ dengan tuma‟ninah (berdiam sebentar) di dalam ruku‟ 6) I‟tidal (bangun dari ruku‟) dengan tuma‟ninah bersamaan membaca

Artinya: “Allah mendengar setiap orang yang memuji-Nya” 7) Sujud dua kali setiap rekaat dengan tuma‟ninah dengan membaca

Artinya: “Maha suci Allah Tuhanku yang Maha Tinggi”.

8) Duduk di antara dua sujud dengan tuma‟ninah dengan membaca:

9) Duduk tasyahud akhir dengan tuma‟ninah 10) Membaca tasyahud akhir

11) Membaca sholawat nabi pada tasyahud akhir

12) Membaca salam yang pertama (menengok ke kanan) membaca:

13) Menertibkan rukun. Artinya, meletakkan tiap-tiap rukun pada tempatnya masing-masing menurut susunan yang telah disebutkan.14

d. Hal-hal yang membatalkan Shalat

Shalat itu batal (tidak sah) apabila salah satu syarat rukunnya tidak dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja. Dan shalat itu batal dengan hal-hal yang seperti tersebut di bawah ini :

14


(32)

1) Berhadats

2) Terkena najis yang tidak dimaafkan

3) Berkata-kata dengan sengaja walaupun dengan satu huruf yang memberikan pengertian

4) Terbukanya auratnya

5) Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan salat 6) Makan dan minum meskipun sedikit

7) Bergerak berturut-turut tiga kali seperti melangkah atau berjalan sekali yang bersangatan

8) Membelakangi kiblat

9) Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti ruku‟ dan sujud 10)Tertawa terbahak-bahak

11) Mendahului imamnya dua rukun 12)Murtad, artinya keluar dari Islam.15

e. Tujuan dan Hikmah Shalat 1) Tujuan Shalat.

Allah mewajibkan sesuatu kepada manusia bukan untuk kepentingan-Nya akan tetapi justru untuk kebaikan manusia itu sendiri agar mencapai derajat taqwa yang dapat mensucikan diri dari kesalahan dan kemaksiatan, sehingga dapat keridhaan dan surgaNya serta dijauhkan dari api neraka.

Demikian dengan kewajiban manusia ada beberapa tujuan diperintahkan-Nya manusia untuk melaksanakan shalat antara lain untuk mengingat Allah, menghindari ancaman Allah dan sebagai manifestasi kepatuhan dan ketaatan manusia kepada Allah sehingga akan mendapatkan kekuatan baru dalam menghadapi segala masalah hidupnya.

15

Moh. Tahir, Cara Praktis Tuntunan Sholat, (Sukoharjo: Gelora Mitra Usaha, 2008), hlm. 31


(33)

2) Hikmah Shalat.

Allah mewajibkan kepada manusia. Namun memberikan janji yang akan diberikan kepada manusia. Janji-janji itu berupa hikmah kebaikan yang dapat diambil dari shalat.

Shalat merupakan sarana langsung manusia berdialog dengan Tuhan-Nya yang diwujudkan dalam bentuk perkataan di dalam shalat.

1) Menanamkan kedalam jiwa manusia bahwa tiada yang memberi kenikmatan dan pertolongan selain dari Allah, perintah menunaikan shalat bagi manusia yang alasannya terlena oleh duniawi akan menjadi ingat kembali bahwa hanya Allah yang memberi pertolongan dan kenikmatan yang menghidupkan serta mematikan .

2) Shalat akan menjadikan hati tenang

3) Shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar 4) Shalat dapat menjauhkan sifat sombong

5) Menyadarkan manusia tentang hakikat dirinya, bahwa dirinya adalah hamba yang dikuasai Allah, sebagai hamba harus selalu mengingat kepada sang penciptanya.

f. Upaya Peningkatan Pembelajaran Ibadah Shalat

Perintah sholat sendiri sudah harus diperkenalkan sejak dini kepada generasi muda Islam agar kelak dikemudian hari mereka tidak lagi merasa canggung, malu atau malah tidak bisa melakukannya.

Dalam hadits riwayat at-Tirmizi juga disebutkan:

“Ajarkanlah anak untuk shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah ia agar melaksanakan shalat ketika berumur 10 tahun”16

16 Muhammad bin „Isa Abu „Isa at-Tirmizi,

Sunan At-Tirmizi, (Beirut: Da r‟al-Fikr, tt),


(34)

Dari Hadis kita mendapati bahwa mendirikan sholat sudah ditekankan mulai umur 7 tahun dan bila sampai usia 10 tahun belum juga melaksanakannya maka kita seyogyanya mulai diberi penegasan berupa pukulan sampai mereka mau mendirikannya. ; Tentu pukulan yang dimaksud disini tidak dengan tujuan menyakiti apalagi sampai pada tingkat penganiayaan, namun sekedar memberi pengajaran dan peringatan agar mau dan tidak malas untuk sholat.

Ada berbabagai macam upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pembelajaran pelaksanaan ibadah shalat bagi para siswanya, antara lain yaitu:

1) Mengadakan Pengajaran dengan Metode Mauizah (nasihat). Cara pelaksanaan metode mauidzah (nasihat) dilakukan dalam kegiatan penutup setelah KBM selesai, sebelum doá pulang guru memberikan nasihatnya berupa ceramah yang berkaitan dengan ibadah shalat. Metode tersebut dapat berupa:

a) Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan siswi, dengan tujuan agar siswa lebih meningkatkan kualitas ibadah shalatnya, dengan mengabaikan membicarakan keburukannya. b) Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu,

sehingga membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti jejak mereka.

c) Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik. d) Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.

e) Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang melakukan sesuatu berbeda dengan perbuatannya. Kalau hal ini dilakukan akan mendorongnya untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.

