excystment, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses excystment juga lebih panjang 36-48 jam dibandingkan pada perlakuan kontrol 18-24 jam
dengan ciri ukuran tomite yang tidak seragam dikarenakan tidak serentaknya proses pembelahan sel Gambar 6b.
Perlakuan pada suhu diduga telah menekan metabolisme parasit dan bertambahnya waktu pemeliharaan di luar tubuh inang juga telah memaksa parasit
untuk menggunakan cadangan energi yang lebih besar selama bertahan hidup, sehingga mengurangi cadangan energi yang dibutuhkan oleh sel tomite untuk
proses excystment.
4.4 Abnormalitas Parasit
Abnormalitas dalam pengamatan ini dicirikan dengan sel tomite yang tidak mampu menembus dan keluar dari kista setelah inkubasi selama 24 jam dalam
suhu 27°C, mobilitas sel theront yang lemah, atau berputar-putar di tempatnya saja. Beberapa perbedaan abnormalitas sel parasit pada hari perlakuan yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. a. Sel theront normal berenang meninggalkan kista yang sudah
kosong. b Sel tomite abnormal yang gagal menembus kista dari parasit yang dipelihara pada suhu rendah selama 8 hari. c
Beberapa sel tomite abnormal pada perlakuan suhu rendah pada hari ke-14.
Berdasarkan Tabel 1 pada kolom abnormalitas sel, diketahui bahwa
abnormalitas sel parasit terdeteksi pada hari ke-4 dan jumlahnya semakin meningkat hingga pada hari ke-14. Suhu rendah diduga telah mengakibatkan
distribusi energi pada sel tomite menjadi tidak merata atau energi yang didistribusikan tidak mencukupi bagi sebagian sel tomite untuk melepaskan diri
dari kista. Pada sel yang sehat sel parasit akan meninggalkan induk dalam 24 jam b
a c
200 µm 400 µm
250 µm
tanpa adanya sel tomite yang tersisa Gambar 7a. Sementara sel parasit abnormal terlihat menyisakan beberapa sel tomite dalam kista sel induk Gambar 7b dan
jumlahnya semakin banyak dengan bertambahnya hari pengamatan Gambar 7c. Sel theront diyakini tidak memanfaatkan energi dari luar karena vokuola
makanan hanya terbentuk sempurna sesaat setelah sel theront mampu menginfeksi dan berkembang menjadi sel trophont pada tubuh ikan Dickerson 2006. Oleh
karena itu energi pada sel theront adalah energi yang terbatas dan hanya didapatkan dari sel induknya. Pemanfaatan cadangan energi oleh sel induk agar
tetap dapat hidup selama pemeliharaan pada suhu rendah mungkin telah mengurangi jumlah energi yang didistribusikan kepada sel anakan tomite.
Mobilitas sel theront yang rendah selain dimungkinkan oleh kekurangan energi, juga dapat disebabkan oleh cacat morfologi. Penelitian yang dilakukan
Dan et al. 2009 pada parasit Cryptocaryon irritans menunjukan terjadinya peningkatan persentase sel theront yang cacat morfologi dengan bertambahnya
hari pemeliharaan pada suhu rendah. Cacat ini mengakibatkan menurunnya infektifitas parasit pada ikan uji. Pada penelitian ini cacat morfologi deformity
tidak diamati, namun tidak menutup kemungkinan bahwa rendahnya mobilitas sel theront dapat disebabkan oleh bentuk sel yang cacat akibat pemeliharaan pada
suhu rendah di luar tubuh inangnya.
4.5 Uji Infektifitas Sel Theront