Item pernyataan, statistik, dan penamaan 8 faktor 50

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Muda Tahap perkembangan dewasa muda Penentuan usia dewasa muda menurut pendapat beberapa ahli disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai usia dewasa muda, rata-rata kisaran usia dewasa muda adalah 18 sampai 42 tahun. Aspek perkembangan dewasa muda menurut Turner dan Helms 1986 adalah perkembangan fisik, perkembangan mental, perkembangan sosial, dan perkembangan kepribadian. Perkembangan fisik manusia paling optimal terjadi pada masa dewasa muda. Pada tahap ini seluruh fungsi tubuh sudah berkembang sepenuhnya termasuk fungsi reproduksi. Laki-laki mencapai tinggi maksimal pada usia 21-23 tahun, dan wanita pada usia 17-21 tahun. Perkembangan mental dewasa muda adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan kehidupan nyata actual life. Perkembangan mental selama masa dewasa muda akan menentukan daya beradaptasi seseorang, karena dalam berhadapan dengan situasi baru, yang bersangkutan harus mampu secara cepat dan tepat menentukan sikap untuk merampungkan tugas perkembangan yang harus dilaksanakan. Tabel 1 Pendapat ahli mengenai tahapan masa dewasa dan usianya Ahli Tahapan Usia Birren 1964 Dewasa muda 17-25 Dewasa 25-50 Romley 1974 Dewasa muda 21-25 DewasaMenengah 25-40 Dewasa Akhir 40-60 Havighurts 1972 Dewasa Muda 18-35 Dewasa Madya 35-60 Levinson 1978 Dewasa Muda 17-45 Dewasa Madya 40-65 Sumber: Hayslip dan Panek 1989 Tahap perkembangan sosial dan kepribadian, dijelaskan oleh beberapa teori. Teori yang pertama adalah psikoanalisis Erikson 1963. Menurut Erikson 1963 dewasa muda berada pada tahap intimasi melawan isolasi. Pada tahap ini individu harus membangun kepribadian yang mampu melebur dengan kepribadian orang lain agar mampu membentuk keintiman. Proses ini membutuhkan kemampuan kontrol emosi, kompromi, dan toleransi yang tinggi. Jika gagal maka individu akan merasa terisolasi. Teori yang kedua adalah tahap perkembangan menurut Levinson 1978, beliau membagi proses perkembangan dewasa muda kedalam tiga tahap yaitu: tahap transisi dewasa muda 17-22, tahap memasuki dunia dewasa 22-28 dan tahap transisi 30 tahun 28-33. Pada tahap transisi dewasa muda, individu harus bisa mengurangi ketergantungan pada keluarga dan lebih mandiri untuk membentuk dasar kehidupan sebagai orang dewasa dengan merencanakan tujuan hidup. Tahapan yang kedua yaitu memasuki dunia dewasa. Individu dituntut untuk mencari hubungan antara nilai yang dipegang dan nilai di masyarakat, memahami kemampuan diri, bekerja, dan membangun hubungan intim. Tahap ketiga yaitu transisi 30 tahun. Pada tahap ini, kehidupan akan menjadi lebih serius, lebih ketat, dan lebih realistik, sehingga individu harus mampu menciptakan dasar-dasar yang kuat dalam hubungan intim seperti pernikahan maupun karir. Pada akhirnya dewasa muda harus mampu menunjukan kematangan fisik-emosi, serta kesiapan dan keinginan untuk menghadapi dan bertanggung jawab pada peran-peran yang berhubungan dengan karir dan pernikahan. Lebih jelas mengenai tahapan perkembangan dewasa muda menurut Levinson disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Tahapan perkembangan masa dewasa Levinson. Tahun pertumbuhan Transisi Dewasa Muda 17-22 Memasuki struktur kehidupan dewasa muda 22-28 Transisi 30 tahun 28-33 Puncak struktur kehidudan dewasa muda 33-40 Transisi Dewasa Madya 40-45 Transisi usia 50 tahun 51-54 Memasuki struktur kehidupan dewasa madya 45-50 Puncak struktur kehidupan dewasa madya 55-60 Transisi Dewasa Tua 60-65 Masa akhir dari kehidupan Masa Dewasa Madya 40-65 Masa Dewasa Muda 17-45 Masa Dewasa Madya 40-65 Masa Dewasa Tua60 Teori yang ketiga adalah teori Gould 1978, ia membagi perkembangan dewasa muda menjadi tiga tahapan yaitu: tahap meninggalkan orang tua 16-22 tahun, tahap kemandirian 22-28 tahun, dan tahap kedewasaan 28-34 tahun. Pada tahap yang pertama individu harus mampu meninggalkan ketergantungan kepada orang tua, namun kendala yang dihadapi adalah pengaruh orang tua pada tahap ini justru sedang mendominasi. Pada tahap kedua, individu harus lebih merasakan hidup sebagai orang dewasa, contohnya bisa menentukan pilihan atau tujuan hidup tanpa campur tangan orang tua. Pada tahap terakhir individu akan mulai merefleksikan diri apakah segala hal yang sudah dilakukan merupakan hal yang terbaik dan apakah tujuan-tujuan hidup sudah tercapai. Tugas perkembangan dewasa muda Tugas perkembangan adalah tugas yang harus dijalani dan diselesaikan manusia selama rentang usia, menyangkut hasrat dan tujuan yang diharapkan, sehingga terwujud kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Hayslip dan Panek 1989 mengatakan tugas perkembangan adalah situasi atau tugas penyesuaian hidup yang membuat individu mampu menghadapi permintaan, paksaan, atau kesempatan yang disediakan oleh lingkungan sosialnya. Tugas perkembangan merupakan proses berkelanjutan, artinya bahwa realisasi tugas perkembangan pada suatu periode entah yang bersifat positif atau negatif akan berdampak pada keberhasilan atau kegagalan pada tahapan selanjutnya Havighurst dalam Hurlock 1994. Pencapaian tugas perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kebudayaan, lingkungan tempat tinggal, dan kondisi sosial ekonomi seseorang. Beberapa pendapat para ahli tentang tugas perkembangan usia dewasa muda disajikan pada Tabel 2. Erickson 