2) Mengadakan Pengajaran dengan Metode Demonstrasi

Cara pelaksanaan Metode Demonstrasi dapat berupa guru memberikan contoh dan kebiasaan yang baik kepada para siswa dalam beberapa kegiatan seperti:


(35)

a) Mengajak siswa untuk berwudhu dan memberi contoh cara wudhu yang baik, sehingga mereka terbiasa dengan cara berwudhu yang telah diajarkan oleh guru.

b) Mengajak para siswa agar membiasakan shalat setelah berwudhu.

c) Mengajak siswa agar membiasakan shalat berjama'ah. Para siswa dibimbing dan diarahkan supaya meluruskan barisan dan merapatkannya.

d) Membimbing siswa ketika praktek shalat yaitu dalam hal bacaan dan gerakannya.

e) Menuntun siswa berdoa setelah selesai shalat.

2. Hakikat Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi

Menurut Ismail SM. metode demonstrasi adalah “metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik”.17

Sedangkan menurut Jamal Makmur, metode demonstrasi bisa juga diartikan sebagai

Suatu metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok pembahasan atau materi yang sedang diberikan.18

Metode demonstrasi titik tekannya adalah memperagakan tentang jalannya praktek langsung atau dengan cara meneliti atau mengamati dengan cara seksama. Metode demonstrasi dilakukan oleh

17

Ismail SM , Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008) hlm 20.

18

Jamal Makmur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif,Kreatif dan Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press (Anggota IKAPI ), 2010), hlm 142.


(36)

guru terlebih dahulu, baru diikuti oleh siswa. Adapun alasan penggunaan metode demonstrasi ini sebagai berikut:

1) Terdapat topik yang cocok dengan metode ini

2) Terdapat sifat bahan ajar yang menuntut diperagakan

3) Untuk memberikan latihan ketrampilan tertentu kepada siswa 4) Untuk memudahkan penjelasan yang diberikan agar siswa

langsung mengetahui dan dapat terampil melakukannya.

5) Untuk membantu siswa dalam memahami suatu proses secara cermat dan teliti.19

b. Kegunaan/Manfaat Metode Demonstrasi

Penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar memiliki arti penting. Banyak kegunaan psikologis-pedagogis yang dapat diraih dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain:

1) Perhatian siswa lebih dipusatkan.

2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat

dalam diri siswa.20

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sedangkan metode demonstrasi memiliki kelebihan antara lain:

1) Kelebihan Metode Demonstrasi:

a) Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang penting.

19

M. Basyir, dan Udin Usman , Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002 ) hlm .45

20

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 206


(37)

b) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru karena siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya.

c) Proses pembelajaran lebih menarik.

d) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.21 2) Kekurangan Metode Demonstrasi

a) Memerlukan fasilitas yang tidak sedikit

b) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.

c) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang. d) Metode Demonstrasi memerlukan ketrampilan guru secara

khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.22

d. Langkah-Langkah dalam Mengaplikasikan Metode Demonstrasi Menurut Hasibuan dan Mujiono, untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.

2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

21

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_b12.html diakses 4 Juni 2011

22


(38)

3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.

4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.

5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.

6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.

7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:  Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.  Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga

setiap siswa dapat melihat dengan jelas.

 Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.

8) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi.23

Setelah perencanaan-perencanaan telah tersusun sebaiknya diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.

Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya yaitu saat guru memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu sesuai materi yang diajarkan dalam hal ini adalah

23

J.J Hasibuan dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2003), hlm. 31


(39)

mempraktikkan gerakan shalat disertai bacaan-bacaanya melalui metode demonstrasi. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru. Dengan demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang dipelajarinya. Untuk mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh siswa mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru, yaitu mempraktikkan gerakan ibadah shalat dengan baik dan benar.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendapatkan hasil yang tepat dan kepercayaan yang kuat tentang penulisan skripsi ini, maka diperlukan perbandingan dari hasil-hasil penelitian yang relevan, yang berkaitan dengan judul skripsi penulis, antara lain penelitian yang berjudul:

1. “Efektifitas metode demosntransi pada pembelajaran bidang studi fiqih di MTs. Soebono Mantofani Jombang Ciputat Tangerang”. yang telah dilakukan oleh Eva Syarifah Nurhayati.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah melakukan dua kali pertemuan metode demonstrasi efektif digunakan pada bidang studi fiqih di MTs. Soebono Mantofani. Keefektifan metode ini disebabkan mamberi kemudahan pada siswa dalam memahami pelajaran. Dengan menggunakan metode demontrasi pada bidang studi fiqih di MTs Soebono Mantofani ternyata perhatian dan minat siswadalam pelajaran fiqih sangat posistif.

2. “Upaya meningkatkan keterampilan ibadah shalat melalui metode drill

bagi siswa RA. Muslimat NU Ngrajek Mungkid Magelang”, yang telah


(40)

Penelitian dilakukan sebanyak tiga siklus, Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan ibadah salat siswa setelah diterapkannya metode drill. Hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 77,78 % kemudian pada siklus II mulai ada peningkatan yaitu 83,33% dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 88,89%. Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa, pembelajaran dengan metode Drill pada materi tentang ibadah salat, dapat meningkatkan keterampilan ibadah salat yaitu untuk keserasian antara bacaan dengan gerakan salat. Dengan demikian, metode pembelajaran Drill ini layak diterapkan sebagai metode alternatif yang dapat digunakan pada proses pembelajaran PAI di TK.

