64
Rendahnya hasil produksi disebabkan beberapa alasan dari petani; 1 kekurangan modal untuk mengembangkan lahan tersebut, 2 kurangnya
ketersediaan peralatan dan input produksi bibitbenih. Kurangnya dukungan finansilapermodalan bagi dunia perkebunan
rakyat di Kabupaten Muna, selama ini koperasi dan bank sebagai pemegang otoritas keuangan kurang sekali dalam menguncurkan kredit bagi usaha-usaha
perkebunan sehingga perkebunan di wilayah penelitian sulit untuk berkembang karena kesulitan finansial. Bantuan ini menjadi penting mengingat mengingat
sebagian besar rumahtangga petani perkebunan di Kabupaten Muna tidak mempunyai cadangan modal untuk melakukan investasi. Lamanya hasil panen
sebagian besar komoditi perkebunan menyebabkan investasi dilahan akan lama sementara keperluan jangka pendek petani sangat mendesak. Kredit lunak
sarana produksi untuk petani di Kabupaten Muna akan sangat membantu rumahtangga petani perkebunan dalam mengintensifikasikan usahatani mereka.
Kurangnya ketersediaan peralatan dan input produksi bibitbenih yang masih terbatas serta keadaan petani yang masih tradisional menyebabkan mutu
hasil perkebunan yang dicapai juga rendah. Kondisi ini memerlukan kerjasama dari pemerintah pengusaha pedagang dan petani perkebunan itu sendiri untuk
meningkatkan hasil perkebunan yang baik sehingga keuntungan dapat dicapai oleh semua pihak.
5.1.3 Pendidikan Rumahtangga Tani Miskin
Pendidikan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat, keterampilan dan produktivitas manusia yang selanjutnya akan mempengaruhi
tingkat upah dan keterampilan nilai tambah dan tingkat kesejahteraan masyarakat petani. Tingkat pendidikan umumnya memberikan pengaruh
sejauhmana seseorang mampu mempertimbangkan dan menentukanmengambil keputusan secara cermat terhadap sesuatu yang akan dikerjakan.
Rumahtangga tani miskin selalu dicirikan secara ekonomi dengan rendahnya kualitas SDM, termasuk pendidikan dan keterampilan yang
berdampak pada penghasilan. Pendidikan rendah menyebabkan petani tidak terampil. Menurut Wahab 2004, pendidikan petani yang rendah mempunyai
kemampuan terbatas untuk mengikuti perkembangan dunia agribisnis yang berkembang cepat seperti teknologi, selera konsumen, pemilihan jenis komoditi
yang menguntungkan.
65
Tabel. 14 Jumlah Rumahtangga Tani Miskin Menurut Pendidikan di
Kabupaten Muna Tahun 2006
Tingkat Pendidikan Terakhir Tdk Tmt SD
Tamat Tamat
Tamat No Kecamatan
Buta Huruf SD
SLTP SLTA
Jumlah Rumahtangga
tani miskin 1 Tongkuno
105 1.952 206 221 2.484 2 Parigi
512 740 58 42 1.352 3 Bone
223 340 31 29 623 4 Kabawo
601 936 113 105 1.755 5 Kabangka
303 437 82 49 871 6 Tikep
284 439 45 42 810 7 Maginti
307 674 106 47 1.134 8 Tiworo Tengah
44 473 29 26 572 9 Lawa
703 886 103 87 1.779 10 Sawerigadi
196 601 98 56 951 11 Barangka
259 356 62 56 733 12 Kusambi
287 596 43 32 958 13 Kontunaga
264 257 31 34 586 14 Watopute
278 443 43 41 805 15 Katobu
126 311 21 47 505 16 Lohia
130 316 56 45 547 17 Duruka
320 456 44 51 871 18 Batalaiworu
112 300 43 35 490 19 Napabalano
304 687 46 42 1.079 20 Lasalepa
252 423 40 35 750 21 Wakorsel
170 318 61 41 590 22 Pasir Putih
366 521 35 29 951 23 Bonegunu
194 530 69 46 839 24 Kambowa
199 435 53 37 724 25 Wakorumba
321 472 47 39 879 26 Maligano
244 541 92 65 942 27 Kulisusu
187 1.166 87 67 1.507 28 Kulisusu Barat
145 677 40 50 912 29 Kulisus Utara
170 576 67 59 872 Kabupaten Muna
7.606 16.859 1.851 1.555 27.871 Presentase
27,29 60,49 6,64
5,58 100 Sumber : BPMD Kabupaten Muna
Pada Tabel 14 pendidikan anggota keluarga rumahtangga tani di Kabupaten Muna pada umumnya hanya tamat sekolah dasar sebanyak 60,49
persen dan tidak tamat sekolah dasar dan buat huruf sebanyak 27,29 persen. Hal ini disebabkan oleh jauhnya jarak sekolah dari tempat tinggal atau desa