1963, menjelaskan masa dewasa muda berada pada tahapan keintiman melawan isolasi, artinya seorang dewasa harus menemukan pasangan agar bisa melakukan kegiatan intim, bukan hanya intim secara seksual, tapi juga intim dalam berbagi sumberdaya ekonomi, kegiatan rutin tanggungjawab, dan tujuan masa depan. Kegagalan membina hubungan intim akan membuat individu terisolasi dari lingkungannya. Berdasarkan Tabel 2, terdapat satu tugas yang selalu dikemukakan dalam semua tugas perkembangan menurut para ahli, tugas tersebut adalah menikah atau berkeluarga. Tabel 2 Ahli dan pendapatnya tentang tugas perkembangan masa dewasa muda Ahli Tugas perkembangan dewasa muda Freud 1960 Masa usia dewasa muda adalah masa bercinta dan bekerja Lieben und arbeiten Erikson 1963 Masa dewasa muda adalah masa membina hubungan intim melawan isolasi Gould 1978 Masa dewasa muda adalah masa: - Melatih kemandirian dari orang tua - Mengembangkan karir - Memulai sebuah keluarga Havighurst 1972 Masa dewasa muda adalah masa: - Membina keintiman dan pernikahan - Menyesuiakan diri terhadap pernikahan - Memulai keluarga orang tua - Merawat anak - Bertanggung jawab keluarga - Mengembangkan karir - Membina tanggung jawab sosial - Membina tanggung jawab sebagai warga negara Sheehy 1976 dalam Turner dan Helms 1986 Masa dewasa muda adalah masa: - Melatih kemandirian - Membentuk pribadi yang lebih baik - Membina karir dan keluarga - Bertanggung jawab sebagai orang dewasa Kesiapan Menikah Definisi kesiapan menikah Kesiapan adalah tingkat perkembangan kematangan atau kedewasaan individu, sehingga akan menguntungkan yang bersangkutan untuk mempraktekan sesuatu Chaplin 1989. Kesiapan juga didefinisikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam mempersiapkan diri untuk belajar dan menghadapi tugas perkembangan Corsini 2002. Kesiapan bisa berupa keahlian khusus yang diperoleh melalui dukungan perkembangan fisik dan intelektual yang terjadi dalam pergaulan sosial yang menyediakan saat-saat untuk dapat belajar. Kesiapan menikah adalah keadaan siap berhubungan dengan seorang pria atau wanita, siap menerima tanggung jawab sebagai suami atau istri, siap berhubungan seksual, siap mengatur keluarga, dan mengasuh anak Puteri 2010. Duvall 1971 mengatakan bahwa kesiapan menikah adalah kondisi ketika seorang wanita maupun laki-laki telah menyelesaikan masa remajanya, dan secara fisik, emosi, pendidikan, finansial, dan kepribadian, telah siap untuk memikul tanggung jawab dan hak-hak istimewa setelah menikah. Kesiapan menikah bagi wanita dianggap lebih penting dibandingkan dengan laki-laki karena dua pertimbangan sebagai berikut: pertama, wanita sebagai istri yang akan menentukan asupan gizi makanan bagi keluarganya. Pakar ekonomi Inggris, Alfred Marshall 1890 telah mengingatkan mengenai isu penting ini dengan mengatakan: “Much depends on the proper preparation of food; and a skilled housewife with ten penny a week to spend on food will often do more for the health and strength of her family than an unskilled housewife with twenty penny. The great mortality of infants among the poor are largely due the lack of care and judgment in preparing their food;…” “Banyak hal bergantung pada persiapan makanan yang tepat; dan ibu rumah tangga yang terampil dengan uang sepuluh sen untuk belanja makanan selama seminggu, akan berbuat lebih banyak untuk kesehatan dan kekuatan bagi keluarganya dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak terampil dengan uang dua puluh sen. Tingginya angka kematian bayi pada masyarakat miskin terutama disebabkan oleh kur angnya perawatan dan penilaian dalam menyiapkan makanan mereka…” Terjemahan oleh penulis Pertimbangan yang kedua, berkaitan dengan status wanita yang akan menjadi calon ibu baik menjelang kehamilan, selama masa kehamilan, dan setelah melahirkan. Kondisi kesehatan baik fisik dan mental seorang calon ibu, senantiasa akan berhadapan dengan gangguan eksternal, misalnya gangguan penyakit, sehingga janin yang dikandung akan memiliki peluang terkena efek samping penyakit yang diderita ibunya. Selain itu, perubahan fisik janin yang begitu cepat selama masa kandungan membutuhkan keterampilan ibu yang mengandung untuk mengatur kecukupan asupan gizi sehingga kesehatan ibu dan janin bisa terjaga dengan baik. Faktor-faktor kesiapan menikah Seseorang yang hendak menikah harus memiliki hal-hal sebagai berikut: kematangan emosi yang baik, kedewasaan, perilaku komunikasi yang empati dan terbuka, kemandirian, aktivitas keagamaan yang baik, self-esteem yang baik, self- disclosure yang baik, dan umur yang cukup Holman, Harmer, Larson 1994. Rapaport dalam Duvall dan Miller 1985, menyajikan kemampuan pribadi seseorang yang dinyatakan siap menikah yaitu: mampu mengendalikan perasaan diri sendiri, mampu berhubungan baik dengan orang banyak, mampu menjadi pasangan yang baik dalam berhubungan seksual yang intim, mampu menyayangi orang lain, tanggap sensitive terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain, mampu berbagi rencana dan kasih sayang dengan orang lain, mampu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain, mampu menerima keterbatasan orang lain, mampu menghadapi masalah terutama yang berhubungan dengan ekonomi, mampu berkomunikasi mengenai pemikiran, perasaan, harapan, dan terkahir mampu menjadi suami-istri yang bertanggung jawab. Mengacu hasil Sunarti 2001, terdapat prasyarat minimal