Dari dua kajian yang relevan di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan skripsi penulis yang antara lain:

1. Untuk skripsi yang pertama persamaannya adalah sama-sama pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada titik tujuan pencapaian penelitian, dimana dalam penelitian tersebut berfokus pada efektifitas pencapaian untuk mata pelajaran fiqih, sedangkan penelitian ini berfokus pada keterampilan ibadah shalat.

2. Sedangkan pada skripsi yang kedua persamaannya terletak pada tujuan atau sasaran penelitian yaitu bagaimana meningkatkan keterampilan ibadah shalat. Sedangkan perbedaanya terletak pada metode yang digunakan oleh peneliti.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu: “Melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan ibadah shalat pada siswa kelas III di SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor”.


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, yang beralamat di. Jl. Raya Jonggol Cileungsi, RT17/05 Desa Mekarsari, Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih empat bulan, yaitu dimulai dari bulan Januari sampai dengan April 2014.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan dipakai adalah penelitian tindakan (action research), yaitu kegiatan dan atau tindakan perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan riset. Action research juga merupakan proses yang mencakup siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback); bukti (evidence); dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Penelitian tindakan ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika. Mengingat penelitian tindakan ini dilakukan di dalam kelas, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).

2. Rancangan Siklus Penelitian

Rancangan siklus dalam penelitian ini, terdiri dari dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang ingin dicapai. Adapun alur penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:


(42)

Gambar 1.

Rencana Siklus Penelitian

Dari gambar alur desain penelitian tindakan kelas di atas, dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain membuat skenario pembelajaran dengan pembelajaran penggunaan metode demonstrasi dengan pemilihan tema yang sudah ditentukan. Membuat alat evaluasi untuk dikerjakan di kelas. Membuat lembar observasi, dalam penelitian ini ada dua yaitu kegiatan guru dan kegiatan siswa untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu pembelajaran dengan penggunaan metode demonstrasi.

b. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumya, yang bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah peneliti sedangkan yang bertindak sebagai kolaborasi adalah teman sejawat (guru/wali kelas III) yang bersangkutan. Pelaksanaan


(43)

penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan kemudian pada pertemuan terakhir pada masing-masing siklus diberikan tes hasil belajar. Waktu pertemuan selama 2 jam pelajaran atau 70 menit (satu jam pelajaran sama dengan 35 menit).

c. Observasi

Pada tahap observasi, observer (guru kelas) mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada siswa maupun situasi di dalam kelas dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk melihat hasil keterampilan ibadah shalat dipergunakan alat berupa tes praktek gerakan dan bacaan ibadah shalat dari setiap siswa.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti bersama teman sejawat/guru kelas III mendiskusikan kembali segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dan hasil-hasilnya, dengan melihat data hasil observasi setiap siklus apabila terdapat kekurangan maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III Sekolah Dasar Negeri Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 32 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 18 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peran peneliti adalah sebagai perencana dan pelaksana tindakan dan pembuat laporan. Posisi peneliti sebagai pelaksana utama, artinya tingkat keikutsertaan peneliti dikategorikan pada peran aktif peneliti sebagai pelaksana tunggal proses pembelajaran/tindakan. Peneliti


(44)

langsung melakukan kegiatan pembelajaran dan berusaha mengumpulkan data sesuai dengan fokus penelitian

Sedangkan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai guru (bidang studi Pendidikan Agama Islam) yang mengajarkan kepada siswa kelas III Sekolah Dasar di SDN Cipicung 05, melalui penggunaan metode demonstrasi untuk mengetahui hasil perubahan peningkatan keterampilan ibadah shalat siswa kelas III.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Sebelum tahapan intervensi tindakan dilakukan, terlebih dahulu peneliti melakukan survei. Kegiatan tersebut dimaksudkan mengetahui kondisi yang terdapat di kelas yang akan diteliti. Setelah itu dilakukan diagnosis untuk menduga sementara mengenai timbulnya kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran praktek keterampilan ibadah shalat siswa kelas III.

Pada tahap-tahap penelitian ini, penulis menyusun tahapan intervensi tindakan yang akan dilakukan melalui beberapa tindakan (siklus) dalam proses penelitian sebagai berikut:

1. Siklus I a. Rencana

Membuat jadwal kegiatan melalui penggunaan metode demonstrasi, mengadakan pre-test praktikum shalat wajib, mempersiapkan buku catatan perilaku siswa, dan menyiapkan pedoman observasi.

b. Tindakan

Menjelaskan materi pembelajaran melalui pendekatan penggunaan demonstrasi sesuai materi yang disampaikan, pada penelitian tindakan ini, peneliti (bertindak sebagai guru Pendidikan Agama Islam) memberikan contoh/mendemonstrasikan kepada siswa sesuai dengan isi materi pelajaran, memberikan tugas, dan tes serta evaluasi.

c. Observasi

Mencatat kejadian yang terjadi saat proses pembelajaran pada saat siklus pertama dilakukan.