mereka ke sekolah dan kurangnya biaya serta kurangnya motivasi dari orang tua dan anak untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
66
Pendidikan petani yang rendah mempunyai kemampuan terbatas untuk mengikuti perkembangan dunia agribisnis. Kurangnya pengetahuan
rumahtangga tani tentang berkebun menjadi salah satu penyebab lambatnya perkembangan subsektor perkebunan. Selain itu, pola usaha rumahtangga tani
miskin di Kabupaten Muna masih bersifat tradisional pada perkebunan. Kondisi tersebut disebabkan keterbatasan informasi dan pengetahuan petani terhadap
pola pertanian khususnya perkebunan agribisnis. Kaum perempuan ibu rumahtangga tani sama perannya dengan kaum
pria dalam ikut mencari nafkah. Jarang memiliki cadangan keuangan, apakah berupa uang simpanan atau barang dalam menghadapi keadaan darurat,
sehingga apabila ada anggota keluarga yang sakit terkadang mereka harus merelakan lahan yang ada dijual kepada orang lain. Apabila mereka
mendapatkan bantuan program penanggulangan kemiskinan berupa uang selalu tidak mereka gunakan untuk program dimaksud melainkan digunakan untuk
biaya hidup dan membeli alat-alat keperluan lainnya. Satu-satunya andalan sumber pendapatan rumahtangga tani untuk bertahan hidup dalam menghadapi
kemiskinan diperoleh dari hasil produksi perkebunan yang mereka miliki. Namun, belum dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga tani, hal ini disebabkan
sarana irigasi yang telah dibangun pemerintah tidak berfungsi dengan baik. Sistem pertanian yang dilakukan penduduk masih tradisional dengan
ciri khas “pokadulu”. Pokadulu adalah semacam kelompok tani yang bekerja secara gotong royong mengerjakan ladang anggota secara bergiliran. Namun
sistim bekerja pokadulu seperti ini sudah mulai berangsur ditinggalkan oleh sebagian petani, karena dianggap sudah tidak relevan lagi dengan kondiri zaman
yang saat ini masyarakat cenderung materialistis, artinya setiap bekerja sebagain petani telah berpindah kepada sistem bayar upah harian kepada kelompok yang
memerlukan tenaga kerja. Bagi rumahtangga tani yang memiliki sawah atau ladang padi, hasil
satu kali panen tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka selama 12 bulan, kondisi ini menjadikan keluarga petani miskin semakin memprihatinkan,
karena dalam keterpaksaan mereka harus berhadapan dengan kekurangan pangan selama dua sampai tiga bulan.
Lebih jauh kemiskinan keluarga tani di lokasi kajian belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan pokok nafkah hidupnya. Pada umumnya mereka
sudah makan dua kali dalam sehari, akan tetapi nilai gizi yang terkandung
67
didalam makanan sehari-hari keluarga belum memenuhi standar menu. Keluarga tani jarang menggunakan fasilitas kesehatan untuk berobat seperti pergi ke
puskesmas pembantu. Selain itu, keadaan rumah tidak layak huni, lantai tanah, dinding papan, atap jelajah dan kurang ventilasi, belum menggunakan sumur dan
MCK sebagai sarana mandi, cuci dan kakus, tetapi masih menggunakan sungai terdekat atau menggunakan sumur gali terbuka.
Kemiskinan rumahtangga tani miskin di Kabupaten Muna, selain ketidakmampuan keluarga tani memenuhi kebutuhan pokok standar, pendidikan
dan kesehatan, juga rendahnya kualitas etos kerja, berpikir pendek, bersifat boros pengelolaan keuangan keluarga kurang baik sehingga sering terjadi lebih
banyak pengeluaran dari pada pendapatan, cenderung tidak ingin berpartisipasi karena tidak adanya motivasi dari aparat untuk mengembangkan usaha yang
disertai oleh kebijakan struktur pemerintahan daerah yang senantiasa top down, sehingga menyebabkan mereka pasrah dengan kondisi yang ada. Bappeda
Kabupaten Muna, 2006
5.2 Komoditas Perkebunan Unggulan masing-masing Kecamatan yang