untuk calon pasangan yang ingin menikah dan membangun keluarga. Prasyarat minimal tersebut terdiri dari tiga unsur yaitu: memiliki kemampuan untuk memperoleh sumberdaya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar basic needs maupun kebutuhan perkembangan anggota keluarga, memiliki kualitas sumber daya manusia SDM yang memadai untuk mengelola keluarga sebagai ekosistem mikro, dan memiliki kematangan kepribadian untuk menjalankan fungsi, peran dan tugas keluarga. Blood 1978 membagi kesiapan menikah menjadi beberapa kesiapan yaitu: 1. Kesiapan emosi, adalah kemampuan membangun dan merawat hubungan baik dengan orang lain, mampu berbagi sharing, menerima kekurangan serta kelebihan orang lain, mampu mencintai, berempati kepada orang lain, sensitif pada kebutuhan orang lain, dan mau memikul tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut. Goleman 1997, membagi dimensi kecerdasan emosi kedalam lima dimensi yaitu: a kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang dirasakan, mengetahui kemampuan diri, dan penyebab munculnya perasaan, b pengaturan diri, yaitu kemampuan mengelola emosi, mampu mengendalikan amarah dan cepat pulih dari tekanan, c motivasi, yaitu kemampuan memanfaatkan emosi sehingga menjadi pribadi yang produktif, fokus pada tugas, dan bertanggung jawab, d empati, yiatu peka dan mampu membaca perasaan orang lain. Mereka yang mampu berempati biasanya mudah menyelarasakan diri dengan orang lain, dan e keterampilan sosial, yaitu kemampuan membangun hubungan baik dengan orang lain, menyelesaikan masalah, dan bekerja dalam tim. 2. Kesiapan usia biologis, biasanya mengacu kepada ketentuan hukum yang berlaku disuatu Negara. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Pasal 6 dan 7, menjelaskan usia minimal yang diizinkan untuk menikah adalah untuk laki-laki 19 tahun dan wanita 16 tahun, dan jika usia keduanya dibawah 21 tahun maka disyaratkan harus mendapatkan izin kedua orang tua. Usia bisa mempengaruhi kedewasaan seseorang, karena untuk menjadi pribadi yang dewasa secara emosi membutuhkan waktu, namun hitungan usia biologis manusia tidak selalu berbarengan dengan kedewasaan emosi. Hal tersebut karena kematangan emosi seseorang juga berkaitan dengan banyaknya peluang untuk belajar dan bersikap terhadap kehidupan. Banyaknya peluang sendiri, dipengaruhi oleh lingkungan tempat seseorang berada. 3. Kesiapan sosial, terbagi menjadi dua: a pengalaman berkencan yang cukup enough dating, yaitu kondisi ketika individu siap berkomitmen hanya kepada satu orang yang terbaik baginya yaitu pasangannya dan tidak merasa penasaran untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan; b pengalaman hidup sendiri enough single life, yaitu pengalaman individu memiliki waktu yang memadai untuk dirinya sendiri dalam kehidupan yang mandiri. Manfaat hidup sendiri adalah mengetahui identitas pribadi secara jelas sebelum melakukan pernikahan. 4. Kesiapan model peran adalah siap menjalankan tugas dan peran dalam rumah tangga. Banyak orang belajar bagaimana menjadi suami dan istri yang baik dengan mencermati sosok figure yang paling dekat dengan mereka, yaitu orang tua mereka sendiri. Lord Chesterfield 1750 mengatakan: “We are, in truth, more than half what we are by imitation. The great point is, to choose good models, and to study them with care..” “Sesungguhnya, lebih dari separuh apa yang ada diri kita adalah hasil meniru. Pokok masalahnya adalah, bagaimana memilih model yang baik untuk ditiru secara benar..” Terjemahan oleh penulis Penting untuk mengetahui apa saja peran dan tugas sebagai suami istri, sehingga pasangan yang hendak menikah bisa menyadari hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum memasuki jenjang pernikahan dan membina rumah tangga. 5. Kesiapan finansial, berhubungan dengan jumlah minimum pendapatan yang harus dimiliki seseorang yang akan menikah bergantung pada nilai-nilai yang dipegang calon pasangan karena setiap pasangan memiliki standar minimum bagaimana cara untuk hidup. Umumnya standar minimum seseorang dimulai pada level yang diraih orang tua mereka. Berdasarkan faktor-faktor kesiapan menikah menurut tokoh-tokoh diatas, terdapat beragam faktor yang sebagian faktor memiliki beberapa kesamaan, misalnya memiliki sumber daya ekonomi dalam Sunarti 2001 sama dengan dengan faktor kesiapan finansial oleh Blood 1978. Tabel 3 menyajikan berbagai faktor-faktor kesiapan menikah menurut pendapat para ahli. Tabel 3 Ahli dan pendapatnya tentang faktor-faktor kesiapan menikah Ahli Faktor-faktor kesiapan menikah Rapaport, dalam Duvall dan Miller 1985 Mampu berhubungan baik Pasangan berhubungan seksual yang intim Mampu berbagi Mampu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Mampu menghadapi masalah Berkomunikasi dengan baik Bersedia menjadi suami-istri yang bertanggung jawab Bisa mengendalikan perasaan Lembut dan kasih sayang Sensitif dengan kebutuhan dan perkembangan orang lain Menerima keterbatasan orang lain Holman, Harmer, dan Larson 1994 Kesehatan emosional Kedewasaan emosional Komunikasi yang empati dan terbuka Mandiri Aktivitas keagamaan yang baik Memiliki self disclosure yang baik Memiliki self esteem yang baik Sunarti 2001 Umur yang cukup Sumber daya ekonomi Kualitas sumber daya manusia Kematangan kepribadian Blood 1978 Kematangan emosi Kesiapan usia Kematangan sosial Kesiapan model peran Kesiapan finansial KERANGKA