(45)

d. Refleksi

Pada siklus pertama guru menyajikan materi melaksanakan /mempraktikkan shalat fardhu melalui metode demonstrasi yang telah dipraktikkan oleh peneliti dan pemberian tugas individu berupa tes praktek shalat wajib.

2. Siklus II a. Rencana

Mengadakan rencana pembelajaran melalui penggunaan metode demonstrasi dengan strategi menyediakan media gambar gerakan orang shalat, dan praktek langsung gerakan-gerakan dalam shalat dan bacaan-bacaan dalam setiap gerakan shalat, secara teratur dan berulang-ulang.

b. Tindakan

Penjelasan model pembelajaran yang akan dilaksanakan, membentuk memberikan contoh gerakan shalat, secara tertib, dengan bacaan-bacaan sesuai gerakan yang dicontohkan/demonstrasikan, mengulangi setiap gerakan, memanggil siswa secara berkelompok yang terdiri dari 8-10 orang siswa setiap kelompoknya. Memanggil siswa secara acak untuk mendemonstrasikan sesuai perintah guru dan bacaan shalat sesuai dengan media gambar atau perintah gerakan yang ditirukan oleh guru, ditutup dengan kesimpulan dan tes praktek individu.

c. Observasi

Mencatatat hasil pengamatan berdasarkan hasil observasi di kelas setelah pelaksanaan tindakan II, mencatat perubahan-perubahan yang terjadi, keterampilan siswa dalam melaksanakan ibadah shalat melalui pelaksanaan metode demonstrasi.

d. Refleksi

Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi setelah dilakukan tindakan pada siklus II. Menganalisis dan membuat perbaikan-perbaikan yang kurang pada siklus sebelumnya, menganalisa hasil dari siklus tindakan yang telah dilakukan.


(46)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil apabila 80% siswa pada kelas penelitian mencapai pemenuhan kriteria skor nilai minimal. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam penelitian ini adalah 71 (tujuh puluh satu). Artinya siswa dikatakan berhasil dalam ketuntasan belajarnya dalam praktek keterampilan pelaksanaan ibadah shalat jika mencapai nilai 71 dalam tes praktek. Sehingga apabila siswa yang nilainya > 71 maka sudah mencapai tingkat pencapaian hasil belajarnya dan siswa yang nilainya < 71 belum mencapai tingkat pencapaian hasil belajarnya.

G. Data dan Sumber Data 1) Wawancara

Teknik wawancara sering juga disebut dengan interview yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi atau data dari terwawancara. Penulis melakukan wawancara guru/wali kelas III Sekolah Dasar Negeri Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, dan juga dengan beberapa siswa kelas III. Dengan pedoman wawancara yang bersifat umum, tidak terlalu terinci. Pedoman tersebut berisi tentang aspek atau dimensi-dimensi yang berkaitan dengan keterampilan ibadah shalat. Peneliti tidak menentukan urutan pernyataan secara ketat, pernyataan akan dikembangkan sesuai dengan jawaban yang diberikan subjek penelitian.

2) Observasi

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar. Tehnik ini dilakukan secara langsung di kelas yang sedang diteliti, karena merupakan cara yang paling efektif dengan melengkapi format atau blanko pengamatan sebagai instrumen dan dilakukan untuk mengetahui data dari sumber yang benar dan tepat.

3) Dokumentasi


(47)

masalah-masalah yang diteliti penulis mempelajari dan mencatat hal-hal yang dianggap perlu terhadap dokumen-dokumen yang menunjang masalah penelitian, yaitu berupa akhir yang telah dicapai dalam belajar.

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari partisipan dan subjek penelitian, dengan keterangan keduanya sebagai berikut: Siswa-siswi Kelas III (tiga) Sekolah Dasar Negeri Cipicung 05 sebanyak 32 orang siswa sebagai subjek penelitian, untuk mendapatkan data dan hasil penelitian, penulis mengggunakan teman sejawat/rekan guru yaitu guru kelas III dan Kepala Sekolah sebagian partisipan.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini adalah tes praktek. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes praktek tentang pelakasanaan ibadah shalat wajib, baik praktek gerakan-gerakan shalat serta bacaan-bacaan yang terdapat dalam gerakan shalat tersebut, yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kemampuan pemahaman siswa dalam menerima materi.

1. Definisi Konseptual

Keterampilan ibadah shalat adalah kemampuan seseorag dalam melakukan ucapan dan perbuatan/gerakan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan tujuan mengabdi kepada Allah SWT.

Metode demonstrasi adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik,

2. Definisi Operasional

Untuk definisi operasional keterampilan ibadah shalat siswa yaitu diukur dengan nilai akhir praktek keterampilan ibadah shalat wajib pada pertemuan setiap siklus mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil pencapaian siswa dalam penelitian ini adalah nilai yang dicapai siswa dalam mempraktekkan keterampilan ibadah shalat berupa gerakan dan bacaaan yang sesuai dengan syariat Islam yang dinyatakan dalam bentuk


(48)

angka yang diperoleh dalam test praktek dari materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Pada penggunaan metode demonstrasi maka diperoleh melalui skor berupa tanda check list(√) yang dilakukan yang diperoleh setelah mengisi lembar pengamatan atau observasi dengan indikator-indikator: ketepatan gerakan shalat, ketepatan bacaan shalat, dan kesesuai bacaan dengan gerakan shalat.