PEMIKIRAN Pernikahan merupakan tugas perkembangan pada masa dewasa muda Hurlock 1994. Menikah juga merupakan tujuan nomor dua, setelah bekerja, yang paling banyak disebutkan mahasiswa Strata Satu S1 untuk dicapai setelah lulus kuliah Oktaviani 2010. Pernikahan sebagai tugas perkembangan maupun tujuan hidup, tentu akan berpengaruh terhadap persepsi dewasa muda mengenai kesiapan menikah. Dewasa muda diasumsikan akan lebih mencari, mengolah, dan memahami informasi yang berhubungan dengan kesiapan menikah. Penggalian informasi dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kesiapan menikah yang diketahui oleh dewasa muda. Terdapat beberapa ahli yang sudah memberikan pendapatnya mengenai kesiapan menikah, contohnya Blood 1978, yang membagi kesiapan menikah kedalam beberapa indikator diantaranya kesiapan emosi, kesiapan sosial, kesiapan finansial, dan kesiapan peran. Selain Blood masih ada tokoh lain yang menyebutkan faktor kesiapan menikah, seperti Rapaport dalam Duvall dan Miller 1985 menyebutkan bahwa kesiapan menikah artinya mampu berhubungan baik, melakukan hubungan seksual, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Sunarti 2001 yang membagi kesiapan menikah kedalam tiga indikator yaitu memiliki sumber daya ekonomi, memiliki kematangan pribadi, dan kualitas sumberdaya manusia. Namun, apakah faktor-faktor kesiapan tersebut sesuai dengan pengetahuan atau persepsi dewasa muda saat ini belum bisa dipastikan, sehingga perlu dilakukan konfirmasi apakah persepsi dewasa muda sudah sesuai atau tidak dengan faktor-faktor kesiapan menikah menurut ahli yang sudah ada. Kesiapan menikah biasanya dipandang dari kedewasaan usia seseorang, akan tetapi ada orang yang siap menikah ketika usianya masih muda, ada pula yang sudah dewasa namun belum siap menikah, sehingga kesiapan menikah yang dimiliki seseorang diasumsikan dapat mempengaruhi usia menikahnya. Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan berasal dari keluarga dengan latar belakang yang berbeda. Perbedaan karakteristik dapat mempengaruhi usia menikah. Contohnya perbedaan usia menikah berdasarkan jenis kelamin, pada umumnya usia menikah calon suami lebih tua dibandingkan calon isteri. Faktor lain yang mampu meningkatkan usia menikah adalah peluang memperoleh pendidikan tinggi yang semakin besar, meningkatnya pekerja wanita, dan adanya perubahan ideologi dengan adanya pergerakan kaum wanita yang menuntut adanya kesamaan derajat dengan laki-laki. Perempuan saat ini lebih memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan diberbagai bidang. Perempuan yang berpendidikan tinggi akan memiliki usia menikah yang lebih tua dibandingkan yang memiliki pendidikan rendah, hal tersebut karena semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi peluang untuk berkarir. Pada masa modern saat ini peluang bekerja bagi wanita lebih terbuka, perempuan dihadapkan pada pilihan yang lebih menarik yaitu gengsi prestige dan pendapatan income dibandingkan menikah dan mengurus anak. Tekanan ekonomi juga turut membuat wanita menjadi pencari nafkah dalam keluarga. Karakteristik keluarga dan orangtua juga mampu mempengaruhi usia menikah dewasa muda. Ibu yang bekerja akan memberi gambaran pada anak perempuan bahwa sebelum menikah seorang isteri juga harus bekerja untuk membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga.P asangan yang berasal dari keluarga besar, kemungkinan memiliki ideologi memiliki jumlah anak yang banyak setelah menikah, dan mereka akan lebih memilih untuk menikah muda. Berryman dan White 1987 menjelaskan bahwa wanita yang hidup bersama ibu tunggal, cenderung menunda pernikahan untuk mengejar karir yang mapan. Pengalaman hidup dengan single mother jauh lebih berat dibandingkan dengan orangtua yang lengkap, sehingga mereka akan melakukan semacam tindakan pencegahan apabila suatu hari mereka mengalami hal yang sama. U sia menikah orang tua kemungkinan mempengaruhi usia menikah anaknya, karena pernikahan orang tua adalah contoh utama sebuah pernikahan bagi anak. Pada laki-laki status ekonomi keluarga lebih berpengaruh secara langsung terhadap usia menikahnya, namun pada perempuan status ekonomi berpengaruh secara tidak langsung, misalnya melalui pendidikan. Wanita dengan pendidikan yang tinggi dan sukses dengan pendidikannya akan mempengaruhi usia menikahnya. Individu yang memiliki pengalaman menjalin hubungan dengan lawan jenis berpacaran dapat mempengaruhi usia menikah karena dengan berpacaran akan meningkatkan peluang menemukan pasangan. Alur kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 2. Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia Menikah Karakteristik Keluarga : Besar keluarga Pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, pernikahan orang tua, usia orang tua saat menikah, pendapatan perkapita kelengkapan orangtua Kesiapan menikah hasil identifikasi dan persetujuan pernyataan faktor kesiapan menikah para ahli Faktor-faktor kesiapan menikah Karakteristik Dewasa Muda: jenis kelamin, uang saku, pendidikan, urutan anak, dan status berpacaran. Usia menikah Usia ingin menikah usia ideal menikah Tugas Perkembangan Dewasa Muda: menikah Dewasa Muda 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Desain Penelitian ini adalah cross sectional study, karena data yang dikumpulkan hanya pada satu waktu dan tidak berkelanjutan Nazir 2009. Lokasi penelitian adalah di Fakultas Ekologi Manusia FEMA Institut Pertanian Bogor IPB, Bogor, Jawa Barat. Lokasi ditentukan secara pusrposive, dengan pertimbangan subjektif sebagai berikut: 1 FEMA IPB memiliki mahasiswa yang berusia dewasa muda dengan latar belakang yang berbeda 2 FEMA IPB memiliki tiga departemen yang berhubungan erat dengan dunia pernikahan dan keluarga yaitu Gizi Masyarakat, Ilmu Keluarga dan Konsumen, dan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, sehingga diharapkan ketika penggalian informasi mengenai kesiapan menikah dapat diperoleh informasi yang lebih memadai. Waktu pengumpulan data primer adalah bulan Juni 2011. Teknik Pengambilan Contoh Populasi penelitian ini adalah mahasiswa mayor minor program sarjana Strata Satu S1 FEMA IPB tahun ajaran 2007-2009 yang berjumlah 780 orang. Sejumlah contoh dipilih untuk mewakili populasi. Penentuan jumlah contoh menggunakan rumus Slovin berikut ini : n = N Ne 2 + 1 = 780 7800.09 2 + 1 = 106,5 ≈ 107 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi mahasiswa S1 FEMA IPB Tahun 2007-2009 e = error 9 Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah contoh yang diteliti adalah 107 contoh. Untuk mengantisipasi data yang tidak valid maka jumlah contoh ditambah menjadi 110 orang. Jumlah contoh dari setiap angkatan 2007-2009 ditentukan secara proporsional. Selanjutnya penarikan contoh dari setiap angkatan subpopulasi dilakukan secara acak sederhana simple random sampling, artinya setiap anggota subpopulasi memiliki probabilitas terpilih yang sama. Untuk lebih jelas mengenai tahap pengambilan contoh disajikan pada Gambar 3 di bawah ini. Gambar 3 Kerangka pengambilan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Namun, pada penelitian ini hanya data primer yang diolah, sedangkan data sekunder hanya sebagai tambahan informasi saja. Cara pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner dan contoh mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan. Data sekunder yang digunakan adalah data populasi mahasiswa diperoleh dari Dekanat Fakultas Ekologi Manusia berupa jumlah mahasiswa FEMA angkatan 2007 sampai 2009. Kuesioner penelitian ini terdiri atas empat bagian, yaitu:. 1. Bagian A karakteristik contoh, meliputi: jenis kelamin laki-laki atau perempuan, usia tahun, uang saku perbulan Rpbulan, urutan anak, saudara yang sudah menikah, dan status hubungan contoh. 2. Bagian B karakteristik keluarga contoh, meliputi: usia orang tua tahun, usia orang tua saat menikah tahun, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua perbulan Rpbulan, pendidikan lama pendidikan dan tingkat pendidikan, dan kelengkapan orang tua. Simple random sampling Purposive Mahasiswa S1 FEMA IPB angkatan 2007-2009 N=780 Proportional 2008=262 2009=254 2007=264 n=110 2007=38 2008=37 2009=35 3. Bagian C persepsi contoh mengenai kesialan menikah. Persepsi diperoleh melalui pertanyaan terbuka Open-ended question, yaitu pertanyaan yang membutuhkan jawaban bebas dari responden. Responden tidak diberi pilihan jawaban, tetapi menjawab pertanyaan sesuai dengan pendapatnya. Pertanyaan terdiri atas 1 arti pernikahan, 2 tujuan ingin menikah, 3 arti kesiapan menikah, 4 kesiapan menikah untuk laki-laki, 5 kesiapan menikah untuk perempuan, 6 tugas istri, 7 tugas suami, 8 usia ideal menikah bagi laki- laki dan perempuan, 9 usia ingin menikah, 10 Alasan siap atau tidak siap menikah.

4. Bagian D persetujuan contoh terhadap kesiapan menikah menurut pandangan

ahli. Terdiri atas 57 item pernyataan dengan pilihan jawaban skala Likert, 5=sangat setuju, 4= setuju, 3= ragu-ragu, 2=tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju, yang merupakan pengembangan dari delapan faktor kesiapan menikah menurut pendapat para ahli. Kedelapan faktor tersebut adalah: 1 kesiapan emosi Blood 1978 dan Goleman 1997, 2 kesiapan usia Blood 1978, 3 kesiapan sosial Blood 1978, 4 kesiapan peran Blood 1978, 5 kesiapan seksual Duval Miller 1985, 6 kemampuan berkomunikasi Duval Miller 1985, Kesiapan spiritual Holman, Bolby, Larson 1994, dan kesiapan finansial Blood 1978. Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, entry ke komputer, pengecekan data, dan selanjutnya dianalisa. Data karakteristik contoh dan keluarga contoh dikategorikan berdasarkan standar tertentu maupun berdasarkan sebaran data kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi silang cross tabulation dan dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif berkenaan dengan bagaimana data digambarkan atau disimpulkan secara numerik misalnya menghitung rata-rata dan deviasi standar atau secara grafis dalam bentuk tabel atau grafik sehingga mudah dibaca dan bermakna. Selain analisis deskriptif, pengolahan data juga menggunakan Uji independent-samples t-test. uji reabilitas, uji validitas, analisis faktor, dan uji regresi linear berganda. Cara pengkategorian untuk variabel karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh beserta skalanya tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Variabel, skala variabel, dan engkategorian data karakteristik Variabel Skala Kategori Jenis kelamin contoh Nominal 1. Laki-laki 2. Perempuan Usia contoh Rasio 1. 18-20 2. 21-22 3. 