3. Kisi-kisi Instrumen keterampilan ibadah shalat, dibuat berdasarkan kompetensi dasar berdasarkan materi yang akan di ajarkan, kemudian dibuat indikator, yang dikembangkan menjadi acuan dalam penilaian keterampilan gerakan shalat.

I. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes dilakukan dengan tes praktek/perbuatan yang dipakai untuk mengumpulkan data tentang keterampilan ibadah shalat siswa (siswa mempraktikkan shalat wajib), sedangkan instrumennya berupa lembar pengamatan praktek ibadah shalat zuhur.

Selain itu juga menggunakan teknik non tes yang berupa observasi untuk melihat kesesuaian antara skenario pembelajaran dengan tindakan yang dilaksanakan oleh guru. Teknik wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah, Guru/Wali kelas, serta siswa. Di samping itu juga menggunakan dokumentasi berupa foto-foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Tingkat keberhasilan siswa berdasarkan skor yang diperoleh dengan

menggunakan rumus: x100%

n

ΣX

P

Atau: x100%

total skor Jumlah

diperoleh yang

skor Jumlah an

Keberhasil


(49)

Siswa dikatakan telah mencapai dalam melaksanakan pembelajaran praktek keterampilan ibadah shalat jika sekurang-kurangnya memperoleh nilai sesuai dengan KKM yaitu 71. Dengan demikian jika siswa mendapat nilai > 71 dikatakan telah berhasil dalam mencapai hasil belajar dan < 71 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memilih data (reduksi data). Pada langkah pemilihan data ini, peneliti memilih data yang relevan dengan tujuan perbaikan pembelajaran. Data yang tidak relevan dapat dibuang, dan jika dianggap perlu, peneliti bersama teman sejawat dapat menambahkan data baru dengan mengingat kembali peristiwa atau fenomena yang terjadi selama pelaksanaan rencana tindakan.

2. Mendeskripsikan data hasil temuan(memaparkan data). Pada kegiatan ini, peneliti membuat deskripsi dari langkah yang yang dilakukan pada kegiatan tersebut.

3. Menarik kesimpulan hasil deskripsi. Berdasarkan deskripsi yang telah dibuat dan dilaksanakan dalam tindakan, selajutnya dapat ditarik kesimpulan hasil pelaksanaan rencana tindakan yang telah dilakukan.

Dalam penelitian ini analisis dan interpretasi data dilakukan dengan cara mencari pola atau esensi dari hasil refleksi diri yang dilakukan peneliti, kemudian digabung dengan data yang diperoleh dari teman sejawat yang membantu.

Interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang diperbaiki.

Interpretasi data perlu dilakukan peneliti untuk memberikan arti mengenai bagaimana tindakan yang dilakukan mempengaruhi peserta didik.


(50)

Interpretasi data juga penting untuk menantang guru agar mengecek kebenaran asumsi atau keyakinan yang dimilikinya. Ada berbagai teknik dalam melakukan interpretasi data dalam penelitian ini, antara lain dengan:

a. Menghubungkan data dengan pengalaman diri guru atau peneliti. b. Mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori

terkait.

c. Memperluas analisis dengan mengajukan pertayaan mengenai penelitian dan implikasi hasil penelitian, dan/atau meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah rencana tindakan dibuat dan dilaksanakan pada penelitian kelas, maka untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dalam tindakan tersebut diperlukan pengembangan perencanaan tindakan. Akhir dari setiap siklus adalah adanya refleksi, dari kegiatan tersebut maka peneliti membuat pengembangan metode demonstrasi yang dianggap masih kurang efektif dari rencana dan tindakan siklus sebelumnya untuk meningkatkan keterampilan ibadah shalat siswa, dan membuat evaluasi dan kesimpulan setelahnya .


(51)

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Umum Data Penelitian a. Sejarah Singkat

Sekolah Dasar Negeri Cipicung 05 yang ada di wilayah Desa Mekarsari Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, dibangun karena faktor dalam segi pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya di wilayah tersebut. Letak pemukiman penduduk yang sangat jauh dengan sekolah yang ada pada waktu itu jaraknya mencapai 3 km sehingga susah di jangkau. Untuk sekolah yang sudah ada daya tampung siswa yang sedikit sehingga banyak anak-anak yang tidak tertampung di sekolah yang sudah ada pada waktu itu. Maka dari hasil usulan masyarakat pada tahun 1982 oleh pemerintah daerah didirikan SDN Cipicung 05 ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Adapun kepala sekolah yang pertama adalah Bapak Jaenudin BD. Kemudian terjadi mutasi digantikan oleh Ibu Suyatinem, setelah itu digantikan oleh Ibu Yuyus Rusdewi. Karena beliau meninggal dunia kemudian ia digantikan oleh Bapak Drs. Rais Sumitra M.Pd, kemudian di gantikan lagi oleh Bapak Syarif Hidayat, S.Pd. Karena terjadi mutasi pada tahun ajaran 2011-2012 di gantikan oleh Ibu Eti Suhaeti, S.Pd. M.Si, dan sampai sekarang masih eksis dalam mengayomi para peserta didik.

b. Letak Geografis

Letak geografis SDN Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor terletak di Desa Mekarsari, wilyah sebelah timur Kabupaten Bogor. Sebelah utara sekolah kami berbatasan dengan panti sosial (Depsos), di sebelah barat berbatasan dengan lapangan bola, sebelah timur berbatasan dengan masjid, dan sebelah selatan


(52)

sekolah berbatasan dengan jalan Raya Cileungsi-Jonggol. Secara deskripsinya dapat dilihat dalam denah sekolah di bawah ini.