23-24 Uang saku RpBulan Rasio 1. Rendah 700.000,00 2. Sedang 700.000,00-1.150.000,00 3. Tinggi 1.150.000,00 Urutan anak Nominal 1. Sulung 2. Tengah 3. Bungsu 4. Tunggal saudara yang sudah menikah Nominal 1. Ada 2. Tidak ada Status hubungan Nominal 1. Tidak sedang berpacaran 2. Sedang berpacaran Usia orang tua Rasio 1. Dewasa muda 18-40 tahun 2. Dewasa Madya 41-60 tahun 3. Tua 60tahun Hurlock 1994 Usia orantua saat menikah Rasio Ayah 1. Tidak diizinkan nikah 19 tahun 2. Diizinkan nikah ≥19 tahun Ibu 1. Tidak diizinkan 16 tahun 2. Diizinkan ≥ 16 tahun UU No.1 Tahun 1974 Pendidikan Orang tua Ordinal 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Diploma 5. S1 6. S2 7. S3 Lama Pendidikan Orang tua Ratio 1. ≤ 9 tahun 2. 9 tahun Program Wajib Belajar 9 tahun Besar Keluarga Interval 1. Kecil ≤ 4 orang 2. Sedang 5-6 3. Besar 6 orang BKKBN Pekerjaan Orang tua Nominal 1. PNS 2. PolisiABRI 3. Pegawai Swasta 4. Wirausaha 5. Pensiunan 6. BUMN 7. IRTTidak bekerja 8. Dosen 9. Guru 10. Buruhpetani 11. Lainnya Variabel Skala Kategori Pendapatan Orang tuaRpbulan Rasio 1. 1000. 000,00 2. 1000.000,00-2.000.000,00 3. 2.000.000,01-3.000.000 4. 3.000.000,01-4.000.000,00 5. 4.000.000,00 sebaran data Pendapatan Per kapita Rpbulan Rasio 1. Sangat miskin ≤212.210,00 2. Cukup miskin 212.210,00 BPS 2010 Kondisi Pernikahan Orang tua Ordinal 1. Bercerai 2. Keduanya meninggal 3. Salah satu meninggal 4. Utuh Usia ideal menikah Ratio 1. 20-22 2. 23-25 3. 26-38 4. 29-31 Levinson 1978 Usia ingin menikah Ratio 1. 20-22 2. 23-25 3. 26-28 4. 29-31 Levinson 1978 Kesiapan menikah Ordinal 1. Ya 2. Tidak Independent-samples t-test Independent-samples t-test digunakan untuk melihat adanya perbedaan rata-rata pada karakteristik antara contoh laki-laki dan perempuan, untuk data usia, uang saku, usia orang tua, besar keluarga, pendapatan keluarga, lama pendidikan orang tua, usia menikah orang tua, usia ideal menikah, dan usia ingin menikah. Serta melihat perbedaan antara rata-rata usia ideal dengan rata-rata usia ingin menikah. Perbedaan rata-rata pada variabel karakteristik ditunjukan dengan nilai signifikansi yang rendah sig0,05. Uji reabilitas dan validitas Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui kekonsistenan suatu alat ukur, yang pada penelitian ini adalah 57 item pernyataan tentang kesiapan menikah. Sehingga ketika dilakukan pengukuran ulang maka akan diperoleh hasil yang sama, sehingga alat ukur tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Reabilitas suatu alat ukur dapat ditentukan dengan melihat nilai cronbach alpha pada hasil uji statistik. Alat ukur reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Untuk uji validitas, juga dilakukan terhadap 57 item pernyataan kesiapan menikah. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing- masing pernyataan dengan skor total setiap faktor kesiapan menikah. Item pernyataan yang valid adalah yang memiliki nilai korelasi diats 0,3 terhadap total skor seluruh pernyataan yang membangun suatu faktor. Analisis faktor Uji analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses meringkas item-item menjadi faktor yang lebih sedikit dan menamakannya. Analisis faktor digunakan untuk menganalisis 57 item pernyataan yang akan direduksi kedalam set atau kelompok atau faktor yang lebih kecil, dan dinamai setiap faktornya. Langkah untuk melakukan analisis faktor adalah sebagai berikut: Gambar 4 Prosedur Analisis Faktor Sumber: Widarjono 2010 Sebelum masuk pada proses analisis faktor, terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi untuk menilai tepat tidaknya menggunakan analisis faktor, asumsi tersebut adalah: 1 besar korelasi antar pernyataan harus cukup kuat, diatas 0,3, ditujukan dengan nlai Barlett’s Test of Sphericity yang harus lebih kecil dari 0,05 sig0,05; 2 Kecukupan contoh, yang ditujukan dengan nilai Kaiser-Meyer- Olkin KMO, dan Measure of Sampling Adequency MSA. Analisis faktor bisa dilakukan jika Angka KMO lebih dari 0,5 dan nilai MSA untuk setiap pernyataan diatas 0,5. Jika data sudah layak untuk dilakukan analisis faktor maka tahap selanjutnya adalah memilih metode ekstraksi untuk menentukan jumlah faktor. Menghitung korelasi antara indikator yang diobservasi Ekstraksi Faktor Rotasi Faktor Ekstraksi faktor bertujuan untuk menghasilkan sejumlah faktor dari data yang ada. Dalam penelitian ini untuk menentukan jumlah faktor yang diinginkan sebagai hasil ekstrak, digunakan dua kriteria: 1. Kriteria Latent Root, yaitu faktor-faktor yang terbentuk berdasarkan eigenvalue minimum 1 yang akan dipertahankan atau hanya faktor dengan eigenvalue 1 yang dianggap signifikan. 2. Kriteria Aproriori Criterion, yaitu jumlah faktor kesiapan menikah ditentukan sendiri oleh peneliti, karena peneliti sudah memiliki pengalaman sebelumnya tentang berapa jumlah faktor yang tepat atau sesuai. Pada setiap pernyataan yang membentuk faktor akan memiliki suatu nilai yang disebut nilai factor loading. Nilai factor loading adalah nilai yang memberitahukan seberapa besar setiap pernyataan termasuk belongs kedalam setiap faktor. Semakin tinggi nilai faktor loading maka semakin kuat pernyataan dimiliki oleh faktor tersebut. Factor loading harus memenuhi kriteria signifikansi yaitu lebih besar dari 0,5 kerena semakin besar factor loading, maka semakin mudah mengintrepretasikan faktor tersebut. Jika factor loading suatu pernyataan sama-sama cukup tinggi pada beberapa faktor maka akan sulit memutuskan ke faktor mana pernyataan tersebut dimasukan, untuk itu setelah ekstraksi faktor, dilakukan rotasi faktor. Rotasi faktor bertujuan agar dapat diperoleh struktur