Gambar IV.1

Denah SDN Cipicung 05 Kabupaten Bogor c. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi

(1)Visi

Terwujudnya peserta didik yang terampil, mandiri, berbudaya, dan berkatakter bangsa, serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

U

DEPSOS (PANTI SOSIAL)

LAP. SEPAK BOLA

SDN CIPICUNG 05

SAWAH

Jln Raya Cileung


(53)

(2)Misi

(a) Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, aman, dan nyaman.

(b) Menciptakan suasana sekolah yang ceria dan kondusif (c) Menggalakan pembiasaan baca tulis Al-Qur’an

(d) Mengembangkan PAIKEM dalam melaksanakan PBM

(e) Membiasakan berperilaku disiplin, tanggung jawab, religious, jujur, demokratis, peduli sosial, peduli lingkungan bagi semua warga sekolah.

(f) Menyiapkan peserta didik yang terampil dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(3)Tujuan

Sejalan dengan tujuan pendidikan dasar dalam peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut, maka tujuan yang ingin dicapai oleh SDN Cipicung 05 adalah sebagai berikut:

(a) Membentuk generasi islami (b) Menguasa baca tulis Al-Qur’an

(c) Seluruh kelas menerapkan pembelajaran PAIKEM

(d) Seluruh warga sekolah mempunyai sifat karakter bangsa dan berbudaya yang kuat

(e) Unggul dalam prestasi

(f) Mengaplikasikan ilmu dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.

(4)Strategi

Strategi merupakan landasan perilaku dalam mencapai visi dan misi. Adapun strategi yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:


(54)

(a) Meningkatkan managerial Kepala Sekolah dan kemampuan guru serta mendorong pelajaran siswa.

(b) Menambah media dan alat pembelajaran dan mengotimalkan fasilitas yang tersedia.

(c) Efisiensi pembiayaan operasional dan memberikan penghargaan baik guru maupun siswa yang mendapkan prestasi.

(d) Mengefektifkan peran dan fungsi organisasi serta kemitraan dengan orang tua siswa atau komite sekolah.

d. Struktur Organisasi SDN Cipicung 05

Berikut di bawah ini disajikan bagan struktur organisasi yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri Cipicung 05 Desa Mekarsari Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

Gambar IV.2


(55)

e. Data Personal Guru di SDN Cipicung 05

Guru merupakan hal terpenting dalam membentuk dan membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta iman dan takwa. Ketersediaan guru di SDN Cipicung 05 disadari memang masih minim untuk meningkatkan kualitas peserta didik menjadi lebih berprestasi dan memiliki karakter yang kuat. Namun dengan dedikasi dan kemadirian personil guru SDN Cipicung 05 mengoptimalkan diri dalam team dan kemandirian dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan di sekolah untuk masyarakat sekitar. Berikut adalah tabel data personil guru SDN Cipucung 05 Desa Mekarsari Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

Tabel IV.1

Data Personil Guru SDN Cipicung 05 Kabupaten Bogor

No Nama Guru

Tempat Tanggal Lahir Pangkat/Gol/ Ruang Pendidikan Terakhir Jurusan

1 Eti Suhaeti, S.Pd. M.Si

Ciamis, 02-05-1962

Pembina IV/a Magister PLS/Adm. Pendidikan 2 Sofia Siswanti Cirebon,

25-12-1958

Pembina IV/a Diploma II PGSD

3 N. Nuraeni Bogor, 25-04-1963

Pembina IV/a Diploma II PAI

4 Rochayati, S.Pd. SD

Bogor, 27-12-1970

Pembina IV/a Strata 1 PGSD

5 Napsah, S.Pd Bogor, 02-03-1967

Pembina IV/a Strata 1 Geografi

6 Siti Komariah, A.Ma.Pd

Bogor, 17-07-1987

- Diploma II PGSD

7 Aries Malik, S.Pd

Bogor, 25-03-1986

- Starta 1 PGSD

8 Endang Bogor,

05-07-1963

Pengatur II/c SMP

2. Deskripsi Partisipan dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III Sekolah Dasar Negeri Cipicung 05 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor tahun


(56)

pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 32 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 18 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki..

Sedangkan Partisipan dalam penelitian ini adalah guru/wali kelas III (tiga) serta Kepala sekolah yaitu SDN Cipicung 05 Kabupaten Bogor. 3. Deskripsi Alat Pengumpulan Data

Penulis menggunakan tiga alat pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan tes perbuatan yang digunakan selama penelitian masalah dalam skripsi ini dan mendiagnosa serta mengevaluasi dari model yang digunakan.

Wawancara dilakukan terhadap subjek (siswa) maupun partisipan (guru/teman sejawat) dalam hal berkaitan tentang penggunaan metode demonstrasi. Wawancara digunakan untuk mendapat informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, apersepsi, dan keyakinan dari individu atau responden. Wawancara ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan sumber data.

Sedangkan observasi merupakan salah satu teknik evaluasi non tes yang biasa dilakukan kapan saja. Obsevasi adalah teknik atau cara untuk mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Penulis menggunakan teknik observasi ini untuk mengamati keadaan siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam meningkatkan keterampilan ibadah shalat melalui metode demonstrasi, yang dilakukan menggunakan lembar observasi/pengamatan berdasarkan aspek yang diamati dan gejala yang muncul pada saat observasi. Sementara tes perbuatan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan dalam melakukan sesuatu. Alat pengukurannya menggunakan pedoman penilaian atau format observasi. Tes perbuatan ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana siswa dapat meningkatkan keterampilan dalam ibadah shalat yang diajarkan guru melalui metode demonstrasi.