faktor yang lebih sederhana agar faktor mudah diintrepretasikan. Setelah setiap pernyataan sudah terkumpul kedalam faktor-faktor, tahap selanjutnya adalah intrepretasi atau penamaan terhadap faktor yang terbentuk. Intrepretasi faktor dapat dilakukan dengan mengetahui pernyataan-pernyataan yang membentuknya. Untuk data yang berasal dari pertanyaan terbuka mengenai pernikahan dan kesiapan menikah dianalisis dengan metode analisis konsep. Analisis konsep yang digunakan didasarkan kepada pola deduktif umum-khusus, dimana peneliti sudah memiliki hipotesis yang akan duji Strauss dan Corbin 1990 dalam Bernard 2000. Tujuan analisis konsep adalah menguji apakah faktor-faktor kesiapan menikah menurut para ahli sesuai dengan faktor-faktor kesiapan menikah yang teridentifikasi berdasarkan persepsi contoh. Uji regresi linier berganda Regresi adalah suatu analisis bagaimana satu variabel yaitu variabel dependen dipengaruhi oleh satu sederhana atau lebih variabel independen berganda, dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi nilai rata-rata variabel dependen didasarkan pada nilai variabel independen yang diketahui Widarjono 2010. Pada uji regresi, model layak digunakan untuk memprediksi variabel terikat jika nilai signifikansi lebih rendah dari 0,05 sig0,05. Uji regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel- variabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik contoh terhadap usia menikah. Uji regresi menggunakan program computer yang sesuai dan pemilihan model dilakukan secara otomatis. Metode yang digunakan pada uji regresi berganda adalah metode Backward. Metode backward adalah memasukan semua variabel independen kedalam model regresi metode enter, selanjutnya mengeliminasi satu persatu variabel indipenden sehingga variabel indipenden yang tersisa pada model hanya variabel yang signifikan saja. Eliminasi dilakukan pada variabel yang memiliki nilai signifikansi yang besar, yaitu diatas 0,1 sig0,1. Dalam pemilihan model regresi yang tepat juga dengan melihat nilai koefisien determinasi R 2 . Koefisien determinasi R 2 digunakan untuk menukur seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya. Nilai koefisien determinasi nilainya selalu naik jika dilakukan penambahan variabel independen, walaupun variabel independen yang ditambahkan tidak sesuai teori terhadap variabel dependen yang diuji. Oleh karena itu, sebagai alternative digunakan R 2 yang disesuaikan Adjusted-R 2 . Pemilihan model regresi pada akhirnya dengan melihat nilai Adjusted-R 2 yang terbesar. Definisi Operasional Contoh adalah dewasa muda mahasiswa S1 Fakultas Ekologi Manusia tahun ajaran 20072009 dan belum menikah. Dewasa muda adalah individu yang berusia 18-42 tahun. Karakteristik contoh adalah ciri-ciri dan aspek sosial ekonomi yang melekat pada contoh berupa jenis kelamin, usia, uang saku urutan anak, saudara menikah, dan status hubungan contoh Usia menikah adalah usia ideal menikah dan usia ingin menikah Usia ideal menikah adalah lama hidup seseorang dianggap tepat untuk menikah Usia ingin menikah adalah lama hidup seseorang yang dirasa sudah tepat bagi dirinya untuk menikah Uang saku perbulan adalah jumlah nilai rupiah yang diperoleh contoh dalam satu bulan Urutan anak adalah status contoh dibedakan menjadi anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal, sesuai kelahiran. Saudara yang sudah menikah adalah ada tidaknya kakak atau adik contoh yang statusnya kawin Status hubungan adalah keberadaan kekasih dalam kehidupan contoh saat ini. Karakteristik keluarga contoh adalah ciri-ciri aspek sosial ekonomi yang melekat pada orang tua berupa usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan status pernikahan orang tua. Pendapatan keluarga adalah akumulasi gaji, upah, atau hasil yang diperoleh orang tua dari pekerjaan yang dinilai dengan uang selama satu bulan. Pendapatan per kapita adalah pendapapatan keluarga dibagi besar keluarga Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri atas ayah,ibu, dan anak. Pekerjaan orang tua adalah setiap kegiatan yang dilakukan orang tua yang menghasilkan uang sebagai sumber penghasilan utama Pendidikan orang tua adalah sekolah terakhir dari orang tua contoh mendapatkan pendidikan formal Lama pendidikan orang tua adalah jumlah tahun orang tua contoh memperoleh pendidikan formal Kelengkapan orang tua adalah kondisi ayah dan ibu kandung contoh sampai dengan waktu penelitian apakah masih utuh, bercera, atau meninggal Kesiapan menikah adalah kesiapan untuk memasuki dunia pernikahan dengan memiliki kematangan emosi, kematangan usia, kematangan sosial, kesiapan model peran, kesiapan berhubungan seksual, kemampuan berkomunikasi, kesiapan spiritual, dan kesiapan finansial yang baik Kematangan emosi adalah kedewasaan seseorang yang bisa dilihat dari cara orang tersebut menyelesaikan masalah dalam tumah tangga dan berhubungan dengan orang lain terutama pasangan. Kesiapan usia adalah usia yang dipandang ideal untuk menikah. Kematangan sosial adalah kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan sebelum menikah baik sebagai single maupun sebagai pasangan kekasih berkencan Kesiapan model peran adalah mampu menjalankan tugas dan peran yang diperoleh setelah menikah baik sebagai isteri maupun suami Kesiapan berhubungan seksual adalah mampu melakukan hubungan jenis kelamin seks dengan pasangan. Kemampuan berkomunikasi adalah mampu