(57)

B. Analisis Data

1. Deskripsi Hasil Praintervensi

Shalat dalam Islam merupakan tiang agama, dimana dalam salah satu hadist Rasullullah dikatakan bahwa bila seorang muslim baik shalatnya, maka akan baik pula seluruh amalnya. Oleh sebab itu pembinaan shalat bagi seorang muslim harus dilaksanakan sejak dini, sehingga nantinya akan terbiasa dalam melaksanakan ibadah shalat tersebut.

Di SDN Cipicung 05 Kabupaten Bogor, khususnya pada siswa kelas III dari hasil pemantauan pra intervensi diketahui bahwa masih terlihat rendahnya keterampilan ibadah shalat siswa. Hal tersebut dapat diperoleh dari masih banyaknya siswa bermain ataupun jajan di halaman/sekitar sekolah ketika adzan zuhur berkumandang. Terlebih lagi ketika guru meminta kepada siswa untuk mempraktikkan pelaksanaan ibadah shalat, masih banyak terdapat siswa yang salah atau keliru, baik dalam gerakan shalat maupun dalam bacaan shalat, dalam pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal Materi praktikum pelaksanaan ibadah shalatpun masih banyak nilai yang dibawah dari nilai standar yang ditetapkan yaitu 71, sedangkan data hasil rata-rata praintervensi diperoleh 67,6 tentu ini sangat memprihatinkan bagi generasi muslim ke depan.

Melihat permasalahan tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian berupa tindakan kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan ibadah shalat siswa kelas III di SDN Cipicung 05 melalui metode demonstrasi yang telah disiapkan oleh peneliti, yang akan diutarakan hasilnya pada bagian selanjutnya di bawah ini.

2. Deskripsi Hasil Intervensi Siklus I

Berikut peneliti sajikan deskripsi hasil intervensi siklus I dalam upaya meningkatkan keterampilan ibadah shalat melalui metode demonstrasi siswa kelas III SDN Cipicung 05 Kabupaten Bogor, yang dibagi menjadi dua pertemuan.


(58)

a. Siklus I Pertemuan Pertama 1) Perencanaan

Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan, untuk melakukan persiapan dan pembuatan perencanaan. Perencanaan yang dilaksanakan berdasarkan yang sudah dibuat oleh peneliti yang meliputi: (1) rencana pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, (2) buku paket pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas III (3) lembar observasi pengamatan (4) dan instrument penilaian.

2) Pelaksanaan

Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Mei 2014 tepatnya pada pukul 07.30 - 09.25. Usai upacara bendera bel masuk berbunyi dan para siswa berbaris di depan kelas dipimpin oleh ketua kelas, kemudian para siswa masuk ke kelas, para siswa berdo’a dan menyiapkan diri untuk mengikuti pelajaran. Tidak lama kemudian guru mengucapkan salam, mengabsensi siswa, serta mengkondisikan suasana kelas agar mereka dapat belajar dengan tenang. Sebelum menjelaskan tentang materi yang akan disampaikam, guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang hendak dicapai melalui penggunaan metode demonstrasi. Tujuannya agar siswa dapat meningkatkan keterampilan ibadah shalat dengan tepat sesuai dengan syariat Islam.

Setelah guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan materi pelakasnaan ibadah shalat yang sesuai dengan syariat Islam. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya pelaksanaan ibadah shalat bagi setiap muslim sedini mungkin, dan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu melaksanakan dan jangan sampai meninggalkannya, sehingga menjadi kebiasaan dan kebutuhan serta tanpa beban dalam melaksanakanna dikemudian hari.


(59)

Dalam melaksanakan materi pelaksanaan ibadah shalat, setelah guru menerangkan tentang kewajiban siswa dalam melaksanakan ibadah shalat, maka langkah selanjutnya adalah guru memberikan/mendemonstrasikan gerakan-gerakan dalam shalat. Sebelumnya guru mengajarkan beberapa niat shalat wajib, diantaranya shalat subuh, zuhur dan shalat magrib. Hal tersebut dipilih karena perbedaan jumlah dalam rakaat shalat.

Kemudian guru menyuruh siswa untuk menghafalkan niat ketiga shalat tersebut. Kemudian guru memberikan contoh cara takbiratulikhram, sampai dengan salam. Cara pengajaran praktik keterampilan ibadah shalat ini dilakukan secara berulang-ulang di hadapan siswa. Siswa memperhatikan setiap gerakan-gerakan dalam shalat yang diperagakan guru, sambil melihat, siswa juga ada beberapa yang berinisiatif langsung mengikuti gerakan guru. Setelah beberapa lama, maka guru memanggil siswa secara acak untuk mempraktikkan atau mendemonstrasikan gerakan keterampilan ibadah shalat secara individu dihadapan para teman-tamannya yang telah dicontohkan oleh guru sebelumnya. Siswa dipanggil secara bergiliran dengan niat shalat yang berbeda.

Setelah selesai, guru mengadakan tanya jawab seputar pelajaran yang telah dipelajari hari ini, guru menanyakan kepada siswa mulai dari niat shalat, sampai dengan salam dalam ibadah shalat. Guru memberikan siswa untuk bertanya jika ada permasalahan atau materi yang belum dipahami oleh siswa, pelajaran ditutup dengan kesimpulan dan salam.

3) Observasi

Dalam penelitian ini observasi atau pengamatan berlangsung selama proses pembelajaran. Observaasi dilakukan oleh teman sejawat dalam hal ini yaitu wali kelas III SDN Cipicung 05, dengan panduan observasi yang telah ditetapkan oleh peneliti berdasarkan indikator-indikator yang telah dibahas


(60)

sebelumya. Teman sejawat selaku observer mengamati dan mencatat hal-hal yang muncul selama tindakan berlangsung yang dilakukan oleh peneliti, guna memberikan masukan dan hasil penelitian yang telah dilakukan selama proses belajar berlangsung.

Pada siklus tindakan I pertemuan 1, terlihat hasil dari penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan keterampilan ibadah shalat siswa kelas III masih jauh dari yang diharapkan peneliti. Hal tersebut dapat dilihat dari pencapaian indikator seperti: ketepatan gerakan shalat, ketepatan bacaan shalat, dan kesesuain bacaan dengan gerakan shalat.

Dari hasil observaasi diketahui bahwa masih banyak siswa yang kurang tepat dalam melakukan gerakan shalat, baik dari takbiratul ikhram, ruku’, sujud dan gerakan lainnya. Dalam hal ketepatan bacaan shalat juga masih banyak siswa yang kurang hafal dan salah dalam membaca bacaan-bacaan dalam shalat, serta kesesuai bacaan dengan gerakan shalat masih ada beberapa siswa yang keliru semisal bacaan ruku dan sujud yang tertukar bacaannya. Dari hasil tersebut maka diperlukan adanya refleksi dan evaluasi untuk melakukan pembenahan atau perbaikan pada pertemuan selanjutnya.

4) Refleksi

Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut, upaya mencapai tujuan PTK.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus I pertemuan pertama, terdapat masalah-masalah yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Sebagai bahan rencana perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya maka diadakan refleksi untuk tindakan pada siklus I dengan


(61)

berdiskusi dengan teman sejawat (observer). Kendala tersebut di antaranya, ketika pertemuan pertama, metode demonstrasi terfokus hanya pada guru dan siswa kurang mendapatkan peranan atau kesempatan dalam mempraktikkan secara langsung, dan hanya beberapa siswa saja secara individu, untuk itu diperlukan pembenahan rencana pembelajaran dan metode demonstrasi yang lebih terbimbing, sehingga proses dan tujuan pembelajaran dapat lebih optimal dalam pertemuan yang akan datang.

b. Siklus I Pertemuan Kedua 1) Perencanaan

Untuk rencana tindakan kelas pada siklus I pertemuan kedua ini terdiri dari berapa rencana tindakan, yaitu: membuat dan menentukan rencana materi pelajaran mempraktikkan shalat fardhu sesuai kurikulum 2013, menentukan metode pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi, menyiapkan RPP, mengembangkan skenario pembelajaran, meyiapkan lembar observasi pantaun kegiatan siswa, membuat kelompok belajar praktik shalat, dan menyiapkan format evaluasi berupa lembar penilaian tes praktek ibadah shalat.

2) Pelaksanaan

Pada pelaksanaan siklus I pertemuan kedua tentang upaya meningkatkan keterampilan ibadah shalat melalui metode demonstrasi siswa kelas III di SDN Cipicung 05 Kabupaten Bogor, guru sebagai peneliti telah mempersiapkan alat dan bahan dalam proses pembelajaran di kelas. Langkah awal adalah guru berdoa sebelum belajar, mengkondisikan kelas dan siswa serta melihat kesiapan siswa untuk belajar. Kemudian guru mengabsensi siswa dan menerangkan kembali pelajaran/materi yang telah lalu agar siswa kembali ingat dengan pelajaran yang telah dipelajari sebelumya. Sebagai pembukaan awal, guru memberikan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peranan orang tua dalam membina pelaksanaan ibadah shalat siswa kelas Vii SMP Islam Ruhama

1 45 93

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI EKSPERIMEN SISWA KELAS III SDN 3 JENENGAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2009 2010

0 12 89

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PUISI MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SEMESTER I Upaya Peningkatan Hasil Belajar Puisi Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas III Semester I SDN 01 Suruhkalang Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar

1 5 13

PENDAHULUAN Upaya Peningkatan Hasil Belajar Puisi Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas III Semester I SDN 01 Suruhkalang Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

0 3 4

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS III SDN 05 KARANGREJO TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 2 8

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGANYAM MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TK PERTIWI 1 Upaya Meningkatkan Keterampilan Menganyam Melalui Metode Demonstrasi Di TK Pertiwi 1 Canden, Sambi, Boyolali Tahun 2012.

0 4 15

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGANYAM MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TK PERTIWI 1 Upaya Meningkatkan Keterampilan Menganyam Melalui Metode Demonstrasi Di TK Pertiwi 1 Canden, Sambi, Boyolali Tahun 2012.

0 2 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENIRUKAN GERAKAN IBADAH MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Menirukan Gerakan Ibadah Melalui Metode Demonstrasi Pada Kelompok B TK Pertiwi Mojayan I Klaten Tengah Tahun Ajaran 2012/2013

0 0 14

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI.

3 16 34

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SHALAT DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN I SUMBERAGUNG KLEGO BOYOLALI TAHUN AJARAN 20132014

0 0 72