mengungkapkan secara verbal dan non verbal dan menerima pesan atau perasaan kepada atau dari pasangan secara efektif dan efisien Kesiapan spiritual adalah mampu menjalankan ibadahnya dengan baik kepada Tuhan dan kepada mahkluk citaan Tuhan Kesiapan finansial adalah jumlah harta yang harus dimiliki seseorang yang siap menikah untuk bisa membiayai standar hidup dirinya dan pasangannya bisa uang tunai, rumah, investasi, maupun tabungan.. . HASIL PENELITIAN Karakteristik Contoh Jenis kelamin dan usia Dewasa muda yang menjadi contoh dalam penelitian ini terdiri atas 32 orang laki-laki 29,10 dan 78 orang perempuan 70,90. Contoh laki-laki memiliki rentang usia antara 18-24 tahun, sedangkan contoh perempuan 18-23 tahun. Usia digolongkan kedalam tiga kategori menurut hasil sebaran data. Berdasarkan Tabel 5 lebih dari setengah contoh laki-laki 53,12 dan lebih dari setengah contoh perempuan 51,28 berusia 21-22 tahun. Rata-rata usia contoh laki-laki adalah 20,80 tahun dan contoh perempuan 20,60 tahun. Secara keseluruhan, contoh memiliki rata-rata usia 20 tahun. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia Usia tahun Laki-laki n=32 Perempuan n=78 Total n=110 18-20 40,63 47,44 45,45 21-22 53,12 51,28 51,82 23-24 6,25 1,28 2,73 Uang saku Uang saku perbulan dalam rupiah yang diperoleh keseluruhan contoh berjumlah minimal Rp250.000,00 dan maksimal Rp1.600.000,00. Uang saku contoh laki-laki memiliki rentang Rp350.000,00-Rp1.600.000,00 sedangkan contoh perempuan Rp250.000,00-Rp1.500.000,00. Lebih dari separuh contoh laki-laki 53,12 memiliki uang saku yang rendah, sedangkan lebih dari separuh contoh perempuan 53,85 memiliki uang saku yang tergolong sedang. Rata-rata uang saku contoh laki-laki adalah Rp745.000,00 dan rata-rata uang saku contoh perempuan adalah Rp717.000,00. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan uang saku Uang saku perbulan Rp Laki-laki n=32 Perempuan n=78 Total n=110 Rendah 700.000,00 53,12 41,03 44,55 Sedang 700.000,00-1.150.000,00 31,25 53,85 47,27 Tinggi 1.150. 000,00 15,63 5,13 8,18 Urutan lahir Hampir setengah contoh laki-laki 40,63 dan setengah contoh perempuan 50,00 merupakan anak sulung atau anak pertama didalam keluarganya Tabel 7. Santrock 2007 menyebutkan bahwa urutan kelahiran anak dapat mempengaruhi perilaku anak, karena urutan lahir dapat membedakan tugas dan tanggung jawab seorang anak. Pada umumnya anak sulung lebih dituntut untuk menikah paling awal dibandingkan adik-adiknya. Selain tugas, sikap orang tua dan kebudayaan masyarakat terkadang juga masih membedakan anak berdasarkan urutannya Gunarsa Gunarsa 2008. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan urutan lahir Urutan Kelahiran Laki-laki n=32 Perempuan n=78 Total n=110 Sulung 40,63 50,00 47,27 Tengah 28,12 30,77 30,00 Bungsu 28,12 17,95 20,91 Tunggal 3,13 1,28 1,82 Saudara menikah Contoh yang memiliki saudara kandung yang sudah menikah, laki-laki hanya seperempat 25,00, dan perempuan hampir seperempatnya 22,73. Pernikahan saudara kandung diasumsikan akan memberikan gambaran mengenai kehidupan pernikahan secara nyata kepada contoh, selain daripada pernikahan orang tua contoh, dengan memberikan simbol-simbol bermakna maupun interaksi baik secara verbal maupun nonverbal. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kepemilikan saudara yang sudah menikah Saudara menikah Laki-laki n=32 Perempuan n=78 Total n=110 Tidak ada 75,00 78,21 77,27 Ada 25,00 21,79 22,73 Menurut Santrock 2007 hubungan saudara kandung merupakan hubungan yang sangat kuat setelah hubungan orang tua dengan anak. Dalam mendiskusikan beberapa hal saudara lebih dipercaya daripada orang tua, terutama hal-hal yang dianggap tabu untuk dibahas dengan orang tua seperti seks. Status berpacaran Kehidupan contoh sebagai dewasa muda, tak lepas dari hubungan dengan lawan jenis, atau secara khusus disebut “pacar”. Pacar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2002:807, adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berdasarkan Tabel 9 lebih dari setengah contoh laki-laki 62,50 tidak sedang berpacaran, dan lebih dari seperempatnya 37,50 sedang berpacaran. Untuk contoh perempuan lebih dari setengahnya 56,41 tidak sedang berpacaran dan hampir setengahnya sedang berpacaran 43,59. Pada usia dewasa muda yang memiliki tugas perkembangan untuk menikah, status berpacaran berpotensi mempengaruhi usia ingin menikah contoh. Keberadaan pacar diasumsikan akan mempermudah dewasa muda untuk mencapai tugas pernikahan, karena umumnya seseorang akan berpacaran dahulu sebelum menikah. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status berpacaran Status berpacaran Laki-laki n=32 Perempuan n=78 Total n=110 Tidak sedang berpacaran 62,50 56,41 58,18 Sedang berpacaran 37,50 43,59 41,82 Kesiapan menikah dan alasannya Dari keseluruhan contoh hanya tujuh orang contoh 6,36 yang merasa sudah siap menikah, terdiri atas sebagian kecil contoh laki-laki 3,13 dan contoh perempuan 7,69. Hampir seluruh contoh baik laki-laki dan perempuan 93,63 merasa tidak siap jika harus menikah dalam waktu dekat. Hasil penelitian ini menandakan bahwa banyak contoh yang masih belum mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas perkembangannya. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban kesiapan menikah Kesiapan menikah Laki-laki n=32 Perempuan n=78 Total n=110 Tidak siap 96,87 92,31 93,64 Siap 3,13 7,69 6,36